55
EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN V. vulnificus YANG DIBERIKAN SECARA MIKROENKAPSULASI SEBAGAI PENCEGAHAN VIBRIOSIS PADA BAWAL BINTANG Trachinotus blochii (Lacepede, 1801) (Skripsi) Oleh YUKE YUSTIANI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

  • Upload
    others

  • View
    20

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN

V. vulnificus YANG DIBERIKAN SECARA MIKROENKAPSULASI

SEBAGAI PENCEGAHAN VIBRIOSIS PADA BAWAL BINTANG

Trachinotus blochii (Lacepede, 1801)

(Skripsi)

Oleh

YUKE YUSTIANI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2019

Page 2: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

ABSTRACT

THE EFFECTIVENESS OF BIVALENT VACCINE Vibrio parahaemolyticus

AND V. vulnificus WHICH MICROENKAPSULATED AS VIBRIOSIS

PREVENTION IN SNUBNOSE POMPANO Trachinotus blochii

(Lacepede, 1801)

By

Yuke Yustiani

Snubnose pompano Trachinotus blochii is a species of marine aquaculture that

has a high economic value and is still relatively new cultivated in Indonesia.

However, most of the snubnose pompano farmers faced disease problems caused

by Vibrio bacteria. One alternative to overcome vibriosis is oral vaccination with

micoencapsulation technique. The aim of vaccine microencapsulation was to

protect it from damages of digestive system. Vibrio parahaemolyticus and

V. vulnificus were mikroencapsulated with freeze dry method. The experimental

design used was a complete random design (RAL) with 3 treatments and 3

replications. The doses of bivalent vaccine were positive control (comercial feed),

A (1 g vaccine/kg feed), and B (2 g vaccine/kg feed). The results showed that

bivalent Vibrio parahaemolyticus and V. vulnificus increased leukocytes total,

phagocytic activity, phagocytic index, survival rate, and relative percent survival.

The best dose was treatment B (2 g vaccine/kg of feed), as evidence, an increase

in total leukocytes of 8,8x106 cells/mm

3, phagocytosis activities of 95,17±2%,

phagocytic index of 2,40±0,26, survival rate of 73±30,5%, and relative percent

survival 63±6,9%.

Keywords : snubnose pompano, vaccination, vibriosis, microencapsulation.

Page 3: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

ABSTRAK

EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN

V. vulnificus YANG DIBERIKAN SECARA MIKROENKAPSULASI

SEBAGAI PENCEGAHAN VIBRIOSIS PADA BAWAL BINTANG

Trachinotus blochii (Lacepede, 1801)

Oleh

Yuke Yustiani

Bawal bintang Trachinotus blochii merupakan spesies budidaya perikanan laut

yang memiliki nilai jual tinggi dan masih tergolong baru dibudidayakan di

Indonesia. Namun kendala yang sering dihadapi para pembudidaya bawal bintang

yaitu serangan bakteri Vibrio. Salah satu alternatif untuk mengatasi vibriosis

adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

mikroenkapsulasi vaksin adalah melindungi vaksin dari kerusakan oleh sistem

pencernaan ikan. Vibrio parahaemolyticus dan V. vulnificus diberikan secara

mikroenkapsulasi dengan metode freeze dry. Penelitian menggunakan rancangan

acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan. Dosis vaksin yang

digunakan yaitu kontrol positif, A (1 g vaksin/ kg pakan), B (2 g vaksin/kg

pakan). Hasil penelitian menunjukkan vaksinasi bivalen Vibrio parahaemolyticus

dan V. vulnificus meningkatkan total leukosit, aktifitas fagositosis, indeks

fagositosis, tingkat kelangsungan hidup, dan Relative Percent Survival. Dosis

terbaik yaitu perlakuan B (2g vaksin/kg pakan), dibuktikan dengan peningkatan

total leukosit sebesar 8,8x106

sel/mm3, aktifitas fagositosis sebesar 95,17±2%,

indeks fagositosis sebesar 2,40±0,26, tingkat kelangsungan hidup sebesar

73±30,5%, dan Relative Percent Survival sebesar 63±6,9%.

Kata kunci : bawal bintang, vaksinasi, vibriosis, mikroenkapsulasi.

Page 4: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN

V. vulnificus YANG DIBERIKAN SECARA MIKROENKAPSULASI

SEBAGAI PENCEGAHAN VIBRIOSIS PADA BAWAL BINTANG

Trachinotus blochii (Lacepede, 1801)

Oleh

Yuke Yustiani

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA PERIKANAN

Pada

Jurusan Perikanan dan Kelautan

Program Studi Budidaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 5: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio

parahaemolyticus DAN V. vulnificus YANG

DIBERIKAN SECARA MIKROENKAPSULASI

SEBAGAI PENCEGAHAN VIBRIOSIS PADA

BAWAL BINTANG Trachinotus blochii

(Lacepede, 1801)

Nama Mahasiswa : Yuke Yustiani

No. Pokok Mahasiswa : 1514111014

Program Studi : Budidaya Perairan

Jurusan : Perikanan dan Kelautan

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Esti Harpeni S.T., M.App., Sc. Wardiyanto S.Pi., M.P.

NIP. 197911182002122001 NIP. 196907052001121001

2. Ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan

Ir. Siti Hudaidah M.Sc.

NIP. 196402151996032001

Page 6: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Esti Harpeni S.T., M.App., Sc.

Sekretaris : Wardiyanto S.Pi., M.P.

Penguji

Bukan Pembimbing : Ir. Suparmono, M.T.A.

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si.

NIP. 19611020198631002

Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 20 Agustus 2019

Page 7: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Karya tulis, skripsi/laporan akhir ini adalah asli dan belum pernah

diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (Sarjana/Ahli Madya), baik

di Universitas Lampung maupun di perguruan tinggi lain.

2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri tanpa

bantuan pihak lain, kecuali arahan dari Tim Pembimbing.

3. Dalam karya tulis ini, tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis

atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas

dicantumkan sebagai acuan dalamnaskah dengan naskah yang disebutkan

nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila kemudian hari

terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka

saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang

telah diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya yang sesuai

dengan norma yang berlaku di Perguruan Tinggi.

Bandar Lampung, September 2019

Yang Membuat Pernyataan,

Yuke Yustiani

NPM. 1514111014

Page 8: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda, Lampung pada tanggal 15

Oktober 1996 sebagai anak bungsu dari empat bersaudara

yang dilahirkan dari pasangan Bapak Yakkup Hasan dan Ibu

Netti Herlina. Penulis menempuh pendidikan formal dari

Sekolah Dasar SD Negeri 1 Palembapang pada tahun 2004-

2009, dilanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di SMP

Negeri 1 Kalianda pada tahun 2009-2012, dan pendidikan Sekolah Menengah

Atas di SMA Negeri 1 Kalianda pada tahun 2012-2015. Penulis kemudian melan-

jutkan pendidikan kejenjang Perguruan Tinggi di Jurusan Perikanan dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk

Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan memperoleh beasiswa Peningkatan

Prestasi Akademik (PPA) pada tahun 2018.

Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi asisten dosen pada matakuliah

Penyakit Parasit Organisme Akuatik, Mikrobiologi Laut, Manajemen Kesehatan

Ikan. Selain itu penulis pernah aktif dalam organisasi kampus dan mengikuti ber-

bagai kegiatan. Penulis menjadi pengurus HIMAPIK sebagai sekretaris bidang

Kerohanian pada tahun 2017-2018 dan aktif diberbagai kepanitiaan lainnya sejak

tahun 2015-2019.

Penulis pernah mengikuti magang di PT. Central Pertiwi Bahari (CPB) Suak,

Kalianda di modul 2 pembesaran udang Vannamei pada tahun 2016 dan mengikuti

magang di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung (BBPBL) di

Laboratorium Zooplankton pada tahun 2017. Penulis pernah mengikuti Praktik

Umum di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan (LP2IL) Serang,

Banten di Laboratorium Mikrobiologi pada tahun 2018 dan mengikuti Kuliah

Kerja Nyata (KKN) di Desa Talang Jawa kec. Pulau Panggung, Kabupaten

Tanggamus selama 40 hari pada bulan Januari-Maret 2018.

Page 9: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

SANWACANA

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,

Segala puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT atas

kelimpahan rahmat dan karuniaNya yang telah memberikan kesehatan, kekuatan

dan kemudahan sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi. Serta berkat

kedua orang tuaku, Bapak Yakkup Hasan dan Ibu Netti Herlina yang telah

menjadi orangtua terhebat untukku. Terimakasih atas segala yang telah diberikan,

curahan keringat, kasih sayang, dan doa hanya untuk kebahagiaan anakmu, selalu

mendukung dan memberikan motivasi untukku. Sehingga penulis dapat menye-

lesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Efektivitas Vaksin Bivalen Vibrio

parahaemolyticus dan Vibrio vulnificus yang diberikan secara Mikroenkapsulasi

Sebagai Pencegahan Vibriosis pada Bawal Bintang Trachinotus blochii

(Lacepede, 1801)”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Perikanan di Jurusan Perikanan dan Kelautan Universitas Lampung. Selama

proses penyelesaian skripsi, penulis telah memperoleh banyak bantuan dari

berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

2. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc selaku Ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan

Universitas Lampung.

3. Ibu Esti Harpeni, S.T., M.App., Sc. selaku Pembimbing Utama yang telah

memberikan ilmu, arahan, masukan dan waktunya untuk selalu membimbing

penulis dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

4. Bapak Wardiyanto, S.Pi., M.P. selaku Pembimbing Anggota yang juga telah

memberikan ilmu, arahan, waktu dan bimbingannya kepada penulis dalam

menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

Page 10: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

5. Bapak Ir. Suparmono, M.T.A. selaku Penguji dan Dosen Pembimbing

akademik yang telah meluangkan waktu, dan membimbing penulis,

memberikan kritik, saran, dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini.

