132
Renstra Unhas 2006-2010 I LANDASAN PENGEMBANGAN Pengembangan Universitas Hasanuddin (Unhas) mengacu kepada identitas universitas sebagaimana dijabarkan dalam bentuk visi, misi, dan nilai. Di samping itu, secara operasional memperhatikan tujuan Unhas. 1.1 VISI Visi Unhas adalah Pusat Pengembangan Budaya Bahari Visi ini menunjukkan pandangan visional Unhas sebagai communiversity, perguruan tinggi yang menyatu dengan masyarakatnya, yang berperan untuk memperkaya kha- sanah budaya dengan melakukan aktualisasi dan revitalisasi nilai-nilai bahari agar senantiasa sesuai dengan spirit zaman (zeitgeist). Dengan posisi seperti ini, Unhas akan berevolusi bersama lingkungannya membentuk masyarakat bahari Indonesia yang mampu memanfaatkan secara optimal sumber daya dan lingkungan kelautan yang memang merupakan habitatnya. Satu hal strategis yang perlu digarisbawahi adalah rumusan baru dari visi Unhas, yaitu Pusat Pengembangan Budaya Bahari”. Rumusan visi ini sebenarnya tidak mengandung makna yang berbeda dengan yang sebelumnya, karena hanya menekankan beberapa hal yang sebelumnya tidak begitu nampak pada rumusan lama. Unhas memilih untuk menjadi Pusat Pengembangan Budaya Bahari, bukan karena secara eksplisit menyatakan diri sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologisebagaimana dinyatakan oleh sebagian besar perguruan tinggi di Indonesia, namun Unhas justru meyakini bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi pada dasarnya haruslah dikembangkan dalam kerangka budaya, bukan sebaliknya. Pengembangan budaya secara implisit berarti menciptakan ruang bagi pengembangan Ipteks (Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni) yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dianut. Ini perlu digarisbawahi, karena pada dasarnya dan telah dibuktikan melalui pengalaman, bahwa Ipteks tidaklah bebas nilai sebagaimana yang dipercaya oleh banyak kalangan. Pemilihan ‘budaya bahari” sebagai visi semestinya tidak dipandang dari sisi yang sempit, bahwa Unhas hanya

Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

ILANDASAN PENGEMBANGAN

Pengembangan Universitas Hasanuddin (Unhas) mengacu kepada identitas universitas sebagaimana dijabarkan dalam bentuk visi, misi, dan nilai. Di samping itu, secara operasional memperhatikan tujuan Unhas.

1.1 VISIVisi Unhas adalah

Pusat Pengembangan Budaya Bahari

Visi ini menunjukkan pandangan visional Unhas sebagai communiversity, perguruan tinggi yang menyatu dengan masyarakatnya, yang berperan untuk memperkaya kha- sanah budaya dengan melakukan aktualisasi dan revitalisasi nilai-nilai bahari agar senantiasa sesuai dengan spirit zaman (zeitgeist). Dengan posisi seperti ini, Unhas akan berevolusi bersama lingkungannya membentuk masyarakat bahari Indonesia yang mampu memanfaatkan secara optimal sumber daya dan lingkungan kelautan yang memang merupakan habitatnya.

Satu hal strategis yang perlu digarisbawahi adalah rumusan baru dari visi Unhas, yaitu“Pusat Pengembangan Budaya Bahari”. Rumusan visi ini sebenarnya tidak mengandung makna yang berbeda dengan yang sebelumnya, karena hanya menekankan beberapa hal yang sebelumnya tidak begitu nampak pada rumusan lama. Unhas memilih untuk menjadi Pusat Pengembangan Budaya Bahari, bukan karena secara eksplisit menyatakan diri sebagai “pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi” sebagaimana dinyatakan oleh sebagian besar perguruan tinggi di Indonesia, namun Unhas justru meyakini bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi pada dasarnya haruslah dikembangkan dalam kerangka budaya, bukan sebaliknya. Pengembangan budaya secara implisit berarti menciptakan ruang bagi pengembangan Ipteks (Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni) yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dianut. Ini perlu digarisbawahi, karena pada dasarnya dan telah dibuktikan melalui pengalaman, bahwa Ipteks tidaklah bebas nilai sebagaimana yang dipercaya oleh banyak kalangan.

Pemilihan ‘budaya bahari” sebagai visi semestinya tidak dipandang dari sisi yang sempit, bahwa Unhas hanya akan memberikan perhatian kepada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terkait dengan kelautan, tetapi melihatnya dari sisi yang lebih luas, yaitu berupa keinginan Unhas untuk mengembangkan budaya bahari melalui penggalian dan pengembangan nilai-nilai bahari yang pernah membawa bangsa ini diperhitungkan pada tataran global beberapa abad yang lalu. Melalui visi ini Unhas memberitahu kepada lingkungannya, bahwa Unhas ingin melakukan reaktualisasi nilai- nilai bahari yaitu: kemandirian, keteguhan hati, taat azas, interkoneksitas dan holistik yang membedakannya dengan budaya lainnya. Wawasan ini tumbuh dari karakteristik lautan yang tidak bertepi dan menyelimuti seluruh permukaan bumi, akan membuat pengembangan Ipteks tidak lagi dilakukan dalam kerangka disiplin ilmu yang terlotak- kotak seperti yang dipraktikan selama ini. Nilai dan wawasan itulah yang akan menjadi titik tolak perwujudan baru budaya bahari yang sesuai dengan spirit zaman (zeitgeist). Dalam kerangka budaya seperti itulah, Unhas ingin mengajak semua pihak untuk bersama-sama membangun dan mengembangkan ilmu, teknologi dan seni untuk memajukan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Page 2: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

1

Page 3: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

Uraian di atas menunjukkan bahwa Unhas akan memberikan dorongan kepada setiap fakultas, jurusan dan program studi, demikian pula kepada kegiatan-kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat untuk senantiasa mengacu kepada nilai-nilai bahari yang ada, sekaligus melakukan reaktualisasi terhadapnya, sehingga pada gilirannya semua kegiatan Tridarma di lingkungan Unhas diwarnai dan berdiri di atas nilai-nilai itu. Dengan demikian Unhas akan berkembang sebagai komunitas bahari yang wujudnya akan tercipta sesuai dengan proses evolusi yang akan dijalani secara bersama oleh seluruh sivitas akademika. Komunitas Unhas seperti inilah yang dicita-citakan yang pada gilirannya akan mengimbaskan budaya bahari yang telah teraktualisasi itu ke masyarakat sekitarnya dan kemudian secara bersama-sama berevolusi membentuk masyarakat bahari Indonesia. Dengan budaya bahari seperti ini, masyarakat Indonesia tidak akan asing lagi dengan lingkungannya, sehingga dapat memanfaatkan secara optimal sumberdaya dan lingkungan kelautan yang memang merupakan habitatnya.

1.2 MISI

Misi Unhas merupakan penjabaran dari tridarma perguruan tinggi, dirumuskan dalam bentuk sebagai berikut:

a. Menghasilkan alumni yang mandiri, berahlak dan berwawasan global.

Misi ini diterjemahkan dalam bentuk disain kurikulum yang diarahkan untuk menghasilkan alumni yang selain sesuai dengan cita-cita pendidikan nasional, yaitu memiliki landasan keimanan dan ketaqwaan serta berjiwa Pancasilais (personal skills), juga memiliki kompetensi yang memadai di bidang disiplin ilmu yang dipilihnya (professional skills). Di samping itu, memiliki kompetensi intelektual dalam wujud kesadaran, kepekaan, kearifan dan kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat beserta lingkungannya (interdiciplinary skills), komitmen terhadap pengembangan budaya bahari, serta kemampuan beradaptasi dalam proses pengembangan diri agar senantiasa mampu memelihara interkoneksitas dengan lingkungannya (adaptability skills)

b. Mengembangkan Ipteks yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya.

Unhas memberikan prioritas tinggi kepada penelitian yang berkaitan dengan peningkatan nilai tambah dan pangsa pasar mataniaga dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat Sulsel dan Kawasan Timur Indonesia, di samping tetap membuka pe- luang bagi penelitian yang diarahkan untuk pengembangan ipteks.

c. Mempromosikan dan mendorong terwujudnya nilai-nilai bahari dalam masyarakat.

Misi pemberdayaan masyarakat dilakonkan Unhas dalam bentuk upaya berkesinambungan dalam melakukan aktualisasi dan revitalisasi nilai-nilai bahari, yang kemudiaan dipromosikan dan diimbaskan kepada masyarakat agar khasanah bu- daya bangsa dapat terus diperkaya dan senantiasa sesuai dengan spirit zaman.

Page 4: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

2

Page 5: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

1.3 NILAI

Unhas menganut sistem nilai yang menjamin kebebasan pengembangan diri yang adaptif-kreatif terhadap keserbautuhan wawasannya, terhadap kebermanfaatan peran- nya, dan terhadap perilaku keberbagian keberadaannya. Sistem nilai tersebut merupakan pilar-pilar proses sekaligus komitmen terhadap orientasi pengembangan budaya kualitas(quality culture) dalam semua bentuk gerak langkah kemajuannya. Budaya kualitas yang dimaksudkan disini adalah keinginan atau dorongan hati untuk senantiasa mengupayakan perbaikan dan penyempurnaan dalam melaksanakan misi.

Penyelenggaraan misi pendidikan dalam rangka menumbuh-kembangkan wawasan keserbautuhan dalam menghadapi fenomena sosial dan

kealaman serta dalam pengembangan dan penyebarluasan Ipteks memerlukan sejumlah sikap budaya kualitas yang meliputi:

Berwawasan holistik dalam memandang setiap permasalahan;

Mengutamakan kecermatan (taat azas, telaah kritis, teguh-tekun-ulet) dan kejujuran(sistematik-objektif dan bertanggungjawab); serta

Menjunjung tinggi 4 (empat) dimensi keunggulan manusia, yaitu: kebenaran, kebaikan, keindahan, dan keutuhan.

Pengembangan Ipteks diarahkan untuk memperluas kebermanfaatan peran kemajuannya bagi pemikiran dan perilaku manusia dalam budaya kualitas, sehingga diperlukan pengembangan tindakan yang:

Menghargai keanekaragaman dan keanekarupaan;

Apresiatif terhadap kompleksitas;

Mengedepankan kreatifitas sebagai awal dari inovasi;

Kemajuan Ipteks dalam budaya kualitas senantiasa digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya budaya masyarakat, sehingga diperlukan untuk menumbuh kembangkan perilaku keberbagian, sehingga mampu:

Berkehidupan dalam kebersandingan;

Bekerjasama dalam kemitraan;

Responsif dan partisipatif dalam proses pembaharuan.

1.4 TUJUAN

Berdasarkan visi dan misi tersebut maka tujuan (strategic goals) Unhas dirumuskan sebagai berikut:

a. Berperan sebagai pusat konservasi dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang unggul;

b. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat akademik yang handal yang didukung oleh budaya ilmiah yang mengacu kepada nilai-nilai Unhas;

c. Mengembangkan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang relevan dengan tujuan pembangunan nasional dan daerah melalui penyelenggaraan program-program studi, penelitian, pembinaan kelembagaan, serta pengembangan sumberdaya manusia akademik yang berdaya guna dan hasil guna;

3

Page 6: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

d. Mewujudkan Unhas sebagai universitas penelitian (research university);

e. Meningkatkan mutu fasilitas, prasarana, sarana dan teknologi serta mewujudkan suasana akademik yang kondusif serta bermanfaat bagi masyarakat untuk mendukung terwujudnya misi universitas;

f. Meningkatkan produktivitas dan kualitas luaran, khususnya yang berkaitan dengan kebutuhan pembangunan dan dunia usaha;

g. Memupuk dan mengembangkan kerjasama kemitraan dengan sektor eksternal khususnya pemerintah, dunia usaha dan industri serta dengan perguruan tinggi dan lembaga-lembaga Ipteks lainnya, baik di dalam maupun di luar negeri.

4

Page 7: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

IIFAKTOR-FAKTOR STRATEGIS

Faktor-faktor strategis yang perlu dikaji dalam perumusan Rencana Strategis Unhas dikelompokkan ke dalam 2 (dua) kategori. Pertama, Environmental Input, berupa dinamika lingkungan strategis Unhas; Kedua, Instrumental Input, yaitu berupa peraturan serta perundangan yang berlaku yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi pengembangan Unhas.

2.1 DINAMIKA LINGKUNGAN STRATEGIS

Terdapat beberapa kecenderungan yang menjadi pendorong dinamika lingkungan global yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi perkembangan, posisi dan peran lembaga pendidikan tinggi. Pada dasarnya, kecenderungan-kecenderungan itu saling terkait satu dengan lainnya, tetapi untuk memudahkan pembahasannya dikelompokkan sebagai berikut:

a. Pergeseran Paradigma Ilmu Pengetahuan

Pergeseran paradigma keilmuan dari reduksionisme-deterministik ke arah holisme- sinergetik cenderung menyemangati fusi keilmuan. Sementara

terdapat per- kembangan berbagai disiplin ilmu untuk melihat hal-hal yang lebih khusus, tetapi banyak realitas masalah yang ditemui memiliki keterkaitan dengan berbagai unsur yang satu dengan yang lainnya, sehingga diperlukan kajian yang multi-inter- atau trans-disiplin. Dewasa ini, dipandang bahwa berbagai kajian keilmuan seperti ini tidak dapat dihindarkan lagi dalam menghadapi kompleksitas kehidupan sehubungan dengan keberadaan dan kedudukan satu unsur merupakan komponen penting bagi unsur lain dalam jaringan keserbautuhan. Dengan kata lain, disadari sepenuhnya bahwa pengembangan ilmu secara terpisah-pisah dalam bilik-bilik disiplin yang ketat tidak akan mampu lagi memberikan jawaban tuntas tentang realitas semesta.

Pergeseran paradigma ilmu pengetahuan memicu berkembangnya kesadaran kosmologis yang antara lain meyakini bahwa planet bumi merupakan suatu organis- me tunggal, dimana manusia, seperti komponen alam lainnya, merupakan elemen- elemen pembentuknya yang saling berinterkoneksi satu dengan lainnya (hipotesis Gaia). Kesadaran ini menimbulkan banyak pergeseran dalam tataran konseptual, di mana paham-paham berbasis individualisme (yang diturunkan dari konsep atomisme Newtonian) bergeser digantikan oleh paham yang bernuansa kolektivisme dan kebersamaan. Sebagai contoh adalah pergeseran konsep persaingan menjadi konsep kemitraaan. Di samping itu, pergeseran paradigma ini dapat dianggap sebagai awal bertemu kembalinya filsafat dengan

ilmu pengetahuan, serta perkembangan spiritualisme sebagai pelengkap dan atau komplementaris dari scientism.

Pergeseran paradigma ini menimbulkan dampak yang sangat besar terhadap format pengembangan ilmu di lembaga-lembaga perguruan tinggi, termasuk di Unhas. Pada umumnya, pengembangan dan pengajaran ilmu di lingkungan perguruan tinggi diselenggarakan dalam kelompok-kelompok disiplin ilmu yang memiliki dinding pemisah yang kokoh yang membatasi dengan disiplin ilmu lainnya. Format ini menghasilkan luaran yang memiliki kemampuan yang relatif tinggi dalam bidang atau disiplin ilmu tertentu tanpa atau sangat sedikit memiliki pengetahuan di bidang ilmu yang lain.

Perubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan yang luas, tetapi

Page 8: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

5

Page 9: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

tetap memiliki kompetensi yang memadai pada satu cabang keilmuan atau ketrampilan tertentu merupakan peluang sekaligus tantangan bagi lembaga-lembaga perguruan tinggi. Khusus bagi Unhas, kondisi ini seyogyanya dilihat sebagai peluang untuk mensejajarkan diri dengan universitas lain di Indonesia atau bahkan di mancanegara, karena pergeseran ini membuka peluang pengembangan diri yang relatif sama bagi setiap perguruan tinggi.

b. Perkembangan Teknologi

Perkembangan teknologi telah menyebabkan posisi negara berkembang menjadi semakin termarginalisasi. Pada beberapa dasawarsa yang lalu, perdagangan ko- moditas dunia masih didominasi oleh produk primer. Oleh karena itu, negara-negara berkembang yang umumnya merupakan penghasil komoditas primer masih memiliki sumber pendapatan yang memadai. Kondisi ini telah bergeser dengan cepat yang ditandai dengan semakin meningkatnya pangsa komoditas yang memiliki muatan teknologi tinggi dan menengah dalam perdagangan dunia. Dengan kata lain, perkembangan iptek telah menggeser resource-based economy ke knowledge-based economy. Fakta ini merupakan tantangan bagi lembaga pendidikan tinggi agar lebih berperan dalam meningkatkan kualitas sektor ekonomi masyarakatnya, sehingga tidak terjebak dalam proses marginalisasi itu.

Perubahan teknologi terjadi dengan laju yang semakin tinggi. Sebagai contoh dapat dilihat dari perkembangan mikro-prosesor sebagai elemen utama sebuah komputer yang mengalami peningkatan kecepatan sebesar 750 kali lipat dalam kurun waktu kurang dari seperempat abad. Laju perubahan yang semakin tinggi ini menyebabkan teknologi dan juga ilmu pengetahuan menjadi cepat usang. Hal ini menimbulkan implikasi yang tidak kecil dalam pola kehidupan manusia secara umum, khususnya dalam format pendidikan yang dianut.

Format konvensional yang berbasis pada pendekatan pengajaran (teaching approach) sulit dipertahankan. Karena format ini tidak mungkin lagi menghasilkan luaran yang mampu menyesuaikan diri dengan laju perubahan yang semakin cepat. Oleh karena itu, seyogyanya diganti dengan format baru yang berbasis pada learning approach, dimana peserta didik dibekali dengan teknik atau metoda learning, unlearning dan relearning, bukan hanya pada pembelajaran substansi pengetahuannya saja. Ada tantangan bagi lembaga pendidikan pada semua strata untuk melengkapi atau mempersandingkan metoda maintenace learning yang menjadi landasan utama sistem pembelajaran pada saat ini dengan metoda evolutionary learning yang memberikan kemampuan beradaptasi dan berubah (transformasi diri) kepada peserta didik.

Dampak lain dari laju perkembangan teknologi ini adalah terciptanya masyarakat berpengetahuan (knowledge-based society) yang salah satu cirinya adalah proses pembelajaran yang berlangsung secara berkelanjutan (constant learning) bagi setiap anggota masyarakat. Pembelajaran 3 Dimensi: lifelong, lifedeep dan lifewidth learn- ing, akan menjadi kebutuhan yang tidak terelakkan dari setiap anggota masyarakat untuk mempertahankan dan atau memperbaiki posisinya di lingkungan pekerjaannya, atau bahkan menciptakan lapangan atau jenis pekerjaan baru. Kebutuhan ini merupakan pasar yang cukup besar di masa datang bagi lembaga-lembaga perguruan tinggi, walaupun akan menghadapi pesaing yang cukup berat dari berbagai perusahaan besar yang memperlihatkan kecenderungan untuk melaksanakan sendiri pelatihan bagi karyawannya.

6

Page 10: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

Perkembangan teknologi, khususnya teknologi komunikasi dan informasi (TIK) telah mengubah cara kita menyimpan, mengakses, mendistribusikan, menganalis serta mempresentasikan ilmu pengetahuan. TIK menghadirkan tantangan baru terhadap berbagai asumsi yang berkaitan dengan ide tradisional mengenai perguruan tinggi dan sekaligus akan mentransformasikan format pendidikan tinggi. Pendidikan jarak jauh (distance learning atau on-line learning) diproyeksikan akan menjadi alternatif yang sepadan dengan format pendidikan tradisional yang berbasis kampus (campus- based universities). Hal ini terutama disebabkan oleh karena on-line learning menawarkan substansi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan personal (just for you learning), menawarkan lingkungan pembelajaran yang didukung oleh simulasi dan multimedia yang semakin mampu

mewakili kondisi yang sebenarnya, keleluasaan akses terhadap basis data pengetahuan, interaksi yang baik dengan instruktur yang mumpuni, serta tidak terikat pada waktu dan ruang. Karakteristik seperti ini membuat pembelajaran on-line menjadi alternatif menarik bagi banyak orang. Hal ini menciptakan tantangan terhadap perguruan tinggi tradisional yang berbasis kampus, khususnya dilihat dari sisi biaya dan juga kualitas pendidikannya. Beroperasi dengan berbasis Internet akan memungkinkan sistem ini menjangkau khalayak yang relatif luas sehingga memiliki skala ekonomi yang sulit dicapai oleh perguruan tinggi tradisional berbasis kampus.

Kampus tradisional hanya akan mampu bertahan terhadap ancaman ini jika ikut memanfaatkan TIK untuk meningkatkan pengalaman belajar di kampus. Tanpa menjadi lebih inovatif dalam pemanfaatan teknologi ini, perguruan tinggi berbasis kampus tidak akan mampu memanfaatkan keunggulan dari lingkungan pendidik- annya dan kemungkinan besar akan kehilangan daya tariknya.

Perkembangan teknologi juga telah membawa spirit zaman baru. Kombinasi antara teknologi informasi, robotik dan kemajuan dari ilmu-ilmu hayati (life sciences) telah membuka kemungkinan bagi berbagai

penemuan baru. Kecenderungan ini merupakan tantangan bagi setiap perguruan tinggi untuk diantisipasi sedini mungkin. Kegagalan dalam proses antisipasi dimaksud akan membuat perguruan tinggi bersangkutan akan terpuruk ke dalam jurang keterasingan dari dunia ilmu pengetahuan dan teknologi yang justru merupakan lingkungan bisnis utama (core bussiness) mereka.

Keberadaan berbagai perusahaan, khususnya yang berskala menengah dan besar, merupakan tantangan tersendiri bagi lembaga pendidikan tinggi, khususnya dalam kegiatan penelitian. Data menunjukkan bahwa

sebahagian besar kelompok perusahaan ini melakukan sendiri penelitian yang dibutuhkannya, sehingga pangsa penelitian perguruan tinggi hanya yang berkaitan dengan penelitian dasar saja. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana menjalin kemitraan dengan dunia usaha dalam melakukan penelitian, sebagai mana yang ditempuh oleh perguruan tinggi di manca negara. Bagi lembaga perguruan tinggi di Indonesia, khususnya bagi Unhas, alternatif ini juga menghadapi kendala akibat terbatasnya jumlah perusahaan yang termasuk ke dalam kategori yang dimaksudkan di atas.

c. Globalisasi & Internasionalisasi Pendidikan Tinggi

Globalisasi yang dimotori oleh kemajuan pesat infrastruktur dalam bidang komunikasi dan transportasi telah juga menyentuh penyelenggaraan Pendidikan Tinggi. Dalam era global, penyelenggara Pedidikan Tinggi berlomba melakukan reformasi untuk memungkinkan institusinya mampu berkompetisi dalam tingkatan internasional. Reformasi besar terjadi pada learning format yang mengutamakan

Page 11: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

7

Page 12: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

kemajuan tekonologi komunikasi untuk mensuport proses pembelajaran. Format pembelajaran on-line menjadi tantangan utama bagi perguran tinggi yang masih kaku terikat dalam sistem pembejaran konvensional tatap muka dan terikat dalam sistem kredit semester dengan konstitusi pembelajaran formal. Hal lain yang penting adalah menempatkan interdisciplinary sebagai sebagai core-bussiness ilmu pengetahuan yang ditawarkan mengikuti kebutuhan analisis kehidupan global yang anti isolasi. Dalam pemilihan interdisciplinary, tantangan utama bagi perguruan tinggi adalah mampu memiliki keunikan pengetahuan yang ditawarkan sehingga luaran yang dihasilkan memiliki keunggulan spesifik yang unggul dalam berkompetisi. Tantangan lain adalah menyeimbangkan antara kecenderungan berkembangnya techno-science dan ilmu humaniora. Techno-science lebih diminati karena memberi kontribusi langsung terhadap pertumbuhan ekonomi global dibandingkan ilmu humaniora.

Internasionalisasi pendidikan tinggi adalah salah satu dampak global terhadap penyelenggaraan pendidikan tinggi. Secara praktis gejalanya dilihat dalam empat fenomena ini, yaitu (i) dibukanya cabang-cabang perguruan tinggi di negara lain, seperti terlihat beberapa perguruan tinggi Amerika membuka cabang di Asia, termasuk juga di Indonesia; (ii) kerjasama antara perguruan tinggi dari suatu negara dengan perguruan tinggi di negara lainnya yang menawarkan program gelar dalam bentuk double- degree atau twinning program: (iii) kuliah jarak jauh baik melalui media cetak maupun secara virtual melalui internet. Sejumlah perguruan tinggi terkemuka di Amerika, Eropa, dan Australia menawarkan program gelar melalui model ini; dan (iv) terposisikannya institusi penyelenggara pendidikan tinggi pada peringkat tertentu dalam rangking world class university.

Setiap institusi pendidikan tinggi berlomba untuk mengkondisikan dirinya menjadi World Class University yang ditandai dengan terakomodasinya standart internasional dalam hal karaktersitik institusi pendidikan tinggi tersebut, kualitas pembelajaran, kualitas riset yang dihasilkan, kualitas mahasiswa, dan prestasi para alumni yang dihasilkan. Tolok ukur dari indikator ini dilihat dari beberapa hal antara lain kuantitas jumlah mahasiswa asing yang ada di Perguruan Tinggi tersebut, jumlah staf pengajar asing dan kualifikasi staf pengajar, rasio dosen dan mahasiswa, student selectivity, besarnya akses ke internet, publikasi ilmiah di jurnal internasional dan publikasi yang dirujuk (citation), prestasi penghargaan internasional yang diraih staf pengajar, serta penghargaan dunia yang diperoleh oleh para alumni.

Ranking penilaian institusi pendidikan tinggi dalam standart world class telah dipublikasi oleh beberapa institusi, dan telah menjadi simbol status dan reputasi suatu institusi. Sekalipun demikian, definisi atas standar world class university masih diperdebatkan karena subjektivitasnya. Kriteria yang ditampilkan dinilai masih kurang absolut untuk mengukur kualitas proses akademik, sehingga standart world class lebih menonjolkan aspek posisional suatu perguruan tinggi untuk lebih dekat pada standart yang ditentukan. Selain itu, kriteria yang ditampilkan juga masih bias pada perguruan tinggi di negara tidak menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa nasional.

Pada sisi lain, kompetisi di era global pada dunia pendidikan tinggi telah menimbulkan kekhawatiran tersendiri, terutama dalam hal pergeseran filosofis dasar perguruan tinggi. Pergeseran tersebut

menimbulkan perdebatan antara ide"pendidikan untuk semua" atau demokratisasi pendidikan dengan pertimbangan kualitas yang dalam banyak kasus akan terimplementasi dalam bentuk akses masukke perguruan tinggi yang semakin terbatas serta biaya pendidikan yang semakin

Page 13: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

8

Page 14: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

tinggi. Dalam hal ini korporasi pendidikan tinggi merupakan isu yang sangat sensitif, karena hal ini dikhawatirkan akan menggeser atau mempengaruhi kualitas dan integritas dari nilai-nilai dan idealisme tradisional pendidikan tinggi. .

d. Pergeseran Aspirasi

Pada tataran global maupun nasional, telah dan sedang terjadi pergeseran aspirasi yang cukup mendasar berupa berkembangnya tuntutan demokratisasi dan trans- paransi pada semua aspek kehidupan, hak asasi manusia, serta keadilan (sosial) dan jender.

Salah satu dampak utama dari pergeseran ini adalah terjadinya erosi kepercayaan terhadap semua bentuk kelembagaan, termasuk pemerintah, keluarga dan agama, serta pencarian kemandirian (self sufficiency) dan makna (meaning) dalam pekerjaan pada semua aktivitas akar rumput (grass-roots).

Proses pencarian format kelembagaan yang sesuai dengan tuntutan aspirasi ma- syarakat dalam banyak kasus menimbulkan chaos dan berbagai ekses negatif. Di In- donesia, masalah ini menjelma dalam bentuk krisis multi dimensi dan bahkan memiliki potensi untuk bermuara pada disintegrasi bangsa.

Pergeseran aspirasi dalam dunia sosial politik yang diwujudkan dalam bentuk reformasi di segala bidang di Indonesia pasca Krisis Moneter membawa bangsa inike gerbang chaotic. Hampir semua pranata sosial mengalami masalah sehingga tidak mampu berperan opti mal dalam proses reorganisasi diri yang sedang kita alami sekarang. Kondisi ini jika tidak dicermati dengan baik, dapat saja membawa bangsaini ke kancah chaotic yang sebenarnya yang dapat bermuara pada leburnya bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pada kondisi sekarang, perguruan tinggi mungkin merupakan satu-satunya kelembagaan yang dapat difungsikan sebagai perekat persatuan bangsa, karena kelembagaan lainnya, baik sosial maupun politik, termasuk lembaga pemerintah sendiri, sedang dalam proses mencari bentuk barunya. Peran ini cukup berat untuk dilakonkan mengingat lembaga perguruan tinggi sendiri menghadapi tantangan internal untuk segera melakukan penataan diri agar mampu menghadapi dinamika lingkungan strategisnya.

