View
20
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
EVALUASI PERFORMA QOS MPLS L3VPN DENGAN
MPLS L3VPN OVER GENERIC ROUTING
ENCAPSULATION (GRE) TUNNELING
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Komputer (S.Kom)
Oleh
MUHAMMAD JAMALUDIN GUNAWAN
NIM: 1113091000076
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M/1440 H
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
EVALUASI PERFORMA QOS MPLS L3VPN DENGAN
MPLS L3VPN OVER GENERIC ROUTING
ENCAPSULATION (GRE) TUNNELING
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Komputer (S.Kom)
Oleh:
MUHAMMAD JAMALUDIN GUNAWAN
1113091000076
Menyetujui,
Pembimbing I
Siti Ummi Masruroh, M.Sc
NIP. 198208232011012013
Pembimbing II
Andrew Fiade, M.Kom
NIP. 198208112009121004
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Informatika
Arini, M.T
NIP. 197601312009012001
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul EVALUASI PERFORMA QOS MPLS L3VPN DENGAN MPLS
L3VPN OVER GENERIC ROUTING ENCAPSULATION (GRE) TUNNELING
yang ditulis oleh Muhammad Jamaludin Gunawan, NIM 1113091000076 telah
diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Jum’at, 28 Desember 2018. Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer
(S.Kom) pada Program Studi Teknik Informatika.
Jakarta, Desember 2018
Tim Penguji
Tim Pembimbing
Mengetahui,
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi,
Dr. Agus Salim, M.Si
NIP. 19720816 199903 1 003
Ketua Program Studi Teknik
Informatika,
Arini, MT
NIP. 19760131 200901 2 001
Penguji I,
Nashrul Hakiem, Ph.D
NIP. 19710608 200501 1 005
Penguji II,
Hendra Bayu Suseno, M.Kom
NIP. 19821211 200901 1 003
Pembimbing I,
Siti Ummi Masruroh M.Sc.
NIP. 19820823 201101 2 013
Pembimbing II,
Andrew Fiade, M.Kom
NIP. 19820811 200912 1 004
iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-
BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, Desember 2018
Penulis,
Muhammad Jamaludin Gunawan
1113091000076
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN SKRIPSI
Sebagai civitas akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, saya yang bertanda
tangan di bawah ini:
Nama : Muhammad Jamaludin Gunawan
NIM : 1113091000076
Program Studi : Teknik Informatika
Fakultas : Sains Dan Teknologi
Jenis Karya : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Hak Bebas Royalti Non-
eksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
EVALUASI PERFORMA QOS MPLS L3VPN DENGAN MPLS L3VPN
OVER GENERIC ROUTING ENCAPSULATION (GRE) TUNNELING
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-
eksklusif ini Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta berhak
menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 28 Desember 2018
Yang menyatakan
(Muhammad Jamaludin Gunawan)
vi
ABSTRAK
Pertumbuhan yang luar biasa pada bidang telekomunikasi beberapa tahun
terakhir, telah menyebabkan traffic internet menjadi sangat besar. Untuk mengatasi
masalah tersebut IETF telah memperkenalkan layanan Multiprotcol Label
Switching ( MPLS ) untuk memastikan keandalan dan kualitas tinggi. MPLS adalah
sebuah teknologi tunneling yang memberikan Platform untuk membuat dan
mengimplementasikan Virtual Private Networks (VPNs). Metode tunneling dapat
dilakukan secara manual maupun otomatis. Koneksi yang secara manual
menggunakan point to point mode di mana alamat sumber ditentukan oleh operator
dan alamat tujuan ditemukan secara otomatis. Generik Routing Encapsulation
(GRE) protokol tunneling memberikan pendekatan sederhana untuk mengangkut
paket satu protokol melalui protokol lain dengan cara enkapsulasi . dalam penelitian
ini dilakukan kajian dengan MPLS L3VPN dengan mengimplementasikan metode
tunneling menggunakan Generic Routing Encapsulation (GRE) berdasarkan
parameter dari quality of Service (QoS) dimana simulasi menggunakan network
emulator GNS3. Hasil pengujian membuktikan bahwa nilai dari ping response,
convergence time, jitter tidak menunjukkan perbedaan yang tidak jauh berbeda
hanya saja untuk pengujian throghput MPLS L3VPN menghasilkan nilai yang lebih
baik sedangkan untuk packet loss nilai dari MPLS L3VPN OVER GRE tunneling
menunjukkan hasil yang lebih baik.
Kata kunci : MPLS, Encapsulation, Tunneling, QoS, throughput, jitter,
packet loss, convergence time, MPLS L3VPN, MPLS
L3VPN OVER GRE tunneling
Jumlah Pustaka : 12 buku + 14 jurnal
Jumlah Halaman : VI Bab + xix Halaman + 136 Halaman + 31 Gambar + 67
Tabel + 17 Grafik
Nama : Muhammad Jamaludin Gunawan
Program Studi : Teknik Informatika
Judul : EVALUASI PERFORMA QOS MPLS L3VPN
DENGAN MPLS L3VPN OVER GENERIC
ROUTING ENCAPSULATION (GRE)
TUNNELING
vii
Name : Muhammad Jamaludin Gunawan
Study Program : Informatics Engineering
Title : PERFORMANCE EVALUATION OF QOS MPLS
L3VPN WITH MPLS L3VPN OVER GENERIC
ROUTING ENCAPSULATION (GRE)
TUNNELING
ABSTRACT
Extraordinary growth in the telecommunications sector in recent years, has
caused internet traffic to be very large. To overcome this problem IETF has
introduced the Multiprotcol Label Switching (MPLS) service to ensure high
reliability and quality. MPLS is a tunneling technology that provides a platform for
creating and implementing Virtual Private Networks (VPNs). Tunneling methods
can be done manually or automatically. Connections that manually use point to
point mode where the source address is determined by the operator and the
destination address is found automatically. Generic Routing Encapsulation (GRE)
tunneling protocol provides a simple approach for transporting one protocol
package through another protocol by encapsulation. in this research a study was
conducted with MPLS L3VPN by implementing a tunneling method using Generic
Routing Encapsulation (GRE) based on the parameters of quality of Service (QoS)
where the simulation uses the GNS3 network emulator. The test results prove that
the value of ping response, convergence time, jitter does not show much difference
except that the testing of MPLS L3VPN output produces a better value while for
packet loss the value of GRE tunneling MPLS L3VPN OVER shows better results.
Keywords : MPLS, Encapsulation, Tunneling, QoS, throughput, jitter,
packet loss, convergence time, MPLS L3VPN, MPLS
L3VPN OVER GRE tunneling
Bibliography : 12 Book + 14 Journal
Number Of Pages : VI Chapter + xix Pages + 137 Pages + 31 Picture + 67
Table + 17 Graph
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas nikmat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Komputer Program Studi Teknik Informatika Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Proses penyelesaian skripsi
ini tidak lepas dari berbagai bantuan, dukungan, saran, dan kritik yang telah penulis
dapatkan, oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Kedua Orang Tua Penulis, yaitu Bapak Midin Haryono dan Ibu Isnayanti
yang telah memberikan segalanya untuk penulis, kesabaran yang begitu
besar, kasih sayang yang tak ternilai, serta do’a yang tak pernah berhenti
mengalir untuk penulis.
2. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si., selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Arini, MT., selaku Ketua Program Studi Teknik Informatika, serta
Bapak Feri Fahrianto, M.Sc., selaku sekretaris Program Studi Teknik
Informatika.
4. Ibu Siti Ummi Masruroh, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak
Andrew Fiade, M.Kom., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, motivasi, dan arahan kepada penulis sehingga
skripsi ini bisa selesai dengan baik.
5. Seluruh Dosen, Staff Karyawan Fakultas Sains dan Teknologi, khususnya
Program Studi Teknik Informatika yang telah memberikan bantuan dan
kerjasama dari awal perkuliahan.
6. Terima kasih kepada kedua adinda tercinta yaitu Kamaludin Azhari dan
Mazzira Muffida Rahmatika, yang telah men-support penulis dalam segala
bidang bahkan hampir selalu ada ketika penulis membutuhkan bantuan dan
motivasi sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
ix
7. Terima kasih kepada Muhammad Didi Majdi Saleh, sebagai seseorang yang
menurut penulis lebih dari sekedar teman, sahabat, bahkan sudah seperti
dosen pembimbing ketiga penulis karena telah memberikan banyak
dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Seluruh sahabat-sahabat terbaik dari Teknik Informatika angkatan 2013,
khususnya semua anak kelas TIC 2013 (Angga, Ucup, Didi, Dodi, Taufik,
Lay, Icad, Cahyo, Abi, Nando, Ojay, Tami, Macia, Sisca, Calysta, Ames,
Habibi, Rais, Anto) yang telah memberikan warna dan menemani
perjuangan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Teman-teman, KKN LEADER, HMI KOMFASTEK yang telah
memberikan motivasi tambahan bagi penulis.
10. Seluruh pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat serta menambah
wawasan dan pengetahuan bagi pembaca. Penulis menyadari bahwa skripsi ini
masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini.