6. Bapak Deny Sapto Chondro Utomo, S.Pi., M.Si. selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang telah meluangkan waktu, dan memberikan kritik, saran

masukan yang membangun selama perkuliahan ini.

7. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Perikanan dan Kelautan yang penuh dedikasi

dalam memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis, serta segala bantuan

yang diberikan selama penulis menyelesaikan studi.

8. Kakak-kakak tersayangku Zulhida Sari, Heni Syafriyani dan Tri Sianty yang

selalu memberikan semangat, dukungan, doa, motivasi, kesabaran selama ini.

9. Teman-teman terbaik, Risa, Winda, Ellen, Novi, Endayani, Triga, Ignatiyus,

Iqlima, Raka, Riana, Romi, Ajeng, Melina, Puspa, Etika, Rara, Virgia,

Anggraini, berry, Rovi, Nurlia. Serta teman teman seperjuangan angkatan 2015

atas kebersamaannya selama ini, kiyay dan atu 2012, 2013, 2014, serta adik-

adik.

10. Teman seperjuangan HIMAPIK Bayu, Defril, Nindya, Putri Yulia, Toto, Yulia

Erda, Rafif, Wuni, Joko, Yosiva, Falqi, Merlinda, Asep AM, Agung harits, Ris

Restu Pertiwi yang telah memberikan semangat, doa dan bantuan selama ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah banyak

membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas bantuan dan

dukungannya.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan

kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak sekali

kekurangan, akan tetapi penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang

membaca maupun bagi penulis untuk mengembangkan dan mengamalkan ilmu

yang telah diperoleh.

Bandar lampung, September 2019

Penulis,

Yuke Yustiani

Page 11: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

PERSEMBAHAN

Dengan segala rasa syukur kepada Allah S.W.T atas kenikmatan dan

kemudahan yang selalu mengiringi langkah untuk semua hambanya.

Kupersembahkan karya ini kepada : Emak dan Abah tercinta, yang

senantiasa memberikan kasih sayang, do’a dukungan, motivasi,

pengorbanan dan selalu memberikan yang terbaik untuk anakmu.

Bagiku, jasa dan pengorbanan kalian tidak akan mampu tergantikan

dengan apapun. Terimakasih

Seluruh keluarga besar yang telah memberikan do’a dan dukungan

selama masa studi. Teman-teman 2015 yang telah memberikan

kebersamaan dari awal hingga akhir masa studi.

&

Almamater tercinta “UNIVERSITAS LAMPUNG”

Page 12: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

“Mesin waktu yang dapat membawamu Kembali kemasa lalu adalah

Kenangan, dan mesin waktu yang dapat membawanu menuju kemasa

depan adalah Impian”

Kuat itu ketika kita tidak berharap kepada siapapun

kecuali Allah, saat itulah kita makin kuat

-Ustdaz Hanan Attaki-

Yang pergi, yang hilang, dan yang hengkang adalah mereka yang

memberi kita pelajaran. Pelajaran tentang ikhlas, rela, dan

menerima. Tanpanya kita mungkin hanya mengerti teori perihal

merelakan, tapi karenanya kita mengerti bahwa merelakan itu benar

membutuhkan hati yang lapang.

-Kang Ihsan

Page 13: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL.......................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xviii

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1

1.2 Tujuan Penelitian…............................................................................ 2

1.3 Manfaat Penelitian............................................................................... 3

1.4 Kerangka Pikir Penelitian................................................................... 3

1.5 Hipotesis…………………………………………............................. 5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bawal Bintang (Trachinotus blochii)................................................. 7

2.1.1 Klasifikasi.................................................................................. 7

2.1.2 Morfologi................................................................................... 8

2.1.3 Habitat........................................................................................ 8

2.1.4 Kebiasaan Makan ...................................................................... 9

2.2 Bakteri Vibrio……………………………........................................ 9

2.2.1 Vibrio parahaemolyticus............................................................ 10

2.2.2 Vibrio vulnificus......................................................................... 11

2.3 Sistem Kekebalan Tubuh................................................................... 11

2.4 Vaksinasi............................................................................................ 12

2.5 Titer Antibodi……………………………………………………..... 13

2.6 Hematologi Ikan................................................................................. 14

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat……………........................................................ 15

3.2 Alat dan Bahan ................................................................................. 15

3.3 Rancangan Penelitian……………....……………………................ 17

3.4 Prosedur Penelitian……………………………………………....... 18

3.4.1 Tahap Persiapan…………………………………………..... 18

3.4.2 Pelaksanaan Penelitian……..……………………………..... 21

3.4.3 Tahap Pengamatan………………………………………..... 24

3.4.3.1 Titer Antibodi…………………………………....... 24

3.4.3.2 Total Leukosit........................................................... 25

Page 14: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

3.4.3.3 Aktifitas Fagositosis dan Indeks Fagositosis............ 27

3.4.3.4 Gejala Klinis............................................................. 27

3.4.3.5 Tingkat Kelangsungan Hidup (TKH)....................... 28

3.4.3.6 Relative Percent Survival (RPS).............................. 28

3.4.3.7 Mean Time to Death (MTD).................................... 28

3.4.3.8 Kualitas Air…............………………………….... 29

3.5 Analisis Data……………………………………………......... 29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Total Leukosit...................................................................................... 30

4.2 Aktifitas Fagositosis (AF)................................................................... 32

4.3 Indeks Fagositosis (IF)........................................................................ 34

4.4 Titer Antibodi...................................................................................... 36

4.5 Tingkat Kelangsungan Hidup (TKH).................................................. 39

4.6 Relative Percent Survival (RPS).......................................................... 40

4.7 Mean Time to Death (MTD)................................................................ 41

4.8 Gejala Klinis........................................................................................ 43

4.9 Kualitas Air.......................................................................................... 44

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan.............................................................................................. 46

5.2 Saran.................................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 47

LAMPIRAN………………………………………………………………….. 54

Page 15: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Rancangan penelitian pemberian vaksin Vibrio bivalen (108 cfu/ml)........... 18

2. Hasil titer antibodi....................…................................................................. 36

3. Gejala klinis..............……………................................................................. 43

4. Hasil uji kualitas air........................................................................................ 44

5. Uji Homogenitas Leukosit K dan A.............................................................. 66

6. Uji Normalitas Leukosit K dan A................................................................. 66

7. Uji T Leukosit K dan A................................................................................. 66

8. Uji Homogenitas Leukosit K dan B.............................................................. 67

9. Uji Normalitas Leukosit K dan B.................................................................. 67

10. Uji T Leukosit K dan B................................................................................ 67

11. Uji Homogenitas Leukosit A dan B.............................................................. 68

12. Uji Normalitas Leukosit A dan B................................................................. 68

13. Uji T Leukosit A dan B................................................................................. 68

14. Uji Homogenitas AF K dan A....................................................................... 69

15. Uji Normalitas AF K dan A.......................................................................... 69

16. Uji T AF K dan A.......................................................................................... 69

17. Uji Homogenitas AF K dan B....................................................................... 70

18. Uji Normalitas AF K dan B.......................................................................... 70

19. Uji T AF K dan B.......................................................................................... 70

20. Uji Homogenitas AF A dan B........................................................................ 71

21. Uji Normalitas AF A dan B........................................................................... 71

22. Uji T AF A dan B.......................................................................................... 71

23. Uji Homogenitas IF K dan A........................................................................ 72

24. Uji Normalitas IF K dan A............................................................................ 72

25. Uji T Indeks Fagositosis K dan A................................................................. 72

26. Uji Homogenitas IF K dan B......................................................................... 73

27. Uji Normalitas IF K dan B............................................................................ 73

Page 16: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

28. Uji T Indeks Fagositosis K dan B................................................................. 73

29. Uji Homogenitas IF A dan B......................................................................... 74

30. Uji Normalitas IF A dan B............................................................................. 74

31. Uji T Indeks Fagositosis A dan B................................................................... 74

Page 17: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian............................................................................... 5

2. Morfologi Ikan Bawal Bintang....................................................................... 8

3. Time Line Penelitian……………................................................................... 22

4. Microdillution plate........................................................................................ 25

5. Haemacytometer............................................................................................. 26

6. Perhitungan total leukositbawal bintang setelah vaksinasi dan sebelum uji

tantang............................................................................................................ 31

7. Proses aktifitas fagositosis pada bawal bintang.............................................. 33

8. Perhitungan aktifitas fagositosis pada sel leukosit bawal bintang................. 34

9. Perhitungan indeks fagositosis pada sel leukosit bawal bintang.................... 36

10. Tingkat kelangsungan hidup bawal bintang setelah di uji tantang................ 40

11. Relative percent survival bawal bintang setelah di uji tantang...................... 41

12. Kematian kumulatif bawal bintang yang diinfeksi Vibrio

parahaemolyticus........................................................................................... 43

13. Kematian kumulatif bawal bintang yang diinfeksi Vibrio vulnificus........... 43

Page 18: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Prosedur pembuatan media pada penelitian............................................... 55

2. McFarland Standards................................................................................. 57

3. Alat dan bahan penelitian............................................................................ 58

4. Pembuatan vaksin bivalen........................................................................... 62

5. Pembuatan mikroenkapsulasi...................................................................... 63

6. Prosedur pencampuran vaksin kedalam pakan.......................................... 64

7. Pengamatan titer antibodi............................................................................ 65

8. Data hasil Uji spss....................................................................................... 66

Page 19: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bawal bintang Trachinotus blochii merupakan spesies budidaya perikanan laut

yang memiliki nilai jual tinggi yaitu mencapai Rp. 60.000-70.000/kg untuk ikan

dalam kondisi masih hidup, sedangkan untuk ikan yang masih segar memiliki

harga berkisar Rp. 45.000-50.000/kg (Sarwono et al., 2016 dalam Wijaya et al.,

2018) dan masih tergolong baru dibudidayakan di Indonesia. Pada tahun 2007,

pembenihan bawal bintang sudah berhasil di Balai Budidaya Laut Batam untuk

pertama kali di Indonesia. Namun terdapat kendala yang sering dihadapi para

pembudidaya bawal bintang yaitu adanya serangan vibriosis, jenis bakteri vibrio

yang menyerang yaitu Vibrio alginolitycus, V. damsela, V. parahaemolyticus, dan

V. vulnificus (Ransangan et al., 2011).

Vibriosis merupakan penyakit bakterial yang sangat merugikan usaha budidaya

ikan karena dalam waktu yang sangat singkat dapat menimbulkan tingkat kemati-

an yang tinggi. Upaya yang dapat dilakukan yaitu penggunaan antibiotik dan

bahan kimia untuk menanggulangi bakteri V. parahaemolyticus dan V. vulnificus,

tetapi penggunaan antibiotik jika digunakan secara terus menerus akan menyebab-

kan resistensi bakteri-bakteri patogen terhadap antibiotik yang digunakan

(Juwana, 1990). Penggunaan bahan kimia juga memiliki dampak yang kurang

Page 20: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

2

baik karena dapat mencemari lingkungan (Soeripto, 2002).