Seiring dengan mencuatnya wawasan "kompetisi untuk berbagi manfaat", menuntut gagasan berikut realisasi kemitraan dari pihak perguruan tinggi dalam pemaknaan kompetisi sebagai upaya keberbagian (sharing) demi keberlanjutan kehidupan dan penghidupan bersama. Dalam keberbagian itu, semua pihak dituntut untuk saling memberikan manfaat yang apresiatif satu sama lain. Agar lulusan perguruan tinggi yang akan dihasilkan secara efisien itu dapat memiliki nilai-nilai apresiatif bagi masyarakat mitra, maka perguruan tinggi dengan segala daya harus mampu membangun atmosfir akademik yang menumbuhkan memetika budaya kualitas.

Hal ini sejalan pula dengan berkembangnya tuntutan global agar perguruan tinggi dengan jiwa dan roh keuniversalannya dapat berperan sebagai pilar utama dalam tumbuhnya budaya perdamaian dunia yang dijiwai oleh penguasaan ilmu penge- tahuan dan teknologi bagi seluruh umat manusia, sesuai dengan kesadaran kos- mologis yang berbasis pada semangat interkoneksitas sebagai mana disebutkan se- belumnya.

e. Minat dan Kebutuhan Belajar

Perkembangan masyarakat yang menjurus kepada "knowledge-based society" seba- gai telah disinggung sebelumnya, telah dan akan terus memicu minat belajar yang

Page 15: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

9

Page 16: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

semakin tinggi. Terlihat membesarnya kecenderungan masyarakat untuk mencari lembaga pendidikan yang berkualitas bagi putra-putri mereka. Keinginan ini di- wujudkan dengan mengirimkan putra-putri mereka ke berbagai perguruan tinggi ternama di luar negeri. Pada tahun 2003 saja, diperkirakan sekitar 60.000 pelajar dan mahasiswa Indonesia yang bersekolah di luar nergeri. Biaya pendidikan mereka lebih dari Rp. 10 triliun, jauh lebih besar dibandingkan dengan anggaran pendidikan tinggidi APBN yang hanya Rp. 4,3 triliun pada tahun yang sama.

Kecenderungan ini menunjukkan adanya pangsa pasar yang cukup berarti bagi perguruan tinggi yang mampu meningkatkan kualitasnya secara berkesinambungan. Hal ini dapat diwujudkan jika perguruan tinggi mampu memanfaatkan otonomi yang dimilikinya dalam menetapkan kebijakan tarif SPP mereka. Walaupun harus digaris bawahi bahwa peraturan perundangan yang berlaku saat ini, belum sepenuhnya sejalan dengan semangat otonomi itu, bahkan terasa masih sangat mengekang upaya pengembangan kekuatan finansial berbasis dana masyarakat yang merupakan salah satu kiat utama untuk menopang otonomi perguruan tinggi.

f. Pembangunan Regional dan Otonomi Daerah

Pembangunan Kawasan Timur Indonesia (KTI) membutuhkan keberadaan sum- berdaya manusia yang memiliki kemampuan (ilmu dan teknologi) untuk mengelola sumberdaya alam kawasan ini. Dari berbagai sumberdaya alam yang tersedia, sumberdaya kehutanan tidak terlalu dapat diandalkan apa lagi dengan maraknya isu ecolabeling, yang menanti untuk dimanfaatkan adalah sumber daya kelautan termasuk perikanan serta sumber daya pertambangan.

Hal ini merupakan tantangan bagi perguruan tinggi di kawasan ini, termasuk Unhas, untuk lebih meningkatkan perannya, dalam bentuk hasil-hasil penelitian dan tenaga- tenaga trampil yang memiliki kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan kawasan.

Desentralisasi pemerintahan (otonomi daerah) yang walaupun sampai saat ini masih sementara mencari bentuknya yang ideal, setidaknya memberikan peluang sekaligus tanggung jawab baru kepada perguruan tinggi untuk lebih aktif membantu memajukan daerah tempatnya berdomisili. Perguruan tinggi merupakan satu-satunya sumber yang dapat diandalkan dalam penyediaan sumberdaya manusia dan teknologi yang dibutuhkan bagi pembangunan daerah. Masalah yang dihadapi adalah kesiapan perguruan tinggi itu sendiri, karena pada satu sisi harus mengkonsentrasikan diri untuk mengembangkan dirinya agar tidak larut dalam proses marginalisasi yang telah disinggung sebelumnya, sedangkan pada sisi lain, diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan daerahnya. Ketersediaan sumberdaya, khususnya bagi perguruan tinggi di KTI, merupakan kendala utama dalam melakonkan kedua peran itu secara serentak. Walaupun harus digaris-bawahi bahwa pelibatan perguruan tinggi lokal dalam pembangunan daerahnya masing-masing akan membuka peluang bagi perguruan tinggi bersangkutan untuk mendapatkan sumber pembiayaan baru yang dibutuhkannya bagi peningkatan kualitasnya.

Pelaksanaan otonomi daerah membutuhkan peningkatan kualitas aparat pemerintah daerah. Ini dilakukan melalui pelatihan-pelatihan yang terstruktur dan terencana dengan baik. Kebutuhan akan adanya media pelatihan yang baik merupakan pangsa baru bagi perguruan tinggi. Keterbatasan jumlah staf memaksa pemerintah daerah untuk menyelenggarakan pelatihan dimaksud dalam bentuk in-house training. Format pelatihan ini jelas hanya mampu diselenggarakan oleh perguruan tinggi setempat.

Page 17: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

10

Page 18: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

Tetapi jika tuntutan kualitas menjadi pertimbangan utama, kemungkinan tidak semua perguruan tinggi "lokal" mampu memenuhinya. Untuk kondisi seperti ini, maka pelatihan on line yang ditawarkan oleh perguruan tinggi yang relatif telah lebih berkembang dan bahkan oleh perguruan tinggi manca negara akan menjadi alternatif yang menarik. Alternatif ini jelas merupakan ancaman berupa berkurangnya pangsa pasar perguruan tinggi "lokal".

2.2 PERATURAN PERUNDANGAN

Unhas sebagai suatu perguruan tinggi negeri dalam mengemban misinya harus berpedoman kepada peraturan perundangan serta kebijakan pemerintah lainnya, khususnya kebijakan pengembangan pendidikan tinggi. Kebijakan dimaksud antara lain:

a. Kebijakan Pendidikan Nasional

Kebijakan pendidikan nasional secara jelas terinci pada Undang Undang No. 20 Ta- hun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam UU tersebut disebutkan bahwa:(i) Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dan(ii) Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Acuan lainnya dalan penyelenggaraan pendidikan tinggi adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi. Dalam PP ini disebutkan bahwa perguruan tinggi diharapkan memainkan peran sebagai pusat penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan tinggi serta pemeliharaan pembinaan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian sebagai suatu masyarakat ilmiah yang penuh cita-cita luhur, masyarakat berpendidikan yang gemar belajar dan mengabdi kepada masyarakat serta melaksanakan penelitian yang menghasilkan manfaat yang meningkatkan mutu kehidupan bermasyarakat dan berbangsa dan bernegara.

b. Arahan dan Kebijakan Pendidikan Tinggi

Paradigma Baru Pendidikan Tinggi Paradigma Baru Pengelolaan Pendidikan Tinggi dikenalkan oleh DIKTI sebagai bagian dari tema utama KPPT-JP III [1996-2005]. Paradigma ini menghendaki agar seluruh kegiatan yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan tinggi harus menjadikan kualitas berkelanjutan sebagai ‘icon’- nya. Untuk mewujudkan icon ini, terdapat empat pilar utama yang harus dibangun dalam suatu institusi pendidikan tinggi, yaitu: sistem evaluasi (termasuk evaluasi diri), otonomi, akuntabilitas, dan akreditasi.

Keterkaitan antara keempat pilar itu menyuratkan pesan bahwa hasil dan kinerja perguruan tinggi harus selalu mengacu pada kualitas yang berkelanjutan. Sementara itu, Kualitas yang berkelanjutan hanya dapat diwujudkan jika dilandasi kreativitas, ingenuitas dan produktivitas pribadi sivitas akademika, yang hanya dapat terjadi jika dirangsang dengan pola manajemen yang berasaskan otonomi.

Agar efektif, otonomi perguruan tinggi harus senafas dengan akuntabilitas / pertanggungjawaban. Namun demikian, akuntabilitas internal belum dianggap memadai kecuali hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang handal dan

Page 19: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

11

Page 20: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

syahih mengenai penyelenggaraan, kinerja dan hasil perguruan tinggi, diaktualisasi melalui proses akreditasi baik oleh Badan Akreditasi Nasional (BAN) maupun lembaga eksternal lainnya yang relevan. Selanjutnya, tindakan manajerial utama yang melandasi pengambilan keputusan dan perencanaan di Perguruan Tinggi adalah proses evaluasi termasuk di dalamnya Evaluasi Diri.

Paling tidak terdapat tiga konsekuensi utama dari penerapan Paradigma Baru di atas, yaitu perubahan sistem akreditasi yang dilakukan BAN, pola penganggaraan pendidikan tinggi negeri, dan perubahan pola perencanaan kerja pada institusi pendidikan tinggi. Jika sebelumnya di dalam proses akreditasi, BAN hanya mendasarkan penilaiannya pada Borang Akreditasi selain hasil verifikasi dengan kunjungan lapangan, kini program studi yang akan diakreditasi diwajibkan untuk menyampaikan laporan hasil evaluasi diri dan portfolio lembaga sebagai prasyarat untuk dapat dinyatakan layak untuk dievaluasi dalam rangka proses akreditasi.

Dalam hal penganggaran, pola lama yang nuansanya lebih banyak ke pola alokasi berangsur-angsur digeser oleh pola kompetisi. Contoh pola penganggaran kompetisi semacam ini adalah QUE, DUE, TPSDP, DUE-Like, Semi- QUE, SP4, Program A1, Program A2, Program A3, Program B dan IMHERE. Pola penganggaran semacam ini semuanya menempatkan Laporan Hasil Evaluasi Diri sebagai landasan program- program yang akan diajukan untuk didanai. Sistem akuntabilatasnyapun berubah dari sekedar pertanggung jawaban legal formal keuangan menjadi pertanggungjawaban kinerja. Tujuan akhir dari program penganggaran semacam ini adalah pendanaan dengan sistem block grant kepada institusi pendidikan tinggi. Walaupun demikian, sampai saat ini sistem block grant ini belum sepenuhnya dapat diwujudkan oleh DIKTI karena masih dibutuhkan perangkat peraturan perundang-ndangan tambahan.

Kaitannya dengan perencanaan pengelolaan instistusi pendidikan tinggi, pergeseran yang terjadi mulai dirasakan beberapa tahun terakhir ini terutama untuk institusi- institusi negeri di mana sistem pelaporan mulai dituntut dengan sistem LAKIP(Laporan Akuntabilitas Kinerja Institusi Pemerintah). Laporan semacam ini hanya dapat diwujudkan jika kegiatan atau program-program yang dibangun pada institusiitu merupakan program yang direncanakan dengan baik yang didasarkan pada HasilEvaluasi Diri.

Inti dari perubahan-perubahan di atas adalah, institusi pendidikan tinggi tidak mungkin lagi melepaskan diri dari proses-proses evaluasi diri yang berkelanjutan demi proses akreditasi, kepentingan penganggaran, dan sistem perencanaan berbasis kinerja. Diharapkan dengan pola ini perubahan penyelenggaraan suatu institusi pendidikan tinggi akan semakin menuju ke arah terwujudnya kualitas yang lebih baik dan memiliki akuntabilitas yang tinggi.

HELTS 20 0 3 – 2010

Masih sejalan dengan prinsip-prinsip Paradigma Baru, HELTS (2003-2010) menfor- mulasikan visi pendidikan tinggi di Indonesia pada tahun 2010 sebagai suatu sistem pendidikan tinggi yang: (i) berkualitas tinggi; (ii) menjamin akses bagi semua calon peserta didik yang memenuhi persyaratan mutu akademik; dan (iii) memiliki otonomi yang dapat menjamin terselenggaranya kegiatan akademik yang efisien dan berkualitas.

Visi ini didasarkan pada fenomena bahwa paradigma pengembangan pendidikan tinggi di masa depan perlu direorientasikan agar mampu menghadapi sejumlah tantangan besar yang bersumber dari tuntutan internal maupun eksternal. Di antara

Page 21: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

12

Page 22: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

tuntutan internal adalah pemerataan dan kesamaan akses menikmati pendidikan tinggi, otonomi dan akuntabilitas penyelenggaran, serta peningkatan mutu dan relevansi hasil pendidikan. Sedangkan tuntutan eksternal berasal dari adanya per- ubahan lingkungan global yang menghendaki pergeseran peran institusi pendidikan tinggi dari lembaga pembelajaran tradisional kepencipta-pengetahuan (knowledge creator) yang dikembangkan berdasar perencanaan strategis dengan mengedepankan pendekatan kompetitif (competitive approach).

Untuk itu, dalam HELTS 2003-2010, pengembangan pendidikan tinggi di Indonesia diarahkan pada 3 (tiga) isu utama, yakni peningkatan daya saing bangsa (nation’s competitiveness), otonomi (authonomy) pengelolaan pendidikan, dan peningkatan kesehatan organisasi (organizational health) penyelenggara pendidikan tinggi. Ketiga issue ini secara singkat diuraikan sebagai berikut:

Daya Saing Bangsa

Dewasa ini dunia sedang menghadapi tantangan berat yang merupakan konvergensi dari berbagai dampak globalisasi. Tantangan yang belum pernah dialami oleh umat manusia sebelumnya ini adalah semakin pentingnya pengetahuan (knowledge) sebagai pendorong utama pertumbuhan suatu bangsa. Daya saing suatu bangsa didefinisikan oleh Porter sebagai a country’s share of world markets for its products(Porter,2002). Daya saing tersebut semakin tidak bergantung lagi pada kekayaan sumberdaya alam dan tenaga kerja yang murah, akan tetapi semakin bergantung pada pengetahuan yang dimiliki dan dikuasai oleh suatu bangsa.

Ketidakbergantungan pada sumberdaya alam diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dalam memanfaatkan dan memproses sumber daya alam tersebut sebelum dilemparkan ke pasar global. Demikian pula halnya sumber daya manusia yang banyak hanya akan dapat mendukung pertumbuhan bila disertai dengan penguasaan pengetahuan yang memadai. Artinya, daya saing bangsa akan banyak ditentukan oleh kemampuan memperoleh pangsa di pasar global yang saat ini lebih banyak bertumpu dan ditentukan oleh inovasi dan kreatifitas pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (knowledge-based economy).

Daya saing semacam ini harus dilandasi dengan karakter kebangsaan yang kuat agar sejalan dengan jatidiri bangsa. Untuk itu, institusi pendidikan tinggi harus dapat memegang peran untuk secara efektif mendidik dan membangun kapasitas intelektual para mahasiswa sesuai dengan kebutuhannya untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan yang dapat berkontribusi pada peningkatan daya saing bangsa.

Dari uraian di atas, paling tidak terdapat tiga hal yang harus diperhatikan oleh pendidikan tinggi untuk berkontribusi terhadap peningkatan daya saing bangsa. Pertama, pendidikan tinggi harus mampu menghasilkan luaran (termasuk hasil-hasil penelitian dan lulusan) yang inovatif dan kreatif dalam pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kedua, pendidikan tinggi harus mendidik mahasiswanya agar mampu memilih dan mengadopsi ilmu pengetahuan dan teknologi untuk selanjutnya dikonversi ke dalam bentuk produk yang memiliki daya saing ekonomi. Ketiga, pendidikan tinggi juga harus mampu membentuk lulusan yang memiliki karakter kebangsaan yang kuat sebagai wujud dari warga negara yang bertanggung jawab

Demikian pentingnya peran penguasaan pengetahuan dalam menentukan daya saing suatu bangsa, sehingga peningkatan daya saing bangsa dijadikan sebagai ke bijakan

13

Page 23: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

dasar utama dalam strategi jangka penjang pengembangan pendidikan tinggi ke depan. Seluruh upaya nasional pada sub-sektor pendi dikan tinggi harus dapat diarahkan untuk memberikan kontribusi nyata pada peningkatan daya saing bangsa.

Otonomi

Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang sangat beragam dan pluralistik dalam tingkat perkembangan ekonomi, kekayaan

sumberdaya alam, sosial, penduduk, ketersediaan infrastruktur, dan sebagainya. Pendekatan yang terlalu sentralistik tidak akan mampu mengakomodasi keragaman tersebut. Oleh karena itu desentralisasi otoritas dan pemberian otonomi yang lebih luas kepada setiap institusi merupakan pilihan yang paling tepat bagi negara kita. Hanya dengan pemberian otonomi yang lebih luaslah setiap institusi akan mampu mengembangkan diri sesuai dengan konteksnya, dan berkontribusi untuk meningkatkan daya saing bangsa kita.

Berdasarkan pemikiran tersebut desentralisasi otoritas dan pemberian otonomi yang lebih luas kepada institusi pendidikan tinggi menjadi kebijakan dasar kedua dalam strategi jangka panjang pengembangan pendidikan tinggi di Indonesia. Rencana pembangunan akan secara sistematis dan terprogram dikembangkan berdasarkan prinsip memberikan otonomi yang lebih luas kepada setiap institusi pendidikan tinggi.

Berbagai hal harus dapat diantisipasi dalam penerapan sistem otonomi/desentralisasi, utamanya bagi perguruan tinggi negeri, diantaranya adalah:

Perubahan peran DIKTI dari regulator menjadi fasilitator. DIKTI dalam hal ini akan lebih banyak bertindak untuk mendukung institusi pendidikan tinggi dalam hal kebijakan dan perangkat peraturan yang dibutuhkan. Namun demikian pada sisi lain DIKTI masih memiliki kewenangan untuk memberikan tindakan korektif pada institusi terkait jika diperlukan.

Restrukturisasi pendanaan pemerintah sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya yang akan diarahkan ke sistem block grant.

Restrukturisasi status kepegawaian di mana pada saatnya nanti status PegawaiNegeri Sipil akan ditinjau kembali.

Perubahan status hukum institusi pendidikan tinggi termasuk sistem-sistem perpajakan yang akan diberlakukan terhadapnya.

Di dalam keotonomian ini, institusi pendidikan tinggi tetap akan dituntut untuk tidak mengurangi tanggung jawab sosialnya termasuk diantaranya menjamin akses dan equity bagi mereka yang memenuhi persyaratan mutu akademik.

Kesehatan Organisa s i

Desentralisasi otoritas dengan memberikan otonomi yang lebih luas kepada institusi pendidikan tinggi hanya dapat dilaksanakan apabila setiap institusi memiliki organisasi serta manajemen internal yang sehat. Tanpa kesehatan organisasi yang memenuhi syarat, pemberian otonomi akan menimbulkan anarki dan kebingungan pada tingkat pelaksanaan. Oleh karena itu kesehatan organisasi dipilih sebagai kebijakan ketiga dalam strategi jangka panjang pengembangan pendidikan tinggi di Indonesia.

Disadari benar bahwa sentralisasi berlebihan yang diterapkan selama beberapa de- kade terakhir tidak memberikan peluang untuk berkembangnya inisiatif dan krea-

14

Page 24: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

tivitas pada tingkat institusi pelaksana. Tidak mengherankan bila tingkat kesehatan organisasi di perguruan tinggi di Indonesia pada umumnya belum memadai. Karena kemampuan untuk berkontribusi kepada peningkatan daya saing bangsa hanya dapat dilakukan oleh suatu organisasi yang sehat, maka program-program pembangunan harus dirancang untuk memberikan dorongan bagi tumbuhnya kapasitas organisasi dalam kerangka otonomi dan desentralisasi.

Kesehatan organisasi diartikan sebagai suatu keadaaan di mana suatu organisasi berfungsi secara optimal mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkannya. Dalam konteks institusi pendidikan tinggi, organisasi yang sehat diharapkan memiliki karakteristik, antara lain:

Menjunjung tinggi kebebasan akademik;

Menghargai inovasi dan kreatifitas;

Menstimulasi individu untuk berbagi ilmu pengetahuan;

Mendorong dedikasi untuk bekerja demi kesuksesan organisasi;

Memfasilitasi semua elemen yang berada dalam organisasi sehingga mampu beradaptasi terhadap situasi yang sulit dan kompleks;

Memberikan ruang yang cukup dan otonomi untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak terduga;

Memiliki kesadaran internal tentang perlunya mekanisme penjaminan mutu yang didasarkan pada evaluasi internal maupun eksternal.

Karakteristik organisasi seperti ini merupakan prasyarat bagi suatu institusi pen- didikan tinggi untuk dapat menjalankan otonomi secara optimal.

c. Statuta Unhas

Arahan dari Statuta Unhas adalah Visi dan Misi serta tujuan pengembangan Unhas. Visi dan Misi, bersama dengan nilai yang dianut adalah identitas suatu organisasi. Oleh karena itu, identitas inilah yang semestinya diposisikan sebagai landasan pengembangan diri dari setiap organisasi. Dengan kata lain, penyusunan Renstra Unhas 2004-2008 yang diperbaharui menjadi Renstra Unhas 2006-2010 harus memposisikan visi dan misi serta tujuan tersebut sebagai landasan pengembangan, di samping memperhatikan pula kebijakan-kebijakan lain yang tercantum pada Statuta Unhas.

2.3 ISU STRATEGIS

Uraian pada dua sub-bab di atas mengantar kita kepada beberapa isu strategis yang secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama telah menciptakan batasan atau wawasan baru bagi perkembangan dan penyempurnaan sektor

pendidikan tinggi dalam pengamalan Tri Darmanya.

Isu strategis dimaksud dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a. Peningkatan Kualitas Peran Perguruan Tinggi

Peran yang dimaksudkan berupa partisipasi perguruan tinggi dalam pembangunan bangsa dan negara, serta masyarakat dunia, yang meliputi beberapa aspek, yaitu :

peningkatan daya saing bangsa dalam menghadapi globalisasi;

15

Page 25: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

mendukung penyelenggaraan otonomi daerah; perekat persatuan bangsa;

memperkenalkan dan menyebarluaskan wawasan holistik da

Renstra Unhas 2006-2010

pembangunan kawasan, khusus untuk Unhas peran yang diharapkan dilakonkan adalah sebagai motor pendorong pembangunan Kawasan Timur Indonesia (KTI), bersama-sama dengan perguruan tinggi lain di KTI;

ide tentang"kompetisi untuk berbagi manfaat" yang merupakan landasan bagi perdamaian dunia.

b. Transformasi metoda dan substansi pembelajaran

Setiap perguruan tinggi diperhadapkan pada tantangan untuk melakukan trans- formasi, baik dalam metoda maupun substansi pembelajaran demi untuk mening- katkan kualitas penyelenggaraan misinya atau minimal mempertahankan keber- langsungan keberadaannya dalam tatanan global yang sedang dan terus berubah.

Transformasi dimaksud meliputi:

Substansi pembelajaran, yaitu memperkenalkan wawasan holisme dan inter- koneksitas sebagai pelengkap dari pendekatan reduksionisme-deterministik yang menjadi acuan pembelajaran pada saat ini. Di samping itu, diperlukan adanya pembelajaran yang berkaitan dengan budaya, termasuk budaya bangsa lain yang akan menjadi ketrampilan lunak (soft-skills) untuk menunjang keberhasilan setiap profesi;

Metoda pembelajaran, dengan memperkenalkan pemanfaatan TIK secara ino- vatif di dalam kampus (campus-based university), serta mengembangkan sistem pembelajaran on-line. Metoda pembelajaran berbasis instruksi (instructional- based teaching) perlu pula digantikan dengan metoda pembelajaran yang berorientasi kepada kebutuhan pelajar

(student-centered learning). Pada dasarnya, transformasi yang diperlukan adalah melengkapi metoda maintenance learning yang

cenderung mempertahankan status-quo dengan metoda evolutionary learning yang memberikan kemampuan bukan hanya untuk menghadapi tetapi bahkan merancang perubahan.

c. Pergeseran Nilai Keberadaan Pendidikan Tinggi

Globalisasi telah membawa pergeseran nilai keberadaan pendidikan tinggi dari landasan idealisme tradisional pendidikan kepada ide kompetisi global. Pergeseran nilai ini menimbulkan perdebatan sekaligus tantangan dalam hal :

Memenuhi idealisme “pendidikan untuk semua” vs “korporasi” pendidikan tinggi dalam rangka memenuhi kualitas penyelenggaraan pendidikan tinggi

Memenuhi kualitas sistem pembelajaran berbasis online dibandingkan dengan sistem pembelajaran konvensional berbasis kampus

Memenuhi standar reputasi internasional yang menghantar perguruan tinggi mengacu pada nilai universal berhadapan dengan ide membawa perguruan tinggi unggul atas keunikan yang berbasis pada kemandirian lokal

Memenuhi standar pembiayaan perguruan tinggi otonom sehingga menghadapkan pada pilihan “kualitas pendidikan” vs “komodifikasi pendidikan”

d. Peningkatan Kapasitas Reorganisasi Diri

Page 26: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

16

Page 27: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

Kapasitas reorganisasi diri (self-organizing capacity) merupakan isu strategis utama, karena keberhasilan suatu perguruan tinggi dalam meningkatkan kapasitas ini merupakan kunci untuk menghadapi dan menyelesaikan ketiga isu lainnya. Kapasitasini berkaitan dengan kualitas interkoneksi yang dinamis antara elemen-elemen sumberdaya (resources), organisasi dan nilai-nilai yang dianut oleh perguruan tinggi bersangkutan. Semakin tinggi kapasitas ini, akan semakin tinggi pula kemampuan perguruan tinggi bersangkutanuntuk beradaptasi atau

bahkan berpartisipasi merancang perubahan lingkungannya.

17

Page 28: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

IIIRONA UNHAS 2005

Rona Unhas 2005 merupakan penyempurnaan dari Rona Unhas 2003 yang tertuang dalam Renstra Unhas 2004-2008 dengan memperbaharui data dan informasi mulai tahun 2004 sampai dengan 2005. Data dan informasi yang digunakan sebagai bahan penyusunan Roma Unhas ini diperoleh melalui berbagai sumber antara lain: Portfolio Unhas 2002, laporan evaluasi diri serta laporan kinerja berbagai unit kerja dalam lingkungan Unhas terutama yang akan dan sedang menjalankan hibah kompetisi, hasil studi pelacakan alumni terhadap para wisudawan, evaluasi dan kompilasi pengalaman Unhas dalam melaksanakan Rencana Operasional (Renops) 1998-2003, laporan tahunan universtas, Dokumen BHP, serta beberapa hasil penelitian tentang pengukuran kinerja unit kerja dan staf administrasi yang dilaksanakan selama kurun waktu 2002-2003, dan dokumen data dan informasi tahunan Unhas selama kurun waktu empat tahun terakhir (2002– 2005).

Rona ini dirumuskan sedemikian rupa untuk mencerminkan posisi dan kondisi Unhas dalam menyelenggarakan misinya diperhadapkan dengan isu-isu strategis yang telah ditemukenali dan dijabarkan pada Bab II. Dengan demikian, melalui kajian dan telaah yang mendalam akan ditemukenali berbagai kesenjangan yang masih ada yang kemudian dijadikan sebagai landasan didalam merumuskan strategi yang hendak dilaksanakan.

3.1 PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

Penyelenggaraan pendidikan dari berbagai Program Studi dalam lingkungan Unhas selama kurun lima tahun terakhir telah menunjukkan terjadinya perbaikan yang menggembirakan. IPK rata-rata lulusan Unhas menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan yaitu dari 3,05 pada tahun akademik 2002/2003 menjadi 3,10 pada tahun2005/2006. Sementara waktu belajar rata-rata juga menunjukkan pengurangan yang cukup bermakna, yaitu dari 63,2 bulan pada tahun akademik 2002/2003 menjadi 53,6 bulan pada tahun akademik 2005/2006. Meskipun demikian, daya saing lulusan Unhas di pasar kerja masih belum menggembirakan, terutama jika dilihat dari indikator lama masa tunggu lulusan untuk mendapatkan pekerjaan pertama yang rata-rata masih di atas 1,8 tahun, serta gaji pertama lulusan yang relatif masih rendah yaitu sekitar Rp 700. 000,- per bulan.