Jakarta, September 2018
Muhammad Jamaludin Gunawan
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
ABSTRACK ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi
DAFTAR GRAFIK .............................................................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 4
1.3 Batasan Masalah..................................................................................................... 4
1.3.1 Metodologi ..................................................................................................... 4
1.3.2 Proses ............ ................................................................................................ 4
1.3.3 Tools .... .......................................................................................................... 5
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................................... 5
1.5 Manfaat Penulisan .................................................................................................. 5
1.5.1 Bagi Penulis ................................................................................................... 6
1.5.2 Bagi Universitas ............................................................................................ 6
1.5.3 Bagi Masyarakat ........................................................................................... 6
1.6 Metodologi Penelitian ........................................................................................... 6
1.6.1 Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 7
1.6.2 Metode Simulasi ........................................................................................... 7
1.7 Sistematika Penulisan ............................................................................................ 7
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 9
2.1 Evaluasi ................................................................................................................... 9
2.2 Jaringan Komputer ................................................................................................. 9
2.3 Layer Jaringan ........................................................................................................ 9
2.3.1 Model OSI .................................................................................................... 10
xi
2.3.2 TCP/IP Layer ............................................................................................... 12
2.4 Protokol TCP dan UDP ....................................................................................... 13
2.4.1 TCP ...... ....................................................................................................... 13
2.4.2 Struktur Segmen TCP ................................................................................. 14
2.4.3 UDP ........ ..................................................................................................... 16
2.5 AUTONOMOUS SYSTEM (AS) ..................................................................... 17
2.6 OSPF ... ................................................................................................................. 18
2.7 Border Gateway Protocol (BGP) ....................................................................... 21
2.8 VPN ..... ................................................................................................................. 22
2.9 MPLS .. ................................................................................................................. 23
2.9.1 Arsiektur MPLS .......................................................................................... 23
2.9.2 Distribusi Label ........................................................................................... 25
2.10 MPLS L3VPN .................................................................................................... 27
2.10.1 ARSITEKTUR MPLS L3VPN ............................................................... 27
2.10.2 BAGAIMANA KERJA MPLS L3VPN ................................................ 30
2.10.3 TRANSPORT LABEL VS VPN LABEL ............................................. 31
2.10.4 Manfaat MPLS L3VPN ........................................................................... 31
2.11 GRE Tunneling .................................................................................................. 32
2.11.1 Mekanisme GRE Tunneling .................................................................... 33
2.11.2 Header GRE ............................................................................................... 34
2.11.3 Kelebihan GRE tunnel ............................................................................. 35
2.12 GNS3 . ................................................................................................................. 35
2.13 Cisco IOU ........................................................................................................... 36
2.14 Quality of Service ( QoS ) ................................................................................ 37
2.15 Iperf ... ................................................................................................................. 39
2.16 Whireshark .......................................................................................................... 39
2.17 NetIO GUI .......................................................................................................... 39
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 41
3.1 Metode Pengumpulan Data................................................................................. 41
3.1.1 Data Primer .................................................................................................. 41
3.1.2 Data Sekunder ............................................................................................. 41
3.2 Metode Simulasi................................................................................................... 43
xii
3.2.1 Problem Formulation .................................................................................. 43
3.2.2 Conceptual Model ....................................................................................... 44
3.2.3 Input/Output Data ....................................................................................... 44
3.2.4 Modeling ...................................................................................................... 44
3.2.5 Simulation .................................................................................................... 44
3.2.6 Verification and Validation ....................................................................... 44
3.2.7 Experimentation .......................................................................................... 44
3.2.8 Output Evaluation ....................................................................................... 45
3.3 Perangkat Penelitian ............................................................................................ 45
3.3.1 Perangkat Lunak ......................................................................................... 45
3.3.2 Perangkat Keras .......................................................................................... 45
3.4 Kerangka Berpikir ................................................................................................ 46
BAB IV IMPLEMENTASI RANCANGAN SIMULASI ................................ 47
4.1 Problem Formulation ........................................................................................... 47
4.2 Conceptual Model ................................................................................................ 48
4.3 Input/Output Data ................................................................................................. 50
4.3.1 Input ..... ....................................................................................................... 50
4.3.2 Output ... ....................................................................................................... 50
4.4 Modelling .............................................................................................................. 51
4.4.1 Skenario 1 MPLS L3VPN ......................................................................... 52
4.4.2 Skenario 2 MPLS L3VPN OVER Generic Routing Encapsulation
(GRE) tunnelling .................................................................................................. 57
4.5 Simulation ............................................................................................................. 62
4.5.1 Konfigurasi IP interface router.................................................................. 62
4.5.2 Konfigurasi OSPF pada backbone ............................................................ 63
4.5.3 Konfigurasi MPLS ...................................................................................... 64
4.5.4 Konfigurasi VRF ......................................................................................... 65
4.5.5 Konfigurasi MP BGP ................................................................................. 66
4.5.6 Konfigurasi OSPF pada CE ....................................................................... 67
4.5.7 Konfigurasi generic routing encapsulation ( GRE ) ............................... 67
4.5.8 Verifikasi GRE di MP BGP....................................................................... 68
4.5.9 Konfigurasi IP di virtual PC ...................................................................... 69
xiii
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 73
5.1 Verifikasi dan Validasi ....................................................................................... 73
5.1.1 Verifikasi dan Validasi Konfigurasi Router ............................................ 73
5.1.2 Verifikasi dan Validasi Konfigurasi Virtual PC ..................................... 84
5.1.3 Verifikasi dan Validasi Konfigurasi Topologi menggunakan Tracert . 86
5.2 Experimentation ................................................................................................... 88
5.2.1 Pengujian Ping Response Time ................................................................. 88
5.2.2 Pengujian TX dan RX ................................................................................ 88
5.2.3 Pengujian Packet Loss ................................................................................ 89
5.2.4 Pengujian Jitter ............................................................................................ 90
5.2.5 Pengujian Convergence Time ................................................................... 91
5.3 Output Evaluation ................................................................................................ 91
5.3.1 Hasil Skenario 1 MPLS L3VPN PC 1 dengan PC 2 .............................. 91
5.3.2 Hasil Skenario 1 MPLS L3VPN PC 3 dengan PC 4 .............................. 94
5.3.3 Hasil Skenario 1 MPLS L3VPN PC 1 dengan PC 2 terhadap PC 3
dengan PC 4 ............ ............................................................................................ 97
5.3.4 Hasil Skenario 1 MPLS L3VPN PC 3 dengan PC 4 teradap PC 1
dengan PC 2 .. ..................................................................................................... 100
5.3.5 Hasil Convergence Time Skenario 1 MPLS L3VPN ........................... 103
5.3.6Hasil Skenario 1 MPLS L3VPN OVER GRE tunneling PC 1 dengan
PC 2 ............... ..................................................................................................... 104
5.3.7 Hasil Skenario 1 MPLS L3VPN PC OVER GRE tunneling 3 dengan
PC 4 ............... ..................................................................................................... 107
5.3.8 Hasil Skenario 1 MPLS L3VPN OVER GRE tunneling PC 1 dengan
PC 2 terhadap PC 3 dengan PC 4 ..................................................................... 111
5.3.9 Hasil Skenario 1 MPLS L3VPN OVER GRE tunneling PC 3 dengan
PC 4 terhadap PC 1 dengan PC 2 ..................................................................... 114
5.3.10 Hasil Convergence Time Skenario 2 MPLS L3VPN OVER GRE
tunneling ........ .................................................................................................... 117
5.3.11 Evaluasi Hasil Skenario 1 dan Skenario 2 PC 1 dengan PC
2.............................................................................................................................118
5.3.12 Evaluasi Hasil Skenario 1 dan Skenario 2 PC 3 dengan PC
4 ............................................................................................................................121
xiv
5.3.13 Evaluasi Hasil Skenario 1 dan 2 PC 1 dengan PC 2 terhadap PC 3
dengan PC 4 ........... ........................................................................................... 124
5.3.14 Evaluasi Hasil Skenario 1 dan Skenario 2 PC 3 dengan PC 4 terhadap
PC 1 dengan PC 2 ............................................................................................... 128
5.3.15 Evaluasi Convergence Time Skenario 1 dan Skenario 2 ................... 131
BAB VI PENUTUP ........................................................................................... 133
6.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 133
6.2 Saran ................ .................................................................................................. 133
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 134
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 OSI Layer......................................................................................... 11
Gambar 2.2 TCP/IP Layer ................................................................................... 13
Gambar 2.3 Struktur TCP .................................................................................... 14
Gambar 2.4 Struktur Datagram UDP .................................................................. 16
Gambar 2.5 Area Pembagian OSPF .................................................................... 19
Gambar 2.6 BGP table ......................................................................................... 22
Gambar 2.7 Header MPLS .................................................................................. 24
Gambar 2.8 Topology MPLS L3VPN ................................................................. 30
Gambar 2.9 Paket GRE ....................................................................................... 33
Gambar 2.10 Header GRE ................................................................................... 34
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir ........................................................................... 46
Gambar 4.1 Skenario MPLS L3VPN .................................................................. 49
Gambar 4.2 Skenario 1 MPLS L3VPN ............................................................... 52
Gambar 4.3 Skenario 2 MPLS L3VPN OVER Generic Routing Encapsulation
(GRE) tunnelling ................................................................................................... 57
Gambar 4.4 PC 1 VRF A ..................................................................................... 70
Gambar 4.5 PC 2 VRF A ..................................................................................... 70
Gambar 4.6 PC 3 VRF B ..................................................................................... 71
Gambar 4.7 PC 4 VRF B ..................................................................................... 71
Gambar 5.1 IP PC 1 ............................................................................................. 85
Gambar 5.2 IP PC 2 ............................................................................................. 85
Gambar 5.3 IP PC 3 ............................................................................................. 85
Gambar 5.4 IP PC 4 ............................................................................................. 85
Gambar 5.5 tracert PC 1 dengan PC 2 ................................................................ 86
Gambar 5.6 tracert PC 3 dengan PC 4 ................................................................ 87
Gambar 5.7 tracert GRE PC 1 dengan PC 2 ....................................................... 87
Gambar 5.8 tracert GRE PC 3 dengan PC 4 ....................................................... 87
Gambar 5.9 NetIO Pada server............................................................................ 88
Gambar 5.10 NetIO Pada client ........................................................................... 89
Gambar 5.11 Iperf3 Pada server .......................................................................... 90
Gambar 5.12 Iperf Pada client ............................................................................. 90
Gambar 5.13 Pengujian convergence time dengan wireshark ............................. 91
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 FEC ....................................................................................................... 26
Tabel 2.2 Tabel Kategori Jitter ............................................................................ 38
Tabel 2.3 Kategori Packet loss ............................................................................. 38
Tabel 3.1 Literatur Sejenis ................................................................................... 41
Tabel 4.1 Conceptual Model ................................................................................ 48