Vaksinasi merupakan salah satu tindakan efektif dalam mengendalikan infeksi

vibriosis, karena vaksinasi dapat meningkatkan kekebalan spesifik pada ikan dan

merangsang sistem imun ikan memproduksi antibodi untuk melindungi dari

serangan penyakit yang pada akhirnya dapat meningkatkan kelangsungan hidup

ikan (Osman et al., 2009). Keuntungan lain dari vaksinasi adalah tidak adanya

efek samping pada ikan berbeda halnya dengan penggunaan antibiotik dapat ber-

dampak negatif pada ikan (Supriyadi & Rukyani, 1990). Pemberian vaksinasi

dapat dilakukan dengan cara perendaman, penyemprotan, penyuntikan, dan

melalui pakan (Olga & Fatmawaty, 2016).

Salah satu upaya vaksinasi yang dapat dilakukan yaitu secara oral atau pakan

dengan metode mikroenkapsulasi dengan teknik freeze drying (Sumanti et al.,

2016). Tujuan dari mikroenkapsulasi yaitu untuk pencegahan dari kelarutan

lingkungan maupun kelarutan dari saluran pencernaan (Suprapto, 2009). Prinsip

mikroenkapsulasi yaitu pencampuran fase air, fase zat inti dan fase bahan

penyalut sampai terbentuk emulsi dengan ukuran partikel mikroskopik, dengan

membentuk salutan dinding tipis sekitar bahan yang akan dijadikan kapsul

(encapsulated) (Iqbal & Hadi, 2016).

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dosis vaksin bivalen

V. parahaemolyticus dan V. vulnificus yang diberikan secara mikroenkapsulasi

sebagai pencegahan vibriosis pada bawal bintang.

Page 21: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

3

1.3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi ilmiah tentang dosis yang

sesuai pemberian vaksin vibrio bivalen V. parahaemolyticus dan V. vulnificus

yang diberikan secara mikroenkapsulasi sebagai pencegahan vibriosis pada bawal

bintang.

1.4 Kerangka Pikir Penelitian

Pendederan bawal bintang dengan padat tebar tinggi dapat mengakibatkan terjadi

kematian. Kematian dapat disebabkan kualitas air yang buruk akibat pemberian

pakan tinggi atau serangan penyakit dari patogen, sehingga dapat menyebabkan

sistem imun menurun dan mudahnya terinfeksi bakteri. Bakteri yang menyerang

bawal bintang biasanya Vibrio. Vibriosis merupakan penyakit bakterial yang

sangat merugikan usaha budidaya ikan karena dalam waktu yang sangat singkat

dapat menimbulkan tingkat kematian yang tinggi (Eguidius and Anderson, 1984).

Infeksi bakteri dapat dilakukan pengobatan dan pencegahan. Pengobatan yaitu

dengan pemberian antibiotik namun dapat menimbulkan resisten pada bakteri

sedangkan pencegahan dengan melakukan pengelolaan lingkungan dengan baik,

pemberian imunostimulan atau vaksinasi. Kordi (2004) mengatakan agar memiliki

ketahanan terhadap serangan penyakit maka dibutuhkan perlakuan khusus seperti

pemberian vaksin kedalam tubuh ikan.

Vaksinasi dapat diberikan secara injeksi, perendaman, dan pakan. Pemberian

vaksin secara oral atau pakan, dapat menimbulkan kendala yaitu saat antigen

melewati sistem pencernaan ikan dapat menyebabkan kerusakan dari kelarutan

Page 22: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

4

media yang disebabkan oleh pH rendah hal ini, vaksin harus diberikan bahan

penyalut yaitu dengan mikroenkapsulasi agar antigen tidak rusak oleh asam

lambung sehingga antigen dapat masuk kedalam tubuh melalui saluran

pencernaan ikan dan diedarkan ke organ-organ tubuh seperti hati, ginjal, dan

limpa dengan baik sehingga akan menimbulkan respon imun ikan tersebut.

Respon imun (spesifik) dapat merangsang pembentukan antibodi, yang ditandai

dengan meningkatnya titer antibodi (Alifudin, 2002). Pemberian vaksin bivalen

merupakan gabungan dari dua jenis bakteri Vibrio yang berbeda. Vaksin bivalen

lebih efektif dibandingkan dengan vaksin monovalen karena pada lingkungan

budidaya terdapat bakteri yang beragam sehingga perlu diberikan lebih dari satu

jenis vaksin untuk mencegah serangan vibriosis. Bagian kerangka pikir dapat

dilihat pada Gambar 1.

Page 23: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

5

Gambar 1. Kerangka pikir penelitian

1.5 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian yaitu :

H0 : Tidak ada perbedaan pengaruh pemberian dosis vaksin bivalen secara

mikroenkapsulasi sebagai bahan pencegah vibriosis terhadap respon imun

pada bawal bintang

Pendederan bawal bintang

Patogen

Infeksi bakteri Vibrio sp.

Pengobatan Pencegahan

Pengelolaan

lingkungan

Imunostimulan Vaksinasi

Pakan Injeksi/penyuntikan Perendaman

Respon imun meningkat

Padat tebar tinggi

Kualitas air buruk

Mortalitas

Mikroenkapsulasi

Page 24: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

6

H1 : Terdapat minimal satu pengaruh pemberian dosis vaksin bivalen secara

mikroenkapsulasi sebagai bahan pencegah vibriosis terhadap respon imun

pada bawal bintang

Page 25: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bawal Bintang (Trachinotus blochii)

2.1.1 Klasifikasi

Bawal bintang merupakan ikan introduksi dari Taiwan dan memiliki prospek baik

di kawasan Asia Pasifik dengan harga yang cukup tinggi. Pada tahun 2007, BBL

Batam berhasil mengembangkan pembenihan bawal bintang dan mendorong

usaha pembenihan bawal bintang berkembang di Indonesia. Klasifikasi bawal

bintang menurut Lacepede (1801) yaitu:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Subkelas : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Famili : Characidae

Genus : Trachinotus

Spesies : Trachinotus blochii (Lacepede, 1801)

Page 26: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

8

2.1.2 Morfologi

Bawal bintang (Gambar 2) mempunyai ciri-ciri badan dengan bentuk pipih

melebar dan sirip ekor bercabang. Posisi mulut subterminal, memiliki gigi gigi

halus, lubang hidung terletak didepan matawarna kulit keperak-perakan dengan

punggung berwarna hitam (Batam, 1999). Sirip punggung (dorsal fin) memiliki

duri lunak 19-21 dan duri keras 7-9, sedangkan menurut SNI 7901.3:2013 (2013)

sirip anal (anal fin) memiliki duri lunak 16-18 dan duri keras 2-3.

Gambar 2. Morfologi bawal bintang (Trachinotus blochii)

2.1.3 Habitat

Bawal bintang tergolong ikan pelagis yang sangat aktif karena selalu bergerak

(berputar) di permukaan, sehingga memerlukan lokasi/tempat yang memadai.

Persyaratan kualitas air yang ideal untuk budidaya pembesaran ikan bawal bintang

adalah: kecepatan arus 20-40 cm/detik, kecerahan perairan 2-10 mg/l (untuk

partikel > 1 mikron) dan 2-3 mg/l (untuk partikel < 1 mikron), suhu optimal untuk

pertumbuhan bawal bintang adalah 28-32oC, Salinitas 29-32 ppt, pH 6.8–8.4,

konsentrasi oksigen terlarut 5.0-7.0 ppm, kedalaman 5-15 meter, tinggi

Sirip Punggung

Linea Lateralis

Sirip Dubur Sirip Perut

Sirip Dada Operculum

Mata

Hidung

Mulut

Sirip Ekor

Page 27: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

9

gelombang < 0,5-1 meter (KKP, 2014). Bawal bintang dapat dibudidayakan

ditambak bersalinitas rendah dan tahan terhadap perubahan media air yang

bersalinitas tinggi dari salinitas 32 ppt sampai 19 ppt (McMaster et al., 2007).

2.1.4 Kebiasaan Makan

Kebiasaan makan bawal bintang pada saat larva termasuk ke dalam kelompok

ikan omnivora, salah satunya zooplankton dari jenis rotifera (Brachionus dan

Artemia) dan jenis fitoplankton adalah Tetraselmis sp. (Batam, 1999). Pada

ukuran dewasa ikan bawal bintang termasuk ke dalam kelompok karnivora yang

lebih menyukai makanan seperti memakan kelompok ikan kecil, cumi-cumi dan

krustase (Brill et al.,2005) hal tersebut terlihat dari bentuk giginya yang tajam.