Jika dikaji lebih lanjut, maka penyebab rendahnya daya saing lulusan Unhas dapat ditelusuri dari 3 (tiga) aspek, yaitu: (i) kualitas input, (ii) proses pembelajaran, dan (iii) relevansi.

a. Kualitas Input

Secara umum, kualitas mahasiswa baru Unhas masih lebih rendah terutama jika dibandingkan dengan berbagai PTN ternama di Pulau Jawa. Kualitas rata-rata calon mahasiswa yang diterima Unhas antara lain dapat dilihat dari hasil evaluasi UMPTN tahun 2000 yang menunjukkan bahwa Unhas masih menduduki peringkat 20 (untuk ilmu-ilmu sosial) dan peringkat 22 (untuk ilmu-ilmu eksakta) dari 45 PTN yang menjaring mahasiswa baru melalui jalur ini. Skor UMPTN calon mahasiswa baru Unhas juga tidak begitu baik. Untuk kelompok eksakta skor UMPTN rata-rata Unhas pada tahun 2000 adalah 566,5, suatu angka yang relatif jauh lebih rendah dibandingkan dengan ITB (785,87), UI (762,31), ITS (711,77), UGM (710,09), dan UNAIR (710,08). Sementara untuk kelompok sosial juga masih menunjukkan skor yang kurang menggembirakan yaitu 588,9, masih lebih rendah dibandingkan denganUI (785,87), UGM (762,31), UNAIR (711,77), UNIBRAW (710,09), dan UNPAD

Page 29: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

18

Page 30: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

(710,08). Fakta-fakta tersebut di atas mengindikasikan bahwa meskipun Unhas masih dikenal sebagai universitas ternama dan terbesar di bagian timur Indonesia, namun kualitas mahasiswa barunya masih lebih rendah dibandingkan dengan kualitas mahasiswa baru berbagai PTN yang ada di Jawa. Meskipun berbagai upaya dan usaha untuk meningkatkan kualitas mahasiswa baru telah dilakukan, namun selama kurun waktu 2003-2006, kualitas mahasiswa baru Unhas masih juga belum menggembirakan. Fakta ini jelas tercermin dari skor SPMB rata-rata mahasiswa baru Unhas selama kurun waktu tersebut yang angkanya masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan berbagai PTN yang ada di Jawa. Misalnya, untuk kelompok eksakta, skor SPMB Unhas masing-masing sebesar 539,45 (2003), 555,50 (2004),537,50 (2005), dan 540,14 (2006), sedang untuk kelompok non eksakta 561,24(2003), 582,0 (2004), 540,95 (2005) dan 561,72 (2006).

Rendahnya kualitas mahasiswa baru Unhas terutama disebabkan oleh rendahnya kualitas SMU di Kawasan Timur Indonesia termasuk di Sulawesi Selatan. Padahal mayoritas mahasiswa baru Unhas (hampir 90%) berasal dari

kawasan itu. Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, kualitas SMU dari bagian timur Indonesia jauh lebih rendah dibanding SMU yang ada di Jawa, bahkan yang ada di Sumatera. Kondisi ini lebih diperparah oleh rendahnya daya tarik Unhas bagi calon mahasiswa baru yang berkualitas. Ini ditunjukkan oleh "hijrah"-nya para calon mahasiswa dari berbagai sekolah unggulandi Sulsel ke perguruan tinggi lain di pulau Jawa atau bahkan ke luar negeri. Disamping itu, penurunan daya tarik ini bagi calon mahasiswa yang berasal dari KTI secara tidak langsung juga disebabkan oleh meningkatnya kualitas perguruan tinggi setempat.

Daya tarik Unhas juga dapat diukur dari tingkat persaingan calon mahasiswa dengan menghitung rasio antara jumlah yang diterima dengan jumlah pendaftar SPMB(dahulu UMPTN). Rasio yang rendah memberikan gambaran tingginya daya tarik program studi bersangkutan. Dalam kurun 4 tahun terakhir, tingkat persaingan dari berbagai program studi yang ada di Unhas bervariasi dari yang paling kompetitif 2,8% hingga 74,6%. Program studi yang memiliki daya tarik tertinggi adalah Farmasi(2,8%) yang kemudian diikuti oleh Akuntansi (4,1%), Manajemen (4,3%), Pendidikan Dokter dan Hubungan Internasional (keduanya 4,4%). Sementara program studi yang kurang memiliki daya tarik sebagian besar berasal dari Fakultas Peternakan, Ilmu Perikanan dan Kelautan serta Pertanian dan Kehutanan. Keadaanini sangat bertolak belakang dengan kondisi lingkungan geografis Unhas yang banyak menghasilkan produk dan komoditi utama dari sektor-sektor tersebut sebagai tulang punggung ekonominya. Disamping itu, kurangnya daya tarik calon mahasiswa Unhas yang ingin menekuni program studi dalam lingkup ketiga fakultas tersebut di atas juga bertolak belakang dengan pola ilmiah pokok (PIP) Unhas yang justru ingin mengembangkan IPTEKS Kelautan.

Kualitas input calon mahasiswa juga dapat dilihat dari persentasi jumlah mahasiswa baru yang terjaring berdasarkan pilihan pertama, kedua atau bahkan ketiga pada saat ujian SPMB. Angka ini secara langsung atau tidak langsung mencerminkan minat dan motivasi mahasiswa baru dalam menempuh proses pendidikannya. Minat dan motivasi ini jelas memberikan pengaruh yang lebih signifikan terhadap keberhasilan seorang mahasiswa dibandingkan dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki pada saat yang bersangkutan diterima sebagai mahasiswa baru.

Page 31: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Berdasarkan data pilihan pelamar SPMB selama kurun waktu 2003 sampai dengan 2006, persentase mahasiswa baru yang masuk program studi berdasarkan pilihan pertamanya

19

Page 32: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

bervariasi mulai dari 8,8 % hingga 87 %. Persentase yang tinggi dijumpai pada program studi pendidikan dokter (87 %), yang kemudian diikuti oleh Teknik Elektro(66,1 %), Teknik Mesin (64,2 %), Kesehatan Masyarakat (54,5 %), Teknik Sipil,(52,2 %), dan Akuntansi (50,2 %). Sedangkan persentase yang rendah dijumpai pada program-program studi dengan daya tarik kurang, yaitu Biologi (8,8 %), Kimia (11,0%), Sosiologi (12,1 %), dan Ilmu Tanah (12,2 %). Fakta-fakta tersebut munujukkan bahwa minat calon mahasiswa baru lebih banyak dipengaruhi oleh kemudahan mendapatkan pekerjaan setelah lulus dari program studi yang dipilihnya. Khusus untuk Fakultas Kedokteran, memiliki daya tarik tersendiri, yaitu telah merupakan"tujuan" dari calon mahasiswa yang berasal dari luar negeri. Sejak kurun waktu 4 tahun terakhir, Fakultas Kedokteran Unhas telah

menyelenggarakan kelas internasional dengan menerima mahasiswa baru dari Malaysia. Sementara itu, PS Kedokteran Gigi dan Hubungan Internasional juga telah dikembangkan untuk mengikuti jejak Fakultas Kedokteran dengan menyelenggarakan kelas internasional.

Untuk strata Pascasarjana, minimnya daya tarik Unhas diperlihatkan oleh semakin berkurangnya pelamar yang berkualitas. Dalam beberapa tahun terakhir, Pascasarjana Unhas "terpaksa" menerima mahasiswa S2 dan S3 dengan skor TPA (Test Potensi Akademik) yang relatif rendah dari standar akademik yang dipersyaratkan oleh Program Pascasarjana Unhas.. Selama tiga tahun terakhir, rata-rata skor TPA (tes Potensi Akademik) mahasiswa pascasarjana adalah 400 sedangkan persyaratan minimum adalah 500. Jika ingin mengikuti skor yang disyaratkan, maka jumlah mahasiswa yang memenuhi syarat tidak akan lebih dari 10 orang. Skor TOEFL dari mahasiswa pascasarjana Unhas juga kurang memuaskan (430), lebih rendah dari yang dipersyaratkan untuk program pascasarjana (450). Kurangnya mahasiswa pascasarjana yang berasal dari luar Sulawesi Selatan juga menggambarkan kurangnya daya tarik program tersebut. Mahasiswa Program Pascasarjana Unhas hampir 85% adalah alumni baru perguruan tinggi lokal (55% alumni Unhas sendiri) dan hanya12% yang berasal dari luar Sulawesi Selatan. Di samping itu, daya saing mahasiswa baru pascasarjana juga tidak terlalu ketat, yaitu sekitar 80% diterima dari total pelamar pada program S2 dan 70% diterima dari total pelamar S3.

Mengingat bahwa dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan, mutu SMU di KTI dan di Sulsel belum akan mengalami peningkatan yang signifikan, maka Unhas perlu memikirkan model penerimaan mahasiswa baru yang diharapkan dapat menjaring calon mahasiswa yang berkualitas. Unhas semestinya tidak hanya mengandalkan penjaringan mahasiswanya melalui SPMB, karena dengan sistem ini Unhas tetap hanya akan mendapatkan calon mahasiswa dengan kualitas marjinal. Dengan memberlakukan sistem penerimaan yang lain, diharapkan masalah kualitas calon mahasiswa dapat dipecahkan, atau minimal Unhas dapat menjaring calon mahasiswa yang memiliki minat dan motivasi yang besar. Pengalaman menyelenggarakan JBPP menunjukkan bahwa sistem itu tidaklah berpengaruh negatif terhadap kualitas lulusan Unhas. Dengan demikian, modifikasi dan penyempur naan sistem dimaksud mungkin dapat dilakukan untuk mendapatkan sistem penjaringan yang lebih mumpuni.

Di samping itu, diperlukan upaya-upaya nyata untuk meningkatkan daya tarik Unhas bagi calon mahasiswa, misalnya dengan road show, publikasi di media massa dan elektronik, tawaran beasiswa, dan lainnya. Tentunya upaya ini harus dibarengi dengan peningkatan kualitas proses pembelajaran yang diharapkan dicapai melalui transformasi pembelajaran yang akan dibahas pada para graf-paragraf berikut.

Page 33: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Aspek lain yang perlu mendapat perhatian Unhas adalah isue tanggung jawab sosial

20

Page 34: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

Unhas unetuk memberikan kesempatan yang sama terhadap calon mahasiswa yang berasal dari daerah terpencil serta dari keluarga yang secara ekonomi kurang mampu, namun memiliki kapasitas akademik yang tinggi. Isue ini menjadi penting mengingat bahwa berdasarkan hasil survey yang dilakukan terhadap mahasiswa Unhas menunjukkan bahwa sekitar 45 % mahasiswa Unhas berasal dari keluarga dengan penghasilan per bulan kurang dari Rp 1.500.000,- Besarnya porsi mahasiswa Unhas yang berasal dari keluarga yang kurang mampu menunjukkan bahwa Unhas tetap membuka akses bagi calon mahasiswa yang kurang mampu namun memiliki potensi akademik yang tinggi sebagai bahagian dari tanggung jawab sosial Unhas. Upaya Unhas untuk membantu mahasiswa yang secara finansial kurang mampu telah dilakukan antara lain melalui pemberian beasiswa yang dalam kurun waktu tahun2003 – 2006 rata-rata mahasiswa yang mendapatkan beasiswa adalah sebesar 25 %setiap tahunnya.

b. Proses Pembelajaran

Dari sisi proses pembelajaran terdapat beberapa hal yang memberikan pengaruh besar terhadap kualitas luaran. Pertama, adalah jumlah dan kualitas dosen. Secara absolut, ketersediaan dan kualitas sumberdaya manusia di lingkungan Unhas cukup memadai. Dilihat dari sisi jabatan akademik, distribusi staf pengajar Unhas cukup baik. Pada tahun 2003, dari keseluruhan staf yang berjumlah 1.731 orang, terdapat123 orang Guru Besar (7,11%), 617 orang (35,64%) Lektor Kepala, 536 (30.96%) Lektor, 430 (24,84%) Asisten Akhli, dan selebihnya, yaitu 25 orang masih berstatus sebagai CPNS. Sedangkan jika dilihat dari jenjang pendidikan juga cukup memadai, yaitu 299 orang (17,27%) telah berkualifikasi S3, 854 (49,34%) berkualifikasi S2 dan sisanya, 578 orang (33.39%) masih berkualifikasi S1. Jumlah dan kualitas staf pengajar tersebut semakin baik pada tahun 2006. Dari keseluruhan staf pengajar yang telah berjumlah 1.781 orang, telah terdapat 190 orang Guru Besar (10,67%), 624 orang (35,04%) Lektor Kepala, 510 (28,64%) Lektor, 316 (17,74%) Asisten Akhli, dan 141 orang (7,02%) masih berstatus sebagai CPNS. Dilihat dari jenjang pendidikan juga tampak semakin baik, yaitu 459 orang (25,77%) telah berkualifikasi S3, 941 (52,84%) berkualifikasi S2 dan sisanya, 381 orang (21.39%) masih berkualifikasi S1. Data ini memperlihatkan bahwa ratio dosen berpendidikan lanjutan(S2 dan S3) terhadap jumlah dosen seluruhnya semakin baik, yaitu meningkat dari66,61% (2003) menjadi 78,61% (2007). Ratio ini bervariasi dari satu fakultas ke fakultas, yaitu berkisar 65–90%. Fakultas Hukum misalnya, malah telah memiliki rasio yang tergolong terbaik dibandingkan dengan semua fakultas Hukum negeri di Indonesia.

Tetapi jika dibandingkan dengan jumlah mahasiswa, ketersediaan dan kualitas staf pengajar yang dijabarkan di atas menjadi tidak terlalu berarti. Saat ini, ratio dosen- mahasiswa Unhas lebih dari 1:17. Rasio ini cukup jauh dibandingkan dengan ratio ideal yang ditetapkan Dikti, yaitu 1:10 untuk jurusan eksakta dan 1:15 untuk noneksakta. Malah, jika ditelaah lebih jauh pada tataran jurusan, ratio dosen- mahasiswa ini menjelma menjadi indikator yang mengkhawatirkan. Tidak terlalu sulit menemukan jurusan dan program studi di Unhas yang memiliki ratio dosen- mahasiswa di atas 30.

Bahkan jika ditelusuri lebih jauh, yaitu dengan menggunakan indikator EWMP(Ekuivalensi Waktu Mengajar Penuh), diperoleh distribusi yang sangat pincang. Pada beberapa fakultas, terdapat mata kuliah yang diasuh oleh tim, sedangkan pada fakultas lain, terdapat staf pengajar yang bertugas mengasuh beberapa mata

Page 35: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

kuliah

21

Page 36: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

sekaligus. Untuk fakultas MIPA misalnya, dosennya kebanyakan sudah over-loaded, akibat banyaknya mata kuliah lintas fakultas yang menjadi bebannya, khususnya untuk mata kuliah semester pertama dan kedua (mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar / basics sciences). Ini membuat mereka tidak

memiliki waktu luang untuk meningkatkan kualitas substansi kuliah dan proses pengajarannya. Hal ini berdampak luas, karena para mahasiswa pada umumnya tidak mendapatkan bekal ilmu dasar yang kuat yang mengakibatkan mereka sulit untuk mencerna dengan baik kuliah- kuliah pada semester-semester berikutnya.

Disamping itu, distribusi mahasiswa menurut jurusan juga sangat pincang. Pada beberapa jurusan/program studi, di lingkungan Fakultas Teknik misalnya, terdapat jumlah mahasiswa yang sangat besar, sehingga seorang Penasehat Akademik harus membimbing puluhan mahasiswa pada setiap semester. Ini menyebabkan proses bimbingan menjadi sangat tidak efektif.

Ratio dosen-mahasiswa ini potensial meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan ratio ini terutama disebabkan oleh kurang seimbangnya jumlah mahasiswa yang diterima dengan jumlah lulusan setiap tahunnya. Pada tahun akademik 2002/2003 diterima 3.962 mahasiswa program S1 melalui jalur SPMB dan JPPB sedangkan jumlah lulusan untuk program yang sama hanya sebesar 3.034. Pada tahun2003/2004, diterima 3.298 mahasiswa dan lulus 2.849. Pada tahun berikutnya, diterima 3.491 dan lulus 2.998 Untuk tahun akademik 2005/2006 perbandingan antara jumlah mahasiswa baru dengan jumlah lulusan tidak banyak berbeda dengan sebelumnya, yaitu masing-masing 3.624 mahasiswa baru dan 2.874 orang lulusan. Perbandingan ini akan menjadi semakin pincang jika data mahasiswa ekstensi serta program diploma ikut diperhitungkan. Penyebab lain meningkatnya ratio dosen-ma- hasiwa adalah tidak seimbangnya jumlah dosen yang diterima dengan yang me- masuki masa pensiun. Dalam kurun waktu lima tahun ke depan diproyeksikan sekitar260 dosen Unhas akan memasuki masa pensiun. Dibandingkan dengan jumlah penerimaan dosen baru sekitar 40 orang pertahun, maka dalam kurun waktu itu Unhas akan mengalami penurunan jumlah dosen sebesar 60 orang. Jika tidak ada kebijakan untuk menambah jumlah dosen baru dan laju penambahan mahasiswa tidak dapat dikurangi, maka pada tahun 2010, ratio dosen-mahasiswa akan mencapai 1:23Kondisi seperti ini jelas merupakan kendala besar terhadap upaya untuk melakukan perbaikan dalam proses belajar mengajar.

Dinamika populasi dosen yang disebutkan di atas juga mempengaruhi tingkat kualitasnya. Dalam kurun waktu 5 tahun ke depan, sekitar 48 staf akademik bergelar doktor dan 41 master akan memasuki masa pensiun, tetapi jumlah ini akan dapat dikompensasi oleh sekitar 151 orang staf akademik yang sedang menyelesaikan pendidikan pada program doktor dan 107 orang pada program master. Dengan demikian, ratio dosen berpendidikan lanjutan terhadap jumlah dosen seluruhnya akan menjadi lebih baik dibandingkan dengan saat ini. Sebaliknya, jika dilihat dari jenjang jabatan akademik, dinamika populasi ini tidak menjanjikan kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi pada saat ini. Dalam kurun 5 tahun mendatang, lebih dari dua-pertiga (85 orang) Guru Besar Unhas yang tercatat pada saat ini akan memasuki masa pensiun. Ini adalah tantangan besar bagi Unhas, karena pada satu sisi perlu mendorong dan memfasilitasi staf pengajarnya untuk segera melakukan promosi untuk mengisi kekosongan jabatan akademik itu, tetapi pada sisi yang lain tetap harus mengedepankan pertimbangan kualitas staf ber sangkutan.

Page 37: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Salah satu kebijakan yang dipilih oleh manajemen Unhas untuk memperbaiki ratio

22

Page 38: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

dosen-mahasiswa adalah dengan melakukan pembatasan penerimaan mahasiswa, yang diwujudkan dengan tidak membuka penerimaan mahasiswa program diploma, kecuali yang berbasis kerjasama dengan pihak ketiga. Kebijakan ini juga disertai dengan pengurangan subsidi bagi program ekstensi, yang berarti SPP mahasiswa baru program ekstensi menjadi jauh lebih besar dibandingkan dengan SPP mahasiswa sebelumnya. Sepenuhnya disadari bahwa kebijakan ini mengurangi kesempatan belajar bagi lulusan SMU di daerah Sulawesi Selatan atau bahkan di KTI, tetapi terpaksa harus diambil demi memperbaiki ratio dosen–mahasiswa dan sekaligus meningkatkan alokasi anggaran per mahasiswa. Jumlah mahasiswa yang senantiasa meningkat dari tahun ke tahun yang tidak diikuti dengan kenaikan anggaran yang sepadan telah membuat biaya rata-rata per mahasiswa men jadi semakin menurun. Kondisi jelas akan menyebabkan kualitas lulusan yang dihasilkan juga menjadi semakin menurun. Data tahun 2002 menunjukkan bahwa tanpa adanya program D-3 dan ekstensi, alokasi biaya penyelenggaraan studi rata-rata adalah Rp 4.654.000,-/mahasiswa/ tahun. Tetapi dengan keberadaan kedua program itu, maka alokasi itu menjadi Rp 3.282.000,-/mahasiswa/tahun, suatu pengurangan sebesar 29,51%. Dengan rangkaian kebijakan ini, ratio dosen–mahasiswa serta alokasi anggaran per mahasiswa dapat diperbaiki dan diharapkan akan bermuara pada peningkatan kualitas proses belajar mengajar.

Kedua, adalah penyelenggaraan pembelajaran. Jika dilihat dari sisi pelaksanaan kuliah, penyelenggaraan pembelajaran di Unhas sudah tergolong baik. Ini dicer- minkan misalnya dengan persentasi kehadiran dosen yang rata-rata di atas 80%. Mungkin masalah yang dihadapi adalah substansi yang diajarkan yang sampai saatini belum pernah dimonitor dan dievaluasi secara serius. Walaupun hampir semua mata kuliah telah memiliki GBPP dan bahkan SAP, tetapi belum ada pemantauan sistimatis terhadap pelaksanaan SAP tersebut. Umumnya, mata kuliah belum memiliki lecturer-note yang diremajakan secara periodik. Dari 26 laporan evaluasi diri program studi dalam lingkungan Unhas yang mengikuti program hibah kompetisi sejak 3 tahun terakhir menunjukkan bahwa persentasi matakuliah yang memiliki lecture notes yang terstruktur pada setiap program studi kurang dari 30%. Kinerja dosen dalam memberikan kuliah juga sangat jarang dievaluasi. Sudah saatnya Unhas mengikut sertakan mahasiswa untuk melakukan penilaian terhadap kinerja dosen. Memang telah ada fakultas/program studi yang mencoba melakukan monitoring dan evaluasi seperti dimaksud, tetapi hasil evaluasi itu umumnya belum ditindak lanjuti, misalnya dalam bentuk insentif (reward) bagi yang memiliki penilaian yang baik, dan sebaliknya.

Juga perlu digarisbawahi bahwa hampir semua program studi masih mengacu kepada metoda pembelajaran berbasis teaching, kecuali Fakultas kedokteran yang telah memulai memberlakukan Problem-Based Learning -PBL yang merupakan salah satu bentuk dari pendekatan learning. Pendekatan pembelajaran berbasis learning sebenarnya telah diperkenalkan relatif cukup lama, yaitu melalui pelatihan ketrampilan mengajar yang diselenggarakan oleh Pusat Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional (P3AI) Unhas. Tetapi sampai saat ini jumlah staf pengajar yang telah mengikuti pelatihan ketrampilan itu relatif masih sedikit, yaitu 420 orang pelatihan PE KERTI, 102 orang program AA dan 143 orang program AKTA V. Dikaitkan dengan jumlah staf pengajar yang wajib mengikuti PEKERTI, yaitu Asisten Akhli dan Lektor Muda, masih tersisa lebih dari 300 orang yang belum mengikuti pelatihan. Masalah yang dihadapi adalah keterbatasan anggaran yang secara rata-rata hanya dialokasikan untuk 30 sampai 50 orang staf per tahun.

Page 39: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

23

Page 40: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

Walaupun sebenarnya P3AI memiliki kapasitas pelatihan sampai 300 orang per tahun. Evaluasi terhadap efektivitas PEKERTI yang dilakukan pada tahun 2000 menunjukkan bahwa implementasi metoda pembelajaran yang diperoleh seorang dosen muda sering tidak mendapat dukungan yang memadai dari dosen senior yang menjadi penanggung jawab mata kuliah. Hal ini terutama jika sang dosen penanggung jawab belum mengikuti pelatihan PEKERTI dan atau AA.

Salah satu aspek penting yang nyaris terlupakan adalah perhatian dan upaya untuk meningkatkan ketrampilan belajar (learning skills) dari para mahasiswa. Hal ini mungkin disebabkan oleh pendekatan teaching yang memang tidak memberikan prioritas tinggi kepada upaya peningkatan ketrampilan tersebut. Unhas telah memiliki Unit Bimbingan dan Konseling (B&K), tetapi perannya belum dioptimalkan. Selamaini "B&K" hanya melaksanakan fungsi "K" saja, yaitu konsultasi bagi mahasiswa"bermasalah" yang dikirim oleh jurusan/program studi, tetapi hampir tidak pernah melaksanakan peran yang lebih benar yaitu memberikan ketrampilan belajar untuk semua mahasiswa. Jika Unhas ingin berhasil dalam menerapkan pendekatan learning, maka posisi B&K harus ditingkatkan dan upaya peningkatan ketrampilan belajar bagi para mahasiswa seyogyanya dijadikan sebagai bagian integral dari kurikulum pendidikan.

Ketiga, adalah dukungan sarana dan prasarana belajar, seperti laboratorium, kebun percobaan dan lainnya.

Dibandingkan dengan standar yang ditetapkan di dalam Kepmendiknas No. 234/U/2000, ketersediaan ruang kuliah di Unhas telah cukup memadai, yaitu 0,86 m2/mhs, lebih besar dari yang disyaratkan (0.5 m2/mhs). Demikian pula halnya dengan ruang dosen, yaitu 3,58 m2/dosen, walaupun masih sedikit lebih rendah dari standar yang sebesar 4.0 m2/dosen. Untuk laboratorium, diperoleh ratio sebesar 1.07 m2/mhs, lebih kecil dari yang disyaratkan (2 m2/mhs).

Dilihat dari distribusinya, rasio ruang kuliah-mahasiswa bervariasi antar fakultas. Rasio yang lebih baik dijumpai pada program-program studi atau jurusan yang memperoleh dana hibah kompetisi seperti TPSDP, DUE-Like, PHK, dan SP4. Dari seluruh fakultas yang ada di Unhas, hanya Fakultas Teknik yang memiliki ratio ruang kuliah-mahasiswa yang berada di bawah standar nasional, yaitu hanya 0.31 m2/mhs. Tetapi ratio itu telah membaik dengan selesainya gedung perkuliahan baru yang memiliki luas lantai 2.700 m2. Di samping itu, jika rencana pembangunan kampus baru khusus untuk fakultas Teknik di areal bekas Pabrik Kertas Gowa dapat direalisasikan, maka masalah prasarana ruang kuliah akan teratasi.

Sarana perkuliahan tradisional seperti OHP umumnya tersedia pada setiap jurus- an/program studi, walaupun jumlahnya belum memadai untuk mendukung semua kegiatan perkuliahan. Pemanfaatan LCD Projector belum umum, kecuali pada Fakultas Kedokteran dan PPS. Pengaturan pemanfaatan ruang kuliah belum optimal. Pada waktu tertentu terdapat beberapa ruang yang kosong sedangkan pada ruang lain terdapat sejumlah mahasiswa yang berdiri karena ruang kelas / kursi tidak lagi mencukupi.

Sarana laboratorium untuk mendukung praktikum mahasiswa umumnya sangat tidak memadai, hanya berupa peralatan tua (eksproyek ADB-205) dan berada dalam kondisi hampir rusak. Ini menyebabkan praktikum sulit dilaksanakan dengan baik. Keterbatasan peralatan praktikum misalnya, mengakibatkan beberapa praktikum digantikan dengan demonstrasi. Pada kondisi seperti ini, aspek pembelajaran yang

Page 41: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

24

Page 42: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

semestinya diperoleh melalui praktikum jelas tidak akan tercapai.

Keterbatasan anggaran bermuara juga bermuara pada kekurangmampuan Unhas untuk melengkapi perpustakaan dengan buku dan jurnal mutahir. Pada tahun 2003, anggaran pengadaan buku dan jurnal yang berasal dari DIP Unhas hanya sebesar Rp.450 juta. Dengan anggaran itu hanya mampu diadakan 700 judul buku (1.339 eksemplar) dan 29 jurnal. Walaupun demikian, pada tahun itu, telah ditempuh kebijakan untuk berlangganan jurnal elektronik di samping mendaftar pada beberapa pustaka elektronik yang memberikan akses gratis. Dengan upaya ini, Unhas pada saatini telah dapat meng akses lebih 250 jurnal (baru maupun back issues).

Fasilitas internet sebenarnya sudah sejak lama tersedia di Unhas, yaitu berupa ban- tuan dari proyek Ipteknet BPPT. Dengan selesainya proyek tersebut, Unhas mulai berlanggangan akses internet dengan bandwidth yang saat ini masih relatif sangat kecil, yaitu 128 kbps. Pada saat ini, fasilitas ini telah dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan website Unhas serta untuk akses keberbagai pustaka elektronik. Layanan akses internet dikelola PIU dengan jumlah komputer sebanyak 100 unit. Kecilnya band width intenet merupakan salah satu sebab Unhas tidak termasuk ke dalam 100 perguruan tinggi terkemuka di Asia versi Asia Week. Korea Advanced Institute of Science and Technology, yang menduduki ranking pertama versi Asia Week (tahun 2000) memiliki band width sebesar 23,86 kbps permahasiswa. Jika ini dijadikan patokan, maka Unhas sedikitnya harus memiliki 600 Mbps, 4800 kali lipat dari kapasitas terpasang pada saat ini. Upaya peningkatan kapasitas band width inter- net jelas berhadapan dengan kendala keterbatasan biaya. Tetapi sebenarnya dapat diatasi jika ketersediaan band width dijadikan prioritas utama manajemen Unhas. Justru masalah yang sebenarnya adalah rendahnya minat dan kebutuhan sivitas akademika Unhas terhadap akses internet, karena belum diposisikan sebagai ke- butuhan primer yang mendukung upaya pengembangan dan pening katan kualitas pengetahuan mereka.

c. Relevansi

Pada tahun-tahun awal pengembangan Unhas, pembukaan jurusan dan atau program studi dilakukan dengan meniru apa yang telah berkembang di perguruan tinggi di pulau Jawa. Staf pengajar Unhas yang umumnya merupakan alumni perguruan tinggi itu, cenderung melakukan pengembangan program studi sesuai dengan program studi yang diikutinya selama kuliah. Kecenderungan ini telah berlangsung berlarut-larut sehingga menciptakan struktur jurusan dan program studi di Unhas yang merupakan"foto copy" dari jurusan dan program studi yang ada di perguruan tinggi di pulauJawa.