Tabel 4.2 Skenario 1 MPLS L3VPN .................................................................... 53
Tabel 4.3 Konfigurasi Interface MPLS L3VPN ................................................... 55
Tabel 4.4 Skenario 2 MPLS L3VPN OVER Generic Routing Encapsulation (GRE)
tunnelling .............................................................................................................. 58
Tabel 4.5 Konfigurasi Interface OVER Generic Routing Encapsulation (GRE)
tunnelling .............................................................................................................. 61
Tabel 4.6 Tabel generic routing encapsulation ( GRE ) ....................................... 62
Tabel 4.7 Konfigurasi IP pada interface router .................................................... 63
Tabel 4.8 Konfigurasi OSPF ................................................................................ 64
Tabel 4.9 Konfigurasi MPLS ............................................................................... 64
Tabel 4.10 Konfigurasi VRF ................................................................................ 65
PE 2 ....................................................................................................................... 65
Tabel 4.11 Konfigurasi MP BGP ......................................................................... 66
Tabel 4.12 Konfigurasi OSPF pada CE-A1 ......................................................... 67
Tabel 4.13 Konfigurasi GRE ................................................................................ 67
PE 2 ....................................................................................................................... 68
Tabel 4.14 Verifikasi GRE di MP BGP ............................................................... 68
Tabel 5.1 verifikasi dan validasi router PE 1 Skenario 1 dan 2 ........................... 73
Tabel 5.2 verifikasi dan validasi Router PE 2 Pada Skenario 1 dan 2 ................. 74
Tabel 5.3 Verifikasi dan Validasi MPLS ............................................................. 75
Tabel 5.4 Verifikasi dan Validasi VRF ................................................................ 77
Tabel 5.5 Verifikasi dan Validasi BGP ................................................................ 78
Tabel 5.6 Verifikasi pada CE ............................................................................... 79
Tabel 5.7 pengujian ping verifikasi dan validasi router CE ................................. 81
Tabel 5.8 Verifikasi dan Validasi GRE tunneling ................................................ 81
Tabel 5.9 verifikasi dan validasi jalur konfigurasi GRE tunneling ...................... 82
Tabel 5.10 Verifikasi dan Validasi menggunakan traceroute pada skenario 1 .... 83
xvii
Tabel 5.11 Verifikasi dan Validasi jalur paket data dengan traceroute pada skenario
2 ............................................................................................................................. 84
Tabel 5.12 Tabel TX MPLS L3VPN pada PC 1 dengan PC 2 ............................. 92
Tabel 5.13 Tabel RX MPLS L3VPN pada PC 1 dengan PC 2 ............................ 92
Tabel 5.14 Hasil pengujian ping response time MPLS L3VPN pada skenario 1 PC
1 dengan PC 2 ....................................................................................................... 93
Tabel 5.15 Hasil pengujian jitter dan packet loss skenario 1 PC 1 dengan PC 2 . 94
Tabel 5.16 Tabel TX MPLS L3VPN pada PC 3 dengan PC 4 ............................. 95
Tabel 5.17 Tabel RX MPLS L3VPN pada PC 3 dengan PC 4 ............................ 95
Tabel 5.18 Hasil pengujian ping response time MPLS L3VPN pada skenario 1 PC
3 dengan PC 4 ....................................................................................................... 96
Tabel 5.19 Hasil pengujian jitter dan packet loss skenario 1 PC 3 dengan PC 4 . 97
Tabel 5.20 Tabel TX MPLS L3VPN pada PC 1 dengan PC 2 terhadap PC 3 dengan
PC 4 ....................................................................................................................... 98
Tabel 5.21 Tabel RX MPLS L3VPN pada PC 1 dengan PC 2 terhadap PC 3 dengan
PC 4 ....................................................................................................................... 98
Tabel 5.22 Hasil pengujian ping response time MPLS L3VPN pada skenario 1 PC
1 dengan PC 3 terhadap PC 3 dengan PC 4 .......................................................... 99
Tabel 5.23 Hasil pengujian jitter dan packet loss skenario 1 PC 1 dengan PC 3
terhadap PC 3 dengan PC 4 ................................................................................. 100
Tabel 5.24 Tabel TX MPLS L3VPN pada PC 3 dengan PC 4 terhadap PC 1 dengan
PC 2 ..................................................................................................................... 101
Tabel 5.25 Tabel RX MPLS L3VPN pada PC 3 dengan PC 4 terhadap PC 1 dengan
PC 2 ..................................................................................................................... 101
Tabel 5.26 Hasil pengujian ping response time MPLS L3VPN pada skenario 1 PC
3 dengan PC 4 terhadap PC 1 dengan PC 2 ........................................................ 102
Tabel 5.27 Hasil pengujian jitter dan packet loss skenario 1 PC 1 dengan PC 3
terhadap PC 3 dengan PC 4 ................................................................................. 103
Tabel 5.28 Hasil convergence time skenario 1 MPLS L3VPN .......................... 103
Tabel 5.29 Tabel TX MPLS L3VPN OVER GRE tunneling pada PC 1 dengan PC
2 ........................................................................................................................... 105
Tabel 5.30 Tabel RX MPLS L3VPN OVER GRE tunneling pada PC 1 dengan PC
2 ........................................................................................................................... 105
Tabel 5.31 Hasil pengujian ping response time MPLS L3VPN OVER GRE
tunneling pada skenario 1 PC 1 deng PC 2 ......................................................... 106
Tabel 5.32 Hasil pengujian jitter dan packet loss skenario 2 PC 1 dengan PC 2 107
xviii
Tabel 5.33 Tabel TX MPLS L3VPN OVER GRE tunneling pada PC 3 dengan PC
4 ........................................................................................................................... 108
Tabel 5.34 Tabel RX MPLS L3VPN OVER GRE tunneling pada PC 3 dengan PC
4 ........................................................................................................................... 108
Tabel 5.35 Hasil pengujian ping response time MPLS L3VPN pada skenario 1 PC
3 dengan PC 4 ..................................................................................................... 110
Tabel 5.36 Hasil pengujian jitter dan packet loss skenario 2 PC 3 dengan PC 4 110
Tabel 5.37 Tabel TX MPLS L3VPN OVER GRE tunneling pada PC 1 dengan PC
2 terhadap PC 3 dengan PC 4 .............................................................................. 112
Tabel 5.38 Tabel RX MPLS L3VPN OVER GRE tunneling pada PC 1 dengan PC
2 terhadap PC 3 dengan PC 4 .............................................................................. 112
Tabel 5.39 Hasil pengujian ping response time MPLS L3VPN OVER GRE
tunneling pada skenario 1 PC 1 dengan PC 3 terhadap PC 3 dengan PC 4 ........ 113
Tabel 5.40 Hasil pengujian jitter dan packet loss skenario 2 PC 1 dengan PC 2
terhadap PC 3 dengan PC 4 ................................................................................. 114
Tabel 5.41 Tabel TX MPLS L3VPN OVER GRE tunneling pada PC 3 dengan PC
4 terhadap PC 1 dengan PC 2 .............................................................................. 115
Tabel 5.42 Tabel RX MPLS L3VPN OVER GRE tunneling pada PC 3 dengan PC
4 terhadap PC 1 dengan PC 2 .............................................................................. 115
Tabel 5.43 Hasil pengujian ping response time MPLS L3VPN OVER GRE
tunneling pada skenario 2 PC 3 dengan PC 4 terhadap PC 1 dengan PC 2 ........ 116
Tabel 5.44 Hasil pengujian jitter dan packet loss skenario 2 PC 3 dengan PC 4
terhadap PC 1 dengan PC 2 ................................................................................. 117
Tabel 5.45 Hasil convergence time skenario 1 MPLS L3VPN .......................... 118
Tabel 5.46 Perbandingan skenario 1 dan 2 pengujian PC 1 dengan PC 2.......... 118
Tabel 5.47 Perbandingan skenario 1 dan 2 pengujian PC 3 dengan PC 4.......... 121
Tabel 5.48 Perbandingan skenario 1 dan 2 pengujian PC 1 dengan PC 2 terhadap
PC 3 dengan PC 4 ............................................................................................... 124
Tabel 5.49 Perbandingan skenario 1 dan 2 pengujian PC 3 dengan PC 4 terhadap
PC 1 dengan PC 2 ............................................................................................... 128
Tabel 5.50 Perbandingan convergence time skenario 1 dan skenario 2 ............. 131
xix
DAFTAR GRAFIK
Grafik 5.1 Pengujian Ping PC 1 dengan PC 2.................................................... 119
Grafik 5.2 Pengujian throughput PC 1 dengan PC 2 ......................................... 120
Grafik 5.3 Pengujian Jitter PC 1 dengan PC 2 ................................................... 120
Grafik 5.4 Pengujian Packet loss PC 1 dengan PC 2 ......................................... 121
Grafik 5.5 Pengujian Ping PC 3 dengan PC 4.................................................... 122
Grafik 5.6 Pengujian throughput PC 3 dengan PC 4 ......................................... 123
Grafik 5.7 Pengujian Jitter PC 3 dengan PC 4 ................................................... 123
Grafik 5.8 Pengujian Packet loss PC 3 dengan PC 4 ......................................... 124
Grafik 5.9 Pengujian Ping PC 1 dengan PC 2 terhadap PC 3 dengan PC 4 ...... 125
Grafik 5.10 Pengujian throughput PC 1 dengan PC 2 terhadap PC 3 dengan PC 4
............................................................................................................................. 126
Grafik 5.11 Pengujian Jitter PC 1 dengan PC 2 terhadap PC 3 dengan PC 4 .... 126
Grafik 5.12 Pengujian Packet loss PC 1 dengan PC 2 terhadap PC 3 dengan PC 4
............................................................................................................................. 128
Grafik 5.13 Pengujian Ping PC 3 dengan PC 4 terhadap PC 1 dengan PC 2 .... 129
............................................................................................................................. 130
Grafik 5.14 Pengujian throughput PC 3 dengan PC 4 terhadap PC 1 dengan PC 2
............................................................................................................................. 130
Grafik 5.15 Pengujian Jitter PC 3 dengan PC 4 terhadap PC 1 dengan PC 2 .... 130
Grafik 5.16 Pengujian Packet loss PC 1 dengan PC 2 terhadap PC 3 dengan PC 4
............................................................................................................................. 131
Grafik 5.17 Pengujian convergence time skenario 1 dengan skenario 2 ........... 132
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jumlah pengguna Internet yang besar dan semakin berkembang, telah
mewujudkan budaya Internet. Internet juga mempunyai pengaruh yang besar atas
ilmu, informasi dan pendidikan. Pengguna internet dapat dengan mudah mencari
bermacam-macam informasi dari internet. Selain dengan media buku dan
perpustakaan, Internet menjadikan penyebaran pengetahuan informasi dan data
secara cepat dan menyeluruh. (Ade Nurhayati, 2015)
Pertumbuhan yang luar biasa pada bidang telekomunikasi beberapa tahun
terakhir, telah menyebabkan traffic internet menjadi sangat besar, data yang
diterima dan dikirim dari satu lokasi ke lokasi lain dengan kebutuhan dan
persyaratan yang berbeda seperti transaksi bisnis online, video streaming dan lain
lainnya. Internet service provider ( ISP ) seharusnya menjamin quality of service (
QoS ) yang tinggi dengan minimum packet loss dan delay antara host yang rendah.
(Sofi, Rupinder, & Gurm, 2017)
Untuk mengatasi masalah tersebut IETF telah memperkenalkan layanan
Multiprotcol Label Switching ( MPLS ) untuk memastikan keandalan dan kualitas
tinggi. MPLS adalah sebuah teknologi tunneling yang memberikan Platform untuk
membuat dan mengimplementasikan Virtual Private Networks (VPNs). MPLS
dikembangkan untuk meningkatkan pengiriman paket data melalui jaringan
backbone yang berkinerja tinggi. MPLS berfungsi untuk meneruskan paket IP ke
router tujuan bukannya untuk ke end-host. Label dalam mekanisme MPLS adalah
mengidentifikasi short fixed-length yang di tugaskan oleh router entri ke jaringan
MPLS dan digunakan oleh router interior untuk membuat keputusan forwarding.
Label di MPLS memungkinakan peningkatan pada QoS di lalu lintas data. (Sofi et
al., 2017)
Virtual Private Network (VPN) sendiri merupakan sebuah teknologi
komunikasi yang memungkinkan adanya koneksi dari dan ke jaringan publik serta
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2
menggunakannya bagaikan menggunakan jaringan lokal dan juga bahkan
bergabung dengan jaringan lokal itu sendiri. Dengan menggunakan jaringan publik
ini, maka user dapat mengakses fitur-fitur yang ada di dalam jaringan lokalnya,
mendapatkan hak dan pengaturan yang sama bagaikan secara fisik kita berada di
tempat di mana jaringan lokal itu berada. Hal yang perlu diingat adalah sebuah
private network haruslah diprioritaskan dan terjaga kerahasiaannya. Keamanan data
dan ketertutupan transfer data dari akses ilegal serta skalabilitas jaringan menjadi
standar utama dalam Virtual Private Network ini. (Ade Nurhayati, 2015)
Saat ini, kantor organisasi secara luas tersebar di seluruh lokasi geografis
yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh peningkatan kegiatan usaha dan keinginan
untuk memahami pangsa pasar yang lebih. Akibatnya, banyak kantor harus
didirikan di lokasi yang berbeda. Dalam dunia bisnis global saat ini, kantor baru
dapat terletak di dalam suatu negara atau dapat tersebar di benua berbeda juga.
Karena lingkungan teknis ini, semua kantor jauh harus memiliki konektivitas
jaringan yang efisien dengan kantor pusat mereka. Oleh karena itu VPN telah
menjadi solusi yang populer digunakan di banyak lingkungan industri. Banyak
variasi yang mungkin sementara menerapkan VPN. Hal ini dapat dikategorikan
berdasarkan protokol tunneling (layer 2 atau layer 3), topologi yang dilaksanakan
(full mesh, hub dan spoke) dan infrastruktur (situs-situs, remote VPN). (Ahmed,
Abedin Butt, & Siddiqui, 2016)
Tunneling melibatkan pengemasan ulang data lalu lintas ke dalam bentuk
yang berbeda dengan enkripsi sebagai standar, tunneling juga menyembunyikan
karakteristik traffic dari user yang datanya melalui tunnel.(Nighm & Gupta, 2016)
Metode tunneling dapat dilakukan secara manual maupun otomatis.
Koneksi yang secara manual menggunakan point to point mode di mana alamat
sumber ditentukan oleh operator dan alamat tujuan ditemukan secara otomatis.
Metode ini diibaratkan membuat sebuah jembatan yang digunakan untuk
mentransfer paket antar dua jaringan yang sama melalui jaringan yang tidak
kompatibel. GRE (Generic Routing Encapsulation) adalah protokol tunneling yang
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3
pada awalnya dikembangkan oleh Cisco. GRE tunnel dapat meneruskan hanya IPv4
dan IPv6 paket. (Rahman, 2017)
Generik Routing Encapsulation [GRE] protokol tunneling memberikan
pendekatan sederhana untuk mengangkut paket satu protokol melalui protokol lain
dengan cara enkapsulasi. GRE dapat digunakan sebagai protokol pembawa untuk
berbagai protokol penumpang. GRE mengenkapsulasi muatan yang merupakan
paket bagian dalam yang perlu disampaikan ke jaringan tujuan dalam sebuah paket
IP. Setelah mencapai titik akhir terowongan, GRE enkapsulasi ini dihapus dan
payload diteruskan ke tujuan akhir. (Nixon, Devaraj, & Mohammed, 2016)
Sebelumnya terdapat penelitian yang dilakukan oleh oleh (Iman, 2017)
dengan judul Evaluasi Kinerja Routing Protocol RIPv2, OSPF, EIGRP, dengan
BGP, di mana penelitian dilakukan untuk menguji kelebihan dan kekurangan dari
routing protocol tersebut menggunakan GNS3. Terdapat Juga penelitian yang di
tulis oleh (Septarindra, Munadi, & Negara, 2016) yang berjudul Implementasi Dan
Analisis Performa Multi Protocol Label Switching - Virtual Private Network
(MPLS-VPN) Dengan Metode Generic Routing Encapsulation Pada Layanan
Berbasis File Transfer Protocol (FTP). Dalam penilitian tersebut menunjukkan
hasil penurunan performa terhadap nilai troughput ketika di implementasi GRE
tunneling. Terdapat juga penelitian yang dilakukan oleh (Mhdawi, 2016) yang
berjudul A Design Analysis of MPLS VPN Core Architecture and Network
Downtime Impact. Pada penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisa performa
jaringan antara MPLS VPN yang berada pada layer 2 dan layer 3. Selain itu,
terdapat penelitian yang ditulis oleh Lisna Monica Sabatiningrum pada tahun 2016
yang berjudul Komparasi antara GRE tunnel dan EOIP tunnel Pada Kualitias VoIP
( Voice over Internet Protocol ) berbasis protokol SIP ( Session innitiation
Protocol) yang bertujuan untuk membandingkan perforoma tunneling antara GRE
dengan EOIP.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka penulis mengambil
judul penelitian “EVALUASI PERFORMA QOS MPLS L3VPN DENGAN MPLS
L3VPN OVER GENERIC ROUTING ENCAPSULATION (GRE) TUNNELING”.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Perbandingan PERFORMA QoS MPLS L3VPN dengan MPLS
L3VPN OVER Generic Routing Encapsulation (GRE) Tunneling dengan
Parameter ping, troughput, jitter, packet loss, dan network convergence time.