2.2 Bakteri Vibrio

Bakteri merupakan mikroorganisme prokariotik yang berkembang biak dengan

cara membelah diri. Pada pertumbuhan dan perkembangbiakannya, bakteri

dipengaruhi oleh suhu, cahaya, kelembaban, pH, oksigen, zat kimia, dan pengaruh

mikroorganisme disekitarnya (Entjang, 2003). Vibrio dapat ditemukan pada

perairan laut dan payau. Salah satu jenis bakteri Vibrio patogen yang berbahaya

bagi kesehatan manusia adalah V. parahaemolyticus dan V. vulnificus. Bakteri

Vibrio memiliki daya tahan terhadap salinitas. Oleh sebab itu bakteri patogen ini

dapat mencemari pangan hasil laut (Liston et al, 1989).

Page 28: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

10

2.2.1 Vibrio parahaemolyticus

Bakteri Vibrio parahaemolyticus merupakan bakteri Gram negatif dan halofilik

yaitu bakteri yang mampu hidup pada salinitas yang tinggi, bersifat patogen pada

manusia (Kramer et al., 1989). Sedangkan menurut Bonang (1982)

V. parahaemolyticus berbentuk batang pendek bengkok dan mempunyai flagel.

V. parahaemolyticus tumbuh optimum pada kadar NaCl 3%, suhu 35-43oC,

pH 4,8-11, bakteri anaerobik fakultatif dan bersifat halofilik. Infeksi bakteri ini

dapat menyebabkan penyakit gastroenteritis dengan gejala diare, mual, muntah,

dan pusing. Bakteri V. parahaemolyticus mempunyai gen toxR merupakan gen

spesifik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi bakteri tersebut (Kim, et

al., 1999). Selain gen toxR juga terdapat gen lainnya seperti gen tdh dan gen trh

yang bersifat virulen, tetapi tidak semua gen toxR akan membawa kode gen tdh

dan trh (Hara-kudo et al., 2003).

Vibrio parahaemolyticus berukuran diameter 3-5 mm dengan ciri-ciri berwarna

biru sampai hijau, dipusat koloni berwarna hijau tua. Karakteristik mempunyai

sifat fermentatif, katalase, oksidase, glukosa. Selain itu, bakteri Vibrio

parahaemolyticus yaitu bakteri yang banyak hidup dan berkembang di laut,

sungai dan danau. Beberapa strain bakteri V. parahaemolyticus dapat menyebab-

kan gastroenteritis pada manusia yang mengkonsumsi makanan terutama yang

dimakan mentah, dimasak tidak sempurna, atau terkontaminasi oleh bakteri ini

(Cabrera et al., 2004).

Page 29: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

11

2.2.2 Vibrio vulnificus

Vibrio vulnificus merupakan bakteri memiliki ciri-ciri berwarna biru sampai hijau,

diameter 2-3 mm dan hidup pada salinitas 5-25 ppt dengan suhu di atas 15o C,

salah satu strain bakteri tertentu bersifat patogen yang serius pada manusia.

V. vulnificus bertanggung jawab atas 95% dari semua kematian terkait makanan

laut di Amerika Serikat (Bauer & Rorvik 2007). Vibrio vulnificus menyebabkan

gastroenteritis, tetapi kasusnya relatif ringan dan jarang dilaporkan.

2.3 Sistem Kekebalan Tubuh

Ikan memiliki dua sistem pertahanan yaitu sistem pertahanan alamiah (innate

immunity) dan sistem pertahanan adaptif (adaptive immunity) (Tort et al., 2003).

Hoar et al.(1997) membagi secara garis besar sistem pertahanan tubuh (imun)

pada ikan ada 2 yaitu : sistem imun non-spesifik dan sistem imun spesifik. Pada

sistem imun spesifik juga terdapat dua mekanisme yaitu respon imun humoral

diperantarai oleh antibodi yang diproduksi oleh sel-sel limfosit B (atau biasa

disebut dengan sel B) (Resmawati, 2016). Antibodi akan mengenali antigen-

antigen mikroba, menetralisirnya, dan mengeliminasi mikroba tersebut dengan

berbagai mekanisme efektor. Antibodi bersifat khusus (hanya meng-eliminasi

target antigen yang dikenalinya). Tipe antibodi yang berbeda dapat mengaktifkan

mekanisme efektor yang berbeda pula. Adapun imunitas yang adaptif seluler (cell-

mediated immunity) diperantarai oleh sel T (limfosit T) yang berperan dalam

melakukan destruksi sel-sel yang terinfeksi mikroba secara intraseluler

(Shoemaker et al, 2001).

Page 30: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

12

2.4 Vaksinasi

Vaksinasi merupakan salah satu tindakan preventif dalam mengendalikan infeksi

Vibrio parahaemolyticus dan V. vulnificus, karena vaksinasi dapat meningkatkan

kekebalan tubuh ikan terhadap serangan penyakit baik kekebalan spesifik maupun

kekebalan non spesifik yang pada akhirnya dapat meningkatkan kelangsungan

hidup ikan. Penggunaan obat-obatan dan bahan kimia untuk pengobatan ikan

sudah mulai ditinggalkan. Hal ini disebabkan karena dampak negatif yang

ditimbulkan seperti pencemaran lingkungan, residu dalam tubuh ikan, dan

resistensi bakteri terhadap jenis antibiotik tertentu. Keuntungan lain dari vaksinasi

adalah tidak adanya efek samping pada ikan berbeda halnya dengan penggunaan

antibiotik yang mana dapat berdampak negatif pada ikan (Supriyadi & Rukyani

1990).

Prinsip vaksinasi ikan adalah untuk memasukkan antigen yang didapat dari

patogen yang telah diinaktifkan atau dilemahkan sehingga sifat patogenitasnya

sudah hilang ke dalam tubuh ikan untuk merangsang sel-sel limfosit membentuk

antibodi (Zafran, 2016). Vaksinasi bertujuan untuk meningkatkan pertahanan

spesifik terhadap suatu patogen tertentu (Setiawan, 2012). Sehingga saat patogen

yang sama tersebut menyerang maka tubuh akan merespon untuk memper-

tahankan diri dari serangan patogen tersebut (Resmawati, 2016). Respon

pertahanan tubuh terhadap patogen tersebut akan berlangsung cukup lama karena

tubuh memiliki memori terhadap patogen tersebut (Chinnah, 1992).

Page 31: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

13

Salah satu faktor yang menentukan efektifitas suatu vaksin adalah dosis yang

diberikan. Pada penelitian terdahulu (Desrina et al., 2007) mengatakan dosis 5 µg

V. alginolyticus 74 kDa mampu merangsang sistem kekebalan kerapu

(Ephinephelus fuscoguttatus). Pemakaian vaksin pada usaha budidaya perikanan

sangat penting, mengingat pemakaian vaksin maka kita akan memperoleh

kekebalan pada ikan yang dibudidaya. Kekebalan yang diperoleh biasanya

berlangsung dalam jangka waktu yang lama artinya dengan sekali atau dua kali

pemberian vaksin maka kekebalan yang diperoleh dapat bertahan untuk satu

periode pemeliharaan. Biaya yang diperlukan untuk vaksinasi tidak terlalu tinggi.

Selain itu untuk pemakaian vaksin tidak diperlukan tenaga yang cukup banyak.

Keuntungan yang lain dari pemakaian vaksin adalah tidak adanya efek samping.

2.5 Titer Antibodi

Pengukuran titer antibodi bertujuan untuk mengetahui efektifitas vaksin atau

respon antibodi terhadap antigen yang dimasukkan dalam tubuh ikan atau

mengetahui pengaruh vaksinasi terhadap jumlah antibodi dalam serum benih ikan

(Alifudin, 2002). Terbentuknya antibodi spesifik berasal dari masuknya bakteri

kedalam tubuh ikan dan di fagositosis oleh makrofag kemudian akan di rangsang

oleh sel limfosit (Hastuti, 2015). Respon antibodi ikan diekspresikan dengan

adanya aglutinasi terhadap antigen terlarut (Olga et al., 2007).

Page 32: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

14

2.6 Hematologi Ikan

Pemeriksaan darah (hematologis) dapat digunakan sebagai indikator tingkat

keparahan suatu penyakit (Bastiawan et al., 2001). Penentuan kesehatan ikan

dapat dilihat melalui studi hematologis yang merupakan kriteria penting untuk

diagnosis ikan (Osman et al., 2010). Ikan yang terserang penyakit akan

mengalami perubahan pada nilai aktifitas fagositosis, indeks fagositosis dan

leukosit (Alamanda et al., 2007). Pengukuran total leukosit berfungsi untuk

mengetahui daya tahan tubuh ikan karena leukosit memiliki p eranan penting

dalam menghilangkan benda asing yang masuk kedalam tubuh ikan dalam

beberapa tahapan yaitu tahap pengenalan, fagositosis dan sebagai komunikasi sel.

Jumlah leukosit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu spesies ikan, umur, nutrisi

dan stress (Modra et al., 1998).

Darah merupakan bagian terpenting dalam tubuh salah satunya sebagai parameter

yang digunakan untuk melihat kelainan yang terjadi pada ikan, baik yang terjadi

karena penyakit ataupun karena keadaan lingkungan. pemeriksaan darah dapat

digunakan sebagai indikator tingkat keparahan suatu penyakit. Studi hematologis

merupakan kriteria penting untuk diagnosis dan penentuan kesehatan ikan

(Hidayat et al., 2014).

Page 33: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

15

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada Januari sampai Maret 2019, bertempat di Balai

Besar Perikanan Budidaya Lampung (BBPBL) Desa Hanura, Kecamatan Teluk

Pandan, Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Persiapan Penelitian

(1) Alat : Bak kontainer ukuran 60x40x40 cm3 sebanyak 9 buah dan diisi air

laut sebanyak 3/4 dari volume total, aerator, selang aerasi, dan batu

aerator.

(2) Bahan : Ikan bawal bintang ukuran ± 8-10 cm, pakan komersil dengan

kadar (protein 46%, lemak 10%, abu 13%, serat kasar 2%, kadar air

10%), isolat bakteri Vibrio parahaemolyticus dan V. vulnificus.