Hal ini kemudian menyebabkan banyak program studi yang tidak memiliki keter- kaitan langsung dengan kebutuhan pembangunan daerah dan kawasan. Di Fakultas Teknik Unhas misalnya, tidak ada jurusan (kecuali Geologi yang merupakan jurusan termuda di Fakultas Teknik Unhas) yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya pertambangan yang justru merupakan salah satu sumberdaya utama Sulawesi Selatan dan KTI. Pengembangan jurusan dan program studi di Fakultas Pertanian, Peternakan dan FIKP kurang lebih merupakan fotocopy dari IPB. Pada ketiga fakultas itu terdapat jurusan atau program studi Sosial Ekonomi. Ini sebenarnya tidak perlu karena di Unhas sendiri telah ada fakultas Isipol dan fakultas Ekonomi yang membina dan mengembangan disiplin ilmu seperti itu.

Dikaitkan dengan pertumbuhan dan pergeseran lapangan kerja, jelas terlihat bahwa

Page 43: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

25

Page 44: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

banyak program studi di Unhas yang kurang relevan lagi dengan kebutuhan pasar. Sebaliknya, terdapat beberapa lapangan kerja yang tumbuh pesat sejak satu atau dua dekade terakhir tidak memiliki program studi di Unhas. Pergeseran era mekanistik ke era biologis dan informatika belum tercermin dalam prioritas pengembangan jurusandi Unhas. Jurusan biologi difakultas MIPA misalnya yang semestinya menjadi andalan masa depan Unhas merupakan salah satu jurusan yang relatif lemah, baik dilihat dari ketersedian dan kualitas sumber dayanya, maupun ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran. Kebutuhan pasar akan tenaga akhli di bidang informatika yang terus melonjak dari tahun ke tahun tidak dapat dipasok oleh Unhas karena belum memiliki jurusan atau program studi seperti itu.

Di samping itu, spesialisasi yang dipraktekkan terlalu dini di lingkungan disiplin ilmu-ilmu pertanian, telah berhasil mencetak alumni yang ahli pada cabang keilmuan tertentu, tetapi kurang dibekali dengan ketrampilan dan ilmu pertanian yang utuh yang justru dibutuhkan oleh masyarakat. Kebijakan yang ditempuh oleh Fakultas Hukum beberapa tahun yang lalu yang mengembalikan status jurusan yang ada di lingkungan fakultasnya menjadi bagian, mungkin merupakan kebijakan yang patut dicontoh oleh fakultas ini demi untuk meningkatkan relevansi kompetensi alumninya dengan kebutuhan masyarakat.

Berdasarkan informasi yang dikumpulkan dari beberapa lembaga yang mempe- kerjakan lulusan Unhas dapat ditarik simpulan sementara bahwa salah satu ke- lemahan nyata dari lulusan Unhas yang sangat mempengaruhi daya saingnya adalah wawasan yang relatif terbatas serta kurang memadainya ketrampilan lunak yang dimiliki, seperti penguasaan bahasa Inggris, ketrampilan berkomunikasi lisan dan tulisan, kemampuan berfikir kritis, ketrampilan bekerja secara tim, serta ketrampilan dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komputer.

Kelemahan ini telah diantisipasi Unhas dengan melakukan pembenahan terhadap kurikulumnya. Pada awal tahun 2003, Unhas telah berhasil merumuskan dan menyepakati profil lulusan Unhas yang menjadi acuan dalam penyusunan kurikulum baru. Profil dimaksud menunjukkan bahwa lulusan Unhas di samping memiliki kemampuan profesional di bidangnya, juga memiliki kemampuan intelektual serta daya adaptasi-kreatif sehingga senantiasa mampu mempertahankan atau bahkan meningkatkan kualitas keberadaannya di lingkungannya yang senantiasa berubah.

Disadari bahwa Unhas tidak mungkin lagi hanya mengandalkan pendekatan teaching untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan profil itu, karena pendekatan ini hanya memprogram mahasiswa untuk menjawab masalah yang telah diketahui atau telah ada sebelumnya, sebaliknya kurang memfasilitasi mahasiswa untuk belajar berfikir. Padahal jutru kemampuan berfikir inilah yang menjadi kunci untuk memahami perubahan yang sedang dan akan terus berlangsung. Dengan kata lain, Unhas pada saat ini tidak memiliki pilihan lain kecuali mengikuti jejak berbagai perguruan tinggi terkemuka di manca negara, dan bahkan beberapa perguruan tinggidi Indonesia, untuk segera bergeser dari pendekatan teaching ke learning, dan dari maintenance learning yang cenderung mempertahankan status quo ke evolutionary learning yang memberikan bekal kepada mahasiswa untuk mampu beradaptasi atau malah berpartisipasi dalam proses penciptaan kebaharuan. Upaya pergeseran ini seyogyanya pula disandingkan dengan pengayaan substansi pembelajaran, yang dilakukan denganmemperendah

tembok-tembok yang memisahkan disiplin keilmuan. Tegasnya, melengkapi pendekatan reduksionisme yang menjadi pilar dari ilmu pengetahuan modern dengan pendekatan holisme yang melihat ilmu sebagai

Page 45: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

26

Page 46: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

suatu entitas yang tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri.

Pertanyaan yang sangat relevan adalah bagaimana kesiapan Unhas untuk melaksana- kan transformasi sistem pembelajaran yang sifatnya sangat mendasar itu?

Pertanyaan analitik ini dapat dijawab dengan melakukan penelusuran terhadap be- berapa upaya yang dirintis oleh pimpinan Unhas untuk mengawali proses trans- formasi itu. Upaya yang perlu digaris bawahi adalah memperkenalkan pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran, dalam bentuk pembangunan jaringan video-confer- ence pada tahun 2002 yang menjangkau beberapa perguruan tinggi yang menjadi anggota Konsorsium Perguruan Tinggi Negeri Kawasan

Timur Indonesia(Konsorsium PT- KTI). Keberadaan sistem ini memungkinkan dosen Unhas menyelenggarakan kuliahnya secara distance tanpa harus hadir secara fisik di depan mahasiswanya. Sistem ini jelas sangat membantu karena seorang dosen tidak perlu lagi menempuh perjalanan jauh hanya untuk memberikan kuliah 2 atau 3 jam saja. Kenyataan yang dihadapi adalah sistem lebih banyak dibiarkan menganggur dibanding dimanfaatkan. Kondisi yang sama ditemukan dalam penyelenggaraan kuliah berbasis internet (SOI -School on Internet) yang merupakan kerjasama Unhas dan beberapa perguruan tinggi di Kawasan Asia Pasifik dengan Universitas Kieo di Jepang. Jangankan berpartisipasi untuk menjadi pembicara, untuk mencari peserta kuliah pun sulit memperoleh jumlah yang memadai. Pemanfaatan e-library juga belum menunjukkan kinerja yang menggembirakan. Data menunjukkan bahwa walaupun sejak awal tahun 2003 Unhas telah berlangganan beberapa pustaka elektronik, jumlah "kunjungan" ke pustaka itu masih relatif sangat kurang.

Fakta-fakta di atas dapat diterjemahkan bahwa staf pengajar Unhas memiliki kelem- baman yang besar untuk melakukan perubahan. Kelembaman untuk berubah ini ber- asal dari keengganan belajar kembali dalam menggunakan metoda dan peralatan ba-ru. Tidak terlalu sulit menemukan staf pengajar Unhas yang tidak mampu menggu- nakan komputer, padahal peralatan ini adalah jantung dari e-learning yang merupa- kan pilar utama penunjang metoda pembelajaran berbasis learning. Simpulan yang dapat ditarik adalah motivasi untuk melakukan perubahan demi untuk peningkatan kualitas secara berkesinambungan memang merupakan masalah serius yang dihadapi Unhas. Budaya kualitas memang belum sepenuhnya mengakar di kalangan sivitas akademika. Ini jelas merupakan tantangan yang tidak kecil dalam upaya untuk melakukan transformasi pembelajaran.

Tetapi ada fakta lain yang dapat dijadikan modal dasar untuk melakukan transfor- masi, yaitu bahwa staf Unhas memiliki kecenderungan untuk mengikuti kebijakan pimpinan yang dilakukan secara tegas dan konsisten, seperti misalnya pola kepe- mimpinan yang dipraktekkan oleh Prof. Amiruddin, Rektor Unhas tahun 1970-an. Contoh lain adalah pengalaman mengoperasikan SISDIKSAT pada awal tahun 1980- an. Teknologi SISDIKSAT pada zaman itu merupakan teknologi yang sangat maju. Walaupun demikian, oleh karena adanya dorongan dan komitmen yang tinggi dari pimpinan Unhas maka tidak sulit mendapatkan staf pengajar yang bersedia berparti- sipasi mensukseskan program itu.

Kendala lain yang dihadapi adalah ketersediaan dana. Pergeseran model pembelajar-an teaching ke learning menuntut perbaikan dan bahkan penambahan sarana dan pra- sarana pembelajaran. Pendekatan learning membutuhkan proses pembelajaran yang tidak hanya dilakukan di dalam kelas (in-class) saja, tetapi juga membutuhkan ke- giatan luar kelas (out-class). Dalam hal ini, Unhas perlu mendorong dan

Page 47: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

27

Page 48: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh UKM dan lembaga kemahasiswaan lainnya, karena dengan adanya kegiatan luar kelas, maka proses pembelajaran akan menjadi paripurna, khususnya untuk memberikan bekal ketrampilan lunak kepada mahasiswa.

Simpulan dari uraian rona pendidikan yang diuraikan di atas adalah bahwa transformasi sistem pembelajaran merupakan keniscayaan bagi Unhas. Semua kendala yang dihadapi dapat dipecahkan dengan kebijakan yang tegas dan konsisten dari pimpinan Unhas yang dijabarkan ke dalam rencana sistimatik untuk melakukan proses transformasi tersebut secara bertahap yang didukung oleh mobilisasi sumberdaya, termasuk dana, yang memadai. Kebijakan itu tentunya dibarengi dengan penerapan sistem yang memberi insentif bagi staf yang berprestasi dalam proses tansformasi.

Keberhasilan dalam proses transformasi akan membuka jalan bagi Unhas untuk mengembangkan program pendidikan, S1 maupun Pascasarjana, berbasis e-leraning. Dengan adanya program ini maka kesempatan belajar bagi masyarakat akan menjadi lebih besar dan menjadi relatif murah. Program ekstensi dapat dikurangi karena perannya dapat digantikan oleh program ini.

3.2 PENYELENGGARAAN PENELITIAN

Dilihat dari ketersediaan sumberdaya peneliti, Unhas memiliki potensi sumberdaya (staf, mahasiswa, program studi, sarana dan prasarana yang cukup memadai untuk menjalankan aktifitas penelitian. Kinerja penelitian yang telah dilakukan oleh sumber daya manusia Unhas dapat ditinjau dari beberapa hal misalnya: (i) aspek peneliti, (ii) aspek topik penelitian, (iii) aspek disseminasi dan pemanfaatan hasil penelitian, (iv) monitoring dan evaluasi. Aspek-aspek tersebut akan diuraikan beikut ini.

a. Peneliti

Dari segi peneliti, aspek yang dievaluasi adalah hal kapasitas peneliti. Ukuran kemampuan staf peneliti Unhas dapat dilihat dari jumlah dan kualitas berbagai jenis penelitian kompetitif dan penelitian kerjasama yang telah dimenangkan. Salah satu indikatornya adalah rasio antara jumlah proposal penelitian kompetitif yang dimenangkan dengan total jumlah proposal yang diusulkan. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2001-2005), rasio antara jumlah proposal penelitian kompetitif yang diusulkan dengan jumlah proposal penelitian yang berhail dimenangkan berfluktuasi. Misalnya untuk penelitian dasar, rasionya adalah 26,7% pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 30,9% tahun 2005. Begitupula dengan penelitian dosen muda, rasio antara yang diusulkan dan yang diterima adalah 45/102 tahun 2001 dan 40/127 pada tahun 2005. Untuk penelitian dengan tingkat kompetisi yang lebih tinggi misalnya hibah bersaing, kapasitas peneliti Unhas cukup baik, misalnya persentase keberhasilan memenangkan penelitian hibah bersaing meningkat dari 3,71% tahun2001 menjadi 47,62% pada tahun 2005. Begitupula untuk penelitian dengan tingkat kompetisi yang amat ketat, misalnya Riset Unggulan Terpadu (RUT), kapasitas staf Unhas cukup baik. Pada tahun 2001 rasio antara jumlah proposal RUT yang diusulkan dengan proposal yang diterima 5/17 dan tahun 2004 rasionya 4/21, untuk tahun 2005 rasionya menurun menjadi 2/7. Walaupun jumlah penelitian RUT yang dimenangkan oleh Unhas tidak begitu besar, tetapi angka ini merupakan angka tertinggi dibanding dengan capaian seluruh perguruan tinggi di kawasan timur Indonesia. Bahkan pada saat program RUT pertama kali diluncurkan, di kawasan timur Indonesia, hanya peneliti Unhas yang berhasil memenangkan program penlitian

Page 49: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

28

Page 50: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

tersebut. Begitupula dengan rasio penelitian kompetitif yang baru dilauncurkan pada tahun 2003, rasio proposal penelitian Pekerti yang diterima dibanding dengan yang diusulkan adalah 2/10, dan tahun 2005 menjadi 8/15. Begitupula dengan penelitian Riset Pemngembangan Kapasitas (RPK), Unhas berhasil memenangkan 2 proposal dari 15 yang diusulkan pada tahun 2003 dan rasionya menjadi 2/12 tahun 2004. Dalam hal penelitian kerja sama, kapasitas peneliti Unhas cukup baik. Rasio antara program yang diusulkan dengan yang berhasil didanani adalah 8/17 tahun 2001 dan11/18 tahun 2005 atau rata-rata tingkat capaian adalah 67%.

Namun demikian, jika dilihat dari aspek jumlah staf yang terlibat dengan total staf Unhas, nampaknya belum begitu menggembirakan. Hal ini terlihat dari rasio antara yang terlibat dalam berbagaikegiatan penelitian dengan total staf Unhas pada periode tahun 2001-2005. Dalam hal ini, staf peneliti adalah staf dosen yang terlibat dalam penelitian-penelitian seperti: Hibah Bersaing, RUT/RUKK, Rutin, BBI/KW dan Penelitian Dasar. Meskipun jumlah staf peneliti mengalami peningkatan yakni dari216 orang pada tahun 2001 menjadi 466 orang tahun 2005. Tetapi rasionya tidak mengalami banyak perubahan, misalnya untuk tahun 2005 rasionya adalah 466/1781. Jika rasio ini ditafsirkan sebagai representasi tingkat partisipasi staf pengajar dalam bidang penelitian maka dapat dikatakan bahwa tingkat partisipasi tersebut dapat dikatakan masih rendah yakni sekitar 26,17%. Rendahnya tingkat partisipasi staf peneliti Unhas ini menarik untuk dikaji lebih jauh mengingat bahwa persentase dosen yang berkualifikasi S2 dan S3 telah mencapai 78,61%, melampauai standar nasional yang ditetapkan Dikti.

b. Topik Penelitian.

Secara umum, hasil penelitian Unhas masih belum siap teraplikasikan secara memadai itu disebabkan pula oleh keberagaman topik dan tujuan penelitian yang tidak padu dan tidak fokus pada suatu masalah. Kenyataan ini merupakan fakta bahwa secara monodisiplin, penelitian telah berlangsung dengan baik, tetapi bersamaan dengan itu diperlukan pula topik-topik penelitian terpadu yang dapat menyelesaikan suatu masalah secara

interdisiplin. Dua kutub ini memiliki kepentingan yang sama, di satu pihak penelitian yang monodisiplin perlu ditempuh untuk menempatkan citra staf akademik Unhas menjadi terpandang pada masing- masing asosiasi keilmuan, tetapi di pihak lain perlu dibarengi oleh suatu kegiatan penelitian terpadu untuk membantu masalah regional secara inter-, multi-, dan transdisiplin demi kebermanfaatan Unhas secara regional.

Ranah kegiatan penelitian pada berbagai program studi beserta pusat penelitian yang masih terbatas pada substansi kajiannya masing-masing (monodisiplin) perlu dise- mangati untuk menemukan topik kajian nyata di masyarakat yang bersifat multidi- siplin. Bentangan kegiatan di antara kedua kutub ranah ini diakui belum berlangsung secara simultan. Di samping itu, diakui pula bahwa program penelitian kompetitif yang dibiayai penyandang dana, memiliki tema penelitian yang kerap kali beralih da-ri satu topik ke topik lain sesuai dengan kepentingannya. Oleh karena itu, terkadang ditemukan penelitian yang belum tuntas dituntut untuk diakhiri ketika jangka waktu proyek telah berakhir dengan hanya menampilkan suatu produk berupa paket tekno- logi baru apa adanya.

Kegiatan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa S1, termasuk oleh mahasiswa S2 dan S3 masih memperlihatkan kekuatan ranah monodisiplin, walaupun sudah muncul beberapa program studi yang bersifat interdisiplin. Kegiatan penelitian yang dila- kukan mahasiswa menurut jumlahnya (900 – 1.500 setiap tahun dalam lima

Page 51: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

tahun ter-

29

Page 52: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

akhir) dinilai sangat berpotensi untuk menempatkan nama Unhas menjadi terpandang baik dalam asosiasi monodisiplin maupun dalam menyelesaikan masalah nyata yang bersifat multi disiplin di tengah-tengah masyarakat. Apabila segi kuantitatif ini dilengkapi dengan kebermanfaatan kualitatif, maka posisi daya saing Unhas dalam aspek penelitian diharapkan dapat meningkat melalui pengorganisasian fokus dan topik yang tepat.

Karena itu, dipandang perlu untuk menyusun arah penelitian yang jelas dalam suatu road-map penelitian yang sejalan dengan misi Unhas, yaitu penelitian yang diarahkan kepada pengelolaan sumberdaya, terutama sumberdaya alam bahari. Road map itu perlu diposisikan sebagai pedoman, baik untuk penelitian kompetitif, penelitian pengembangan ilmu, dan penelitian mandiri bagi staf akademik Unhas, maupun penelitian yang dilakukan oleh segenap mahasiswa

termasuk mahasiswa pascasarjana.

Pengorganisasian program penelitian pada berbagai program studi dan unit penelitiandi Unhas belum mendukung secara maksimal untuk pencapaian kemajuan ilmu dan teknologi baik dalam ranah monodisiplin maupun inter disiplin. Misalnya, masih terdapat beberapa pusat studi yang memiliki keberimpitan ruang lingkup kajian, ketidaksinkronan antara pelaksanaan topik-topik penelitian yang berurutan atau berbarengan. Reorganisasi unit-unit penelitian dan sinkronisasi penelitian pada setiap unit-unit penelitian merupakan keniscayaan dalam pengorganisasian topik dan fokus penelitian.

c. Disseminasi dan pemanfaatan hasil penelitian.

Pemanfaatan penelitian dapat dilihat dari dua aspek, yakni jumlah publikasi yang dihasilkan dari penelitian yang telah dilaksanakan serta jumlah hasil penelitian yang telah diadopsi/diaplikasikan oleh masyarakat. Hingga saat ini belum ada data yang akurat tentang hal tersebut. Namun diyakini bahwa jumlah publikasi yang dihasilkan oleh staf Unhas yang berasal dari penelitian yang dilakukan cukup baik. Asumsi ini didasarkan pada persentase guru besar yang dimiliki Unhas yang mencapai 10,7%(data tahun 2006). Asumsi ini didasarkan pada salah satu kriteria yang digunakan dalam pemberian jabatan guru besar tersebut yakni jumlah publikasi yang dihasilkan, baik publikasi pada level internasional mapun nasional terakreditasi.

Hal yang perlu mendapat perhatian dalam hal diseminasi hasil penelitian adalah jumlah buletin/jurnal yang terakreditasi di Unhas. Data menunjukkan bahwa hingga tahun 2006, jumlah jurnal terakreditasi di Unhas hanya mencapai 6 buah, yakni Buletin Penelitian Hayati (lembaga Penelitian Unhas), Jurnal Ilmu Hukum Ammanagappa (Fakultas Hukum), Jurnal Penelitian Enjinering (Fakultas Teknik), Jurnal Medika Nusantara (Fakultas Kedokteran), Jurnal Sosek Pertanian (Fakultas Pertanian), Torani (Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan). Walaupun jumlah ini merupakan jumlah tertinggi jika dibanding dengan universitas lainnya di Sulawesi, namun dibanding dengan universitas di Jawa, jumlah tersebut belum begitu menggembirakan, UGM misalnya, memiliki 28 jurnal terakreditasi pada tahun 2006. Ke depan, hal yang perlu mendapat perhatian adalah bagaimana melakukan rekording yang baik teradap seluruh publikasi yang dihasilkan oleh staf Unhas serta mendorong peningkatan jumlah jurnal/buletin terakreditasi sebagai wadah untuk mendisseminasi hasil-hasil penelitian.

Hal yang sama terjadi dalam hal pemanfaatan hasil penelitian oleh masyarakat. Tidak ada angka pasti yang menunjukkan berapa persentase hasil-hasil penelitian yang

30

Page 53: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

dilakukan oleh staf Unhas yang telah diadopsi oleh masyarakat. Akan tetapi, diperkirakan bahwa jumlah hasil-hasil penelitian yang dapat diadopsi secara langsung oleh masyarakat belum begitu menggembirakan. Hal ini diperkuat oleh data yang menunjukkan bahwa jumlah HAKI yang dihasilkan oleh staf Unhas dalam bidang penelitian belum begitu menggembirakan. Tahun 2005 staf Unhas hanya memperoleh2 buah hak paten dan 2 buah paten sederhana. Hal ini perlu mendapat perhatian, karena kedepan, Unhas berpotensi memegang posisi terdepan dalam merespon beberapa fenomena nasional dan global yang menimpa komunitasnya sebagai peruwujudan dari communiversity yang menjadi salah satu misinya. Misalnya, persoalan ekonomi (krisis moneter dan perbankan), persoalan aplikasi bioteknologi dalam bidang pertanian (kapas transgenik), persoalan bencana alam (kekeringan, kebakaran hutan, banjir dan erosi), persoalan ketahanan sandang pangan dan energi, serta fenomena kesehatan (wabah penyakit menular daerah tropis). Ke depan Unhas diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata terhadap hal-hal tersebut.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa rendahnya adopsi hasil penelitian oleh masyarakat diantaranya disebabkan oleh perbedaan prioritas pada tingkat lokal dan nasional. Pada tingkat nasional sebagian dari penelitian tersebut berada pada tahapan pengembangan ilmu dan teknologi digaris depan, sehinga masih memerlukan serangkaian proses untuk dapat menjadi aplikatif dan terpasarkan (marketable). Sementara pada tingkat regional, prioritas

beradapada upaya pengelolaan sumberdaya alam (mataniaga regional) dan pengembangan sumberdaya manusia.

Lingkungan industri regional di sekitar Unhas belum siap untuk menjadi pihak yang dapat menerapkan dan mengadopsi teknologi yang dihasilkan. Kegiatan industri re- gional yang berlangsung di sekitar Unhas lebih cenderung memanfaatkan teknologi yang telah jadi dan baku, yang pada umumnya berasal dari luar. Alasan keberatan industri regional terhadap penggunaan paket teknologi baru yang belum teruji adalah karena merasa ragu untuk memanfaatkannya. Di samping itu, ada alasan finansial yang cukup kuat melatarinya, yaitu karena teknologi baru tersebut tidak bankable. Kondisi ini dapat dipahami, karena pihak bank sendiri belum memiliki kriteria spe- sifik untuk melakukan uji kelayakan terhadap setiap paket teknologi baru yang dita- warkan.

Kenyataan ini menjadi tantangan bagi Unhas untuk berperan lebih aktif dalam memasarkan setiap hasil penelitian dan paket teknologi baru yang akan dipromosikan, misalnya melalui upaya pembuatan prototipe industri atau pengembangan jasa inkubator untuk pengawaman paket teknologi baru. Produk teknologi dari luar masih berada jauh di depan dibandingkan dengan yang dihasilkan Unhas, sehingga masih diperlukan upaya strategis untuk meningkatkan daya saing hasil penelitian Unhas. Kondisi saat ini iklim penelitian yang berlangsung di Unhas masih melanjutkan substansi ketika menyelesaikan tugas akhir disertasi atau tesis, atau masih menitikberatkan pada prioritas nasional.

d. Monitoring dan evaluasi

Sejatinya, kegiatan penelitian di Unhas berada dibawah koordinasi Lembaga Penelitian. Karena LP bertanggungjawab dalam hal koordinasi, monitoring, pencatatan pengarsipan seluruh kegiatan penelitian. Sejauh ini, dalam kaitan fungsi LP sebagai koordinator, LP belum dapat menjalankan fungsinya secara optimal, halini terkait dengan belum adanya aturan internal yang mengatur hal tersebut dengan baik. Sebagai konsekuensinya adalah, pertama, jumlah penelitian yang dilakukan oleh staf Unhas di luar LP tidak dapat diketahui. Kedua, kualitas penelitian

Page 54: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

yang

31

Page 55: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

dilakukan unit-unit di luar LP tidak dapat dimonitor. Ketiga, implementasi hasil penelitian pada masyarakat tidak dapat dievaluasi. Keempat, fokus penelitian tidak dapat dinilai. Begitupula jumlah pendapatan yang dihasilkan oleh kegiatan penelitian, utamanya dari kegiatan-kegiatan kerjasama, sulit untuk dketahui. Lebih jauh, kegiatan yang tumpang tindih antara satu unit dengan unit lainya atau antara LP dengan Lembaga Pengabdian pada Masyarakat sangat mungkin untuk terjadi. Dan hal ini sangat tidak sehat terutama berhubungan dengan pihak luar dalam pendanaan penelitian.

3.3 PENYELENGGARAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Berdasarkan jumlah dan kualitas sumberdaya yang dimiliki, Unhas berpotensi memberdayakan masyarakat sebagai perwujudan sebuah communiversity. Pada bagianini disajikan kinerja Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) yang relevan dengan maksud tersebut. Kinerja pemberdayaan masyarakat dapat ditinjau dari beberapa hal misalnya : (i) aspek daya-saing dan kapasitas pemberdayaan, dan (ii) kuantitas dan keragaman topik pemberdayaan, dan (iii) peran Unhas dalam proses pemberdayaan.

Ukuran kemampuan staf pemberdayaan Unhas dapat terlihat dari jumlah dan kualitas berbagai jenis program pengabdian/pemberdayaan masyarakat yang telah diraih dalam kurun waktu limatahun terakhir (2002-2006). Salah satu indikator yang dievaluasi adalah dengan melihat jumlah proposal pemberdayaan masyarakat kompetitif (dibiayai oleh Dirjen DIKTI) yang berhasilkan dimenangkan oleh staf Unhas. Tahun 2002, staf Unhas tidak memenangkan satupun baik program Vucer maupun Ipteks. Tetapi 2003 jumlah program yang dimenangkan adalah 2 dan 8, masing-masing untuk Vucer dan Ipteks. Tahun 2006, jumlah program Ipteks yang diperoleh meningkat tajam menjadi 16 buah tetapi tidak satupun program Vucer yang berhasil lolos. Hal serupa terjadi pada program pemberdayaan kompetitif lainnya. Sebagai contoh, program pemberdayaan Kewirausahaan. Pada tahun 2002 rasio antara proposal yang diusulkan dengan yang diterima adalah 2/2, tahun 2003 rasionya turun menjadi 1/3, dan tahun 2006 rasionya1/1. Begitupula dengan kegiatan pemberdayaan kerja sama, jumlahnya bervariasi dari19 kegiatan pada tahun 2002 menjadi 39 tahun 2003 dan 13 kegiatan tahun 2006. Kegiatan pemberdayaan yang relatif jumlahnya per tahun adalah kegiatan pemberdayaan yang dibiayai oleh dana rutin. Rataan jumlah kegiatan ini berkisar 9-11 per tahun antara2002-2005, tetapi tahun 2006, jumlah kegiatannya mencapai 16 kegiatan.

Dari sisi jumlah staf yan terlibat dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat untk periode2002-2006 memperloihatkan bahwa prsentase staf yang terlibat belum begitu menggembirakan. Staf pemberdayaan dalam hal ini adalah staf dosen yang terlibat dalam kelima program pemberdayaan yakni Vucer, IPTEK, Kewirausahaan, Rutin dan Kerjasama. Pada tahun 2002/2003, misalnya,kegiatan

Vucer, IPTEK dan Kewirausahaan hanya diikuti oleh 58 staf dosen dari total 1690 staf pengajar. Rinciannya adalah 14 pemberdayaan Vucer, 40 pemberdayaan IPTEK dan 2 pemberdayaan Kewirausahaan. Jumlah staf pemberdayaan ini jauh lebih rendah dari staf yang terlibat dalam kegiatan peneliti yakni 228.