1.3 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pembatasan masalah terhadap
masalah penelitian yang akan dilakukan, yakni:
1.3.1 Metodologi
1. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah studi literatur dan studi pustaka.
2. Metode penelitian yang di gunakan adalah metode simulasi.
1.3.2 Proses
Berikut ini adalah proses yang terdapat pada makalah, yaitu :
1. Penelitian ini menggunakan aplikasi emulator jaringan GNS3.
2. Desain topologi yang digunakan untuk skenario adalah dengan
MPLS L3VPN dan MPLS L3VPN OVER Generic Routing
Encapsulation ( GRE ) Tunelling.
3. Desain Topologi Jaringan menggunakan 10 buah router yang
dijalankan menggunakan GNS3 dan 4 buah client windows XP
yang dijalankan menggunakan VMWARE WORKSTATION 12.
4. Parameter evaluasi yang digunakan untuk membandingkan
performa MPLS L3VPN dan MPLS L3VPN Generic Routing
Encapsulation (GRE) adalah ping, troughput, jitter, packet loss,
dan network convergence time.
5. Penelitian ini menggunakan metode simulasi dalam
pengembangannya.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5
1.3.3 Tools
Berikut ini adalah tools yang penulis pergunakan, yaitu :
1. Sistem Operasi host yang digunakan untuk simulasi adalah
Microsoft Windows 8.1 Pro 64bit (6.3, build 9600).
2. Spesifikasi Hardware yang digunakan untuk simulasi adalah
laptop HP PAVILLION 14 dengan processor Intel Core i5 4210
1.70 GHz dan RAM sebesar 12GB.
3. Aplikasi network emulator yang digunakan adalah GNS3 versi
2.0.3 yang di integrasikan dengan GNS3 VM versi 0.10.14.
4. OS Router yang digunakan adalah CISCO IOU i86bi-linux-l3-
adventerprisek9-15.4.1T dengan RAM 256MB dan NVRAM
128KB.
5. Sistem Operasi untuk PC virtual yang digunakan adalah Windows
XP 32bit dengan 2 core processor, 1 GB RAM, dan Ethernet
network adapter.
6. Aplikasi virtualisasi yang digunakan adalah VMware Workstation
12 Pro.
7. Aplikasi yang digunakan untuk evaluasi performa ping, troughput,
jitter, packet loss adalah iperf versi 3.1.3 dan NetioGUI versi 1.0.4.
8. Aplikasi yang digunakan untuk mengukur convegence time adalah
Wireshark versi 2.3.4.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dari penelitian ini adalah
mengevaluasi performa MPLS L3VPN dengan MPLS L3VPN OVER Generic
Routing Encapsulation (GRE) tunneling dengan parameter ping, troughput, jitter,
packet loss, dan convegence time untuk mengetahui skenario yang mana yang lebih
baik untuk digunakan sebagai sarana penelitian ataupun pembelajaran.
1.5 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang didapatkan adalah sebagai berikut :
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6
1.5.1 Bagi Penulis
1. Menerapkan ilmu-ilmu yang sudah didapat saat perkuliahan.
2. Membantu Pemahaman tentang MPLS L3VPN dan MPLS
L3VPN OVER Generic Encapsulation Routing (GRE).
3. Menambah pengalaman dan memperluas wawasan penulis tentang
jaringan.
4. Untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh gelar S1 pada
Fakultas Sains dan Teknologi Jurusan Teknik Informatika
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.5.2 Bagi Universitas
1. Memberikan rekomendasi terbaik anara MPLS L3VPN dengan
MPLS L3VPN GRE tunneling yang dapat digunakan untuk
penelitian maupun pembelajaran.
2. Dapat dijadikan untuk referensi penelitian untuk penelitian
berikutnya yang berhubungan dengan simulasi jaringan.
1.5.3 Bagi Masyarakat
1. Mengetahui perbandingan perfoma MPLS L3VPN dengan MPLS
L3VPN OVER Generic Encapsulation (GRE).
2. Dapat dijadikan untuk referensi penelitian untuk penelitian
berikutnya yang berhubungan MPLS L3VPN dan Generic Routing
Encapsulation (GRE).
1.6 Metodologi Penelitian
Dalam proses penelitian yang berjudul EVALUASI PERFOMA QOS MPLS
L3VPN DENGAN MPLS L3VPN OVER GENERIC ROUTING
ENCAPSULATION (GRE) TUNNELING ini, penulis menggunakan metode-
metode sebagai berikut :
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7
1.6.1 Metode Pengumpulan Data
Dalam proses penelitian yang berjudul Evaluasi Performa QoS MPLS
L3VPN OVER GRE tunneling ini, penulis menggunakan metode-metode
sebagai berikut :
1. Data Primer
a. Data Simulasi
b. Data Evaluasi
2. Data Sekunder
a. Studi Pustaka/Literatur
1.6.2 Metode Simulasi
1. Problem Formulation
2. Conceptual Model
3. Input and Output Data
4. Modeling
5. Simulation
6. Verification and Validation
7. Experimentation
8. Output Analysis
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika yang dibuat pada tugas akhir ini akan dibagi dalam enam bagian,
yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini membahas mengenai latar belakang penulisan,
perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat,
metode dan sistematika penulisan yang merupakan gambaran
menyeluruh dari penulisan skripsi ini.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini membahas mengenai berbagai teori dasar yang
mendasari analisis permasalahan yang berhubungan dengan
pembahasan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi pembahasan atau pemaparan metode penelitian yang
penulis pakai dalam pencarian data maupun metode simulasi yang
dilakukan pada penelitian.
BAB IV IMPLEMENTASI RANCANGAN SIMULASI
Bab ini membahas mengenai rancangan jaringan yang akan
digunakan, serta tahapan-tahapan analisa dan implementasi
jaringan MPLS L3VPN dan MPLS L3VPN OVER Generic
Routing Encapsulation (GRE)
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas mengenai hasil dari simulasi yang telah
dilakukan yang kemudian di evaluasi oleh penulis.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini kesimpulan dari hasil pembahasan seluruh bab serta
saran-saran yang kiranya dapat diperhatikan serta
dipertimbangkan untuk pengembangan sistem dimasa mendatang.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Evaluasi
Menurut (Arifin, 2012) evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan
berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) daripada sesuatu,
berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu untuk membuat suatu keputusan.
Hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi adalah kualitas daripada sesuatu,
baik yang menyangkut tentang nilai maupun arti. Sedangkan kegiatan untuk sampai
kepada pemberian nilai dan arti itu adalah evaluasi. Jika Anda melakukan kajian
tentang evaluasi, maka yang Anda lakukan adalah mempelajari bagaimana proses
pemberian pertimbangan mengenai kualitas daripada sesuatu. Gambaran kualitas
yang dimaksud merupakan konsekuensi logis dari proses evaluasi yang dilakukan.
Proses tersebut tentu dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan, dalam arti
terencana, sesuai dengan prosedur dan aturan, dan terus menerus. Tujuan evaluasi
adalah untuk menentukan kualitas daripada sesuatu, terutama yang berkenaan
dengan nilai dan arti.
2.2 Jaringan Komputer
Jaringan komputer adalah dua atau lebih komputer yang terkoneksi satu sama
lain. Komputer dapat terhubung dengan menggunakan kabel atau kabel telepon,
atau dapat juga terhubung lewat wireless menggunakan gelombang radio, lewat
kabel fiber optik maupun, lewat sinyal infrared. Ketika komputer dapat
berkomunikasi, mereka dapat bekerja-sama dengan berbagai macam cara. Bisa
dengan cara membagi resources satu sama lain dan membagi beban kerja dari suatu
pekerjaan atau bertukar pesan. (Sandberg, 2015)
2.3 Layer Jaringan
Di dalam jaringan komputer dikenal adanya layering. Layering dapat
diibaratkan sebagai lapisan-lapisan, yang mana setiap lapis memiliki fungsinya
masing-masing dan saling berhubungan satu sama lain. Pada jaringan komputer
komputer terdapat dua buah pemodelan layering, yaitu OSI layering dan TCP/IP
layering. (Pratama, 2014)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
10
2.3.1 Model OSI
Pemodelan OSI (Open System Interconnection) layer adalah
pemodelan yang pertama kali digunakan di dalam jaringan komputer dan
ditetapkan oleh ISO (International Standard Organization). Secara
konseptual, pada pemodelan OSI layer terdapat tujuh buah layer di dalamnya.
Tujuh buah layer tersebut beserta dengan fungsinya masing-masing, yaitu :
(Sukaridhoto, 2014)
1. Physical Layer yaitu layer di lapis pertama yang berfungsi sebagai
media transmisi jaringan, pengabelan, topologi jaringan,
pensinyalan, dan sinkronisasi bit. Pada layer ini unit data disebut bit.
2. Data Link Layer yaitu layer di lapis kedua yang berfungsi untuk
melakukan koreksi kesalahan, flow control, menentukan operasi
perangkat keras jaringan, serta pengalamatan perangkat keras. Pada
layer ini unit data disebut frame.
3. Network Layer yaitu layer di lapis yang berfungsi untuk
mendefinisikan alamat komputer di dalam jaringan, membuat
header packet, dan melakukan proses routing. Pada layer ini unit
data disebut datagram.
4. Transport Layer yaitu layer di lapis keempat yang berfungsi untuk
memecah data ke dalam beberapa buah paket data, untuk kemudian
dilakukan penomoran. Adanya penomoran ini akan memudahkan
proses penyatuan kembali di sisi penerima. Pada layer ini unit data
disebut segmen.
5. Session Layer yaitu layer di lapis kelima yang berfungsi untuk
melakukan proses pendefinisian dan pembuatan koneksi,
pemeliharaan koneksi, serta penghancuran koneksi. Pada layer ini
unit data disebut data.
6. Presentation Layer yaitu layer di lapis keenam yang berfungsi untuk
menerjemahkan data yang ditransmisikan oleh aplikasi ke dalam
format yang dapat di transmisikan oleh jaringan komputer.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
11
Sebagaimana di Session Layer, pada layer ini unit data disebut juga
dengan data.
7. Application Layer yaitu layer di lapis teratas yang berfungsi untuk
mendefinisikan spesifikasi aplikasi untuk dapat berkomunikasi di
dalam jaringan komputer, sebagai antar muka aplikasi dengan
jaringan, pengaksesan jaringan. Pada layer ini terdapat beragam
protokol yang umum kita gunakan, antara lain HTTP, POP3, FTP,
dan lain-lain. Sebagaimana juga di Session Layer, pada layer ini unit
data juga disebut dengan data.