3.2.2 Pembuatan Vaksin Inaktif

(1) Alat : Jarum ose, cawan petri, tabung reaksi, erlenmeyer, hot plate,

spektrofotometer, bunsen, mikropipet, yellow tip, sentrifuge, batang

Page 34: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

16

spreader, corong, inkubator, shaker, magnetic stirer, vortex, dan

autoclave.

(2) Bahan : Media TSA (Tripticase Soy Agar) (CM0131,OXOIDTM

)

(Lampiran1), media APW (Alcaline Peptone Water) (Lampiran 2),

PBS (Phospat Buffer Saline) (Lampiran 3), aquades, formalin

fisiologis 0,6% (Lampiran 4), formalin fisiologis 0,3% (Lampiran5),

alkohol 70%, NaCl, isolat bakteri V. parahaemolyticus dan V.

vulnificus.

3.2.3 Pembuatan Mikrokapsul

(1) Alat : Mesin pendingin, erlenmeyer, spatula, freeze drying FD-10-MR.

(2) Bahan : Maltodekstrin DE 10, susu skim, vaksin bivalen (V.

parahaemolyticus dan V. vulnificus).

3.2.4 Vaksinasi

(1) Alat : Selang aerasi dan aerator

(2) Bahan : Ikan bawal bintang ukuran ±8-10 cm, pakan yang telah diberi

vaksin inaktif V. parahaemolyticus dan V. vulnificus.

3.2.5 Titer Anbtibodi

(1) Alat : Alat bedah, pellet pastel, refrigerator -80oC, microdillution plate,

mikropipet, tube, shaker, dry bath incubator, dan sentrifuge.

(2) Bahan : Sampel daging ikan bawal bintang sebanyak 2 mg, larutan PBS

(Phospat Buffer Saline), larutan Tween 20 (Lampiran 6).

Page 35: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

17

3.2.6 Total Leukosit

(1) Alat : Haemocytometer, sentrifuge, mikroskop, saringan nilon 100 mm,

alat bedah, tabung leukosit.

(2) Bahan : Larutan HBSS (Hanks’ Balanced Salts) (Lampiran 7), percoll

(Lampiran 8), ddH2O, Nacl, L-15, ginjal anterior dan limpa ikan

sampel.

3.2.7 Aktivitas Fagositosis dan Indeks Fagositosis

(1) Alat : Haemocytometer, cover glass, mikroskop, laminar air flow, cawan

petri, dan alat bedah.

(2) Bahan : Larutan HBSS (Hanks’ Balanced Salts), latex beads, metanol,

larutan giemsa (Lampiran 9), leukosit ikan sampel.

3.2.8 Analisis Kualitas Air

(1) Alat : Termometer, pH meter, DO meter, refraktometer.

(2) Bahan : Sampel air pemeliharaan ikan bawal bintang dan aquades.

3.3 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dua

perlakuan dan satu kontrol dengan tiga kali ulangan yang masing-masing berisi

20 ekor ikan/bak menurut SNI (7901.2:2013) yang diberikan secara oral.

Frekuensi pemberian pakan dua kali sehari pada pukul 08.00 WIB dan 14.00 WIB

Page 36: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

18

dilakukan selama 7 hari. Jumlah yang diberikan 5% dari bobot biomassa ikan

(Tabel 1).

Tabel 1. Rancangan penelitian pemberian vaksin Vibrio bivalen (108

cfu/mm3)

No Kode

Perlakuan Keterangan

1 K (+) Pemberian pakan komersil tanpa penambahan mikrokapsul

vaksin dan dilakukan uji tantang

2 A Pemberian pakan komersil dengan penambahan mikrokapsul

vaksin (1 g vaksin/ kg pakan) dan dilakukan uji tantang.

3 B Pemberian pakan komersil dengan penambahan mikrokapsul

vaksin (2 g vaksin/ kg pakan) dan dilakukan uji tantang.

3.4 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian terdiri dari tiga tahapan, yaitu :

3.4.1 Tahap Persiapan

3.4.1.1 Sterilisasi Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitan ini disterilisasi terlebih

dahulu untuk membebaskan dari mikroorganisme yang dapat menyebabkan

kontaminan dengan autoclave. Prosedur sterilisasi menggunakan autoclave

adalah:

(1) Alat dan Bahan yang akan digunakan dibungkus dengan kertas, kemudian

dibungkus dengan plastik tahan panas.

Page 37: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

19

(2) Peralatan yang sudah dibungkus kemudian dimasukan ke dalam mesin

autoclave.

(3) Sterilisasi dilakukan pada suhu 121oC dan tekanan 1 atm selama 20 menit.

3.4.1.2 Persiapan Wadah dan Ikan Uji

(1) Kontainer disiapkan sebanyak 9 buah dengan ukuran 60 x 40 x 40 cm3.

(2) Bak kontainer yang akan digunakan disterilisasi dengan cara dicuci dan

didesinfeksi menggunakan kaporit kemudian dibilas dengan air tawar

(Widanami et al., 2014).

(3) Kemudian bak diisi air laut sebanyak 3/4 dari volume total yang telah

diendapkan selama 24 jam dan diberi aerasi.

(4) Ikan bawal bintang dengan ukuran 8-10 cm dimasukan kedalam bak kontainer

dengan kepadatan 25 ekor/bak.

(5) Ikan diaklimatisasi selama 7 hari dalam bak pemeliharaan, serta diberi pakan

komersil 2 kali sehari, pada pagi 08.00 dan 17.00 WIB (Ashari & Putra,

2015).

3.4.1.3 Pembuatan Vaksin Inaktif

Metode pembuatan vaksin menurut Setyawan (2012) yaitu sebagai berikut :

(1) Bakteri V. parahaemolyticus dan V. vulnificus dibiakan kedalam media APW

sebanyak 3 ml selama 24 jam.

(2) Bakteri diinokulasi pada media TSA sebanyak 1 ml kemudian diinkubasi

selama 24 jam.

Page 38: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

20

(3) Bakteri dipanen dengan larutan PBS sebanyak 5ml dan dimasukan kedalam

botol sentrifuse. Jika sudah homogen maka disentrifuse dengan kecepatan

3000 rpm selama 15-20 menit.

(4) Supernatan dibuang dan dilakukan pencucian dengan PBS sebanyak 2 kali.

(5) Formalin ditambahkan sebanyak 0,6% dengan perbandingan kepadatan

volume bakteri dan formalin sebanyak 1:1 kemudian dihomogenkan dan

diinkubasi selama 24 jam.

(6) Uji viabilitas pada media TSA (jika tumbuh, dilakukan inaktifasi ulang

dengan diinkubasi kembali hingga bakteri tidak tumbuh, jika tidak tumbuh

dilanjutkan dengan sentrifuse dengan kecepatan 3000 rpm, selama 15 menit,

dan suhu 5oC).

(7) kemudian ditambahkan formalin 0,3% dengan perbandingan kepadatan

volume bakteri dan formalin sebanyak 1:1 dan dihomogenkan.

(8) Penghitungan kepadatan vaksin inaktif V. parahaemolyticus dan

V. vulnificus dengan spektrofotometer mengacu pada standar McFarland

(Lampiran 10).

3.4.1.4 Pembuatan Mikrokapsul

Metode pembuatan mikrokapsul menurut Sumanti et al., (2016) sebagai berikut :

(1) Vaksin yang digunakan yaitu vaksin bivalen Vibrio parahaemolyticus dan

Vibrio vulnificus.

(2) Vaksin bivalen dicampur dengan bahan penyalut susu skim dan maltodekstrin

hingga homogen dengan menggunakan hot plate selama 30 menit.

Page 39: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

21

Perbandingan vaksin bivalen, susu skim, dan maltodekstrin adalah 70%:

10%: 20% (v/v/w).

(4) Bahan selanjutnya dimikroenkapsulasi dengan freeze drying FD-10-MR.

Metode freeze drying (pengeringan beku) yaitu:

(a) vaksin bivalen, susu skim, dan maltodekstrin dihomogenkan

menggunakan hot plate dengan suhu ruang dan dibekukan selama

24 jam.

(b) Setelah bahan beku kemudian dimasukan kedalam alat freezdrying dan

terjadi proses pengeringan dengan cara divacum menggunakan tekanan

rendah sehingga kandungan air yang sudah menjadi es akan langsung

menjadi uap tanpa melalui fase cair dikenal dengan sublimasi.

(c) Proses pemanasan dalam alat diterapkan untuk mempercepat proses

sublimasi namun terdapat dinding pembatas antara bahan yang akan

dikeringkan dan media pemanas.

(d) Hasil penguapan dalam vacum terjadi proses kondensor dengan suhu

rendah sehingga akan menghapus pelarut yang menguap diubah kembali

menjadi padat.

3.4.2 Pelaksanaan Penelitian

3.4.2.1 Vaksinasi

(1) Pemberian vaksinasi metode pakan dilakukan pada saat ikan berumur

> 3 minggu, dengan kondisi ikan sehat dan belum terpapar bakteri spesifik

yang digunakan sebagai vaksin.

Page 40: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

22

(2) Pemberian vaksin dilakukan dengan mencampur pakan komersil yang telah

dihancurkan, dosis vaksin yang digunakan yaitu A (1g vaksin/kg pakan) dan

B (2g vaksin/kg pakan).

(3) Pemberian vaksin diberikan selama 7 hari pemeliharaan.

(4) Frekuensi pemberian vaksin oral dilakukan 2 kali sehari pada pukul 08.00

WIB dan 14.00 WIB. Time Line Penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.

Aklimatisasi Vaksinasi Pengamatan Titer Uji Pengamatan

selama 7 hari darah Antibodi tantang

0 7-13 14 dan 27 27 28 35

(hari ke-)

Gambar 3. Time Line Penelitian

3.4.2.2 Pemeliharaan Ikan Pasca Vaksinasi

(1) Ikan dipelihara selama 14 hari dengan diberikan pakan pelet komersil 2 kali

sehari pada pukul 08.00 WIB dan 17.00 WIB (Ashari & Putra, 2015).