Selain tingkat partisipasi staf Unhas dalam program pemberdayaan, materi pemberdayaan juga tidak begitu menggembirakan. Data tahun 2002-2006 menunjukkan materi pemberdayaan terbatas pada 8 topik yakni; energi, bahan (material), makanan, transportasi, lingkungan, sumberdaya alam, kesehatan dan budaya. Untuk ke-8 topik ini, Vucer memperoleh: 2 program energi, 1 program bahan, 2 program makanan dan 1 program transportasi. Adapun program pemberdayaan kategori IPTEK mencakup: 1

Page 56: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

32

Page 57: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

program bahan, 6 program makanan, 1 program transportasi air, 5 program lingkungan,2 program sumber alam dan 2 program kesehatan. Program pemberdayaan kewirausahaan memperoleh 2 program budaya wirausaha.

Dalam menjalankan misi pemberdayaan, Unhas menjawab tuntutan keterlibatan dalam kompleksitas masalah yang dihadapi masyarakat dengan mentransformasikan diri menjadi communiversity, universitas yang melebur ke dalam masyarakatnya. Dalam proses transformasi itu, isu strategis yang terkait adalah peningkatan peran dalam peningkatan daya saing bangsa,

pembangunan kawasan, dukungan terhadap penyelenggaraan otonomi daerah, upaya merekat persatuan bangsa dan penyebaran nilai- nilai yang sesuai sprit zaman yang antara lain dilakukan dengan merevitalisasi dan mengaktualkan nilai-nilai kebaharian.

Dalam peningkatan daya saing bangsa, indikasi peranan Unhas dapat dilihat pada kontribusinya dalam pengembangan berbagai komoditas yang bersaing di pasar dunia. Komoditas kakao dan udang menempati prioritas dalam konteks ini. Kedua komoditasini mengalami kemunduran saat ini akibat terserang penyakit sehingga produksinya menurun drastis. Apabila dikritisi, Unhas semestinya berperan signifikan dalam menyelamatkan dan meningkatkan daya saing dua komoditas ini, tetapi realitasnya kontribusi Unhas sangat kecil, baik secara konseptual maupun dalam tindakan nyata. Kegiatan pemberdayaan masyarakat sangat sedikit terkait dengan komoditas strategis dimaksud. Kalaupun ada pelatihan atau penyuluhan, substansi dan intensitasnya kurang memadai untuk mengatasi permasalahan secara mendasar. Pada skala yang lebih luas, yakni mendorong transformasi industri dalam kerangka daya saing bangsa, peran Unhas juga masih relatif terbatas. Unhas belum memiliki inkubator industri sebagai wahana bagi kontribusinya untuk mendorong industrialisasi. Salah satu faktor yang melahirkan kondisi ini adalah rendahnya keterkaitan penelitian dengan pemberdayaan masyarakat sehingga substansi masalah yang ditangani dalam pemberdayaan masyarakat tidak secara komprehensif dalam mengatasi masalah pada komoditas-komoditas strategis tersebut.

Dalam perannya sebagai salah satu perekat persatuan bangsa, tantangan yang dihadapi Unhas cukup besar, tetapi kontribusi yang diberikan masih relatif terbatas. Dalam berbagai konflik antar suku maupun agama di berbagai daerah Kawasan Timur Indonesia (Ambon dan Poso) ataupun di daerah Sulawesi Selatan (Mamasa), peranan Unhas dalam resolusi konflik tersebut sangat terbatas. Rendahnya peran Unhas dalam isuini mungkin terkait dengan kesadaran secara melembaga tentang urgensi dari misi ini yang masih rendah. Dalam perguliran desentralisasi ke depan, kecenderungan disintergrasi akan selalu terbuka dan tantangan Unhas dalam kaitan itu akan semakin besar. Karena itu, kesadaran sebagai pemeran misi perekat persatuan bangsa perlu ditingkatkan di kalangan civitas akademika Unhas.

Peran signifikan Unhas lebih terkait dalam kaitan dengan isu pembangunan kawasan dan dukungan terhadap penyelenggaraan otonomi daerah. Ini diindikasikan oleh meningkatnya kegiatan pelatihan serta pengabdian masyarakat pada unit-unit Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) ataupun fakultas/programstudi. di PSKMP-LPM dalam satu dekade terakhir terselenggarakan pelatihan bagi tenaga perencanaan Kabupaten/Kota dari Kawasan Timur Indonesia, dengan peserta kurang-lebih100 orang per tahun. Luaran pelatihan ini umumnya berperan dalam penyelenggaraan pembangunan di daerahnya masing-masing. Di fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, bantuan tenaga dokter kepada masyarakat yang membutuhkan seperti di daerah konflik di Ambon dan Aceh ataupun daerah korban bencana alam, signifikan

Page 58: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

33

Page 59: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

diselenggarakan. Dalam penyelenggaraan pembangunan di Sulawesi Selatan, kontribusi Unhas sangat besar, khususnya dalam penyusunan rencana pembangunan dan implementasinya. Secara perorangan ataupun lembaga, tenaga pengajar dan mahasiswa Unhas juga banyak terlibat sebagai konsultan pembangunan daerah atau pendampingan dalam pemberdayaan komunitas.

Untuk perannya dalam kreasi dan revitalisasi nilai serta penyebarluasan konsep-konsep untuk merespon spirit zaman, dibalik berbagai keterbatasan Unhas telah menggagas dan menyebarluaskan sejumlah konsep. Untuk menjawab tantangan kevakuman konsep reformasi yang sedang bergulir di Indonesia, Unhas sejak awal reformasi telah mengupayakan pengembangan beberapa konsep yang sesuai dengan spirit zaman. Pengembangan dan sosialisasi konsep tersebut telah dilakukan antara lain dengan bekerjasama dengan perguruan tinggi, baik yang tergabung dalam Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Indonesia Timur (sekarang bernama Konsorsium Perguruan Tinggi Kawasan Timur Indonesia) maupun yang tergabung dalam Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Indonesia Barat. Kerjasama ini telah berkembang sedemikian rupa sehingga melibatkan pemerintah pusat dan daerah serta Lemhannas dan IKAL. Kerjasama dimaksud telah membuahkan suatu konsep yang diberi nama Kemandirian Lokal yang saat ini masih terus dikaji sehingga dapat semakin matang untuk diposisikan sebagai paradigma pembangunan dan pengelolaan Indonesia Baru. Selain itu, di PSKMP-LPM,di Unhas juga telah dikembangkan modul induk tentang Participatory Local Social Development (PLSD), sebuah kerangka konseptual yang dijadikan acuan oleh pemerintah daerah dan LSM dalam mendukung upaya pemberdayaan masyarakat. Selain itu, di Unhas juga telah berkembang program studi S2 yang terkait langsung dengan pemberdayaan masyarakat yakni Community Development, yang justru masih langka di Indonesia.

Dihubungkan dengan isu peningkatan kapasitas swatata (self organizing capacity) secara lebih spesifik, masalah integrasi antara LPM dengan Lembaga Penelitian, juga merupakan poin pokok. Menghadapi tuntutan

peningkatan kapasitas swasta, pengintegrasian kelembagaan penelitian dan pemberdayaan masyarakat merupakan implikasi penting. Tetapi, secara internal, unit-unit pada LPM saat ini juga memerlukan reorganisasi diri. Menurut portofolio Unhas, hingga tahun 2006, tercatat 7 (tujuh) pusat pengembangan di LPM Unhas yakni: (1) Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna(PPTTG); (2) Pusat Pengembangan Organisasi dan Manajemen (PPOM); (3) Pusat Pengembangan dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat (P3KM); (4) Pusat Bantuan Hukum dan Penyuluhan Hukum (PBHPH); (5) Pusat Pengelolaan KKN (P2KKN); (6) Pusat Studi Kebijakan dan Manajemen Pembangunan (PSKMP); dan (7) Pusat Pengembangan Perhutanan dan Per mu kiman (PPPP). Terlihat bahwa bidang-bidang kegiatan yang dicakupi keseluruhan unit lembaga cukup luas, tetapi unit-unit lembaga tersebut tidak semua jelas fungsinya. Di antara unit-unit tersebut, PSKMP paling menonjol aktivitasnya, P3KM, PBPH, PPOM dan PPPP kurang signifikan. Sedangkan PPTG baru mulai revitalisasi diri dalam setahun terakhir, sementara P2KKN masih terfokus pada aktivitas KKN reguler yang telah diselenggarakan Unhas sejak tahun1970- an. Khusus untuk penyelenggaraan KKN, penempatan substansi pemberdayaan masyarakat merupakan keniscayaan untuk diupayakan, sehingga citra bahwa kegiatan ini hanya untuk sekedar melulusi sejumlah SKS dapat dihilangkan. Diperhadapkan pada kurang fungsionalnya sejumlah pusat pengembangan di LPM, menghadapi dinamika lingkungan strategis ke depan, diperlukan upaya reorganisasi diri yang mendasar. Ruleof the game dan unit- unit organisasi yang ada di LPM perlu disesuaikan dengan masalah dan kebutuhan yang muncul dalam masyarakat.

Page 60: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

34

Page 61: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

Untuk menjawab masalah dan kebutuhan masyarakat saat ini, strategi pokok bagi peyelenggaraan pemberdayaan masyarakat di Unhas adalah revitalisasi nilai dan reinternalisasi nilai dalam masyarakat. Masyarakat memerlukan penyadaran kembali atas nilai-nilai yang bersumber dari budaya bahari kita untuk dipersandingkan dengan nilai- nilai lain sebagai acuan dalam bertingkah laku dan berkarya. Strategi lain terkait dengan isu profesi yang cepat usang, memerlukan pembelajaran 3-D dalam masyarakat, dan LPM Unhas memiliki tanggung jawab untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya pembelajaran 3-D, serta memfasilitasi terwujudnya pembelajaran 3-D tersebut. Penyelenggaraan otonomi daerah juga membutuhkan pengkajian lebih lanjut, dan strategi Unhas untuk menjawab isu ini adalah pengembangan kerangka konseptual bagi pengembangan otonomi daerah yang lebih substansial.

3.4 ORGANISASI DAN MANAJEMEN

Pertanyaan analitik dalam menelah organisasi dan manajemen Unhas adalah berkaitan dengan kinerjanya selama ini dan potensinya untuk mendukung penyelenggaraan misi Unhas di masa depan.

Kinerja itu dapat ditelusuri pada beberapa aspek yang pada dasarnya saling terkait satu dengan lainnya, tetapi untuk memudahkan pembahasannya dikelompokkan menjadi: (i) sumberdaya manusia, (ii) struktur dan budaya organisasi, (iii) ketersediaan dan pola pengelolaan dana, (iv) pola pengelolaan aset dan fasilitas kampus, dan (v) dukungan sistem informasi.

a. Sumberdaya Manusia

Jabaran tentang ketersediaan dan kualitas staf pengajar pada sub bab 3.1 memperlihatkan bahwa dari sisi kualitas sumberdaya manusia Unhas tidak berada jauh dari tingkat kualitas yang dimiliki oleh perguruan tinggi lainnya di Indonesia. Masalah yang dihadapi adalah ratio dosen-mahasiswa yang relatif besar, yaitu menca- pai 1:17 pada tataran univeritas, tetapi pada tataran unit kerja, terdapat jurusan dengan ratio yang jauh lebih besar.

Staf adminitrasi Unhas seluruhnya berjumlah 915 orang. Dilihat dari sisi tingkat pendidikan cukup memadai, yaitu : Magister 18 orang, Sarjana 340 orang, Sarjana Muda/Diploma 91, SLTA 386, SLTP 28 dan SD 52.

Umumnya pejabat eselon III, khususnya pada Kantor Pusat telah menempuh pendidikan S2. Walaupun harus diakui bahwa bidang studinya tidak selalu relevan dengan lingkup penugasan bersangkutan, tetapi setidaknya dengan pendidikan lanjutan itu, wawasan yang bersangkutan akan menjadi lebih luas yang jelas akan memberikan kontribusi terhadap pelaksanaan tugasnya. Pelatihan penjenjangan/ prajabatan telah direncanakan dan dilaksanakan dengan baik. Pada saat ini hanya 1(satu) orang pejabat eselon II yang belum mengikuti pendidikan penjenjangan, demikian pula halnya dengan eselon III. Malah terdapat 3 (tiga) orang staf yang telah mengikuti Spama/Diklat Pim III tetapi masih menduduki eselon IV.

Jumlah tenaga honorer relatif besar yaitu 485 orang. Keberadaan tenaga honorer ini dilihat dari sisi keuangan cukup memberatkan anggaran Unhas, karena menyerap dana DPP sekitar sekitar Rp 2.160.000.000,- pertahun. Jumlah yang relatif besar karena mencakup hampir 6% dari total DPP (tahun 2003). Tetapi dari sisi operasional, keberadaan mereka sangat membantu, terutama untuk mengerjakan pekerjaan yang tidak dilaksanakan dengan baik oleh staf yang berstatus pegawai negeri. Memang ada kecenderungan kalangan staf yang berstatus pegawai negeri

Page 62: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

35

Page 63: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

memiliki motivasi kerja yang rendah, karena kinerja mereka tidak terkait langsung dengan imbalan yang diperoleh. Ini menunjukkan bahwa sistem insentif dan disinsentif yang konsisten perlu diberlakukan di lingkungan Unhas.

Dalam 5 tahun mendatang, terdapat 22 pejabat struktural yang akan memasuki masa pensiun. Eselon II 3 orang, eselon III 7 orang dan eselon IV 12 orang. Dilihat dari sisi pangkat dan pendidikan lanjutan dari staf administrasi yang ada pada saat ini, pengisian jabatan eselon dimaksud tidak akan menghadapi kendala yang berarti.

Proses penjaringan staf baru perlu dilakukan secara lebih transparan, misalnya di- umumkan pada media cetak dan elektronik nasional. Kecenderungan untuk meng- angkat pegawai honorer dan atau asisten dosen dengan alasan pengabdian mereka yang cukup lama semestinya ditinggalkan. Harus diawamkan bahwa status tenaga honorer bukan merupakan masa transisi untuk menunggu diangkat menjadi pegawai negeri.

Perlu disusun Rencana Pengembangan Sumberdaya Manusia yang komprehensif dalam arti sesuai dengan proyeksi kebutuhan masa depan. Demikian pula halnya dengan pendidikan lanjutan. Semestinya dihindari sedapat mungkin, pendidikan lanjutan dosen yang hanya disebabkan oleh karena memenuhi kesempatan atau tawaran yang tersedia. Format seperti ini tidak memberikan manfaat maksimal bagi Unhas sebagai suatu lembaga penghasil pengetahuan (knowledge creator), karena staf yang berhasil lulus tidak selalu mampu memperkaya khasanah informasi yang dikembangkan oleh unit kerjanya, dan

otomatis akan sulit menjaga dan mengembangkan disiplin ilmunya.

Salah satu hambatan utama bagi staf pengajar terutama di dalam mengikuti kompetisi beasiswa program S2 dan S3 di luar negeri adalah kemampuan bahasa asing, terutama Bahasa Inggris, yang masih lemah. Akibatnya tidak banyak staf Unhas yang dapat memanfaatkan beasiswa tugas belajar di luar negeri. Oleh karena itu di masa mendatang, sistem penjaringan staf pengajar di Unhas seyogyanya memper- timbangkan aspek ketrampilan penguasaan bahasa asing di samping potensi aka- demiknya.

Kebijakan untuk tidak memperkenankan staf pengajar yang berusia di bawah 40 tahun menempuh pendidikan S2 dan S3 di Program Pasca sarjana Unhas masih perlu dipertahankan. Kebijakan ini setidaknya mencegah terjadinya proses inbreeding yang secara sistimatis akan menurunkan kualitas penciptaan pengetahuan di lingkungan Unhas.

b. Struktur dan Budaya OrganisasiLingkungan yang semakin dinamis membutuhkan organisasi yang lentur, dalam arti mampu melakukan adaptasi secara cepat terhadap perubahan lingkungan, sehingga interaksi dengan lingkungannya dapat senantiasa dijaga atau bahkan di tingkatkan. Malah, dikaitkan dengan visi dan misi Unhas sebagai communiversity, di mana Unhas harus berperan sebagai agen perubahan bagi masyarakatnya, membutuhkan adanya dukungan organisasi yang lebih smart, dalam arti suatu organisasi yang memiliki lingkungan dan tata kerja yang kondusif bagi penyelenggaraan kegiatan tridarma, sehingga mampu menghasilkan dan mengembangkan ide-ide baru yang merupakan hasil inovasi-kreatif dari seluruh komponennya serta senantiasa berorientasi kepada peningkatan kualitas secara berkelanjutan.

Telaah terhadap kinerja organisasi dan manajemen Unhas pada saat ini menunjukkan

Page 64: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

36

Page 65: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

bahwa diperlukan penataan mendasar terhadap struktur dan budaya organisasi agar mampu berperan sebagaimana dimaksudkan pada alinea di atas. Sebagai institusi pendidikan tinggi yang berstatus PTN, maka di

dalam pengelolaan dan penyelenggaraan kegiatan akademik, Unhas harus mengacu kepada undang-undang dan peraturan pemerintah yang berlaku, sehingga secara umum masih menganut sistem sentralisasi, baik secara akademik maupun administrasi. Pengambilan keputusan tersentralisasi di Rektorat, sehingga masalahpun menjadi menumpuk di Rektorat. Sistem ini juga menyebabkan pengambilan dan eksekusi keputusan berjalan relatif lambat dan kadang kurang cerdas, karena diambil pada level manajemen tertinggi yang umumnya tidak mampu mengapresiasi masalah yang ada pada level di bawahnya. Pengendalian yang kuat dan tersentralisasi membuat staf pada semua lini menjadi pasif, tidak atau kurang memiliki motivasi untuk melakukan peningkatan kualitas secara berkelanjutan. Padahal penyelenggaraan misi universitas dalam format baru yang dijelaskan sebelumnya membutuhkan keterlibatan aktif dari semua staf. Untuk memecahkan masalah itu, setidaknya, terdapat dua hal yang perlu dilakukan. Pertama, restrukturisasi organisasi agar sesuai dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan ipteks, dan kedua pemberdayaan unit-unit kerja agar mampu berperan optimal.

c. Restrukturisasi Organisasi

Banyak alasan pembenaran untuk mendukung pelaksanaan restrukturisasi di Unhas. Pertama, terdapat beberapa jurusan dengan jumlah mahasiswa yang sangat besar, lebih dari 1.000 orang. Ini menyebabkan kendali manajemen jurusan menjadi tidak efektif lagi. Kedua, terdapat jurusan / program studi yang cenderung makin kurang diminati masyarakat. Untuk kasus seperti ini mungkin penghapusan dan atau penggabungannya dengan program studi yang lain merupakan keniscayaan. Ketiga, adanya permintaan masyarakat terhadap beberapa jenis keakhlian seperti informatika, bioteknologi, teknologi

kesehatan dan sebagainya yang tidak atau belum dikembangkan di Unhas, padahal sumberdaya manusia pendukungnya cukup banyak tersedia. Keempat, terdapat beberapa program studi sejenis yang berada dalam naungan fakultas yang berbeda. Misalnya program studi yang berkaitan dengan ilmu dan teknologi kelautan yang berada di Fakultas Teknik, Fakultas MIPA dan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Penggabungan program studi tersebut dalam naungan satu fakultas baru perlu dikaji demi untuk mendapatkan struktur organisasi yang sejalan dengan tuntutan pengembangan ipteks.

Restrukturisasi organisasi perlu pula menjangkau fungsi-fungsi yang berkaitan dengan penelitian dan pemberdayaan masyarakat. Pengalaman menunjukkan bahwa sulit menarik garis pemisah yang jelas antara kegiatan penelitian dan kegiatan pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, penggabungan Lembaga Penelitian dan Lembaga Pengabdian Masyarakat diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan koordinasi penyelenggaraan misi penelitian dan pengabdian masyarakat. Pergeseran kebutuhan masyarakat, seperti meningkatnya kebutuhan terhadap pembelajaran 3-D perlu pula diantisipasi dengan pengembangan unit kerja yang sesuai, misalnya berupa pembangunan Pusat

Pembelajaran dan Pelatihan Berkelanjutan (Center for Continuing Education). Sedangkan kebijakan untuk melakukan pergeseran metoda pembelajaran dari teaching ke learning perlu didukung oleh keberadaan unit kerja yang berfungsi sebagai fasilitator proses pergeseran itu.

Di samping itu, untuk menjawab meningkatnya tuntutan publik terhadap akuntabilitas perguruan tinggi, maka Unhas perlu segera membentuk Unit Jaminan Mutu (quality

Page 66: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

37

Page 67: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

assurance). Lingkup kerja unit ini seyogyanya tidak hanya mencakup upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan alumni, tetapi semestinya menjangkau pula darma penelitian dan pemberdayaan masyarakat. Pembentukan unit kerja ini relatif tidak terlalu sulit, karena cikal bakalnya telah dirintis Unhas sejak 4(empat) tahun yang lalu.

d. Pemberdayaan Unit Kerja

Esensi pemikiran strategis pada saat ini tidak lagi terletak pada penemukenalan dan perumusan strategi yang benar, tetapi lebih dititik beratkan kepada upaya untuk mentransformasikan organisasi menjadi organisasi pembelajar (learning organi- zation), karena organisasi seperti ini memiliki kemampuan beradaptasi secara kreatif terhadap perubahan lingkungannya, karena mampu menemukenali strategi yang sesuai dengan kondisi lingkungannya, sehingga dengan demikian mampu menjaga atau bahkan meningkatkan kualitas keberlangsungan keberadaannya.

Untuk melakukan transformasi dimaksud, maka Unhas perlu melakukan pember- dayaan unit-unit kerja yang dilakukan sedemikian rupa sehingga pada satu sisi memiliki otonominya yang semakin besar, tetapi pada sisi lain kegiatan unit kerja bersangkutan tetap dalam koridor pencapaian visi dan penyelenggaraan misi uni- versitas. Pemberdayaan unit kerja dilakukan dengan pendelegasian wewenang yang lebih besar kepada unit kerja terdepan (jurusan dan pusat studi), khususnya kewenangan dalam perencanaan dan penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan penelitian. Tetapi perlu digaris bawahi bahwa kebijakan pendelegasian kewenanganini harus dilakukan secara cermat dan bertahap, karena pengalihan kewewenangan secara langsung akan membebani unit tersebut dengan beban administrasi yang tidak semua dapat dipikul oleh mereka. Pada saat ini, tidak semua pimpinan jurusan memiliki kemampuan dan ketrampilan administrasi dan perencanaan, di samping itu, jurusan-jurusan pada umumnya belum didukung oleh jajaran staf administrasi dalam jumlah dan kualitas yang memadai.

Kemampuan penyusunan rencana dan penyelenggaraan kegiatan yang berbasis rencana memang belum sepenuhnya membudaya di Unhas. Hal ini terutama dise- babkan oleh karena sistem selama ini hanya meletakkan perencanaan tidak lebih sebagai ornamen saja. Memang dalam 4 (empat) tahun terakhir, sejalan dengan per- geseran kebijakan Dikti, Unhas telah mulai memberlakukan sistem perencanaan terpadu. Tetapi tetap harus digaris bawahi bahwa kinerja sistem ini masih jauh dari memuaskan, karena belum sepenuhnya dimengerti dan didukung oleh seluruh staf/ struktur organisasi.

Sebenarnya, kendala terbesar yang dihadapi dalam proses transformasi ini adalah kurangnya apresiasi atau bahkan pemahaman sivitas akademika Unhas terhadap Identitas Unhas. Visi dan misi Unhas sebagai elemen utama identitas Unhas masih perlu diawamkan kepada seluruh sivitas akademika. Nilai-nilai bersama yang semestinya menjadi acuan dalam penyelenggaraan misi juga belum sepenuhnya dimiliki Unhas. Pengawaman identitas ini merupakan syarat harus agar Unhas dapat berhasil dalam melakukan transformasi menjadi organisasi pembelajar.

e. Ketersediaan dan Pengelolaan Dana

Hingga saat ini, struktur penerimaan Unhas masih didominasi oleh penerimaan dari pemerintah, meskipun kontribusinya semakin mengecil dengan semakin meningkatnya kempuan Unhas menggalang penerimaan dari swasta, baik dalam bentuk SPP maupun dalam bentuk kerjasama kemitraan. Pada tahun 2003

Page 68: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

ketika

38

Page 69: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

penyusunan awal renstra dilakukan, 69,19% dari total anggaran Unhas berasal dari pemerintah yaitu berupa Anggaran Rutin sekitar 48,30%

dan Anggaran Pembangunan sekitar 20,89%. Anggaran yang berasal dari masyarakat relatif kecil, yaitu hanya 30,80% dari total penerimaan Rp.150,7 M. Dalam tiga tahun terakhir ini, kontribusi penerimaan dana masyarakat meningkat menjadi rata-rata 35%. Selain itu total penerimaan, meningkat berturut turut menjadi Rp 170,4 M, Rp 178,9 M, dan Rp213,5 M pada tahun 2004 – 2006. Dengan demikian selain peningkatan proporsi, juga terjadi peningkatan nominal penerimaan dana masyarakat, yaitu Rp 59,4 M pada tahun 2004 dan Rp 62,1 M pada tahun 2005.

Dana masyarakat yang berhasil dikumpulkan Unhas sebagian besar berasal dari SPP mahasiswa. Kontribusi dari kegiatan kerjasama penelitian dan pengabdian masyarakat relatif kecil dan umumnya habis dipakai untuk membiayai kegiatan kerja sama itu sendiri. Gambaran ini menunjukkan bahwa upaya peningkatkan porsi anggaran ini hampir identik dengan peningkatan SPP mahasiswa. Upaya ini jelas sangat tidak populer di mata masyarakat. Oleh karena itu, untuk mendapatkan jumlah dana yang memadai guna membiayai pengembangan Unhas, maka sumber-sumber penerimaan baru harus dapat ditemukenali, digali dan diintensifkan.

Program Kemitraan yang merupakan kerjasama antara Unhas dan beberapa pemerintah daerah dan propinsi di KTI yang diperkenalkan pada tahun 2002 merupakan upaya terobosan yang dilakukan Unhas untuk meningkatkan penerimaan dana masyarakat. Program ini berhasil menjaring dana sebesar Rp. 5,290 milyar untuk 229 mahasiswa utusan pemda pada tahun 2002 dan sebesar Rp. 5,876 milyar untuk 121 mahasiswa pada tahun 2003. Jumlah ini cukup signifikan dibandingkan dengan penerimaan SPP mahasiswa lainnya, dan telah dimanfaatkan untuk memperbaiki atau bahkan untuk membangun fasilitas kampus yang baru. Sejak tahun2006 program ini berubah nama menjadi Program Penerimaan Mahasiswa Jalur NonSubsidi (JNS), dan memberi kontribusi pada penerimaan Unhas sebesar Rp 7,9 M. .

Penerimaan dana masyarakat juga dapat ditingkatkan melalui intensitas dan frekuensi kerjasama dengan pihak ketiga. Kontribusi dari kerjasama penelitian dan pengabdian masyarakat pada saat ini memang relatif sangat kecil dibandingkan dengan potensi sumberdaya yang dimiliki Unhas. Kontribusi ini sebenarnya dapat ditingkatkan antara lain dengan memperbaiki koordinasi dan pengelolaan kerjasama. Pada saat ini, banyak kerjasama yang dilakukan oleh sivitas akademika Unhas, baik secara perorangan, kelompok atau bahkan dengan menggunakan bendera pusat penelitian dan pusat pengembangan yang tidak dilaporkan. Salah satu penyebabnya adalah lemahnya koordinasi yang dilakukan oleh Unhas serta kesadaran dari para pelaku kerjasama itu. Untuk mengatasi hal ini, telah disusun suatu pedoman pengelolaan kerjasama yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga tetap memberikan peluang penambahan pendapatan bagi pemrakarsa dan pelaksana kerjasama, tetapi di sisi lain juga mampu memberikan kontribusi kepada Unhas. Skim kerjasama ini juga meletakkan pertimbangan kualitas hasil kerjasama pada posisi utama. Hal ini diharapkan akan bermuara pada meningkatnya kepercayaan masyarakat kepada Unhas yang tentunya akan diikuti dengan meningkatnya volume kerjasama pada waktu-waktu berikutnya.