Gambar 2.1 OSI Layer
Pada layer OSI dari bawah ke atas hingga atas ke bawah terdapat
proses pembungkusan dan proses pemecahan unit data (di sisi komputer
pengirim) dan pembukaan bungkusan serta proses penyusunan kembali unit
data (di sisi komputer penerima). Untuk nama unit data untuk setiap layer
dapat dilihat kembali pada penjelasan pada Gambar 2.1. (Sukaridhoto, 2014)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
12
2.3.2 TCP/IP Layer
Pada layer OSI terdapat beragam kekurangan dan mulai tidak relevan
dengan perkembangan zaman, terutamanya aplikasi dan jaringan komputer itu
sendiri. Untuk itu dibentuk pemodelan baru bernama pemodelan layer TCP/IP
yang lebih simpel dan ringkas. Adapun pada pasangan protokol TCP/IP
terdapat empat buah subprotokol di dalamnya, keempat subprotokol inilah
yang menjadi dasar di dalam penyajian empat buah layer TCP/IP ini. Berikut
adalah layer beserta fungsionalitasnya dari bawah ke atas pada pemodelan
layer TCP/IP: (Sukaridhoto, 2014).
Link Layer yaitu layer terbawah yang berfungsi untuk menjelaskan
protokol yang digunakan pada topologi jaringan, interface yang digunakan,
flow control dan sebagainya. Secara umum layer ini berfungsi untuk
mendefinisikan beragam metode di dalam jaringan ke dalam lingkup link
lokal jaringan pada komputer yang sedang berkomunikasi. Pada layer ini unit
data disebut frame, yang terdiri atas frame header, frame data, dan frame
footer. Link Layer dapat disertakan dengan Physical Layer dan Data Link layer
pada pemodelan layer OSI.
Internet Layer yaitu layer di lapis kedua yang berfungsi untuk
pergantian datagram pada jaringan. Layer ini menyediakan interface jaringan
yang seragam, dengan menyembunyikan topologi yang digunakan. Selain itu,
layer ini juga mengurusi pengalamatan dan routing. Itu sebabnya pada layer
ini terdapat IP header dan IP data. Internet Layer dapat disertakan dengan
Network Layer pada pemodelan layer OSI.
Transport Layer yaitu layer di lapis ketiga yang berfungsi untuk
menyediakan konektivitas antar proses, channel pergantian data untuk
aplikasi, transmisi end to end message, dengan menggunakan protokol TCP
dan UDP. Transport Layer dapat disertakan dengan Transport Layer pada
pemodelan layer OSI.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
13
Application Layer yaitu layer di lapis teratas yang berfungsi untuk
komunikasi data antar-aplikasi dan komputer (dalam hal ini disebut peer).
Beberapa protokol jaringan berjalan di layer ini, antara lain SMTP, HTTP,
FTP, Application Layer setara dengan Session Layer, Presentation Layer, dan
Application Layer pada pemodelan layer OSI.
Gambar 2.2 TCP/IP Layer
2.4 Protokol TCP dan UDP
Transmission Control protocol (TCP) dan User Datagram Protocol (UDP)
merupakan protokol terpenting dalam layer transport. Keduanya digunakan oleh
berbagai aplikasi TCP/IP. (Jiang, 2016)
2.4.1 TCP
Transmission control protocol (TCP) adalah salah satu protokol yang
ada di lapisan transport model OSI atau model TCP/IP. TCP merupakan
connection-oriented protocol yang berarti koneksi yang dapat diandalkan.
Di dalam jaringan, frame bertukar di lapisan data link (Layer 2), paket
IP bertukar pada network layer, dan segmen TCP bertukar pada transport
layer (Layer 4).
Ketika modul TCP pengirim menerima data dari application layer,
modul TCP kemudian melakukan enkapsulasi data ke dalam bentuk segmen
TCP. Sebelum modul TCP pengirim mengirim segmen TCP ke modul IP,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
14
modul TCP pengirim menukarkan TCP control segment dengan modul TCP
penerima untuk membangun sesi TCP. Setelah sesi TCP terbangun, modul
TCP pengirim dan penerima mulai bertukar segmen TCP. Modul TCP akan
terus bertukar TCP control segment hingga sesi TCP berakhir. Pertukaran
segment control ini berarti komunikasi TCP dapat diandalkan dan merupakan
connection-oriented.
TCP juga mengkompensasi unreliability pada layer 2 dan layer 3.
Frames dan paket dapat hilang dikarenakan kepadatan jaringan, tapi teknologi
layer 2 dan layer 3 tidak dapat mendeteksi frame yang hilang atau Packet loss.
Akan tetapi, TCP didesain untuk mendeteksi frame dan packet loss serta
melakukan transmisi ulang untuk menjamin pesan tersampaikan. Hal ini
dimungkinkan lewat proses enkapsulasi. frame pada layer 2 dienkapsulasi ke
dalam paket IP sebagai payload untuk kemudian dienkapsulasi ke dalam
segmen TCP sebagai payload. (Jiang, 2016)
2.4.2 Struktur Segmen TCP
Gambar 2.3 Struktur TCP
1. Source Port
Source port menunjukkan modul aplikasi yang mengeluarkan dan mengirim
TCP segment payload.
2. Destination Port
Destination port menunjukkan modul aplikasi yang menerima payload dari
segmen TCP.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
15
3. Sequence Number
Sequence Number memiliki singkatan yaitu SeqNo. SeqNo menunjukkan
nomor sequence pada segmen TCP. Berdasarkan SeqNo, penerima dapat
menentukan apakah segmen diterima berkali-kali atau hilang.
4. Acknowledgement Number
Acknowledgement number memiliki singkatan yaitu AckNo. Nilai dari AckNo
adalah oktet TCP
5. Header Length
Header length menunjukkan panjang dari TCP segment header. header bisa
saja berisi opsi, oleh karena itu panjang header bervariasi, namun panjang
header harus kelipatan dari 4.
6. Flag
Flag memiliki panjang 6 bit, setiap bit memiliki nama dan artinya masing-
masing. Contoh flag adalah URG, SYN, PSH, RST, ACK, dan FIN.
7. Checksum
Checksum berfungsi untuk pengecekan kesalahan pada header dan data
8. Urgent
Urgent merupakan area yang valid jika urgent pointer di dalam bit kode telah
diatur. Jika kondisinya seperti itu, maka urgent menunjukkan offset dari
sequence number dalam oktet di mana segmen dari non-urgent data dimulai
9. Option
Nilai dari option Mungkin 0, artinya tidak ada pilihan yang harus hadir, atau
kelipatan 32 bit. Namun, jika ada opsi yang digunakan yang tidak
menyebabkan bidang opsi menjadi total kelipatan 32 bit, padding 0s harus
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
16
digunakan untuk memastikan data dimulai pada batas 32-bit. Batas-batas ini
dikenal sebagai kata-kata.
10. Data
Data merupakan data yang didapat dari layer yang lebih atas dari transport
layer. (Lammle, 2016)
2.4.3 UDP
User datagram protokol (UDP) adalah protokol connectionless yang
disediakan oleh layer 4. Pada komunikasi jaringan, keandalan dan efisiensi
transmisi informasi bertentangan satu sama lain. Terkadang, tingkat
keandalan naik dengan harga berkurangnya efisiensi dan lain sebagainya.
Sebagai contoh, acknowledgement dan retransmission meningkatkan
keandalan, namun mengurangi efisiensi. Dengan semakin berkembangnya
teknologi jaringan, media transmisi menyediakan kecepatan yang lebih
tinggi, kemampuan anti gangguan, sehingga koneksi jaringan menjadi lebih
andal. Terdapat sedikit kemungkinan untuk terjadi kesalahan. Sebagai
tambahan, untuk beberapa aplikasi, tingkat keandalan transmisi yang rendah
masih bisa di toleransi. Sebagai contoh, pengguna dapat mendeteksi atau
mengetahui ketika ada sedikit data yang hilang pada saat transfer video,
namun tidak dapat toleransi waktu untuk retransmission atau pengiriman
ulang. Berikut adalah gambar struktur datagram UDP :
Gambar 2.4 Struktur Datagram UDP
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
17
UDP dibangun untuk digunakan pada aplikasi yang sensitif dengan
waktu. Untuk jenis aplikasi ini, dropping packet lebih baik dibandingkan
dengan menunggu paket yang tertunda.
Gambar 2.4 menunjukkan struktur dari datagram UDP. Source dan
destination port di header UDP sama dengan yang ada di segmen TCP.
Header UDP tidak memiliki sequence number seperti TCP.
Karena UDP merupakan protokol yang connectionless, datagram
UDP tidak diklasifikasikan ke dalam paket data dan paket kontrol. Modul
UDP dari pengirim dan penerima tidak membangun sesi UDP maupun
melakukan acknowledgement dan retransmission. Modul UDP pengirim
mengenkapsulasi data yang akan dikirimkan menggunakan lapisan aplikasi
ke dalam datagram UDP dan mengirimkan datagram UDP tersebut ke modul
IP. Modul UDP penerima mengekstrak payload dari datagram UDP dan
mengirim payload tersebut ke modul aplikasi berdasarkan destinasi port nya.
UDP tidak menyelesaikan masalah packet loss, repetition, delay, atau
sequencing error. Karena keandalan datagram UDP di jamin oleh layer
aplikasi. Jika sebuah aplikasi membutuhkan tingkat keandalan transmisi yang
tinggi, programnya sendiri yang akan menyediakan acknowledgement dan
retransmission.
Internet engineering task force (IETF) telah menentukan aplikasi apa
yang menggunakan TCP dan aplikasi apa yang harus menggunakan UDP,
aplikasi apa yang menggunakan keduanya, dan aplikasi apa yang tidak bisa
menggunakan TCP dan UDP. (Jiang, 2016)
2.5 AUTONOMOUS SYSTEM (AS)
Autonomous system adalah bentuk dari kumpulan jaringan
yang berada di bawah kontrol administrasi dari sebuah organisasi.
Karena AS terbentuk dari kumpulan router yang membentuk
jaringan, biasanya AS disebut dengan nama routing domain. Router
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
18
– router yang berada di dalam AS secara umum memiliki aturan
yang sama dan dapat mengimplementasi routing protocol yang sama
atau berbeda untuk internal routing nya. Routing protocol yang
digunakan di antara AS adalah EGP. Routing Protocol yang
termasuk ke dalam EGP adalah Border Gateway Protocol (BGP).
(Misra & Goswami, 2017)
2.6 OSPF
OSPF (Open Shortest Path First) merupakan routing protocol yang
secara umum dapat digunakan oleh tipe router yang berbeda, seperti router
Juniper, Cisco, Huawei, Mikrotik, dan yang lainnya, sehingga antar router
yang berbeda dapat terhubung dengan routing OSPF. Teknologi OSPF
menggunakan teknologi algoritma link state, algoritma ini didesain untuk
pekerjaan dalam yang efisien dalam proses pengiriman update informasi rute.
(Fiade, 2013)
Untuk update routing OSPF menggunakan triggered update,
maksudnya tidak semua informasi yang ada di router akan dikirim seluruhnya
ke router lainnya, tetapi hanya informasi yang baru (pengubahan,
penambahan atapun pengurangan jaringan semua router), untuk satu area,
sehingga mengoptimalkan dalam efesien bandwidth. Link state routing
protocol ini juga memiliki ciri-ciri memberikan informasi ke semua router,
sehingga setiap router bisa melihat topologinya masing-masing. Lalu
konvergensi antar router sangatlah cepat dikarenakan informasi yang berubah,
bertambah, berkurang saja yang dikirim ke router lainya. Sehingga tidak
mudah terjadi loop (Routing Loop, proses paket yang dikirimkan dalam
jaringan router berlangsung terus menerus dan selalu berputar dalam jaringan
yang sama). OSPF berdasarkan Open standard, maksudnya OSPF dapat
dikembangkan dan diperbaiki oleh vendor-vendor lainya.
Komunikasi OSPF berdasarkan tetangga yang dekat dengan router,
arti tetangga dalam hal ini yaitu router sebelah dengan router OSPF berjumlah
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
19
1 hop (1 lompatan) dari kanan, kiri, atas, atau bawah jika dilihat dari desain
jaringan. Maka langkah pertama yang harus dilakukan oleh sebuah router
OSPF untuk dapat menemukan router tetangganya dan dapat membuka
hubungan. Mekanisme ini selalu memberitahukan apakah router tetangganya
valid atau tidak valid.