(2) Dilakukan manajemen kualitas air dan kesehatan ikan selama pemeliharaan,

diantaranya sipon dan ganti air.

3.4.2.3 Lethal Dosage 50 (LD50)

Lethal dosage 50 dilakukan untuk mengetahui dosis yang akan digunakan dalam

uji tantang, untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut:

(1) Bak kontainer disiapkan 5 buah bak untuk V. parahaemolyticus dan 5 buah

bak untuk V. vulnificus yang diisi ikan sebanyak 10 ekor.

Pemeliharaan Pemeliharaan

pasca vaksinasi

Page 41: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

23

(2) Kemudian masing-masing kontainer diberi perlakuan yang berbeda yaitu

PBS (kontrol), 109, 5x10

8, 10

8, dan 5x10

7 cfu/ml.

(3) Ikan diamati setiap 6 jam sekali, hingga kematian 50% dari populasi. Untuk

lebih jelasnya perhitungan Lethal Dosage 50 bakteri dilakukan berdasarkan

metode Dragstedt Behrens (Hubert, 1980) sebagai berikut:

m = x1 + d 50−%x1

%x1+1−%x1

Keterangan :

M : log LD50

x1 : log dosis bakteri di bawah LD50

d : selisih log dosis di bawah LD50

% x1 : persentase kematian kumulatif pada dosis di bawah LD50

% x1+1 : persentase kematian kumulatif pada dosis di atas LD50

3.4.2.4 Uji Tantang

(1) Uji tantang dilakukan setelah dua minggu pemberian vaksin. Uji ini

dilakukan secara injeksi pada ikan yang telah divaksinasi dengan

konsentrasi yang diperoleh dari hasil LD50.

(2) Setelah diuji tantang, ikan dipelihara selama 7 hari dan dilakukan

pengamatan.

Page 42: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

24

3.4.3 Tahap Pengamatan

3.4.3.1 Titer Antibodi

Pemeriksaan titer antibodi dilakukan sebelum ikan diuji tantang. Pengamatan titer

antibodi (Bahar & Effendi, 2017) dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

(1) Daging ikan di ambil sebanyak 2 mg dengan cara dibedah kemudian

dimasukan kedalam tube 1,5 ml dan diberi larutan PBS tween 20 sebanyak

700 µl.

(2) Sampel daging dihancurkan kemudian di sentrifus dengan kecepatan 6000

rpm selama 10 menit dengan suhu ruang.

(3) Serum diambil pada lapisan kedua pada tube.

(4) Serum yang telah dipindahkan kemudian dipanaskan pada inkubator dengan

suhu 74oC selama 30 menit.

(5) Sampel serum dimasukan refrigator -80oC atau langsung digunakan.

(6) Sampel diuji dengan metode mikroaglutinasi. Prosedur metode

mikroaglutinasi mengacu pada Agustin (2012), yaitu sebagai berikut:

(a) Serum dimasukkan ke dalam sumuran microdillution plate 1 dan 2

sebanyak 50 µl.

(b) PBS dimasukkan ke sumuran 2-12 sebanyak 50 µl.

(c) Sumuran dipipet ulang untuk dilakukan pengenceran dari sumuran 2

hingga sumuran ke 11.

(d) Antigen (Ag) dimasukkan sebanyak 50 µl pada sumuran 1-12.

(e) Microdillution plate digoyang-goyangkan selama ± 3 menit dengan pola

membentuk angka 8 dan huruf S.

Page 43: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

25

(f) Hasil diinkubasi dalam refrigerator selama 24 jam.

(g) Pengamatan dilakukan dengan melihat reaksi aglutinasi pada masing-

masing sumur yang ditandai dengan adanya kabut warna keruh/putih atau

dot yang menyebar ke seluruh sumuran.

(h) Hasil dicatat berdasarkan reaksi aglutinasi yang terbentuk pada sumuran

hingga pengenceran terakhir. Microdillution plate Penelitian dapat dilihat

pada Gambar 4.

Serum

50µl+ PBS PBS PBS PBS PBS PBS PBS PBS PBS

Serum PBS 50µl+ 50µl+ 50µl+ 50µl+ 50µl+ 50µl+ 50µl+ 50µl+ 50µl+ PBS 50µl+ 50µl+ P-2 P-3 P-4 P-5 P-6 P-7 P-8 P-9 P-10 50µl+

Ag Ag Ag Ag Ag Ag Ag Ag Ag Ag Ag Ag

50µl 50µl 50µl 50µl 50µl 50µl 50µl 50µl 50µl 50µl 50µl 50µl

Rendah Serial pengenceran Tinggi

Gambar 4. Microdillution plate

3.4.3.2 Total Leukosit

Perhitungan total leukosit mengacu pada Nan et al., (2015) dengan modifikasi

sebagai berikut:

(1) Leukosit diperoleh melalui sentrifugasi percoll (GE healthcare) 30% dan 50%

dengan mengisolasi ginjal anterior dan limpa pada ikan sampel.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 A

B

C

D

E

F

G

H

P

e

n

g

u

l

a

n

g

a

n

50µl 50µl 50µl 50µl 50µl 50µl 50µl 50µl 50µl

Page 44: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

26

TL (sel/ml) = Rata-rata ∑ sel x 1

10−4 x FP

(2) Kedua organ dihaluskan diatas larutan HBSS dan disaring menggunakan nilon

ukuran mesh 100 mm.

(3) Sampel disentrifugasi dengan kecepatan 500 g selama 40 menit pada suhu

4oC.

(4) Sel leukosit dipanen pada bagian tengah percoll dan dicuci menggunakan

HBSS tiga kali dengan sentrifugasi 3000 rpm,10 menit dengan suhu 4oC.

(5) Leukosit dimasukkan ke dalam satu tube dan ditambahkan HBSS lalu

disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit dengan suhu 4oC.

(6) Supernatan dibuang dan tambahkan L-15 medium sebanyak 1 ml.

(7) Leukosit diamati di bawah mikroskop.

Gambar 5. Haemacytometer

Sumber : Wijaya et al., 2015

Untuk menghitung total leukosit lebih jelasnya dapat menggunakan rumus sebagai

berikut:

Keterangan :

FP : Faktor pengenceran

Kotak

perhitungan

leukosit

Kotak

perhitungan

leukosit

Kotak

perhitungan

leukosit

Kotak

perhitungan

leukosit

Page 45: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

27

3.4.3.3 Aktifitas Fagositosis dan Indeks Fagositosis

Prosedur pengujian Aktifitas fagositosis dan indeks fagositosis menurut

Qomariyah & Sudarno (2017) dengan modifikasi sebagai berikut:

(1) Suspensi leukosit 200 µl diletakkan di atas gelas objek.

(2) Sampel didiamkan selama 90 menit pada laminar air flow.

(3) Larutan 200 µl latex beads ditambahkan di atas lapisan leukosit.

(4) Kemudian diamkan kembali selama 30 menit.

(5) Gelas objek dicuci dengan 1 ml larutan HBSS.

(6) Fiksasi dengan metanol 200 µl selama 5 menit dan dilanjutkan dengan

pencucian menggunakan ddH2O.

(7) Kemudian dilakukan pewarnaan Giemsa dan diamkan selama 40 menit.

(8) Cuci dengan air mengalir dan diamkan hingga kering.

(9) Sampel diamati sebanyak 200 sel di bawah mikroskop. Untuk menghitung AF

dan IF dapat menggunakan rumus Setiawan (2012) sebagai berikut:

3.4.3.4 Gejala Klinis

Gejala klinis diamati dalam waktu 24 jam sekali selama 7 hari dengan melihat

gejala yang ditimbulkan setelah diuji tantang menggunakan bakteri

V. parahaemolyticus dan V. vulnificus pada ikan dengan melihat gejala awal,

gejala sakit hingga kematian yang terinfeksi vibriosis.

𝐴𝑘𝑡𝑖𝑓𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐹𝑎𝑔𝑜𝑠𝑖𝑡𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐴𝐹 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙 𝑓𝑎𝑔𝑜𝑠𝑖𝑡

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖 𝑥 100%

𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝐹𝑎𝑔𝑜𝑠𝑖𝑡𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐼𝐹 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑡𝑒𝑥 𝑏𝑒𝑎𝑑𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑓𝑎𝑔𝑜𝑠𝑖𝑡𝑜𝑠𝑖𝑠

𝑆𝑒𝑙 𝑓𝑎𝑔𝑜𝑠𝑖𝑡

Page 46: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

28

3.4.3.5 Tingkat Kelangsungan Hidup (TKH)

Menurut Wirabakti (2006), Tingkat kelangsungan hidup (TKH) merupakan

persentase dari jumlah ikan yang hidup pada setiap akuarium pada akhir

perlakuan. Untuk menghitung TKH lebih jelasnya dapat menggunakan rumus

Nitimulyo et al., (2005) sebagai berikut:

TKH (%) = Nt

N0 ×100%

Keterangan:

Nt : Jumlah ikan yang hidup selama pemeliharaan, dalam waktu t

N0 : Jumlah ikan awal penebaran, t = 0

3.4.3.6 Relative Percent Survival (RPS)

Relative Percent Survival (RPS) atau tingkat perlindungan relatif digunakan

untuk menunjukkan efikasi vaksin atau penggunaan vaksin untuk melindungi ikan

dari serangan bakteri, Nitimulyo et al., (2005). Untuk menghitung RPS lebih

jelasnya dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

3.4.3.7 Mean Time to Death (MTD)

Rerata Waktu Kematian Mean Time to Death (MTD) (Nitimulyo et al., 2005).

Untuk menghitung MTD lebih jelasnya dapat menggunakan rumus sebagai

berikut:

𝑅𝑃𝑆 = 1 − % 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑣𝑎𝑘𝑠𝑖𝑛

% 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑑𝑖𝑣𝑎𝑘𝑠𝑖𝑛 𝑥 100%

Page 47: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

29

Keterangan:

a : waktu kematian (hari)

b : jumlah ikan yang mati (ekor)

3.4.3.8 Kualitas Air

Pengukuran kualitas air dilakukan sebagai data pendukung penelitian sebagai

berikut :

(1) Pengukuran parameter kualitas air dilakukan pada awal, tengah dan akhir

penelitian.