Peningkatan penerimaan dana masyarakat juga dapat dilakukan dengan memberdayakan unit-unit kerja dan aset yang dimiliki Unhas sebagai Surplus Center(values center). Berbagai aset yang dimiliki Unhas saat ini, baik yang berada di dalam maupun di luar lingkungan kampus, belum dikelola secara profesional, malah

Page 70: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

39

Page 71: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

dalam beberapa kasus aset dimaksud justru membebani anggaran belanja Unhas. Upaya penemukenalan model pengelolaan telah dirintis dan diuji coba sejak beberaspa tahun yang lalu, dengan mengambil kolam renang sebagai salah satu obyek percontohan. Pola manejemen yang diterapkan pada aset ini cukup menggembirakan, karena pada saat ini telah mampu membiayai dirinya sendiri. Jika kondisi seperti ini dapat diterapkan bagi berbagai fasilitas kampus seperti prasarana olah raga, asrama mahasiswa dan lainnya, maka beban anggaran belanja Unhas akan banyak berkurang, tetapi di pihak lain, fasilitas kampus untuk mendukung kegiatan belajar mengajar dalam arti luas tetap dapat berfungsi dengan baik.

Kiat lain yang dapat digunakan untuk meningkatkan penerimaan dana adalah meng upayakan memenangkan dana kompetisi yang disediakan Pemerintah / Dikti. Alokasi dana seperti ini cukup besar dan akan semakin meningkat dari tahun ke tahun, sejalan dengan kebijakan Dikti untuk mengurangi porsi anggaran yang berciri grant, yang selama ini dibagikan kepada semua perguruan tinggi, diganti dengan pola penganggaran yang berbasis kompetisi. Sampai pada saat ini, Unhas telah berhasil memperoleh komitmen dana sebesar Rp. 91,623 milyar, dengan realisasi Rp. 83,942 milyar. Perolehan dana ini potensial dapat diperoleh Unhas, jika Unhas mampu menyusun rencana pengembangan yang dinilai kompetitif oleh Dikti. Peluang ini harus dapat diraih Unhas, karena merupakan sumber dana yang sangat memadai untuk mem biayai pengembangan Unhas.

Di samping kiat-kiat yang disebutkan di atas, Unhas perlu pula mengadakan perbaikan dalam pola pengelolaan sumberdayanya, khususnya sumberdaya finansial. Transparansi dan akuntabilitas penggunaan anggaran yang telah menjadi isu sensitif harus segera dicarikan alternatif pemecahannya terutama untuk menumbuhkan budaya saling percaya antar unit kerja dalam lingkungan Unhas. Di samping itu, diperlukan koordinasi yang lebih intensif agar pemanfaatan dana yang berasal dari ketiga sumber anggaran dapat lebih dioptimalkan. Dalam hal ini, sistem perencanaan terpadu merupakan

alternatif yang perlu ditempuh. Sudah saatnya Unhas meninggalkan pola penganggaran yang selama ini dipraktekkan, karena alokasi anggaran tidak mencerminkan kinerja yang ingin dicapai. Pola penganggaran yang dipraktekkan selama ini, yaitu mengalokasikan anggaran DPP secara proporsional menurut jumlah mahasiswa dinilai tidak mampu lagi mendorong pengembangan unit kerja secara optimal, teristimewa bagi jurusan / fakultas yang memiliki jumlah mahasiswa yang relatif kecil. Jalan keluarnya adalah pengelolaan dana berbasis anggaran kinerja. Kebijakan ini telah disetujui oleh Senat Unhas pada awal tahun2003. Oleh karena itu implementasinya secara bertahap telah dapat dilakukan pada tahun 2004. Pentahapan pergeseran anggaran dimaksud diperlukan, mengingat antara lain bahwa staf Unhas terutama yang ada di jurusan masih memerlukan pelatihan dan pembiasaan diri, di samping diperlukan pula format anggaran, termasuk kriteria pengalokasian, yang mesti disusun secermat mungkin.

f. Pola Pengelolaan Aset dan Fasilitas

Ketersediaan sarana dan prasarana di Kampus Unhas pada umumnya sangat terbatas dibandingkan dengan kebutuhan mahasiswa. Hal ini terutama disebabkan oleh pembengkakan jumlah mahasiswa yang tidak dibarengi dengan penambahan sarana dan prasarana kampus dengan jumlah yang sebanding. Pada saat ini, kampus Tamalanrea telah disesaki oleh sekitar 33.000 orang mahasiswa, padahal pada awalnya didisain hanya untuk menampung 17.000 mahasiswa saja. Keterbatasan sarana dan prasarana menjelma menjadi masalah serius, karena distribusinya yang

Page 72: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

40

Page 73: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

tidak proporsional di antara unit kerja. Ketimpangan ini menjadi semakin parah oleh adanya penambahan fasilitas pada beberapa fakultas dan jurusan yang berhasil memenangkan program hibah kompetisi, seperti TPSDP, DUE-Like, Semi QUE, SP4 dan PHK A2. Fakultas dan jurusan seperti ini dalam beberapa tahun ke depan akan mengelola fasilitas yang serba mencukupi, sedangkan fakultas atau jurusan lain yang belum mampu memenangkan program hibah akan hanya tergantung kepada dana pengembangan Unhas yang jumlahnya sangat tidak memadai.

Kondisi seperti ini jelas tidak kondusif bagi pengembangan Unhas secara keselu- ruhan. Oleh karena itu, perlu ditetapkan kebijakan pengaturan agar semua sum- berdaya yang dimiliki Unhas dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin oleh semua sivitas akademika Unhas yang membutuhkannya. Untuk maksud itu, perlu sejak dini diawamkan kepada seluruh unit kerja bahwa semua sumber daya yang tersedia di Unhas adalah "milik" Unhas, bukan milik unit kerja. Pengadaan sarana dan prasarana baru yang diperoleh dari dana hibah kompetisi sebagaimana disinggung sebelumnya, seyogyanya tidak hanyadimonopoli

pemanfaatannya oleh unit kerja yang memenangkan hibah itu. Kebijakan ini sebenarnya tidak bertentangan dengan program hibah itu sendiri, karena pada dasarnya program dana hibah kompetisi diarahkan untuk pengembangan institusi secara keseluruhan, dalam arti pemanfaatan sumberdaya yang diperoleh dari program itu bukan hanya untuk unit kerja yang memenangkannya, tetapi sedapat mungkin digunakan pula untuk melayani kebutuhan unit kerja yang lain. Tentu saja Unhas sebelumnya harus telah menyusun kriteria dan prosedur resource sharing ini, agar pada satu sisi dapat memperbesar akses pemanfaataannya, tetapi pada sisi lain tetap memperhatikan keberlangsungan sumberdaya itu serta ketersediaan biaya operasionalnya.

Di samping pengaturan itu, untuk lebih meningkatkan intensitas resource sharing di lingkungan Unhas, maka Unhas semestinya lebih mengkonsentrasikan pemanfaatan dana yang dimilikinya untuk mengembangkan fasilitas pembelajaran dan penelitian yang dapat dimanfaatkan secara bersama oleh semua sivitas akademika Unhas. Kebijakan pengembangan PKP sebagai media yang menyediakan fasilitas penelitian bagi semua sivitas akademika Unhas yang telah terhenti sejak beberapa tahun yang lalu, perlu diintensifkan kembali.

Masalah resource sharing juga terlihat pada pemanfaatan sumberdaya manusia. Terdapat kecenderungan bahwa sumberdaya manusia telah menjadi milik unit kerja dan sulit untuk mengembangkan kerjasama atau sharing antar unit kerja. Hal ini menimbulkan banyaknya ketidak-efisienan dalam

pemanfaatan sumber daya manusia. Terdapat banyak sekali mata kuliah yang sebenarnya dapat digabung menjadi satu tetapi tetap dipertahankan berbeda. Hal ini menyebabkan penyeleng- garaan matakuliah menjadi tidak efisien. Sebenarnya, beberapa mata kuliah sejenis dapat dikelompokkan menjadi satu dan para pengasuhnya berkelompok dalam satu kelompok dosen yang sifatnya lintas jurusan atau bahkan lintas fakultas. Bahkan kalau ditelusuri lebih jauh, terdapat beberapa jurusan yang tidak perlu ada, karena hampir semua matakuliahnya dapat diperolehnya dari jurusan atau program studi yang lain. Dalam kasus seperti ini, yang perlu dipertahankan adalah keberadaan program studi yang mengelola berbagai matakuliah untuk mendapatkan keakhlian tertentu. Untuk mendorong terjadinya resource sharing sumber daya manusia, Unhas perlu melakukan inventarisasi matakuliah sejenis dan memberikan prioritas bagi matakuliah itu dalam pengembangan modul dan sarana pembelajaran lainnya.

Di samping masalah resource sharing yang disebutkan di atas, Unhas juga mengha-

Page 74: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

41

Page 75: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

dapi masalah dalam pemeliharaan fasilitas kampus dan berbagai aset Unhas lainnya. Berbagai aset itu, baik yang ada di dalam maupun di luar kampus, belum mampu dikelola dengan baik. Kondisi fasilitas olah raga misalnya umumnya tidak memuaskan, bahkan ada beberapa yang tidak layak pakai, seperti Ramsis (Asrama Mahasiswa). Bahkan terdapat beberapa aset yang dikuasai oleh pihak ketiga, seperti lahan perkebunan di Bulukumba. Umumnya fasilitas dan aset itu belum diman faatkan untuk memberikan kontribusi kepada Unhas, malah ada yang justru membebani anggaran belanja Unhas. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan pena- nganan yang serius sehingga aset-aset tersebut dapat berfungsi sebagai Surplus Center" (values center) sedangkan untuk fasilitas kampus (olah raga dan asrama) minimal dapat membiayai dirinya sendiri.

Masalah lain yang tidak kalah pentingnya adalah belum dikembangkannya sistem pengelolaan pengetahuan (knowledge management) di lingkungan Unhas, padahal pengetahuan merupakan sumberdaya utama lembaga perguruan tinggi. Mengingat bahwa pemanfaatan sumberdaya ini akan meningkatkan kualitas penyelenggaraan misi Unhas, maka pengembangan sistem pengelolaannya semestinya diberi prioritas tinggi.

g. Dukungan Sistem Informasi

Unhas dikenal sebagai universitas terbesar di Kawasan Timur Indonesia dengan mahasiswa yang datang dari berbagai daerah di Indonesia. Meskipun begitu, Unhas akan kehilangan kesempatan menjadi yang terbaik apabila proses belajar mengajar tidak dilakukan dengan baik. Salah satu faktor yang berperan memperburuk proses pendidikan adalah proses pengambilan keputusan yang tidak tepat oleh pengelola universitas. Pengambilan keputusan yang tidak tepat karena tidak didukung oleh data yang akurat dan lengkap. Hal ini dapat diatasi apabila pengambilan keputusan didukung oleh informasi yang akurat, tepat waktu, relevan dan lengkap.

Menyadari hal di atas, Unhas membutuhkan sumber informasi yang on line, pelayanan e-mail, file dan basis data untuk mendistribusikan informasi di kampus secara cepat, akurat dan aman. Pengelolaan sistem informasi yang berkelanjutan dan akurat hanya dapat dicapai apabila budaya Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) dapat ditumbuh kembangkan di dalam komunitas universitas. PIU (Pusat Informasi Universitas) meruapakan unit kerja yang harus bertanggung jawab untuk menjaga dan menumbuh kembangkan budaya penggunaan TIK sehingga seluruh komunitas di kampus merasa bahwa teknologi informasi merupakan suatu keharusan.

Kebutuhan data dan informasi yang cepat, akurat, dan komprehensif pada setiap lini manajemen di lingkungan Unhas telah disadari sejak lama. Hal ini di buktikan dengan dibentuknya UPT Komputer pada akhir tahun 80-an. Bahkan untuk meningkatkan kinerja unit ini, pada tahun 1995 dibangun jaringan LAN kampus. Dengan adanya jaringan itu, maka pengelolaan data dan informasi diharapkan akan berjalan lebih baik, karena proses peremajaan data dapat dilakukan secara on line pada setiap kerja dimana transaksi terjadi. Namun kenyataannya, rencana itu tidak berjalan dengan baik. Akar masalahnya terletak pada struktur organisasi UPT Komputer yang kurang sesuai dengan tugas yang dibebankan kepadanya. Belajar dari pengalaman itu, maka sejak tahun 2000, dilakukan reorganisasi kelembagaan pada UPT Komputer dan sekaligus mengubah namanya dan meningkatkan statusnya menjadi Pusat Informasi Universitas (PIU). Lembaga tersebut memiliki 3 (tiga) divisi, yaitu:

Page 76: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

42

Page 77: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

1. Divisi Pelayanan yang bertugas menyediakan informasi dan pelatihan kepada sivitas akademika Unhas dan masyarakat yang membutuhkan,

2. Divisi Teknologi yang bertugas untuk mengkaji dan memanfaatkan TIK(Information and Communication Technology) serta memelihara dan meningkatkan kinerja jaringan kampus dan akses internet, dan

3. Divisi Sistem Informasi yang bertugas untuk mengelola Sistem InformasiManajemen (SIM) Unhas.

Sejak dibentuknya, PIU telah menunjukkan kinerja yang cukup baik. Keberhasilanini banyak didukung oleh adanya proyek TPSDP-batch I yang dimenangkan UPT Komputer. Dengan proyek ini, ketersediaan dan kualitas jaringan dapat diperbaiki dan ditingkatkan, demikian pula beberapa perangkat lunak SIM dapat dikembangkan.Di samping itu, dengan alokasi dana dari universitas, PIU juga telah berhasil membangun fasilitas pelatihan dan pelayanan yang dilengkapi dengan sekitar 100 unit komputer dan akses internet. Fasilitas ini telah dimanfaatkan oleh sivitas akademika Unhas, baik sebagai media untuk mempelajari berbagai perangkat lunak komputer, juga untuk mengakses informasi melalui internet. Walaupun harus diakui bahwa minat sivitas akademika Unhas dalam memanfaatkan fasilitas yang disebutkan terakhir masih relatif rendah.

Pada tahun 2003, Unhas selesai memasang jaringan PABX yang memiliki kemampuan untuk mendukung komunikasi data. Jaringan tersebut kemudian diintegrasikan dengan jaringan LAN Unhas yang sudah ada. Fasiltas lainnya adalah Wave-LAN yang dibangun dengan menggunakan dukungan dana dari proyek TPSDP. Dengan fasilitas ini diharapkan kualitas jaringan komunikasi data di lingkungan Kampus Unhas akan menjadi semakin baik, sehingga akan semakin mampu mendukung SIM Unhas dan mendukung

pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran. Ke depan, terdapat beberapa masalah yang perlu dipecahkan agar SIM Unhas mampu berperan optimal dalam mendukung manajemen universitas.

1. Mendorong dan memfasilitasi pimpinan Fakultas dan Unit Kerja untuk mengembangkan jaringan komputer di lingkungan kerja masing-masing. Ketiadaan jaringan internal ini, merupakan kendala yang sangat berarti, karena proses peremajaan data pada tataran unit kerja menjadi terhambat. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa kelangkaan jaringan pada tataran unit kerja banyak disebabkan oleh karena beberapa pimpinan unit kerja belum memprioritaskan upaya pengembangan SIM dan jaringan, sehingga alokasi dana menjadi sangat terbatas atau bahkan tidak ada sama sekali. Komitmen yang kurang ini secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan motivasi staf yang bertugas mengelola SIM dan jaringan menjadi sangat rendah. Selain itu, terdapat pula beberapa unit kerja yang kemampuannya memang sangat terbatas. Untuk kasus seperti ini, pimpinan universitas turun tangan membantu.

2. Ketersediaan sumberdaya manusia. Sebagaimana disinggung sebelumnya, kekurangberhasilan pengembangan SIM Unhas di masa lalu banyak disebabkan oleh kurangnya dukungan staf. Pengoperasian SIM membutuhkan staf dengan kualifikasi khusus yang umumnya tidak tersedia. Oleh karena itu, Unhas harus menyelenggarakan program pelatihan yang terencana dengan baik. Di samping itu, Unhas perlu pula memberikan perlakuan yang proporsional kepada staf yang telah terlatih, karena tanpa adanya perlakuan itu, mereka akan mudah terpengaruh pada peluang-peluang yang ditawarkan pihak lain kepada mereka.

Page 78: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

43

Page 79: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

3. Mendorong dan memfasilitasi agar PIU dapat berkembang sebagai value center, yaitu sebagai pusat pelayanan pengembangan SIM dan pemanfaatan TIK bagi institusi pemerintah dan masyarakat, pelayanan akses internet dan content provider, serta mendukung penyelenggaraan program E-Learning. Jika PIU dapat menggapai posisi ini, maka tidak saja pelayanan informasi akan menjadi semakin prima, tetapi juga akan membuat PIU tidak lagi tergantung kepada dukungan dana universitas, malah sebaliknya.

Melihat keseluruhan sistem yang tersedia dan dimiliki oleh Unhas, tidak ada keraguan bahwa Unhas mempunyai kapasitas untuk melaksanakan aktifitas sistem pengelolaan universitas dengan berdasar pada teknologi informasi dan komunikasi. Beberapa kritik membangun khususnya yang ditujukan kepada pengelola universitas dalam hal ini PIU yang belum memaksimalkan diseminasi akan pentingnya sistem teknologi informasi dan komunikasi kepada seluruh civitas akademika. Penggunaan sistem ini selama ini tidak mencapai seperti yang diharapkan. Hal ini dipercaya sebagai kurangnya penghargaan dan kepercayaan civitas akademika akan jalannya sistem ini yang akan mengefisiensikan pengelolaan universitas.

44

Page 80: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

IVCITRA UNHAS 2010

Pada saat penyusunan Renstra Unhas 2004-2008, Citra Unhas ditetapkan sebagai gambaran wujud Unhas pada tahun 2008 yang akan dibangun bersama oleh segenap sivitas akademika, menjadi sebuah perguruan tinggi terkemuka di Indonesia. Citra tersebut merupakan komitmen bersama sekaligus menjadi pedoman bagi segenap sivitas akademika Unhas dalam melaksanakan aktivitasnya demi untuk mewujudkan citra itu. Citra ini dirumuskan dengan mengacu kepada visi dan misi serta isu strategis dengan memperhatikan Rona Unhas sebagaimana diuraikan pada bab sebelumnya. Pada tahun 2005, saat dimana Unhas mulai mempersiapkan dokumen untuk mendukung perubahan status Unhas menjadi perguruan tinggi berbadan hukum (BHP) yang menargetkan masa transisi sampai dengan tahun 2010, Unhas melalaui rapat kerja menetapkan bahwa Citra Unhas pada tahun 2010 masih akan memiliki substansi yang sama dengan Citra 2008. Walaupun demikian, Citra 2010 kemudian dipertajam menjadi:

Pada tahun 2010, dengan dukungan identitas yang kuat, Unhas memiliki kapasitas swatata dalam menjamin perannya sebagai pengayom budaya dan sebagai institusi yang handal dalam pengembangan kemampuan merajut realitas tanpa menapikan interkoneksitas dengan lingkungan strategisnya.

(Dokumen Unhas BHP: In the year 2010, with a strong identity, Unhas is capableof improving self-organizing capacity to ensure its roles as a culture guardian andas a dependable place for capability development to weave reality by maintaininga strong interconnectivity with strategic environments).

Citra Unhas 2010 memiliki atribut sebagai berikut:

1. Memiliki sistem pendidikan yang handal:

Sepenuhnya menyelenggarakan proses pembelajaran berbasis pada pendekatan learning yang diarahkan untuk menghasilkan luaran sebagai pembelajar yang kreatif- adaptif dan bijaksana dalam merajut realitas;

Didukung oleh keberadaan kelompok minat atau laboratorium yang mampu memberikan sistem pendidikan berkualitas yang relevan dengan kebutuhan masyarakat, pengembangan pola ilmiah pokok Unhas, dan pengembangan ipteks.

2. Menyelenggarakan penelitian dan pemberdayaan masyarakat yang :

Mendorong dan memfasilitasi pengembangan tekno-struktur dan budaya masyarakat, sebagai perwujudan Unhas sebagai Communiversity;

Menyelenggarakan pendidikan berkelanjutan dan pelatihan yang mampu memenuhi permintaan masyarakat terhadap 3-D Education (life long, life-wide dan life-deep learning).

3. Manajemen organisasi yang efektif:

Seluruh aktifitas akademik diarahkan sehingga sejalan dengan visi, misi, tujuan, dan nilai-nilai universitas

Unhas merupakan learning organization, sehingga senantiasa mampu belajar dan menyesuaikan diri terhadap dinamika lingkungannya;

Mampu mensinergikan seluruh unit kerja dalam lingkungan Unhas

45

Page 81: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

Menfasilitasi kelompok minat sehingga mampu berkontribusi dalam pengembangan ipteks;

Didukung oleh pemanfaatan teknologi informasi.

Pendanaan universitas sebahagian besar berasal dari income yang dihasilkan sendiri

Seluruh prasyarat teknis dan administrasi sebagai entitas berbadan hukum dipatuhi dengan baik.

4. Lingkungan kampus yang asri dan bersahabat :

Lingkungan kampus Unhas benar-benar memberikan dukungan terhadap terciptanya proses pembelajaran yang bermakna

Lingkungan kampus yang mampu memberikan kesempatan untuk meraih pengalaman belajar sebagaimana dibutuhkan dalam membangun identitas individual, kapasitas belajar, dan komptensi professional.

Prasarana kampus yang memadai untuk mendukung kegiatan dalam dan luar kelas;

Secara terus menerus menciptakan suasana akademik yang sehat dan kondusif untuk peningkatan inovasi dan kreativitas.

46

Page 82: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

VKEBIJAKAN IMPLEMENTASI

Untuk mewujudkan ‘Citra Unhas 2010’ dirumuskan 4 (empat) agenda pengembangan. Pertama, peningkatan kulaitas penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan melalui upaya- upaya pengembangan dan penyempurnaan metoda da substansi pembelajaran agar mampu menghasilkan luaran yang memiliki kecakapan yang tinggi atau kompetensi di bidangnya serta kemampuan beradaptasi secara kreatif terhadap lingkungan kerjanya (creative-adaptive learner) serta memiliki motivasi untuk melakukan peningkatan kualitas secara berkelanjutan(Innovation and Creativity Enhancement). Kedua, mewujudkan Unhas sebagai Communiversity melalui peningkatan intensitas dan kualitas progra-program penelitian dan pengabdian pada masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan kontribusi atau mendorong perkembangan masyarakat. Ketiga, penataan kelembagaan Unhas yang ditekankan pada upaya peningkatan kapasitas swatata sehingga akan senantiasa mampu beradaptasi secara kreatif terhadap dinamika lingkungan strategisnya. Keempat, penataan lingkungan kampus agar mampu mendukung dan kondusif bagi kegiatan akademik, baik yang bersifat kurikuler maupun ekstra kurikuler.

5.1 Peningkatan Kualitas Penyelenggaraan Pendidikan

Demi mewujudkan “Citra 2010", maka penyelenggaraan pendidikan di Unhas diarahkan dan mengacu kepada pendididikan berkualitas yang bercirikan:

Luaran yang memiliki kemampuan adaptasi-kreatif (creative-adaptive learner), mampu merajut realitas, dan mampu menstimulasi lingkungannya untuk melakukan pembaharuan secara berkelanjutan;

Poses pembelajaran yang mendorong minat pembelajar untuk mengkaji berbagai isu yang bernuansa global sehingga menampakkan keunggulan dilihat dari berbagai perspektif;

Kurikulum yang berwawasan holistik, dapat diakses dan tanggap terhadap pembelajar dari masyarakat luas yang beragam untuk mewujudkan Unhas sebagai communiversity.

Sasaran 1.1

Menghasilkan luaran yang memiliki kecakapan yang tinggi atau kompetensi di bidangnya serta kemampuan beradaptasi secara kreatif terhadap lingkungan kerjanya (creative-adaptive learner) serta memiliki motivasi untuk melakukan peningkatan kualitas secara berkelanjutan(Innovation and Creativity Enhancement).

Strategi 1.1.1

Peningkatkan kualitas calon mahasiswa Unhas, yang diupayakan melalui:

1.1.1.1 Beasiswa bagi siswa berprestasi. Peningkatan daya tarik Unhas bagi calon mahasiswa dilakukan dengan menawarkan beasiswa kepada siswa yang berprestasi. Untuk maksud ini, Unhas akan memperbaharui sistem pengelolaan beasiswa termasuk kriteria kelayakan penerima dan sistem monitoring keefektifannya. Di samping itu, Unhas harus dapat mengeksploitasi pola-pola SPP yang memungkinkan adanya susbsidi bagi calon mahasiswa berprestasi yang berasal dari keluarga yang tidak mampu.

Page 83: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

47

Page 84: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

1.1.1.2 Publikasi dan Promosi. Berbagai cara publikasi akan dilakukan agar siswasiswa sekolah lanjutan di seluruh Indonesia memahami secara utuh kinerja pendidikan di Unhas. Publikasi ini diantaranya ditempuh dengan menggunakan website, brosur, dan kunjungan ke sekolah lanjutan atas. Secara internal, Unhas akan meningkatkan frekuensi lomba-lomba yang bersifat akademik dan melibatkan siswa-siswa sekolah lanjutan atas. Himpunan profesi mahasiswa akan didorong untuk menyusun program-program yang sejalan dengan tujuan ini.

Selain itu, Unhas akan mengkaji ulang sistem penanganan kegiatan ekstra kurikuler, termasuk sistem insentif, sehingga mahasiswa Unhas mampu berprestasi secara nasional maupun internasional dalam bidang-bidang ke olahragaan dan seni, dan kegiatan-kegiatan inovatif-produktif, baik pada tataran nasional, regional, maupun internasional;

Unhas perlu pula mengintensifkan dan mengefektifkan peran Pusat Informasi Universitas (PIU) dan Hubungan Masyarakat (HUMAS) sebagai media penghubung antara masyarakat kampus dan non kampus dalam hal penyediaan informasi. PIU akan diarahkan untuk menangani informasi berbasis elektronik, sedangkan HUMAS diarahkan untuk yang membutuhkan kemahiran psikologis.

Di samping itu, Unhas perlu mengintensifkan hubungan dengan Ikatan Alumninya baik untuk tataran jurusan, fakultas, maupun universitas dan mengajak mereka untuk menjadi agen promosi sekaligus sebagai mitra yang akan secara berkelanjutan memberikan input perbaikan terhadap kinerja Unhas. Untuk maksud ini, salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan kesempatan bagi para alumni untuk menggunakan server Internet Unhas sebagai media komunikasi antar alumni. Dengan media ini pula, para calon mahasiswa akan dapat berkomunikasi langsung dengan para alumni terutama untuk hal-hal yang berkaitan dengan relevansi pembelajaran di Unhas.

Sebagai bagian dari sistem promosi, Unhas perlu melakukan kajian terhadap kemungkinan penerimaan mahasiswa asing secara berkelanjutan. Pada tahap awal, berbagai insentif akan diberikan kepada mahasiswa asing yang ingin belajar pada berbagai bidang, terkecuali untuk bidang kedokteran.

1.1.1.3 Penyempurnaaan sistem penjaringan mahasiswa baru. Upaya sistematis akan terus dilakukan untuk menyempurnakan sistem penjaringan mahasiswa baru, sehingga mampu menjaring calon mahasiswa yang di samping cerdas, berbakat dan berprestasi akademik juga memiliki minat dan motivasi belajar yang tinggi. Unhas perlu secara aktif melakukan komunikasi dengan DIKTI agar sistem tersebut mendapatkan dukungan legalitas secara penuh. Pada saat yang bersamaan Unhas akan melakukan pemantauan terhadap kinerja calon-calon mahasiswa berprestasi melalui intensifikasi komunikasi dengan sekolah-sekolah lanjutan atas yang ada di seluruh Indonesia (sebagai upaya penyempurnaan dari sistem JPPB yang selama ini diberlakukan). Penyempurnaan sistem penjaringan ini harus mampu merefleksikan tanggung jawab sosial Unhas yang menjamin akses dan equity bagi mereka yang memenuhi persyaratan mutu akademik.

Strategi 1.1.2

Peningkatkan kualitas proses pembelajaran, yang diupayakan melalui :

1.1.2.1 Pergeseran metoda pembelajaran. Secara prinsip, metoda pembelajaran akan diubah dari pendekatan teaching ke learning dan memperkaya maintenance

48

Page 85: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

learning dengan evolutionary learning. Untuk mencapai hal ini, Unhas harus dapat menjamin bahwa program studi menerapkan kurikulum yang memungkinkan pendekatan ini. Dengan pendekatan ini, paling tidak akan terjadi perubahan metode pembelajaran di kelas dan di laboratorium. Pembelajaran di kelas harus mampu memfasilitasi terciptanya komunikasi yang intensif antara dosen dan mahasiswa. Dengan demikian mahasiswa diberikan kesempatan yang lebih besar untuk menggali pemahamannya terhadap materi pembelajaran. Di samping itu, tugas- tugas pekerjaan rumah dan praktikum harus lebih intensif dan terstruktur sehingga mampu memperbaiki kemampuan berfikir kritis mahasiswa dalam bekerja secara individu maupun secara berkelompok.