OSPF bekerja dengan mengirimkan broadcast message dari setiap
router ke seluruh router yang ada pada satu jaringan. OSPF juga menjaga link
dengan mengirimkan paket “HELLO” ke setiap router tetangganya dan
mendapatnya keseluruhan informasi tabel routing (Kurose & Ross, 2013).
Beberapa kelebihan dari OSPF antara lain :
1. OSPF bukan protokol propiertary.
2. Menggunakan utilisasi bandwidth yang rendah.
3. Mendukung VSLM.
4. Tidak memiliki batasan jumlah hop.
5. Mendukung multiple path.
6. Mendukung jaringan dalam skala besar.
Pembagian area dalam OSPF dapat dilihat pada Gambar 2.5. Setiap interface
hanya dapat memiliki satu area. Area backbone merupakan area 0.
Gambar 2.5 Area Pembagian OSPF
Pada prosesnya dalam membentuk hubungan dengan tetangga, router
OSPF akan mengirimkan sebuah paket berukuran kecil secara periodic
kedalam jaringan atau kesebuah perangkat yang terhubung langsung dengan
nya. Paket kecil tersebut diistilahkan sebagai Hello packet. Pada kondisi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
20
standar, Hello packet dikirimkan berkala setiap sekali (dalam media
broadcast multi-access diartikan satu host mengirim data ke banyak host) dan
30 detik sekali dalam media point-to-point yaitu proses komunikasi dengan
dua host / komputer / router istilah point satu ke point lainya.
Hello packet berisikan informasi pernak-pernik yang ada pada router
pengirim. Hello packet pada umumnya dikirim dengan menggunakan
multicast address (multicast address mengirimkan paket host lain
berdasarkan kelompok yang sama, dalam hal ini hanya router yang
menggunakan protokol OSPF) untuk menuju ke semua router yang
menjalankan OSPF (IP multicast pada router OSPF yaitu 224.0.0.5). (Fiade,
2013)
Terdapat lima langkah routing protocol OSPF dalam tahap mulai dari
awal hingga saling dapat bertukar informasi. Berikut ini adalah langkah –
langkah nya :
1. Membentuk Adjacency Router, yakni router yang bertetangga atau
router yang terdekat.
2. Memilih DR (designated routers) dan DBR (Backup DRs). yang
merupakan peran penting yang berfungsi sebagai pusat
komunikasi seputar informasi OSPF dalam jaringan tersebut.
3. Mengumpulkan state-state dalam jaringan, yang tujuanya untuk
bertukar informasi mengenai state-state dan jalur-jalur yang ada
dalam jaringan.
4. Memilih rute terbaik untuk digunakan, dengan memilih rute
terbaik untuk dimasukan ke dalam routing table.
5. Menjaga informasi routing tetap up to date.
Pada OSPF terdapat beberapa paket LSP (Link State Packets), masing-
masing paket dibutuhkan dalam proses routing pada OSPF. Berikut paket-
paket LSP pada OSPF. Hello packet digunakan untuk memulai dan menjaga
keterhubungan informasi dengan router OSPF yang lain.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
21
1. DBD (Packet Database Description) – DBD untuk memeriksa dan
mensinkronisasikan antar router.
2. LSR (Link state Request) – LSR digunakan untuk menarik
informasi dari yang lain.
3. LSU (Link state Update) – Paket ini digunakan untuk menjawab
LSR.
4. LSAck (Link state Acknowledgment) – LSAck digunakan untuk
mengirim informasi paket LSU yang diterima router.
2.7 Border Gateway Protocol (BGP)
Border gateway protocol (BGP) advertise, belajar, dan memilih rute terbaik
di dalam jaringan internet global. Ketika dua ISP terhubung, mereka biasanya
menggunakan BGP untuk bertukar informasi routing. Secara kolektif, ISP dari
internet seluruh dunia bertukar informasi routing table menggunakan BGP.
Perusahaan terkadang menggunakan BGP untuk bertukar informasi dengan satu
atau lebih ISP, sehingga memungkinkan router perusahaan untuk mengetahui rute
internet.
Satu perbedaan utama ketika membandingkan BGP dengan protokol routing
IGP adalah algoritma best-path yang kuat pada BGP. BGP menggunakan algoritma
ini untuk memilih jalur atau rute terbaik menggunakan peraturan yang bukan hanya
memilih rute dengan metric terkecil. Algoritma yang lebih kompleks ini
memberikan BGP kekuatan untuk membiarkan admin untuk mengonfigurasi
banyak peraturan yang berbeda yang mempengaruhi pemilihan jalur terbaik BGP,
sehingga memungkinkan fleksibilitas yang hebat dalam bagaimana router memilih
jalur BGP terbaik.
BGP tidak memerlukan router tetangga untuk terhubung ke subnet yang
sama. Melainkan, router BGP menggunakan koneksi TCP (port 179) di antara
router untuk menyampaikan pesan BGP, sehingga memungkinkan router tetangga
untuk berada di subnet yang sama atau terpisah oleh beberapa router. Cukup umum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
22
untuk router BGP yang tidak terhubung di subnet yang sama dengan tetangganya.
Perbedaan lainnya adalah bagaimana routing protocol memilih rute terbaik.
Bukannya memilih rute terbaik dengan hanya menggunakan integer metric, BGP
menggunakan proses yang lebih kompleks menggunakan berbagai informasi yang
disebut dengan BGP path attributes (PA) yang ditukarkan di dalam pembaruan rute
BGP sama halnya dengan IGP metric information. (Wallace, 2015)
Jalur pada BGP dijamin bebas dari perulangan karena router yang menjalakan
BGP tidak akan menerima pembaruan rute yang telah terdapat nomor AS nya
sendiri di dalam path list karena pembaruan telah melewati AS itu dan jika diterima
lagi akan menyebabkan perulangan routing.
BGP menyimpan neighbor table yang berisikan daftar dari tetangga yang
memiliki hubungan BGP. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.6, sebuah
router BGP juga menyimpan table nya sendiri untuk menyimpan informasi BGP
yang diterima dan dikirimkan ke router lainnya.
Gambar 2.6 BGP table
2.8 VPN
VPN atau Virtual Private Network adalah jaringan komputer yang
memanfaatkan media komunikasi publik (open connection atau virtual circuits),
seperti internet, untuk menghubungkan beberapa jaringan lokal. Informasi yang
berasal dari node-node VPN akan “dibungkus” (tunneled) dan kemudian mengalir
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
23
melalui jaringan publik. Sehingga informasi menjadi aman dan tidak mudah dibaca
oleh orang lain. (Awais Khan & Khan Babar, 2015)
VPN dapat mengirim data antara dua komputer yang melewati jaringan
publik sehingga seolah olah terhubung secara point-to-point. Umumnya VPN
diimplementasikan oleh lembaga/perusahaan besar. Biasanya perusahaan semacam
ini memiliki kantor cabang yang lokasinya cukup berjauhan. Sehingga dibutuhkan
solusi yang tepat untuk membatasi keterbatasan ini. VPN dapat menjadi sebuah
pilihan yang cukup tepat dalam kasus seperti ini. (Awais Khan & Khan Babar,
2015)
2.9 MPLS
Multi-Protocol Label Switching merupakan suatu mekanisme penyampaian
paket data yang menggunakan beberapa fitur dari jaringan circuit-switched melalui
jaringan packet-switched. MPLS juga merupakan mekanisme switching yang
menanamkan label (angka) ke paket dan kemudian menggunakannya untuk
meneruskan paket. Label ditugaskan di ujung jaringan MPLS, dan mekanisme
forwarding di dalam jaringan MPLS semata-mata hanya berdasarkan dari label
tersebut. Label ini biasanya menyesuaikan jalur berdasarkan pada alamat tujuan
dari layer 3, yang sama dengan routing berbasis jalur IP. (Lammle, 2016)
MPLS dirancang untuk mendukung forwarding protokol selain dari TCP/IP.
Dalam jaringan yang lebih besar, hasil pelabelan MPLS menunjukkan hanya edge
router yang melakukan pencarian routing. Semua core router meneruskan paket
berdasarkan label, yang membuat meneruskan paket melalui ISP lebih cepat. Hal
ini yang menjadi alasan sebagian perusahaan mengganti jaringan frame relay
dengan layanan MPLS. (Lammle, 2016)
2.9.1 Arsiektur MPLS
Arsitektur MPLS menjelaskan mekanisme untuk melakukan label
switching, yang menggabungkan manfaat dari paket forwarding berdasarkan
Layer 2 switching dengan manfaat Layer 3 routing. Seperti jaringan layer 2
(misalnya Frame Relay atau ATM), MPLS memberikan label untuk paket
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
24
untuk transportasi di seluruh jaringan berbasis paket. Mekanisme forwarding
di seluruh jaringan adalah label swapping, di mana unit data membawa paket,
fixed-length label yang memberitahu switching node sepanjang jalur paket
bagaimana memproses dan meneruskan data. (Wijayanto, 2015)
MPLS berada di antara lapisan 2 dan 3, secara teknis MPLS dapat
dikatakan sebagai suatu metode forwarding (meneruskan data melalui suatu
jaringan dengan menggunakan informasi dalam label unik uang dilekatkan
pada paket IP). Header MPLS diberikan pada setiap paket IP berupa label
yang berisi prioritas paket dan rute yang harus dilalui paket. Header MPLS
diberikan pada tiap paket IP dalam sebuah router pertama yang dilalui paket
IP dan digunakan untuk mengambil keputusan pengiriman paket IP bagi
router lain. Analisa paket IP dilakukan pada router pertama yang dilalui paket
IP. (Wijayanto, 2015)
MPLS memiliki header yang digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.7 Header MPLS
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
25
Berikut ini ialah deskripsi dari 32 bit yang membentuk header MPLS :
1. 20 bit pertama (baris ke 4) adalah MPLS label.
2. bit berikutnya (baris ke 5) adalah Traffic Class. Dulunya, ini
disebut bit eksperimen. Field ini mirip dengan 3 bit pertama dari
header IPv4 Differentiated Service Code Point (DSCP) (baris ke
11)
3. 1 bit berikutnya (baris ke 6) adalah bit Bottom of Stack (BoS). Nilai
ini diatur ke angka 1 hanya ketika header MPLS dalam kontak
dengan header protokol berikutnya (dalam kasus ini, IPv4). Selain
itu, nilainya diatur ke angka 0. Bit ini sangat penting karena header
MPLS tidak memiliki tipe area apapun, maka dari itu membutuhkan
bit BoS untuk menunjukkan bahwa itu adalah header terakhir
sebelum payload MPLS.
4. 8 bit berikutnya (baris ke 7) adalah Time-to-Live (TTL) MPLS.
Sama halnya dengan TTL IP, TTL MPLS mengimplementasikan
sebuah mekanisme untuk membuang paket dalam suatu proses
forwarding loop. (Monge & Szarkowicz, 2015)
2.9.2 Distribusi Label
Jaringan MPLS terdiri dari jalur yang disebut Label Switched Path
(LSP), yang menghubungkan titik-titik yang disebut Label Switched Router
(LSR). Untuk menyusun LSP, Label Switching Table di setiap LSR harus
dilengkapi dengan pemetaan dari setiap label masukan ke setiap label
keluaran. Proses melengkapi table ini dilakukan dengan Label Distribution
Protocol (LDP). (Wijayanto, 2015)
Distribusi label terdiri dari :
1. Edge Label Switching Router (ELSR)
ELSR ini terletak pada perbatasan jaringan MPLS, dan berfungsi
untuk mengaplikasikan label ke dalam paket-paket yang masuk ke
dalam jaringan MPLS, label yang berisi informasi tujuan node
berikutnya. Sebuah ELSR akan menganalisa header IP dan akan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
26
menentukan label yang tepat untuk dienkapsulasi ke dalam paket
tersebut ketika sebuah paket IP masuk ke dalam jaringan MPLS. Pada
Label Switching Protocol terjadi proses meneruskan paket-paket di
layer 3.
2. Label Distribution Protocol (LDP)
LDP merupakan suatu prosedur yang digunakan untuk
menginformasikan ikatan label yang telah dibuat dari satu LSR ke
LSR lainnya dalam satu jaringan MPLS. Dalam arsitektur jaringan
MPLS, sebuah LSR yang merupakan tujuan atau hop selanjutnya akan
mengirimkan informasi tentang ikatan sebuah label ke LSR yang
sebelumnya mengirimkan pesan untuk mengikat label tersebut bagi
rute paketnya. LDP memungkinkan jaringan MPLS menentukan
sendiri LSP antar node di jaringan (untuk membangun LSP).