(2) Parameter kualitas air yang diamati adalah oksigen terlarut (DO), pH, suhu,

dan salinitas.

3.5 Analisis Data

Data dianalisis menggunakan uji t. Parameter yang dianalisis statistik secara

kumulatif yaitu total leukosit, aktivitas fagositosis, indeks fagositosis. Sedangkan

parameter yang dianalisis secara deskriptif adalah tingkat kelangsungan hidup,

relative percent survival, mean time to death, titer antibodi, gejala klinis, dan

kualitas air.

𝑀𝑇𝐷 =

𝑛 𝑎𝑖𝑏𝑖𝑖 = 1𝑛

𝑏𝑖𝑖 = 1

Page 48: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

46

V. SIMPULAN DAN SARAN

Pemberian vaksin bivalen Vibrio parahaemolyticus dan V. vulnificus memiliki

dosis yang efektif yaitu dosis 2 g vaksin/kg pakan dibandingkan dosis 1 g

vaksin/kg pakan.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian, yaitu penggunaan vaksin

bivalen secara mikroenkapsulasi dengan meningkatkan dosis untuk melihat

peningkatan respon imun spesifik dan non spesifik secara keseluruhan.

5.1 Simpulan

Page 49: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

47

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, D. (2012). Pengaruh perbedaan dosis aplikasi probiotik terhadap respon

imun non spesifik ikan mas (Cyprinus carpio) dengan uji tantang bakteri

Aeromonas salmonicida. Skripsi. Universitas Lampung.

Alamanda, I. E., Handajani, N. S., & Budiharjo, A. (2007). The use of hematology

method and blood endoparasite observation for determining catfish (Clarias

gariepinus) health in fishery Mangkubumen, Boyolali. Biodiversitas

Journal of Biological Diversity, 8(1), 34-38.

Alifuddin, M. (2002). Imunostimulasi Pada Hewan Akuatik. Jurnal Akuakultur

Indonesia, 1(2),87-92.

Amar, E. C., & Almendras, J. M. E. (2010). Immunity and biological methods of

disease prevention and control. In Health Management in Aquaculture (pp.

229-258). Aquaculture Department, Southeast Asian Fisheries Development

Center. 258 hlm.

Ashari, S. A., & Putra, I. (2015). Growth and Survival Silver Pompano

(Trachinotus blochii, Lacepede) with Different Stocking Density Are

Maintained in Floating Net Chages. Jurnal Online Mahasiswa (JOM)

Bidang Perikanan dan Ilmu Kelautan, 2(1), 1-10.

Bahar, S, I., Harpeni, E., & Effendi, E. (2017). Respon imun spesifik larva ikan

mas (Cyprinus carpio) melalui imunitas maternal yang diberi vaksin inaktif

whole cell (Aeromonas salmonicida). Biospecies, 10(1), 37-43.

Bastiawan, D., Wahid, A., Alifudin, M., & Agustiawan, I. (2001). Gambaran

darah Lele dumbo (Clarias spp.) yang diinfeksi cendawan Aphanomyces sp

pada pH yang berbeda. Jurnal Penelitian Indonesia, 7(3), 44-47.

Batam, T. B. B. L. (1999). Pembenihan Bawal Bintang (Trachinotus blochii

Lecepede). Balai Budidaya Laut Batam Direktorat Jenderal Perikanan

Departemen Pertanian. Batam.

Page 50: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

48

Bauer, A., & Rørvik, L. M. (2007). A novel multiplex PCR for the identification

of Vibrio parahaemolyticus, Vibrio cholerae and Vibrio vulnificus. Letters in

applied microbiology, 45(4), 371-375.

Blaxhall, P. C. (1972). The haematological assessment of the health of freshwater

fish: a review of selected literature. Journal of fish biology, 4(4), 593-604.

Bonang, G., & Koeswardono, E. S. (1982). Mikrobiologi kedokteran: untuk

laboratorium dan klinik. Gramedia. Jakarta. 199 hlm.

Brill, R. W., Bigelow, K. A., Musyl, M. K., Fritsches, K. A., & Warrant, E. J.

(2005). Bigeye tuna (Thunnus obesus) behavior and physiology and their

relevance to stock assessments and fishery biology. Col. Vol. Sci. Pap.

ICCAT, 57(2), 142-161.

Buller, N. B. (2004). Bacteria from Fish and Other Aquatic Animals: A paractical

Identification Manual. Western Australia: CABI Publishing. 329 hlm.

Cabrera-García, M. E., Vázquez-Salinas, C., & Quiñones-Ramírez, E. I. (2004).

Serologic and molecular characterization of Vibrio parahaemolyticus strains

isolated from seawater and fish products of the Gulf of Mexico. Applied and

environmental microbiology, 70(11), 6401-6406.

Campbell, T. W., & Ellis, C. K. (2013). Avian and exotic animal hematology and

cytology. John Wiley & Sons. 287 hlm.

Chinnah, A. D., Baig, M. A., Tizard, I. R., & Kemp, M. C. (1992). Antigen

dependent adjuvant activity of a polydispersed β-(1, 4)-linked acetylated

mannan (acemannan). Vaccine, 10(8), 551-557.

Dellman HD & Brown EM. (1989). Buku Tks Histologi Veteriner. Hartono

(Penerjemah). UI Press. Jakarta. 95 hlm

Desrina, D., Taslihan, A., Ambariyanto, A., Yudiati, E., Casessar, Y. D., Sumanta,

R. B. S. & Sembiring, L. (2007). Isolasi, Purifikasi dan Immunogenitas

Protein Outer Membran Vibrio alginolyticus pada Ikan Kerapu Macan

(Epinephelus fuscoguttatus). Jurnal Perikanan Universitas Gadjah Mada,

9(1), 8-16.

Ellis, A. E. (1988). Current aspects of fish vaccination. Diseases of Aquatic

Organisms, 4(2), 159-64.

Entjang, I. (2003). Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Akademi Keperawatan

Page 51: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

49

dan Sekolah Tenaga Kesehatan yang Sederajat. Citra Aditya Bakti.

Bandung. 334 hlm.

Hadie, W., L. M. Angela, Sularto, & T. Evi. (2010). Imunitas Maternal Terhadap

Aeromonas hidrophila: Pengaruhnya Terhadap Fekunditas dan Daya Tetas

Ikan Patin Siam (Pangasionodon hypothalamus). Jurnal Ris. Akuakultur,

5(2), 229-235.

Hara-Kudo, Y., Sugiyama, K., Nishibuchi, M., Chowdhury, A., Yatsuyanagi, J.,

Ohtomo, Y., & Konuma, H. (2003). Prevalence of pandemic thermostable

direct hemolysin-producing Vibrio parahaemolyticus O3: K6 in seafood and

the coastal environment in Japan. Applied and environmental

microbiology, 69(7), 3883-3891.

Hardi, E. H. 2011. Kandidat Vaksin Potensial Streptococcus agalactiae Untuk

Pencegahan Penyakit Streptococcosis Pada Ikan Nila (Oreochromis

niloticus). Disertasi. Program Studi Ilmu Akuakultur. Sekolah Pascasarjana.

Institut Pertanian Bogor. Bogor. 182 hlm.

Hasibuan. A. L. (2017). Status Kesehatan Ikan Bawal Air Tawar (Collosoma

macropomum) di Keramba Sungai Kampar dan Kolam Desa Rumbio,

Kabupaten Kampar. Skripsi Universitas Riau, Riau.

Hastuti, S. D. (2015). Aplikasi Antigen Bakteri Streptococcus agalactiae Sebagai

Kandidat Vaksin untuk Pencegahan Penyakit Streptococcosis pada Ikan

Nila (Oreochromis sp). Jurnal Gamma, 8(2), 64-79.

Hidayat, R., & Harpeni, E. (2014). Profil Hematologi Kakap Putih (Lates

calcallifer) yang Distimulasi dengan Jintan Hitam (Nigela sativa) dan

Efektifitasnya Terhadap Infeksi Vibrio alginolyticus. e-Jurnal Rekayasa dan

Teknologi Budidaya Perairan, 3(1), 327-334.

Hoar, W. S., Randall, D. J., Iwama, G., & Nakanishi, T. (1997). The fish immune

system: organism, pathogen, and environment (Vol. 15). Academic Press.

395 hlm.

Huang, Z., Tang, J., Li, M., Fu, Y., Dong, C., Zhong, J. F., & He, J. (2012).

Immunological evaluation of Vibrio alginolyticus, Vibrio harveyi, Vibrio

vulnificus and infectious spleen and kidney necrosis virus (ISKNV)

combined-vaccine efficacy in Epinephelus coioides. Veterinary immunology

and immunopathology, 150(1-2), 61-68.

Hubert, J.J. 1980. Bioassay. Kendall/Hunt Publishing Company. Lowa. USA.

Page 52: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

50

Iqbal, M. N., & Hady, H. (2016). Pembuatan Mikrokapsul Phycocyanin

Menggunakan Maltodekstrin sebagai Bahan Pelapis dengan Metode Spray

Drying. In Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan.

Johnny, F., & Roza, D. (2012). Penyakit Infeksi Vibriosis pada Calon Induk Ikan

Kerapu Sunu, Plectropomus leopardus di Hatchery. In Prosiding Seminar

Nasional XXI Perhimpunan Biologi Indonesia “Peran Biologi dalam

Mengantisipasi Dampak Pemanasan Global Melalui Pelestarian

Keanekaragaman Hayati. 187 hlm.

Juwana, S. (1990). Tinjauan tentang kebiasaan menggunakan antibiotik dalam

dosis pencegahan pada hatchery. Oseana, 15(3), 93-105.