1.1.2.2 Pengayaan substansi pembelajaran. Dalam hal substansi, dosen harus mampu memberikan pengetahuan terkini yang terkait dengan isu-isu lokal, regional, nasional, dan internasional kepada mahasiswa. Untuk maksud ini, Unhas akan mendorong dan memfasilitasi pemanfaatan teknologi Informasi dan Komunikasi(TIK) dalam proses pembelajaran, misalnya pemanfaatan e-library, tanpa mengurangi nilai keberadaan perpustakaan secara fisik. Pemanfaatan e-learning, dan distance learning juga harus sudah mulai diperkenalkan dan diterapkan.

1.1.2.3 Peningkatan ketrampilan berbahasa Inggeris dan pemanfaatan komputer. Agar eksplorasi pengetahuan terkini dengan menggunakan TIK dapat berjalan dengan baik, kemampuan penggunaan komputer dan kemampuan Bahasa Inggris para dosen dan mahasiswa perlu ditingkatkan. Kedua kemampuan ini harus menjadi bahagian tidak terpisahkan dari setiap segmen proses pendidikan di Unhas. Tugas- tugas presentasi khususnya dalam Bahasa Inggris harus lebih diintensifkan sehingga mahasiswa dan dosen akan memiliki kemahiran komunisi ilmiah yang lebih terstruktur.

1.1.2.4 Pemantauan sistimatis terhadap proses pembelajaran. Untuk menjamin bahwa pergeseran paradigma pembelajaran efektif, Unit Jaminan Mutu Unhas akan dibentuk dan diperkuat sehingga mampu melakukan pemantauan secara sistematis dan terjadwal terhadap setiap segmen proses yang terkait. Hal-hal yang harus dicakup pada monitoring ini, paling tidak ketersediaan bahan ajar (lecturer note) yang terperbaharui yang memuat referensi terbaru setiap semester dari masing- masing dosen, mutu pekerjaan rumah dan tugas-tugas laboratorium serta mutu materi-materi presentasi yang diberikan kepada mahasiswa. Program studi diharapkan secara berkelanjutan melakukan pemantauan kinerja stafnya dan mendorong terjadinya proses saling belajar di antara seluruh staf dalam hal pola- pola pembelajaran yang efisien dan efektif.

1.1.2.5 Evaluasi Kinerja Dosen. Sistem evaluasi kinerja dosen oleh mahasiswa akan diterapkan secara terstruktur. Evaluasi ini tidak hanya mencakup kehadiran dosen di kelas atau laboratorium tetapi juga termasuk substansi materi pembelajaran. Untuk menghindari penilaian berlebihan dan bias dari mahasiswa maka akan dilakukan verifikasi oleh panitia ad hoc pada setiap unit kerja yang merupakan perpanjangan tangan dari Unit Jaminan Mutu

1.1.2.6 Penerapan sistem insentif. Diperlukan adanya sistem insentif untuk mendorong terjadinya perbaikan kualitas kinerja dosen dan staf secara berkelanjutan. Semua sistem penilaian, termasuk kriterianya, terhadap kinerja ini akan menjadi bagian tanggung jawab dari Unit Jaminan Mutu Unhas.

1.1.2.7 Pelatihan dan lokakarya metoda pembelajaran berbasis learning. Untuk lebih

Page 86: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

49

Page 87: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

mengawamkan metoda learning di kalangan staf akademik perlu diintensifkan penyelenggaraan pelatihan PEKERTI dan AA bagi staf yunior serta lokakarya metoda dimaksud bagi staf senior. Di samping itu, diperlukan pula pelatihan bagi Penasehat Akademik untuk meningkatkan ketrampilan mereka dalam merancang secara bersama dengan mahasiswa bimbingannya arah pembelajaran yang sesuai dengan minat dan motivasi mahasiswa bersangkutan.

1.1.2.8 Penyederhanaan jenis matakuliah. Penyederhanaan matakuliah dilakukan dengan menyatukan beberapa matakuliah sejenis yang selama ini diajarkan dengan kode mata kuliah yang berbeda. Upaya ini akan banyak mengurangi beban kerja staf akademik karena satu mata kuliah akan dapat diasuh secara bersama, dan akan bermuara pada terbentuknya kelompok pengajar lintas program studi atau bahkan lintas fakultas. Di samping itu,

diperlukan kajian untuk menggabungkan matakuliah-matakuliah ilmu alamiah dasar menjadi satu matakuliah saja tanpa mengurangi substansi pembelajarannya. Upaya ini diharapkan akan mengurangi beban mahasiswa pada semester pertama dan kedua.

1.1.2.9 Penyusunan modul kuliah berbasis e-learning. Keberadaan modul seperti ini disamping akan memberikan peluang belajar yang lebih besar kepada mahasiswa Unhas, juga dapat mendukung pengembangan program distance learning / berbasise-leraning (program 3.1.3.4).

1.1.2.10 Penyempurnaan kurikulum yang senantiasa link and match (sesuai dan sepadan) dengan dinamiki pasar kerja. Upaya untuk menghimpun, memonitor dan mengevaluasi data-data yang komprehensif tentang profil alumni dan kebutuhan pasar kerja akan alumni Unhas akan dilakukan secara periodik dan sistematis melalui suatu unit kerja yang dibentuk oleh universitas. Berbagai informasi tentang ketrampilan yang diperlukan oleh pasar kerja serta berbagai masukan dari para alumni Unhas yang telah bekerja akan dikelola oleh unit kerja ini dengan memanfaatkan TIK. Data-data ini kemudian dievaluasi secara mendalam dan komprehensif sehingga program studi dalam lingkungan Unhas dapat memanfaatkan data-data ini dalam rangka penyempurnaan kurikulumnya.

1.1.2.11 Peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan dasar umum. Substansi dan struktur penyelenggaraan mata kuliah pada semester pertama dan kedua perlu ditekankan pada upaya pemberian pengetahuan dasar, cara belajar dan ketrampilan berfikir serta menumbuhkan minat dan motivasi mahasiswa. Untuk maksud tersebut, mata kuliah peningkatan ketrampilan belajar (basic study skills) yang dikombinasikan dengan pengetahuan

pemanfaatan komputer sebagai media pembelajaran perlu diperkenalkan sejak dini kepada semua mahasiswa baru. Disamping itu, pengajaran ilmu alamiah dasar (fisika, kimia, dan biologi) dan matematika perlu dimodifikasi (dari pendekatan teaching ke learning) dan disatukan dalam 1 (satu) mata kuliah sehingga menghemat SKS tanpa harus mengorbankan peluang mahasiswa untuk memahami prinsi-prinsip dasar dari basic sciences. Pendekatan learning perlu diterapkan secara bertahap oleh semua mata kuliah, dengan demikian membuka peluang bagi mahasiswa untuk meningkatkan kompetensinya sesuai dengan minat dan kemampuan masing-masing.

1.1.2.12 Pengurangan jumlah mahasiswa diploma dan ekstensi. Program ini terutama diarahkan untuk memperbaiki ratio dosen-mahasiswa dan meningkatkan biaya pembelajaran per mahasiswa. Program D3 dan Ekstensi hanya akan dibuka jika berbasis pada kerja sama dengan pihak ketiga.

Page 88: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Pengurangan mahasiswa ini perlu dikompensasi dengan peningkatan jumlah mahasiswa program pascasarjana, untuk

50

Page 89: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

mempercepat terwujudnya Unhas sebagai "universitas penelitian". Agar tidak mengurangi akses masyarakat terhadap pendidikan tinggi, maka Unhas akan mengembangkan program S1 dan pascasarjana berbasis e-learning.

1.1.2.13 Penelitian pengembangan institusi. Penelitian diarahkan untuk menemukenali dan merumuskan metoda pembelajaran berbasis learning dan substansi pemebelajaran yang berwawasan Sains Baru. Termasuk dalam program ini kerjasama serta pencangkokan dan pertukaran staf dosen dengan perguruan tinggi lain yang lebih berpengalaman untuk mempercepat proses transformasi sistem pembelajaran.

Strategi 1.1.3

Peningkatan ketersediaan dan kualitas fasilitas belajar

1.1.3.1 Program pemeliharaan dan pengadaan fasilitas infrastruktur. Untuk kebutuhan infrastruktur berupa fasilitas fisik guna mendukung proses pembelajaran di kelas dan laboratorium, Unhas harus mengupayakan pemeliharaan dan perbaikan fasilitas yang ada maupun untuk pengadaan fasilitas baru dengan mengacu kepada suatu program yang sistematis. Di samping itu, Unhas akan tetap memfasilitasi program studi atau jurusan untuk memanfaatkan peluang-peluang pendanaan dari berbagai sumber, baik yang bersifat alokatif maupun kompetitif seperti TPSDP, DUE-Like, Semi QUE, PHK A2, Program B dan IMHERE.

1.1.3.2 Program pemeliharaan dan pengadaan fasilitas. Sejalan dengan program 1.1.3.1di atas, Unhas perlu pula secara berkesinambungan melakukan pemeliharaan atau bahkan penambahan perabot, dan alat-alat bantu pendidikan termasuk peralatan laboratorium.

1.1.3.3 Operasionalisasi pendidikan. Penyelenggaraan pendidikan perlu didukung oleh ketersediaan bahan kuliah dan praktikum. Alokasi anggaran bagi program ini perlu dilakukan dengan mengacu kepada mekanisme anggaran kinerja.

1.1.3.4 Pembangunan kampus baru Fakultas Teknik. Kampus ini memanfaatkan kawasan eks Pabrik Kertas Gowa. Kegiatan yang diperlukan antara lain berupa renovasi bangunan serta pembangunan gedung dan fasilitas lain untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan keteknikan yang baik dengan kapasitas sekitar 10.000 mahasiswa. Pada kawasan ini juga akan dibangun ’Center of Technology’. Mengingat luasnya lingkup kegiatan program ini, maka perlu disusun Master Plan serta rencana pembangunan yang detail yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Rencana Strategis ini.

1.1.3.5 Peningkatan kapasitas internet. Untuk medukung terciptanya proses pem- belajaran berbasis TIK secara efektif, Unhas akan meningkatkan kapasitas sistem Internetnya sehingga mampu mengakomodasi

kebutuhan seluruh staf dan mahasiswa dengan kecepatan akses yang memadai dari berbagai access point dalam lingkungan kampus. Kapasitas ini juga akan mendukung pengembangan program berbasis e-leraning (program 1.1.2.9).

1.1.3.6 Perluasan sumber-sumber belajar. Sumber belajar yang terpenting adalah e- library dan sumber pembelajaran on line lainnya. Unhas perlu mempertahankan keberadaan dan bahkan meningkatkan akses terhadap sumber-sumber pembelajaranon line seperti GDLN dan sejenisnya. Di samping itu, Unhas perlu mengembangkan kerjasama dengan perguruan tinggi dan lembaga akademik lainnya untuk saling bertukar informasi.

Strategi 1.1.4

Page 90: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

51

Page 91: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

Peningkatkan jumlah dan kualitas staf pengajar

1.1.4.1 Penyempurnaan sistem penerimaan staf akademik. Unhas perlu melakukan perbaikan sistem penerimaan staf akademik sehingga dapat menjamin bahwa yang diterima adalah individu-individu yang akan membawa peningkatan kualitas aktifitas akademik di Unhas. Selain itu, sistem ini harus dapat memiliki prinsip- prinsip transparansi dan tidak diskriminatif. Penerimaan staf ini harus diumumkan secara nasional dan terbuka sehingga peluang untuk menjaring calon berkualitas semakin besar.

1.1.4.2 Sistem promosi. Sistem promosi karir dan insentif harus dikaji dan dibangun secara sistematis dan transparan sehingga memotivasi staf untuk melakukan peningkatan kualitas diri secara berkelanjutan.

1.1.4.3 Program pengembangan staf. Program studi diharuskan menyusun rencana jangka panjang tentang kebutuhan staf pengajar baru dan kebutuhan pengembangan staf yang ada terutama didalam menjaga standar kualitas yang dipersyaratkan oleh aturan-aturan yang berlaku. Kebutuhan ini harus dikaitkan dengan rencana pengembangan bidang-bidang unggulan. Pada tingkat fakultas maupun universitas, panitia ad-hoc akan dibentuk untuk memverifikasi rencana tersebut. Rangkuman dari rencana in akan menjadi rencana keseluruhan pengembangan staf universitas. Rencana ini harus realistis yang dikaitkan dengan estimasi jumlah staf yang akan memasuki masa pensiun dan estimasi ketersediaan anggaran.

1.1.4.4 Pelatihan dan Program studi lanjut. Untuk pengembangan staf terutama untuk studi lanjut, Unhas akan mendorong dan menfasilitasi stafnya untuk mendapatkan pendidikan berkualitas pada institusi yang berkualitas, baik di dalam maupun di luar negeri. Prioritas tinggi diberikan kepada staf yang belum berusia 35 tahun. Agar relevansi studi lanjut ini tetap terjaga, maka program ini harus senantiasa mengacu kepada program pengembangan staf (program 1.1.3.3).

Strategi 1.1.5Mengembangkan dan meningkatkan fasilitas pembelajaran luar-kelas bagi mahasiswa yang diarahkan terutama untuk meningkatkan kreatifitas dan inovasi yang merupakan ketrampilan lunak mahasiswa, yang diupayakan melalui:

1.1.5.1 Peningkatan kualitas peran UKM. Unhas akan mendorong dan memfasilitasi pengembangan dan peningkatan kualitas peran Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) sebagai media pembelajaran luar kelas

guna meningkatkan wawasan dan pembentukan ketrampilan lunak mahasiswa. Untuk itu, kegiatan UKM harus terstruktur di bawah bimbingan dosen yang sesuai kompetensinya sehingga nuansa akademiknya selalu nampak. Unhas perlu mendisain mekanisme pemantauan kinerja kegiatan ini dan menyediakan insentif untuk kegiatan yang mempromosikan dan meningkatkan kualitas keunggulan-keunggulan akademik.

1.1.5.2 Penyelenggaraan festival seni, olah raga dan lomba kreatifitas mahasiswa. Unhas perlu mendorong dan memfasilitasi penyelenggaraan festival seni dan olah raga serta lomba kreatifitas mahasiswa, baik untuk tingkat lokal, regional maupun nasional. Kegiatan ini di samping untuk meningkatkan wawasan dan ketrampilan lunak mahasiswa (program 1.1.5.1) juga dapat berfungsi sebagai ajang promosi Unhas (program 1.1.1.2) dan sekaligus sebagai perwujudan visi Unhas.

Strategi 1.1.6

Page 92: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

52

Page 93: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

Peningkatan upaya memperoleh pengakuan internasional dalam kualitas pelaksanaan tri- darma yang dilakukan melalui.

1.1.6.1.Peningkatkan hubungan dengan perguruan tinggi luar negeri. Unhas akan memfasilitasi dan mengupayakan terwujudnya kerjasama internasional dalam bentuk penelitian, program joint-degree, double-degree, dan credit earning baik untuk strataS1 ataupun program pascasarjana. Upaya lainnya adalah dengan meningkatkan program academic-exchange dengan universitas mitra yang memungkinkan terjadinya pertukaran staf pengajar, dan pertukaran mahasiswa.

1.1.6.2.Peningkatkan terselenggaranya kelas internasional. Program kelas internasional akan diarahkan pada fakultas yang memiliki program studi berakreditasi A. Kelas internasional dibuka bukan hanya diperuntukkan bagi mahasiswa asing, tetapi juga bagi calon mahasiswa dari Indonesia. Agar program ini terselenggara dengan baik, maka staf pengajar akan difasilitasi untuk peningkatan kemampuan Bahasa Inggrisnya. Upaya lain adalah peningkatan intensitas academic-exchange seperti diutarakan pada program (1.1.6.2). Untuk mendukung efektifitas program ini, Unhas akan membentuk unit yang khusus memfasilitasi pemenuhan kebutuhan mahasiswa dan staf asing.

Indikator Kinerja

a. Parameter kualitas meningkat, seperti ratio dosen-mahasiswa dari 1:17 pada tahun2002 menjadi 1:10; ratio dosen berpendidikan lanjut dari 66.61% (2002) menjadi90%; tingkat pemanfaatan internet 0,5 Kbps / mhs; jumlah mahasiswa dengan IPK <2.75 kurang dari 25%; persentase mahasiswa yang lulus tepat waktu minimal 60%;kualitas mahasiswa baru, dari ranking 24 pada tahun 2000 menjadi 10 pada tahun2010;

b. Metoda dan sistem pembelajaran berbasis learning telah teremuskan dengan baik dan telah diterapkan pada sebagian besar mata kuliah.

c. Penyelenggaraan festival seni, olah raga dan lomba kreatifitas mahasiswa tingkat nasional 1 (satu) kali;

d. Peningkatan persentase jumlah mahasiswa yang tergabung / aktif dalam kegiatanUKM dan lembaga kemahasiswaan lainnya;

e. Jumlah program studi yang telah terakreditasi "A" minimal 60%;

f. Program S1 dan S2 berbasis e-leraning dan distance learning telah berjalan dengan baik dan telah mulai menggantikan program ekstensi / non reguler.

g. Terbentuknya kelas-kelas internasional.

5.2 Mewujudkan unhas sebagai communiversity melalui peningkatan intensitas dan kualitas progra-program penelitian dan pengabdian pada masyarakat

Isu strategis yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan misi penelitian dan pemberdayaan masyarakat adalah peningkatan kualitas peran Unhas dalam upaya peningkatan daya saing produk dan jasa yang dihasilkan di Sulawesi Selatan dan di Kawasan Timur Indonesia, mendorong pembangunan daerah/kawasan dan otonomi daerah, serta untuk mempererat persatuan bangsa. Di samping itu, diperlukan pula

Page 94: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

53

Page 95: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

kegiatan penelitian dan pemberdayaan masyarakat yang berkaitan dengan implementasi dan pengembangan wawasan Ilmu Pengetahuan Baru (New Sciences) termasuk penelitian untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran, terutama akibat adanya pergeseran substansi dan metoda pembelajaran dan juga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap pembelajaran 3-D.

Penemukenalan kegiatan penelitian dan pemberdayaan masyarakat selain memper- hatikan isu-isu strategis dimaksud, juga mengacu kepada kebijakan untuk memposisikan Unhas sebagai communiversity, yaitu lembaga yang senantiasa aktif mendorong perkembangan dan kemajuan masyarakatnya, melalui temuan-temuan dan aplikasi ipteks, serta misi Unhas yang memfokuskan kegiatan penelitian pada pengelolaan sumberdaya.

Sasaran 2.1

Meningkatnya jumlah dan kualitas penelitian dan pemberdayaan masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung mendorong perkembangan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat Indonesia menuju tatanan Indonesia Baru.

Strategi 2.1.1

Peningkatan efisiensi penyelenggaraan penelitian, dilakukan melalui:

2.1.1.1 Penyusunan road-map penelitian. Road-map diprioritaskan untuk penelitian di bidang inventarisasi dan pengelolaan sumber daya alam yang dikaitkan dengan upaya peningkatan daya saingnya di pasar nasional dan pasar global, identifikasi dan revitalisasi modal sosial dan potensi multikulturalisme di Sulawesi Selatan dan Kawasan Timur Indonesia, menggali dan mengembangkan nilai-nilai bahari untuk memperkokoh dan memperkuat jatidiri

bangsa, serta menjabarkan dan memperkenalkan tata kehidupan berbangsa yang sesuai dengan spirit zaman.

Untuk efektifnya, road-map dirumuskan pada tataran unit kerja (program studi dan pusat penelitian) dan mengacu kepada rencana jangka panjang unit kerja bersangkutan tentunya dengan memperhatikan potensi yang dimiliki. Selanjutnya road-map ini akan menjadi acuan bagi para staf baik untuk menjalankan penelitian mandiri maupun untuk penelitian yang terkait denagn skripsi, thesis, maupun disertasi. Road-map harus dilengkapi dengan rancangan pola pendanaan untuk menjamin keberlanjutannya.

Untuk menjamin agar road-map yang dibangun pada level unit kerja sejalan dengan visi, misi, dan tujuan Unhas, Unhas perlu membentuk panitian ad-hoc yang akan mengevaluasi konsistensi tersebut. Hasil evaluasi ini akan menjadi bentuk dukungan fasilitas yang dapat diberikan untuk mendukung penyelenggaraan dan peningkatan kualitas penelitian dan kapasitas peneliti yang mengacu pada road-map dimaksud. Penyusunan road-map tersebut semestinya senantiasa mengacu kepada Pola Imliah Pokok (PIP) Unhas. a

2.1.1.2 Peningkatan koordinasi penyelenggaraan penelitian yang dilaksanakan di Fakultas dan Program Pasaca Sarjana dengan yang diselenggarakan di Pusat-pusat Penelitian di lingkungan Lembaga Penelitian. Untuk melakukan koordinasi dimaksud maka diperlukan terlebih dahulu sinkronisasi antara road-map penelitian pada tataran program studi dengan road-map penelitian dari pusat-pusat penelitian. Dengan adanya koordinasi ini, maka kegiatan penelitian yang dilakukan pada tataran program studi dan Program Pasca Sarjana selain merupakan bagian dari road-map program studinya juga dapat memberikan kontribusi kepada pencapaian

Page 96: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

54

Page 97: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

sasaran penelitian dari pusat / lembaga penelitian. Disamping itu, diperlukan pula koordinasi dengan perguruan tinggi dan lembaga penelitian di dalam dan di luar negeri, terutama yang menjadi tempat penelitian dosen Unhas yang sedang studi lanjut, sehingga penelitian dosen dimaksud sedapat mungkin terkait dengan road- map penelitian di Unhas.

Strategi 2.1.2

Meningkatkan kerjasama penelitian dengan mitra lokal, nasional dan internasional dengan mengandalkan ketersediaan sumberdaya alam dan keunikan budaya.

2.1.2.1 Promosi kegiatan penelitian, meliputi hasil-hasil dan obyek penelitian, road-map penelitian, potensi peneliti, peralatan dan laboratorium untuk penelitian di bidang sumberdaya alam serta sosial, ekonomi budaya kepada calon mitra lokal, nasional dan internasional. Promosi dilakukan baik melalui brosur-brosur penelitian yang disampaikan kepada institusi yang relevan maupun melalui website Unhas.

2.1.2.2 Pembangunan pusat-pusat penelitian yang diharapakn sebagai media kerjasama penelitian dengan pihak nasional dan terutama internasional dengan mengandalkan ketersediaan sumberdaya dan potensi kultural yang unik. Pembangunan Institute Wallace Indonesia yang mengedepankan penelitian di bidang sumber daya flora dan fauna di kawasan Wallace, Stasiun Kelautan yang mengedepankan keunikan dan keragaman sumberdaya kelautan di Taman Laut Nasional Taka Bonerata serta pengembangan pusat kajian pembangunan daerah yang akan berfungsi sebagai think-tank kebijakan pembangunan dan otonomi daerah di KTI adalah merupakan 3(tiga) contoh dari kelembagaan dimaksud.

Strategi 2.1.3

Mendorong dan memfasilitasi proses perubahan masyarakat untuk memperkuat dan memperkaya tatanan Indonesia Baru, yang diupayakan melalui:

2.1.3.1 Pembangunan inkubator industri. Inkubator industri dapat dibangun melalui kerjasama dengan pemerintah dan lembaga masyarakat lainnya di tingkat daerah, nasionaldan internasional. Inkubator

dikembangkan dengan tujuan untuk memanfaatkan sumberdaya yang tersedia pada suatu daerah serta Ipteks yang dikembangkan di Unhas.

2.1.3.2 Memasyarakatkan dan memfasilitasi pembelajaran 3-D. Unhas perlu memasyarakatkan pentingnya pembelajaran 3-D serta memfasilitasi penyelenggaraannya, antara lain dalam bentuk mendisain dan menawarkan program pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan segenap lapisan masyarakat dalam upaya menjaga keterkaitan mereka dengan dunia kerja dan usaha yang terus berubah dengan laju yang semakin cepat. Pembelajaran 3-D diselenggarakan selain melalui metoda pembelajaran tradisional, juga dengan melalui web (on line atau distance learning). Pendekatan yang disebutkan terakhir akan membuat jangkauan pelayanan Unhas menjadi semakin luas.

2.1.3.3 Modifikasi penyelenggaraan KKN. Penyelenggaraan KKN perlu difokuskan pada aktivitas community development sebagai pengembangan dari pelaksanaan KKN yang dilakukan selama ini.

2.1.3.4 Kajian nilai-nilai budaya bangsa untuk menemukenali masukan yang diperlukan bagi semua upaya revitalisasi dan reaktualisasi tata kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan dinamika aspirasi masyarakat dan spirit zaman.

Page 98: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

55

Page 99: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

Indikator Kinerja

a. Jumlah dan kualitas penelitian yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam dan potensi multikultural di Sulawesi Selatan dan Kawasan Timur Indonesia yang secara langsung maupun tidak langsung bagi perkembangan masyarakat Sulawesi Selatan meningkat 50% lebih tinggi dari yang dicapai pada 2003.

b. Jumlah mitra penelitian dalam pengkajian sumber daya alam dan potensi multikultur meningkat menjadi 100% lebih banyak dari yang dicapai pada tahun 2003.

c. Semua pusat penelitian telah memiliki program kerjasama dengan pihak luar negeri yang berjalan dengan baik.

d. Sebahagian besar aktifiats penelitian di lingkungan Unhas telah mengacu kepada road-map penelitian

e. Meningkatnya persentasi jumlah staf dosen yang terlibat dalam kegiatan penelitian dan pemberdayaan masyarakat, masing-masing menjadi 50% dan 40% dari total dosen pada tahun 2010.

f. Memiliki dan mengoperasikan beberapa inkubator/industri perintis pada komoditas yang strategis untuk mendukung daya saing bangsa, Kawasan Timur Indonesia dan daerah Sulawesi Selatan.

g. Meningkatnya jumlah dan kualitas pelatihan yang memfasilitasi masyarakat dalam menyesuaikan diri dengan dinamika dunia kerja dan usaha, 100% tinggi dari yang dicapai pada 2003.

h. Teridentifikasi, terkaji dan teraktualisasinya nilai-nilai bahari yang sesuai dengan kerangka memperkokoh dan memperkuat jati diri bangsa dan tersosialisasikan melalui forum seminar yang melibatkan berbagai unsur bangsa, kawasan dan daerah.

i. Terjabarkannya ciri-ciri tata kehidupan berbangsa dan model pengelolaan negara yang sesuai dengan spirit zaman dari temuan penelitian dan refleksi pemberdayaan masyarakat.

j. Peningkatan jumlah dan kualitas pembinaan dan pengembangan budaya bahari dalam aktivitas pelatihan yang dilaksnakan.

Sasaran 2.2

Meningkatnya kualitas tenaga peneliti di Unhas melalui pelatihan dan peningkatan pengalaman meneliti.

Strategi 2.2.1

Memberikan prioritas tinggi bagi penelitian dan atau kegiatan ilmiah lainnya ang diarahkan sebagai langkah persiapan bagi kerjasama penelitian dan atau pengabdian pada masyarakat dengan cakupan yang lebih besar dan lebih dalam yang sejalan dengan road- map penelitian. Strategi ini diimplementasikan dengan program indikatif berikut.

2.2.1.1 Inisiasi penelitian. Program ini dititik beratkan pada upaya yang diarahkan untuk penyusunan proposal penelitian dan atau pengabdian pada masyarakat dengan skala nasional dan bahkan internasioanl. Kegiatan yang termasuk dalam program ini antara lain berupa penelitian ‘awal’ dengan skala relatif kecil, penelusuran, pustaka, mengikuti seminar ilmiah, dan lain sebagainya.

Strategi 2.2.2

56

Page 100: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

Peningkatan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan pelatihan bagi peneliti muda.

2.2.2.1 Lokakarya pelatihan penelitian. Program ini diselenggarakan secara berjenjang, yaitu untuk ’tingkat pemula’ dan ’tingkat lanjutan’. Untuk meningkatkan efektifitas program ini, maka peserta terbaik akan diberi dana hibah untuk melaksanakan penelitian yang diharapkan termasuk dalam kategori penelitian yang dimaksudkan pada program 2.2.1.1.

2.2.2.2 Kerjasama pelatihan peneliti muda yang dilakukan terutama dengan perguruan tinggi yang tergabung dalam Konsorsium Perguruan Tinggi Negeri Kawasan Timur Indonesia (Konsorsium PT-KTI). Sumber biaya dapat diupayakan melalui bantuan DIKTI dan atau instansi lain, baik swasta maupun pemerintah di dalam dan di luar negeri, atau dapat pula dikumpulkan secara bersama oleh Perguruan Tinggi yang terlibat. Kerjasama seperti ini disamping akan mengurangi biaya penyelenggaraan juga akan meningkatkan kualitasnya karena dapat melibatkan instruktur yang relatif berpengalaman yang pada umunya jumlahnya sangat terbatas pada setiap perguruan tinggi.

Strategi 2.2.3

Mendorong dan memfasilitasi publikasi hasil-hasil penelitian dan pengakuan hak paten untuk temuan-temuan berkualitas dan aplikatif.