3. Label Switching Path (LSP)
LSP merupakan jalur yang melalui satu atau serangkaian LSR dimana
paket diteruskan oleh label swapping dari satu node MPLS ke node
MPLS yang lain.
4. Forwarding Equivalence Classes (FEC)
FEC merupakan sekelompok paket IP yang diteruskan dengan cara
yang sama (misalnya melalui rute yang sama, dengan metode
forwarding yang sama)
Tabel 2.1 FEC
Dest. Address Dest. Port FEC Next Hop Label Instructions
201.20.3.4
201.20.4.5
208.12.8.1
80
443
25
B
A
IP
x.x.x.x
y.y.y.y
z.z.z.z
65
18
-
Push
Push
Native IP
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
27
2.10 MPLS L3VPN
MPLS Layer 3 VPN membuat VPN peer-to-peer dengan situs pelanggan.
MPLS membentuk layer 3 bertetanggaan dengan router internet service provider
(ISP). Label di tambahkan ke rute IP customer ketika mereka masuk dari router
costumer edge ( CE ) ke router Provider Edge ( PE ). Semua penerusan dilakukan
menggunakan label switching dengan MPLS dalam jaringan penyedia layanan dan
label di hapus ketika mengirim lalu lintas dari provider edge ( PE ) ke router
costumer edge ( CE ). (Sofi et al., 2015)
2.10.1 ARSITEKTUR MPLS L3VPN
Beberapa istilah yang digunakan dalam MPLS L3VPN tercantum di
bawah ini : ( SOFI, 2015 )
1. Label
Label adalah identifier 4 byte yang dilampirkan ke setiap paket
ketika memasuki jaringan MPLS. Ini digunakan oleh jaringan MPLS
untuk tujuan switching label. Atas dasar label terlampir ini data
dikirimkan dari satu router provider ke router penyedia lain.
2. LSR
LSR adalah singkatan dari Label Switch Router. Ini adalah
router dimana MPLS sedang berjalan dan sedang digunakan untuk
label switching.
3. PE ROUTER
Provider Edge Router adalah edge router dalam jaringan
Provider. Ini adalah perangkat di mana label diberlakukan dan
dihapus.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
28
4. P ROUTER
Provider Router kadang-kadang juga disebut Core Router di
Jaringan Penyedia Layanan. Ini bukan perangkat tepi. Ini adalah
router di mana BGP tidak berjalan.
5. CE ROUTER
Ini adalah singkatan dari Edge Router Pelanggan. Ini adalah
router edge di situs pelanggan yang terhubung dengan perangkat
Edge MPLS Provider.
6. ingress PE router
ini adalah edge-LSR di mana label dikenakan pada paket yang
berasal dari router Edge Pelanggan ke Edge Router Provider.
7. egress PE router
Ini adalah tepi-LSR di mana situs pelanggan tujuan terhubung.
Perangkat ini menerima paket berlabel dan membuang label yang
dilekatkan ke paket dan meneruskan paket IP sederhana ke
pelanggan.
8. VRF
Virtual Routing and Forwarding (VRF) digunakan dalam Layer
3 MPLS VPN yang menambahkan kemampuan dalam router Service
Provider Edge untuk memiliki beberapa tabel routing dengan satu
tabel routing per pelanggan dan tabel routing global. Karena setiap
contoh tabel perutean berbeda dengan tabel perutean pelanggan
lainnya, tabel ini menyediakan isolasi antara semua trafik pelanggan
pada router yang sama bahkan menggunakan ruang alamat IP yang
sama. Setiap instance VRF membuat RIB terpisah (Routing
Information Base), FIB (Forwarding Information Base), tabel LFIB
(Label Forwarding Information Base).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
29
9. RD
Route Distinguisher adalah nilai 64 bit yang melekat pada alamat
IP klien dengan VRF yang secara unik mengidentifikasi rute dan
menghasilkan alamat VPN VPN unik 96 bit. Rute VPN diangkut
melalui backbone MPLS dengan MP-BGP yang membutuhkan rute
yang diangkut menjadi unik.
10. RT
Rute-Target (RT) adalah komunitas BGP diperpanjang 64-bit
yang melekat pada rute VPNv4 untuk menunjukkan rute impor dan
ekspor. RT dapat diimpor atau diekspor. Impor RT digunakan untuk
memilih rute VPNv4 untuk penyisipan ke tabel VRF yang cocok.
Ekspor RT dilampirkan ke rute ketika dikirim ke tabel routing
VPNv4 ke arah ujung pelanggan atau tujuannya. Ini digunakan untuk
mengidentifikasi keanggotaan VPN rute. Gambar di bawah ini
menunjukkan Propagasi Rute di Layer 3 MPLS VPN. (Sofi et al.,
2015)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
30
Gambar 2.8 Topology MPLS L3VPN
Pada Gambar 2.8 Merupakan topologi pada jaringan MPLS L3VPN
yang didalamnya memiliki beberapa komponen seperti : Provider Edge ( PE ),
Provider (P), Customer Edge (CE), MPLS Backbone, dan Customer Site.
(Cisco, 2017)
11. BAGAIMANA KERJA MPLS L3VPN
MPLS L3VPN memiliki 2 komponen dasar yang memisahkan antara
informasi routing dari pelanggan. Untuk cara kerja MPLS L3VPN dijelaskan
dibawah ini :
1. VRF - Memberikan penamaan pada Virtual Routing Forwarding.
2. Pelanggan yang berbeda memiliki perbedaan “Virtual Routing
Forwarding”.
3. IGP/BGP berjalan didalam VRF antara jaringan pada customer
dengan provider. Pertukaran informasi routing yang dimiliki
customer terjadi pada jaringan yang dimiliki provider.
4. Multi-Protocol BGP digunakan pada jaringan provider untuk
membagikan route yang dimiliki customer.
5. Alamat yang di tunjukan untuk customer adalah label yang beralih
terhadap nexthop BGP. Kemudian VPN mendistribusikan sesuai
alamat yang dituju.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
31
6. “export” route target - Setiap rute VPN ditandai dengan satu atau
lebih target rute ketika diekspor dari VRF.
7. “import” route target - Satu set target rute dapat dikaitkan dengan
VRF, dan semua rute yang ditandai dengan setidaknya satu dari
target rute tersebut akan dimasukkan ke dalam VRF. ( Kumar CV
et al., 2017)
12. TRANSPORT LABEL VS VPN LABEL
L3VPN setidaknya membutuhkan 2 label untuk mengirimkan trafik
dan dapat juga mengirmkan lebih banyak label dengan menggunakan aplikasi
seperti MPLS TE, FRR dan lainnya. (Kumar CV et al., 2017)
1. Transport Label
Memberitahukan jaringan backbone yang dimiliki ISP dengan
menggunak PE sebagai penghubung CE. Ini berasal dari LDP atau
kita dapat mengatakan bahwa itu adalah label MPLS yang bertukar
jaringan inti MPLS. Ini juga disebut label IGP.
2. VPN Label
Label ini berada di bawah label MPLS sehingga hanya terpapar ke
router PE dan berdasarkan label ini, router PE dapat mengetahui
trafik pada CE yang akan dituju.
3. Controlling vpnv4 route
Route Distinguisher (RD) digunakan untuk membuat rute yang
unik. RD memperbolehkan terjadinnya pemakaian alamat IPv4
yang sama kepada costumer. BGP memperluas komunitas “route-
target” yang digunakan untuk mengontrol apa yang masuk dan
keluar ke dalam tabel VRF.
13. Manfaat MPLS L3VPN
MPLS L3VPN memberikan manfaat sebagai berikut : (Cisco, 2017)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
32
1. Penyedia layanan dapat menyebarkan VPN skalabel dan
memberikan layanan bernilai tambah.
2. Layanan tanpa koneksi menjamin bahwa tidak ada tindakan
sebelumnya yang diperlukan untuk menjalin komunikasi antar
host.
3. Layanan tanpa koneksi menjamin bahwa tidak ada tindakan
sebelumnya yang diperlukan untuk menjalin komunikasi antar
host.
4. Layanan Terpusat: Membangun VPN di Layer 3 memungkinkan
pengiriman layanan yang ditargetkan ke sekelompok pengguna
yang diwakili oleh VPN
5. Skalabilitas:VPN membuat terukur menggunakan overlay
connection-oriented, point-to-point, Frame Relay, atau koneksi
virtual ATM.
6. Keamanan: Keamanan disediakan di jaringan provider
(memastikan bahwa paket yang diterima dari pelanggan
ditempatkan pada VPN yang benar) dan di jaringan backbone.
7. Quality of Service (QoS) : QoS menyediakan kemampuan untuk
mengatasi kinerja yang dapat diprediksi dan implementasi
kebijakan dan dukungan untuk berbagai tingkat layanan dalam
VPN MPLS.
8. Migrasi untuk pelanggan akhir disederhanakan. Tidak ada
persyaratan untuk mendukung MPLS pada router CE dan tidak
ada modifikasi yang diperlukan untuk intranet pelanggan.
2.11 GRE Tunneling
Tunneling merupakan metode encapsulasi, misalnya, suatu protokol
(protokol X) diencapsulasi oleh protokol lain (protokol Y) saat dikirimkan sehingga
protokol X transparent terhadap jaringan publik. Terdapat beberapa protokol
tunnel; GRE (Generic Routing Encapsulation), L2TP (Layer 2 Tunneling
Protocol), PPTP (Point-to-Point Tunneling Protocol), DVMRP (Distance GRE
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
33
Tunneling Vector Multicast Routing Protocol).(Effendi, Ahmad, Hamidi, &
Saepulloh, 2017)
General Routing Encapsulation atau biasa disingkat GRE adalah sebuah
metode tunneling yang dikembangkan oleh perusahaan jaringan Cisco Systems Inc.
Metode GRE dapat mengenkapsulasi berbagai lebar dari protokol lapisan jaringan
yang didalamnya terdapat virtual point-to-point links pada jaringan Internet. (Aulia
& Sriningsih, 2013)
2.11.1 Mekanisme GRE Tunneling
Metode tunneling GRE dijelaskan pada RFC 2784. Secara umum,
sebuah sistem mempunyai paket yang dienkapsulasi dan dikirim ke beberapa
tujuan. Hal itu disebut payload packet. Payload adalah yang pertama kali
dienkapsulasi di paket GRE. Hasil dari GRE bisa dienkapsulasi di beberapa
protokol kemudian dikirim. Protokol yang diluar tersebut adalah protokol
pengiriman.
Sebuah paket GRE yang dienkapsulasi mempunyai form:
Gambar 2.9 Paket GRE
Protokol tunneling yang satu ini memiliki kemampuan membawa
lebih dari satu jenis protokol pengalamatan komunikasi. Bukan hanya paket
beralamat IP saja yang dapat dibawanya, melainkan banyak paket protokol
lain seperti CNLP, IPX, dan banyak lagi. Namun, semua itu dibungkus atau
dienkapsulasi menjadi sebuah paket yang bersistem pengalamatan IP.