Kim, Y. B., Okuda, J., Matsumoto, C., Takahashi, N., Hashimoto, S., &

Nishibuchi, M. (1999). Identification of Vibrio parahaemolyticus strains at

the species level by PCR targeted to the toxR gene. Journal of Clinical

Microbiology, 37(4), 1173-1177.

Kementerian Kelautan dan Perikanan. (2014). Leaflet Pembesaran Ikan Bawal

Bintang di Karamba Jaring Apung (KJA). Direktorat Usaha Budidaya.

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.

Köllner, B., & Kotterba, G. (2002). Temperature dependent activation of

leucocyte populations of rainbow trout, Oncorhynchus mykiss, after

intraperitoneal immunisation with Aeromonas salmonicida. Journal Fish &

Shellfish Immunology, 12(1), 35-48.

Kordi, M. G. H. (2004). Penanggulangan hama dan penyakit ikan. Penerbit

Rineka Cipta. Jakarta. 194 hlm.

Kramer, J. M., Gilbert, R. J., & Doyle, M. P. (1989). Foodborne bacterial

pathogens. by MP Doyle, Marcel Dekker, Inc., New York and Basel. 70 hlm.

Kresno, S. B. (2001). Imunologi: Diagnosis dan prosedur laboratorium, edisi

keempat. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Jakarta, 341.

Lagler KF, Bardach JE, RR Miller, Passino DRM. (1977). Ichtyology. John

Willey and Sons. Inc. New York-London. 506 hlm.

Liston, A., Rieseberg, L. H., & Elias, T. S. (1989). Genetic similarity is high

between intercontinental disjunct species of Senecio (Asteraceae). American

Journal of Botany, 76(3), 383-388.

Page 53: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

51

Mangunwardoyo, W., Ismayasari, R., Riani, E. (2010). Uji Patogenisitas dan

Virulensi Aeromonas hydrophila Stanier pada Ikan Nilai (Oreochromis

niloticus Lin) melalui Postulat Koch. Jurnal. Riset. Akuakultur 5(2), 245-

255.

McMaster, M. F., Kloth, T. C., Coburn, J. F., & Stolpe, N. E. (2007). Florida

pompano, Trachinotus carolinus, is an alternative species for low salinity

shrimp pond farming. World Aquaculture-Baton Rouge, 38(4), 50.

Nabib, R., & Pasaribu, F. H. (1989). Patologi dan penyakit ikan. Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat

Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor, 158.

Nan, F. H., Agus, P. A. S., Brite, M., & Lee, M. C. (2015). The effects of Curcuma

zedoaria and Zingeber zerumbet on non-spesific immune responses of

grouper Epinephelus coioides. Iranian Journal of Fisheries Sciences, 14(3),

598-611.

Nitimulyo, K. H., Isnansetyo, A., Triyanto, T., Murdjani, M., & Sholichah, L.

(2005). Efektivitas vaksin polivalen untuk pengendalian vibriosis pada

kerapu tikus (Cromileptes altivelis). Jurnal Perikanan Universitas Gadjah

Mada, 7(1), 95-100.

Olga, O., & Fatmawaty, F. (2016). Efikasi Rute Vaksin Aeromonas hydrophila

ASB-01 Pada Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus). Fish Scientiae, 3(6),

131-144.

Olga, O., Rini, R. K., Akbar, J., Isnansetyo, A., & Sembiring, L. (2007). Protein

Aeromonas Hydrophila Sebagai Vaksin untuk Pengendalian MAS (Motile

Aeromonas Septicemia) pada Jambal Siam (Pangasius

hypophthalamus). Jurnal Perikanan Universitas Gadjah Mada, 9(1), 17-24.

Osman, K. M., Mohamed, L. A., Rahman, E. H. A., & Soliman, W. S. (2009).

Trials for vaccination of Tilapia fish against Aeromonas and Pseudomonas

infections using monovalent, bivalent and polyvalent vaccines. World

Journal of Fish and Marine Sciences, 1(4), 297-304.

Osman, M. K., Sumawidjaja, S., & Hardjosworo, A. S. L. (2010). Studi

Karakterisasi dan Patologi Aeromonas hydrophila pada Ikan Lele Dumbo

(Clarias gariepinus). Makalah Falsafah Sains. Program Pasca Sarjana. IPB .

Bogor.

Qomariyah, N., & Sudarno, S. (2017). Pemberian vaksin formalin killed cell

(FKC) Vibrio alginolitycus untuk meningkatkan survival rate (SR), titer

Page 54: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

52

antibodi dan fagositosis leukosit pada kerapu cantang (Epinephelus sp.)

setelah uji tantang bakteri Vibrio alginolitycus. Jurnal Ilmiah Perikanan dan

Kelautan, 9(1), 15-24.

Ransangan, J., Manin, B. O., Abdullah, A., Roli, Z., & Sharudin, E. F. (2011).

Betanodavirus infection in golden pompano, Trachinotus blochii, fingerlings

cultured in deep-sea cage culture facility in Langkawi, Malaysia.

Aquaculture, 315(3-4), 327-334.

Resmawati, M. B. (2016). Pemberian Ekstrak Air Panas Spirulina platensis

melalui Perendaman Terhadap Total leukosit, Indeks fagositosis dan

konsentrasi TNF-α Osphronemous gouramy. Jurnal Biosains

Pascasarjana, 18(3).

Roberts, R. J., & Richards, R. H. (1978). The Bacteriology of Teleosts in: Fish

Pathology. Ballier Tindall London. 308 hlm.

Setiawan, R. B. (2012). Efektivitas Vaksin Dari Bakteri Mycobacterium Fortuitum

Yang Diinaktivasi Dengan Pemanasan Untuk Pencegahan Penyakit

Mycobacteriosis Pada Ikan Gurami (Osphronemus Gouramy). Jurnal

Perikanan Kelautan, 3(1), 25-40.

Setyawan, A., Hudaidah, S., Ronapati, Z. Z., & Sumino, S. (2012). Imunogenisitas

Vaksin Inaktif Whole Cell Aeromonas Salmonicida Pada Ikan Mas

(Cyprinus carpio). Aquasains, 1(1), 17-22.

Shoemaker, C. A., Klesius, P. H., & Evans, J. J. (2001). Prevalence of

Streptococcus iniae in tilapia, hybrid striped bass, and channel catfish on

commercial fish farms in the United States. American journal of veterinary

research, 62(2), 174-177.

SNI 7901.2:2013. (2013). Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lacepede)–

Bagian 2 : Produksi Induk.

SNI.7901.3:2013. (2013). Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lacepede)–

Bagian 3 : Benih.

Soeripto. (2002). Pendekatan konsep kesehatan hewan melalui vaksinasi. Jurnal

Litbang Pertanian, 21(2), 48-55.

Sugiani, D., Aryati, Y., Mufidah, T., & Purwaningsih, U. (2015). Efektivitas

Vaksin Bivalen Aeromonas hydrophila dan Mycobacterium fortuitum Untuk

Penyakit Pada Ikan Gurami (Osphronemus goramy). Jurnal Riset

Akuakultur, 10(4), 567-577.

Page 55: EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Vibrio parahaemolyticus DAN ...digilib.unila.ac.id/59160/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · adalah pemberian vaksin bivalen secara oral melalui mikroenkapsulasi.Tujuan

53

Sumanti, D., Kayaputri, I. L., Hanidah, I. L., Sukarminah, E., & Giovanni, A.

(2016). Pengaruh Konsentrasi Susu Skim dan Maltodekstrin sebagai

Penyalut Terhadap Viabilitas dan Karakteristik Mikroenkapsulasi Suspensi

Bakteri Lactobacillus plantarum Menggunakan Metode Freeze Drying.

JP2/Jurnal Penelitian Pangan,1(1), 02-13.

Suprapto, H. (2009), Evaluasi Uji Lapangan Vaksin Oral Vibriosis Mono dan

Polyvalent Dengan Pelapisan Chitosan dan Feet Additive Untuk Mencegah

Tingginya Kematian Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscoguttatus).

Proposal Tahun III. Insentif Riset Terapan. Lembaga Penelitian dan

Pengambdian Masyarakat. Universitas Airlangga. 60 hlm.

Taukhid, Sumiati, T., Andrianto, S., & Gardenia, L. (2014). Evaluasi Pascarilis

Vaksin Bakteri in-aktif Aeromonas hydrophila (Hydrovac) dan

Streptococcus agalactiae (Streptovac) untuk Pencegahan Penyakit Motile

Aeromonas septicemia (MAS) dan streptococcosis pada budidaya ikan air

tawar. Seminar Hasil Riset BPPBAT Bogor.

Toranzo, A.E., B. Magarinos, and J.L. Romalde. 2005. A review of the main

bacterial fish diseases in mariculture systems. Journal Aquaculture, 246(4),

37-61.

Tort, L., Balasch, J. C., & Mackenzie, S. (2003). Fish immune system. A

crossroads between innate and adaptive responses. Inmunología, 22(3), 277-

286.

Wirabakti, M. C. (2006). Laju Pertumbuhan Ikan Nila Merah (Oreochromis

niloticus L) yang Dipelihara pada Perairan Rawa dengan Sistem Keramba

dan Kolam. Journal Tropical Fisheries, 1(1), 61-67.

Wijaya, A., Damayanti, A. A., & Astriana, B. H. (2018). Pertumbuhan dan

Efisiensi Pakan Ikan Bawal Bintang (Trachinotus blochii) yang Dipuasakan

Secara Periodik. Jurnal Perikanan Unram, 8(1), 1-7.

Wijaya, R. C., Utari, E. L., & Yudianingsih, Y. (2015). Perancangan alat

penghitung bakteri. Jurnal Teknologi Informasi, 10(29), 1-9.

Zafran, Z. (2016). Efektivitas Kombinasi Vaksin Bakteri Polivalen Dengan

Vaksin Anti Grouper Sleepy Disease Iridovirus (Gsdiv) Pada Ikan Kerapu

Macan (Epinephelus fuscoguttatus). Berita Biologi, 15(1), 95-100.