2.2.3.1 Penerbitan jurnal penelitian. Program ini dimaksudkan untuk memfasilitasi penerbitan jurnal ilmiah di lingkungan fakultas dan program studi, termasuk upaya- upaya untuk memperoleh dan meningkatkan akreditasinya.

2.2.3.2 Publikasi hasil penelitian. Program ini dimaksudkan untuk memfasilitasi penerbitan hasil penelitian pada jurnal nasional maupun internasional, termasuk penulisan buku.

2.2.3.3 Pengakuan hak paten. Program ini dimaksudkan untuk memfasilitasi kegiatan- kegiatan yang diperlukan untuk memperoleh hak paten bagi temuan penelitian yang memenuhi syarat.

Target

a. Alokasi dana penelitian mencapai 20% dari total dana masyarakat yang diperolehUnhas.

b. Mayoritas dosen muda (70%) telah mengikuti pelatihan penelitian dan memiliki pengalam an peneliti.

c. Setiap fakultas telah memiliki minimal 1 (satu) jurnal ilmiah yang terakreditasi secara nasional sedangkan secara keseluruhan Unhas telah memiliki 3 (tiga) jurnal dengan skala internasional

d. Meningkatnya jumlah publikasi hasil penelitian pada jurnal nasional dan internasional yang terakreditasi.

e. Meningkatnya jumlah pengakuan hak paten.

f. Meningkatnya jumlah buku ilmiah yang sebagian besar substansinya berasal dari hasil penelitian.

5.3 ORGANISASI DAN MANAJEMEN

Program ini diarahkan untuk meningkatkan kapasitas swatata Unhas, sehingga senantiasa mampu memposisikan diri atau bahkan ikut aktif dalam proses pembaharuan

57

Page 101: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

lingkungannya (kreatif-adaptif, inovatif, dan partisipatif), sehingga dengan demikian mampu menyelenggarakan misinya (agenda 1 dan 2) secara optimal.

Tujuan umum program ini adalah terbentuknya organisasi kuantum yang kinerjanya diten- tukan oleh keberadaan unit kerja yang otonom yang kegiatannya dipandu oleh adanya medan organisasi yang kuat yang dibangkitkan oleh Citra Unhas 2010. Kondisi seperti ini akan meningkatkan keterlibatan dinamis dari semua unit kerja dan bukan lagi hanya berbasis pada pengendalian dan pengawasan yang ketat. Dengan demikian pengelolaan sumberdaya akan menjadi lebih efisien dan efektif serta mendorong peningkatan kualitas atmosfir akademik yang semakin baik yang merupakan wadah yang kondusif bagi terselenggaranya kegiatan tri darma yang semakin berkualitas dan berhasil guna.

Sasaran 3.1

Meningkatnya relevansi, kompetensi dan kinerja unit kerja di lingkungan Unhas yang diharapkan bermuara pada peningkatan efisiensi dan kualitas out put dalam penyelenggaraan misi universitas.

Strategi 3.1.1

Desentralisasi penyelenggaraan Tri-Darma pada unit kerja terbawah.

3.1.1.1 Peningkatan kapasitas program studi, jurusan, dan fakultas dalam perencanaan dan penyelenggaraan kegiatan akademik. Dengan perencanaan ini diharapkan jurusan akan mampu menyusun rencana yang lebih realistis dengan akuntabilitas yang lebih baik serta memiliki kemampuan yang memadai untuk melaksanakannya. Kegiatan yang termasuk kedalam program ini antara lain lokakarya dan pelatihan, uji coba, dan lainnya.

3.1.1.2 Pemberlakuan anggaran kinerja yang lebih mencerminkan akuntabilitas dalam pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki Unhas dan sekaligus akan meningkatkan kualitas kinerja penyelenggaraan misi Unhas. Program ini diawali dengan lokakarya dan pelatihan serta uji coba pada beberapa jurusan dan fakultas sebelum diterapkan secara menyeluruh.

Strategi 3.1.2

Restrukturisasi organisasi, yang diupayakan melalui :

3.1.2.1 Restrukturisasi organisasi dan Tata Kerja (OTK) pada tataran Rektorat dan Dekanat. Restrukturisasi dilakukan dengan mengacu kepada pertimbangan peningkatan efisiensi efektifitas dan transparasi dalam pengelolaan sumber daya yang dilaksanakan dalam kerangka mendukung suksesnya upaya desentralisasi dilingkungan Unhas (program 3.1.1.1). Pada tataran Rektorat perlu dikaji penyederhanaan struktur biro (administrasi) dan pengembangan badan-badan fungsional, sedangkan dalam tataran dekanat perlu dilakukan penyederhanaan formasi Pembantu Dekan dan Tata Usaha serta memperkuat kelembagaan administrasi pada tataran jurusan.

3.1.2.2 Pemecahan dan penggabungan Fakultas/Jurusan/Program Studi. Dilakukan antara lain dengan pemecahan dan atau penggabungan program studi/ jurusan/ fakultas yang dilakukan atas pertimbangan persamaan karakteristik peran dan

58

Page 102: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

sumberdaya. Program ini diarahkan untuk meningkatkan kualitas pengelolaan sumberdaya yang dimiliki demi untuk meningkatkan relevansi luaran Unhas.

3.1.2.3 Restrukturisasi Kelembagaan Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat. Restrukturisasi ini diperlukan untuk lebih meningkatkan koordinasi dan relevansi kegiatan penelitian dan pemberdayaan masyarakat, serta untuk memberikan pelayanan yang lebih prima bagi peningkatan minat masyarakat terhadap pembelajaran 3-D.

3.1.2.4 Peningkatan kapasitas dan kelembagaan P3AI dan Unit Bimbingan dan Konseling. Unhas akan meningkatkan kapasitas P3AI dan Unit Bimbingan dan Konseling agar lebih mampu melakukan kajian se kali gus menfasilitasi peningkatan kapasitas, efisiensi dan efektifitas staf pengajar dalam melaksanakan proses belajar mengajar serta untuk memberikan ketrampilan belajar kepada mahasiswa.

3.1.2.5 Restrukturisasi UPT MKU dan TPB yang selain diarahkan untuk meningkatkan koordinasi penyelenggaraan mata kuliah yang secara langsung diselenggarakan oleh universitas seperti Mata Kuliah Dasar Umum dan Mata Kuliah Ilmu Alamiah Dasar serta mata kuliah lainnya yang bersifat lintas jurusan dan bahkan lintas fakultas. Program ini diperlukan untuk mendukung program 1.1.2.8 dan program 1.1.2.1.1

3.1.2.6 Menuju Unhas BHP. Program ini bertujuan untuk menyiapkan pengalihan status Unhas dari Perguruan Tinggi Negeri menjadi Badan Hukum Pendidikan (BHP). Kegiatan yang perlu dilakukan antara lain evaluasi diri pada tingkat program studi yang bermuara pada penyusunan portofolio Unhas, identifikasi asset dan potensi Unhas, kajian format campus governance yang mendukung dan sesuai dengan pengelolaan Unhas sebagai BHP dan sebagainya. Pembentukan unit-unit baru sudah harus mempertimbangkan perubahan status ini.

Strategi 3.1.3

Mendorong dan memfasilitasi upaya peningkatan kualitas kinerja setiap unit kerja untuk menghasilkan unit kerja yang unggul, dengan memperhatikan Pola Ilmiah Pokok Unhas, perkembangan ipteks dan kebutuhan masyarakat.

3.1.3.1 Peningkatan Kinerja Fakultas, Jurusan dan Program Studi. Peningkatan kinerja jurusan dan program studi, termasuk laboratorium, dilakukan dalam kerangka HELTS 2003-2010 (terutama dalam aspek peningkatan daya saing bangsa dan kesehatan organisasai) dengan mengacu kepada pendekatan hibah kompetisi secara internal. Di samping itu, Unhas akan memfasilitasi upaya-upaya fakultas, jurusan dan program studi untuk mengikuti berbagai hibah kompetisi, baik di dalam maupun di luar negeri.

3.1.3.2 Pembukaan program studi baru. Untuk menjaga relevansi dengan kebutuhan lokal, nasional, regional, maupun internasional, Unhas harus proaktif membuka program-program studi baru yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan kecenderungan perkembangan IPTEKS (yang berkaitan langsung dengan 4 cabang teknologi masa depan : informatika, bioteknologi, material dan nonteknologi).

3.1.3.3 Memfasilitasi pengembangan program S2 dan S3 pada berbagai jurusan dan program studi, dan memposisikan Program Pascasarjana sebagai “Koordinator

Page 103: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

59

Page 104: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

Program” dan penjamin mutu. Implementasi strategi ini antara lain memanfaatkan kebijakan Ditjen Dikti, khususnya program-program pe ngembangan berbasis hibah kompetisi, serta menjalin kemitraan dengan pemerintah, pemerintah daerah dan pihak ketiga lainnya.

3.1.3.4 Pengembangan program Distance Learning. Unhas perlu mengembangkan Program Distance Learning untuk memberi peluang lebih besar kepada masyarakat yang menghadapi kendala dalam menempuh pendidikan yang diselenggarakan secara tradisional (pendidikan ber basis kampus). Program ini memiliki lingkup yang luas, mulai dari kegiatan pelatihan sampai kepada pendidikan bergelar yang mencakup program diploma sampai program pascasarjana.

Indikator Kinerja

a. Terbentuknya struktur organisasi Unhas yang mampu medukung penyelenggaraan otonomi kampus (sebagai Badan Hukum Pendidikan).

b. Anggaran kinerja telah menjangkau dan telah berjalan dengan baik pada seluruh tingkat dan unit dalam lingkungan Unhas.

c. Terbentuknya lembaga baru hasil penggabungan LP dan LPM, serta lembaga yang khusus menangani pelatihan / pembelajaran 3-D.

d. Terbentuknya lembaga yang mengkoordinasikan penyelenggaraan perkuliahanMatakuliah Umum / TPB dan mata kuliah universitas lainnya.

e. Terbentuknya beberapa fakultas baru dan jurusan / program studi baru sesuai dengan kebutuhan masyarakat, perkembangan ipteks dan PIP Unhas.

f. Terselenggaranya pelatihan dan pendidikan pada berbagai strata yang berbasisDistance learning.

g. Beralihnya status Unhas dari Perguruan Tinggi Negeri menjadi Badan HukumPendidikan.

Sasaran 3.2

Meningkatnya kualitas pengelolaan sumberdaya pada setiap unit kerja.

Strategi 3.2.1

Pemberlakuan sistem perencanaan dan manajemen universitas secara terpadu (strategic and adaptive planning), diupayakan dengan :

3.2.1.1 Pengembangan dan penyempunaan sistem perencanaan dan penganggaran terpadu. Program ini diarahkan untuk mengembangkan dan menyempurnakan sistem perencanaan dan pengembangan di lingkungan Unhas yang berkaitan dengan pengembangan penyelenggaraan akademik, pengembangan staf (HRD) dan fasilitas penunjang serta memfasilitasi perencanaan pada tingkat unit kerja dan resource sharing antar unit kerja. Sistem dimaksud mengacu kepada Sistem Perencanaan, Pengembangan dan Penganggaran serta sepenuhnya tergantung kepada masukan yang diperoleh dari hasil evaluasi diri yang dilakukan secara periodik oleh setiap unit kerja. Dengan pola ini, perencanaan yang dilakukan adalah perencanaan berbasis kinerja. Pada tahap awal, program ini perlu diawakili dengan pembentukan

Page 105: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

60

Page 106: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

Panitia ad-hoc atau ”Badan Perencanaan dan Pengembangan” yang bertugas melaksanakan fungsi-fungsi perencanaan dan pengembangan dimaksud.

3.2.1.2 Peningkatan Reseorce Sharing antar unit Kerja. Unhas harus secara berkelanjutan melakukan kajian terhadap efisiensi dan efektifitas pemanfaatan sarana dan prasarana yang diarahkan untuk peningkatkan pemanfaatan sumberdaya secara bersama.

3.2.1.3 Pembentukan Unit Penjamin Mutu. Keberadaan unit ini diperlukan untuk melakukan pemantauan dan evaluasi serta memberikan saran-saran perbaikan terhadap kinerja manajemen baik untuk program studi, fakultas, maupun untuk tataran universitas demi terjadinya perbaikan yang berkelanjutan. Unit penjamin mutu ini dapat berupa badan baru yang berdiri sendiri atau berupa unit kerja yang merupakan sub-ordinat dalam struktur pimpinan universitas.

3.2.1.4 Pembentukan Unit Pengawasan Internal. Keberadaan unit dimaksudkan untuk melakukan pemantauan dan evaluasi serta memberikan saran-saran perbaikan terhadap kinerja pengelolaan keuangan, SDM, dan asset / fasilitas. Unit ini dapat berupa badan baru yang berdiri sendiri atau berupa unit kerja yang merupakan sub- ordinat dalam struktur pimpinan universitas.

Strategi 3.2.2

Pemanfaatan teknologi informasi dan telekomunikasi, diupayakan dengan :

3.2.2.1 Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan PIU. Jangkauan dan kualitas pelayanan Pusat Informasi Universitas (PIU) ditingkatkan antara lain dengan meningkatkan kualitas Wide Area Network (WAN) serta Sistem Informasi Manajemen (SIM) Unhas;

3.2.2.2 Pembangunan sistem basis data. Keberadaan sistem basis data yang handal merupakan syarat harus bagi terbangunnya sistem informasi (SIM) universitas yang handal. Sistim basis data perlu dibangun secara terpusat pada PIU namun transaksi data di lakukan pada unit kerja di mana data bersumber. Dengan pola ini, pengulangan proses input data tidak akan terjadi. Basis data mencakup keseluruhan data akademik, penelitian termasuk publikasi dan pengakuan hak paten, pengabdian masyarakat, asset / fasilitas, dan SDM yang terintegrasi dan terperbaharui. Berdasarkan basis data tersebut, PIU menginformasikan kinerja Unhas yang dapat diakses secara global guna mendapatkan pengakuan internasional. Untuk tujuan ini, PIU harus dapat membangun kapasitas pada unit-unit kerja secara berkelanjutan untuk penanganan sistem basis data seperti ini.

3.2.2.3 Pengembangan knowledge management. Unhas sebagai suatu lembaga pendidikan tinggi dengan kegiatan utama pengembangan ipteks perlu mengembangkan sistem yang mampu memelihara dan menumbuhkan seluruh aset- aset intelektual yang dimilikinya. Untuk itu, Unhas perlu membentuk unit kerja, melaluipemanfaatan TIK, yang akan mengidentifikasi,

menginventarisasi, menganalisis, dan mengavaluasi aset-aset intelektual yang dimiliki Unhas agar aset- aset ini memberikan nilai tambah kepada Unhas. Selanjutnya, unit ini akan mengkaji dan mengembangkan suatu sistem baik regulasi/aturan maupun perangkat lunak yang diperlukan untuk pengelolaan aset intelektual (knowledge management) yang sesuai untuk diterapkan di Unhas. Melalui sistem itu Unhas akan mampu : (i) menumbuhkembangkan (developing), (ii) melestarikan (preserving), (iii) berbagi

61

Page 107: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

(sharing) dan (iv) memanfaatka (utilizing) seluruh aset intelektual yang dimilikinya. Untuk menjamin agar sistem ini siap dan efektif diimplementasikan maka pemehaman akan konsep Knowledge Management harus disebarluaskan ke seluruh sivitas akademika Unhas sehingga menjadi suatu budaya.

Strategi 3.2.3

Peningkatan kualitas staf administrasi, diupayakan dengan :

3.2.3.1 Pelatihan dan pendidikan lanjut. Agar program ini dapat terselenggara dengan baik maka upaya pertama yang perlu dilakukan adalah menyusun Rencana pengembangan Staf Administrasi. Materi rencana pelatihan dititik beratkan kepada peningkatan kompetensi dalam pemanfaatan TIK dalam proses manajemen Universitas. Sedangkan pendidikan lanjut (bergelar maupun non gelar) diutamakan bagi staf yang diproyeksikan untuk menduduki jabatan manajerial.

3.2.3.2 Pengembangan budaya kualitas di kalangan staf administrasi. Upaya ke arah inidi lakukan antara lain dengan senantiasa mengedepankan pertimbangan kualitas dalam penyelenggara semua aktivitas. Unhas akan membangun sistem yang memungkinkan pemberian insentif berdasarkan kinerja.

Indikator Kinerja

a. Pengembangan Unhas sepenuhnya telah mengacu kepada sistem perencanaan terpadu yang didukung oleh sistem manajemen yang berbasis TIK;

b. Resource sharing telah berjalan dengan baik;c. Kualitas, transparansi dan akuntabilitas telah menjadi ”budaya” manajemen

Unhas pada setiap tingkatan;d. Kualitas staf administrasi yang memadai (ratio staf yang berpendidikan

lanjut,jumlah staf yang telah mengikuti pendidikan penjenjangan dan pelatihan profesional, dan lainnya);

e. Terbangunnya knowledge management sesuai dengan standar internasional.

Sasaran 3.3

Meningkatnya Kualitas Pengelolaan Keuangan dan Asset

Strategi 3.3.1

Peningkatan kualitas Sistem dan Prosedure Pengelolaan Keuangan & Asset melalui:

3.3.1.1. Pengembangan pengelolaan keuangan yang akuntabel dan transparan. Akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan akan terus dikembangkan melalui penyempurnaan system dan prosedur pengelolaan keuangan, penatausahan keuangan serta penerapan system pencatatan dari single entry menjadi system double entry yang didukung dengan sistem komputerisasi yang memadai.

3.3.1.2. Pengembangan pengelolaan asset yang efektif. Pengelolaan asset yang efisien dan handal akan dibangun sehingga penilaian, pengadaan, pemanfaatan dan penghapusan asset berada dalam satu system yang terintegrasi antar unit di lingkup universitas. Penataan asset tersebut akan didukung oleh sistem informasi yang handal sehingga posisi kekayaan / harta / aktiva Unhas dapat dengan mudah dituangkan dalam Neraca Universitas.

3.3.1.3 Perencanaan keuangan berbasis pada kinerja. Setiap unit kerja dalam

62

Page 108: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

lingkungan Unhas harus melakukan perencanaan dengan standar kinerja yang jelas, yang mencakup kinerja input, output, outcome, benefit dan impact. Standar kinerjaini akan menjadi dasar evaluasi yang pada akhirnya akan melahirkan budaya pelaporan kinerja unit sesuai dengan standar kinerja.

3.3.1.4 Peningkatan kompetensi sumberdaya pengelola keuangan dan asset. Guna mewujudkan system pengelolaan universitas yang baik, maka selain system dan prosedur serta pengelolaan berbasis kinerja, maka salah satu komponen yang dapat mendorong percepatan peningkatan kualitas pengelolaan keuangan dan asset adalah kebijakan pengembangan sumber daya melalui pemetaan kompetensi, pendidikan & pelatihan serta proses pendampingan unit kerja sehingga mampu membuat pelaporan pertanggung jawaban yang memenuhi standar akuntansi.

Strategi 3.3.2

Optimasi penerimaan dari SPP Mahasiswa, dilakukan dengan :

3.3.2.1 Penyempurnaan Pola SPP. Unhas perlu memberlakukan sistem SPP berjenjang yang penetapan besarnya tergantung keada kondisi ekonomi dan tingkat kemampuan akademik mahasiswa. Di samping itu, diberlakukan pula pembayaran untuk setiap SKS yang diambil. Kiat ini sekaligus merupakan perwujudan kepatutan dalam penyelenggara pendidikan tinggi, yaitu mengurangi subsidi pendidikan bagi mahasiswa yang telah melampaui masa belajar 10 semester, diberlakukan tarif SPP yang sama dengan mahasiswa baru pada semester itu. Kebijakan ini perlu ditempuh guna mendorong mahasiswa untuk mempercepat penyelesaian studinya.

3.3.2.2 Sistem Tabungan Berjangka. Unhas akan mengeksplorasi berbagai kemungkinan sistem pembayaran SPP termasuk diantaranya Sistem Tabungan Berjangka. Sistem ini akan memberikan kesempatan bagi para mahasiswa untuk melakukan pembayaran tunai in advance sebesar n kali seluruh SPP selama masa studi rata-rata pada program studi terkait. Besaran faktor n akan ditentukan dan secara berkelanjutan dievaluasi oleh pihak Universitas. Pada akhir masa studi, mahasiswa yang bersangkutan dapat menarik kembali seluruh atau sebahagian dari pembayaran tunai tadi. Dana yang dihimpun melalui program ini akan dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh Surplus Center, untuk pembangunan inkubator industri, serta kegiatan lain yang dapat memberikan penghasilan tambahan kepada Unhas.

Strategi 3.3.3

Program Kemitraan dengan Pemerintah Daerah dan Swasta, dilakukan dengan:

3.3.3.1 Program Kemitraan. Unhas akan menjalin kemitraan berupa membuka kesempatan kepada pemerintah daerah dan lembaga mitra lainnya untuk mengirim calon mahasiswa untuk dididik di Unhas pada berbagai strata. Sebagai kompensasi, pemerintah daerah dan atau lembaga mitra yang dimaksud diminta untuk ikut berpartisipasi dalam program pengembangan dan peningkatan kualitas fasilitas akademik Unhas.

Strategi 3.3.4

Fund Raising, yang dilakukan dalam bentuk :

Page 109: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

63

Page 110: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

3.3.4.1 Kemitraan Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat. Unhas perlu mengintensifkan kerjasama penelitian dan pemberdayaan masyarakat dengan pihak pemerintah dan institusi swasta, nasional maupun internasional. Unhas akan mengkaji dan menerapkan sistem insentif yang sifatnya transparan bagi sivitas academika yang merintis dan menghasilkan kerjasama di maksud. Di samping itu, Unhas juga akan menerapkan sistem, termasuk sisten akuntansi dan audit internal(Program 3.2.1.4), yang dapat menjamin bahwa kerjasama semacam ini tidak menyalahi prinsip- prinsip akademis.

3.3.4.2 Pengembangan Surplus Center. Lembaga ini bertugas untuk mengelola semua aset Unhas secara lebih profesional. Unhas perlu mengkaji moda pengelolaan yang mampu memberikan penerimaan tambahan kepada Unhas. Kerjasama pengelolaan dengan pihak ketiga ataukah membentuk badan pengelolaan yang terdiri atas staf Unhas merupakan dua dari berbagai alternatif lainnya yang masih perlu di kaji. Unitini harus sejalan dengan ’core-business’ Unhas.

3.3.4.3 Donasi dari pemangku kepentingan Unhas. Upaya utama yang perlu di lakukan adalah menemukenali kiat yang dapat digunakan untuk memancing minat para pemangku kepentingan itu untuk membantu Unhas. Diantara para pemangku kepentingan itu, alumni Unhas pada saat ini telah mencapai jumlah puluhan ribu, dapat dijadikan target utama program ini. sebagai bentuk akuntabilitas, unhas harus secara periodik membuat pelaporan terbuka berdasarkan hasil audit internal penggunaan dana-dana donasi dimaksud.

Strategi 3.3.5

Pengelolaan kegiatan pelatihan dan pembelajaran, yang diupayakan melalui :

3.3.5.1 Pembentukan Pusat Pelatihan dan Pembelajaran (Center for Continuing Education - CCE) yang berfungsi untuk menyalurkan peningkatan minat dan kebutuhan belajar masyarakat, (pembelajaran 3-D). CCE akan menyediakan berbagai pelatihan bagi kalangan profesional dan juga untuk pimpinan dari kalangan bisnis, politik dan masyarakat. Pelatihan dan pembelajaran yang diselenggarakan oleh CCE di samping ber basis pada metoda tradisional juga berupa on-line / distance learning. Malah diproyeksikan kegiatan yang disebutkan terakhir akan menjadi salah satu kegiatan utama dari CCE.

CCE diarahkan pula untuk berfungsi sebagai tempat pelatihan bagi alumni baru sebelum memasuki dunia kerja dan sebagai job placement center.

Indikator Kinerja

a. Penerimaan dana masyarakat mencapai lebih 50% dari total penerimaanUnhas, dengan perkiraan proporsi sebagai berikut :

b. Kontribusi SPP sekitar 20 - 25%;c. Kontribusi program-program kerjasama serta penelitian dan pemberdayaan

masyarakat sekitar 15 - 20%;d. Donasi dari pemangku kepentingan sekitar 2 - 3%;e. Kontribusi dari surplus center, sekitar 8 - 10%

5.4 Penataan lingkungan kampus

Page 111: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

64

Page 112: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

Program ini diarahkan untuk menciptakan suasana yang kondusif serta ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana kampus yang memadai, terutama dikaitkan dengan :

Pergeseran metoda dan substansi pembelajaran dari teaching ke learning yang akan menuntut mahasiswa untuk lebih intensif melakukan aktifitas akademik di kampus.

Kondisi atmosfir akademik yang memungkinkan peningkatan kinerja dan kontribusi dari semua sivitas akademika dan staf administrasi.

Prinsip menjadikan kampus sebagai a community-friendly campus and a campus- friendly community.

Sasaran 4.1

Terciptanya kampus yang asri dan nyaman dalam mendukung terciptanya suasana akademik.

Strategi 4.1.1

Penataan kebersihan dan keindahan kampus, dengan cara:

4.1.1.1 Penyusunan Master Plan Kampus. Unhas perlu menyusun Master Plan pengembangan kampus mengingat Master Plan lama sudah kadaluarsa sehingga tidak relevan lagi. Pembanguna fasilitas baru harus senantiasa mengacu kepada Master Plan kampus untuk menjaga agar ciri khas kampus Unhas sebagai kampus terpadu dapat dipertahankan. Perencanaan pemeliharaan dan renovasi baik jangka pendek maupun jangka panjang harus disusun secara detail dan terpadu sehingga skala dan urutan-urutan pekerjaan dikenali baik. hal ini penting terutama jika dikaitkan dengan ketersediaan anggaran.

4.1.1.2 Penataan lingkungan kampus. Penataan dimaksud meliputi penataan lapangan parkir, kantin, taman dan penghijaun kampus, kebersihan gedung serta pemeliharaan jalan dan instalasi listrik dan air bersih. Khusus untuk kebersihan, Unhas harus mengkaji dan menentukan sistem penanganan kebersihan (waste management) yang sesuai dengan kondisi Unhas saat ini dan pada masa mendatang. Sistem ini harus mampu membangun lahirnya budaya bersih pada seluruh sivitas akademika. Perlu pula diupayakan agar penghijauan kampus dititik beratkan pada pemanfaatan tanaman yang berasal dari Kawasan Wallacea, sehingga kampus Unhas dapat sekaligus berfungsi sebagai “Kebun Khusus Tanaman Wallacea”.

4.1.1.4 Peningkatan dan pengembangan fasilitas olahraga dan rekreasi. Fasilitas olah raga dan rekreasi perlu dipelihara atau bahkan ditingkatkan kapasitasnya, karena keberadaan fasilitas dimaksud sangat mendukung proses pembelajaran yang diselenggarakan di Unhas. Kebijakan yang dianut dalam pengelolaan fasilitas ini adalah sedapat mungkin tidak membebani anggaran universitas atau bahkan diharapkan dapat difungsikan sebagai media untuk memperoleh dana. Untuk maksud tersebut, di perlukan adanya badan atau unit kerja khusu yang mengelola fasilitas dimaksud secara profesional.

Strategi 4.1.2

Penataan sistem keamanan kampus dengan cara:

65

Page 113: Renstra Unhas 2006-2010 Unhas... · Web viewPerubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format holistik, dalam arti mampu menghasilkan luaran yang memiliki wawasan keilmuan

Renstra Unhas 2006-2010

4.1.2.1 Pembangunan pusat pelayanan masyarakat terpadu. Pembangunan fasilitas ini dapat dilakukan melalui kerjasama dengan Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan dan Pemerintah Kota Makassar serta Kepolisian

Daerah dalam bentuk pengembangan Public Services Center yang berfungsi sebagai pusat pelayanan terpadu untuk keamanan, kecelakaan, dan kebakaran di dalam dan di sekitar kampus.

4.1.2.2 Revitalisasi Satuan Pengamanan Kampus. Program ini perlu disusun sedemikian rupa agar setiap titik-titik strategis di kampus memiliki unit yang bertanggung jawab dalam pengamanannya. Di samping itu, Satpam diharuskan agar secara sistematis dan berkelanjutan mengawamkan sistem keamanan yang dibangun.

4.1.2.6 Penyempurnaan sistem pengamanan dan ketertiban. Program ini antara lain berupa regulasi dan penetapan peraturan-peraturan yang secara tegas menentang tindak kriminal sekecil apapun di dalam kampus, penataan kendaraan umum yang keluar masuk kampus sehingga tidak

menimbulkan kerawanankeamanan, perparkiran, pengelolaan kantin dan pedagang kaki lima, dan lainnya. Sistem keamanan dan ketertiban ini harus dievaluasi secara periodik dan terbuka oleh para pimpinan jurusan, fakultas dan universitas sehingga terjadi perbaikan secara berkesinambungan.

66