Kemudian paket tersebut didistribusikan melalui sistem tunnel yang juga
bekerja di atas protokol komunikasi IP.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
34
Dengan menggunakan tunneling GRE, router yang ada pada ujung-
ujung tunnel melakukan enkapsulasi paket-paket protokol lain di dalam
header dari protokol IP. Hal ini akan membuat paket-paket tadi dapat dibawa
ke manapun dengan cara dan metode yang terdapat pada teknologi IP. Dengan
adanya kemampuan ini, maka protokol-protokol yang dibawa oleh paket IP
tersebut dapat lebih bebas bergerak ke manapun lokasi yang dituju, asalkan
terjangkau secara pengalamatan IP. Aplikasi yang cukup banyak
menggunakan bantuan protokol tunneling ini adalah menggabungkan
jaringan-jaringan lokal yang terpisah secara jarak dan kembali dapat
berkomunikasi. Atau dengan kata lain, GRE banyak digunakan untuk
memperpanjang dan mengekspansi jaringan lokal yang dimiliki si
penggunanya. Meski cukup banyak digunakan, GRE juga tidak menyediakan
sistem enkripsi data yang lalu-lalang di tunnel-nya, sehingga semua aktivitas
datanya dapat dimonitor menggunakan protokol analyzer biasa saja. . (Aulia
& Sriningsih, 2013)
2.11.2 Header GRE
Dalam jaringan IPv4, GRE tunnel digunakan untuk menghubungkan
IP Private suatu jaringan dengan IP Private jaringan lain yan melewati
jaringan IP Public. Sedangkan pada IPv6 pada paket yang dikirimkan akan
diberi header GRE tunnel dan IPv4. Inilah bedanya dengan IP in IP
Encapsulation. Pada IPIP Encapsulation, header yang ditambahkan hanya
berupa IP luar yang digunakan untuk berhubungan dengan jaringan Internet.
Paket header pada GRE tunnel memiliki struktur sebagai berikut:
Gambar 2.10 Header GRE
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
35
Sebenarnya adanya GRE header merupakan tambahan pada paket.
Konsep ini mirip dengan mode IPSec tunnel. Paket asli dibawa melewati
jaringan IP dan header paling luar digunakan untuk meneruskan sampai
tujuan. Setelah paket GRE sampai pada tujuan akhir dari GRE tunnel, header
eksternal akan dihapus dan paket internal akan diekspos lagi.(Aulia &
Sriningsih, 2013)
2.11.3 Kelebihan GRE tunnel
GRE tunnel merupakan protokol tunneling yang dikembangkan oleh
Cisco dan menyediakan enkapsulasi untuk berbagai layer protokol jaringan
pada jaringan point to point. GRE tunnel dibangun antara router asal dan
router tujuan sehingga paket yang di forward melalui tunnel sebelumnya telah
diencapsulasi oleh header yang baru (GRE header). Kelebihan GRE tunnel,
yaitu : (Effendi et al., 2017)
1. Menghubungkan subnet yang tidak kontinyu
2. Penggunaan sumber daya yang rendah
3. Mendukung pesan unicast, multicast, dan broadcast
4. Dapat mengenkapsulasi semua jenis protokol layer 3
2.12 GNS3
GNS3 merupakan perangkat lunak cross-platform simulator grafis yang
dapat berjalan pada Windows, OS X. dan Linux, dan dikembangkan oleh orang-
orang pintar seperti Christophe Fillot, Jeremy Grossmann, dan Juliaen
Duponchelle. Fillot yang menciptakan program prosessor emulasi MIPS
(Dynamips) yang berfungsi untuk menjalankan sistem operasi router Cisco.
Grossmann yang menciptakan aplikasi GNS3 yang memanfaatkan Dynamips milik
Fillot dan mengembangkan user interface GNS3 lebih bersahabat. Duponchelle
membantu proses coding GNS3, dan sangat berperan dalam pengembangan GNS3
hingga seperti saat ini. GNS3 memungkinkan Anda untuk merancang dan menguji
jaringan virtual pada PC Anda, tidak terbatas pada Cisco IOS, Juniper, MikroTik,
Arista, dan Vyatta net. (Neumann, 2015)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
36
GNS3 memungkinkan Anda merancang dan menguji jaringan virtual di PC
Anda, termasuk jaringan Cisco IOS, Juniper, MikroTik, Arista, dan Vyatta, dan ini
biasa digunakan oleh siswa yang membutuhkan pengalaman langsung dengan
perutean dan peralihan Cisco IOS. saat belajar untuk Cisco Certified Network
Associate (CCNA) dan Cisco Certified Network Professional (CCNP).
Antarmuka grafis GNS3 memungkinkan Anda membuat lab jaringan virtual
dengan berbagai router, switch, dan PC. GNS3 sangat cocok saat dipasangkan
dengan Cisco IOS. Tidak seperti aplikasi serupa seperti Cisco Packet Tracer, GNS3
tidak hanya meniru perintah atau fitur Cisco IOS. Sebagai gantinya, ia
menggunakan aplikasi hypervisor backend untuk meniru perangkat keras yang
menjalankan Cisco IOS. Karena hanya perangkat keras yang diemulasikan, Anda
dapat menjalankan file image IOS yang sebenarnya di PC Anda. Semua perintah dan
keluaran konfigurasi berasal dari IOS yang sebenarnya. Secara teoritis, setiap
protokol atau fitur yang didukung oleh versi IOS tersedia dapat digunakan dalam
desain jaringan yang Anda buat. Fungsi ini membedakan GNS3 dari program
seperti RouterSim, Boson NetSim, atau VIRL, yang mensimulasikan keseluruhan
jaringan dan hanya menyediakan lingkungan, perintah, dan skenario yang terbatas.
Di GNS3, Anda bisa mengemulasikan router Cisco dari lima seri berbeda yaitu seri
1700, 2600, 3600, 3700, dan 7200. GNS3 menggunakan KSM (Kernel Samepage
Merging) untuk optimasi memorinya .(Neumann, 2015)
2.13 Cisco IOU
Cisco IOU (IOS on UNIX) atau terkadang disebut juga IOL (IOS on Linux)
memiliki fungsi yang mirip dengan Dynamis namun menggunakan resource yang
lebih sedikit. Seperti halnya Dynamis, IOU memungkinkan Anda untuk
menambahkan router dan switch ke dalam jaringan yang diemulasikan. Tidak
seperti Dynamips, image IOU mengemulasikan fitur dari teknologi IOS bukannya
meniru komponen perangkat keras cisco tertentu. Setiap file image IOU adalah
aplikasi biner mandiri yang berjalan sebagai perangkat. Terdapat image yang
didesain untuk routing, switching, VOIP, dan pagent. IOU tidak membutuhkan
hypervisor untuk mengemulasikan perangkat keras CISCO sehingga membuat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
37
perangkat IOU hanya membutuhkan memori yang kecil dan penggunaan CPU yang
tidak intensif seperti Dynamips. Dengan begini, Anda dapat membuat topologi
yang besar dengan PC yang spesifikasi perangkatnya tidak terlalu tinggi.
Image IOU didesain berdasarkan dari fitur IOS, dan nama file image IOU
biasanya menunjukkan fitur yang ada di dalamnya. Sebagai contoh, terdapat image
IOU dengan nama I86BI_LINUXL2-UPK9-M-15.0. I86BI mengindikasikan
bahwa image ini merupakan Intel 32-bit binary image, Linux mengindikasikan
bahwa image ini berjalan di linux, L2 menunjukkan bahwa ini merupakan L2
switch, UPK9 menunjukkan bahwa image mengandung fitur advanced
cryptographic seperti 3DES/AES, M mengindikasikan bahwa image ini adalah
mainline IOS, dan 15.0 menunjukkan versi dari IOS yang dijadikan dasar image
IOU ini. (Neumann, 2015)
2.14 Quality of Service ( QoS )
QOS adalah parameter untuk standarisasi performa dari sebuah
jaringan dalam hal jaminan dan tingkat dari pelayanan yang ditawarkan. QOS
adalah parameter signifikan di segi streaming multimedia. QOS menjamin
tingkatan performa tertentu dari aliran data yang ada di jaringan dengan
menggunakan teknik transmisi data tertentu dan protokol yang membuat
jaringan dapat mengirimkan data secara prioritas. (Misra & Goswami, 2017)
Secara umum QOS pada proses routing memiliki parameter sebagai berikut :
1. Jitter
Jitter adalah nilai variasi dari waktu yang dibutuhkan oleh Internet Protocol
Network untuk menyampaikan paket dari sumber ke tujuannya. Jitter
diakibatkan oleh variasi-variasi dalam panjang antrean, dalam waktu
pengolahan data, dan juga dalam waktu penghimpunan ulang paket-paket di
akhir perjalanan jitter. Berikut adalah tabel nilai kategori dari jitter :(Lubis
& Pinem, 2014)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
38
Tabel 2.2 Tabel Kategori Jitter
Kategori Jitter Jitter (ms)
Sangat Bagus 0
Bagus 1-75
Sedang 76-125
Jelek 126-225
2. Packet loss
Packet Loss adalah persentase jumlah data yang tidak sampai tujuan. Packet
Loss merupakan suatu parameter yang menggambarkan suatu
kondisi yang menunjukkan jumlah total paket yang hilang, dapat terjadi
karena collision dan congestion pada jaringan. Berikut adalah tabel nilai
kategori dari packet loss: (Lubis & Pinem, 2014)
Tabel 2.3 Kategori Packet loss
3. Troughput
Throughput adalah jumlah data aktual yang dapat diterima dan dikirimkan
tiap waktunya dalam suatu sesi koneksi. (Pintello, 2013)
Berikut adalah rumus dari throughput :
Troughput = rata-rata kecepatan transfer / waktu pengujian. (Hasanah &
Mubarakah, 2014)
4. Convergence Time
Convergence time adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah grup router
di dalam jaringan untuk menyetujui link mana yang aktif atau tidak, link
mana yang lebih cepat dan terbaik untuk mencapai ke semua tujuan. (Sankar
& Lancaster, 2013)
Kategori Packet Loss Packet Loss (%)
Sangat Bagus 0
Bagus 3
Sedang 15
Jelek 25
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
39
5. Ping response
Ping Response Time adalah waktu yang dibutuhkan oleh paket ping untuk
menemukan node tertentu dan kembali lagi ke pengirimnya. (Lammle,
2016)
2.15 Iperf
Iperf adalah aplikasi yang digunakan untuk menghitung bandwidth dan
kualitas link suatu jaringan komputer. Tools ini juga bersifat freeware. Tools ini
hanya dapat dijalankan melalui command prompt dan tidak memiliki tampilan GUI.
Parameter QoS yang dapat diukur melalui tool ini adalah bandwidth, jitter, dan
packet loss. Tools ini digunakan untuk melihat informasi QoS.(Muzawi &
Hardianto, 2016)
2.16 Whireshark
Whireshark adalah aplikasi sniffer untuk melakukan sniffing terhadap
sehingga dapat diketahui informasi mengenai paket data yang berlalu-lintas di
jaringan. Whireshark digunakan untuk melihat aktifitas lalu lintas (traffic) yang
terjadi di jaringan untuk analisis. (Muzawi & Hardianto, 2016)
2.17 NetIO GUI
NetIO diimplementasikan sebagai pustaka jejaring berbasis pesan generik
yang dicari untuk kasus penggunaan umum dalam sistem DAQ. Ini mendukung
empat pola komunikasi yang berbeda: komunikasi point-to-point low-latency,
komunikasi point-to-point high-throughput, komunikasi laten mempublikasikan /
berlangganan, dan komunikasi penerbitan / berlangganan high-throughput. Sistem
back-end modular memungkinkan NetIO untuk mendukung teknologi jaringan dan
API yang berbeda. Pada saat penulisan, dua back-end yang berbeda ada. Back-end
pertama menggunakan soket POSIX untuk membuat koneksi yang dapat
diandalkan ke titik akhir. Biasanya back-end ini digunakan untuk koneksi TCP / IP
di jaringan Ethernet. Penggunaan back-end kedua menggunakan libfabric untuk
komunikasi, memberikan dukungan untuk InForex dan teknologi jaringan yang
serupa. Libfabric adalah jaringan API yang disediakan oleh Kelompok Kerja Open
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
40
Fabrics. NetIO dapat digunakan sebagai pengujian troughput pada sebuah jaringan.
( J¨orn Schumacher1,2, Christian Plessl2 and Wainer Vandelli1 1 CERN, 2017 )
41
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini memerlukan data-data yang digunakan untuk mendukung nilai
kebenaran dari pembahasan yang dilakukan oleh penulis. Oleh karena itu
dibutuhkan metodologi untuk pengumpulan data dan metodologi untuk simulasi
dalam penulisan skripsi ini. Ada dua jenis sumber data yang ada dalam skripsi ini
yaitu :
3.1.1 Data Primer
Data primer dalam tugas akhir ini diperoleh dari hasil simulasi
berdasarkan dua skenario MPLS L3VPN dan MPLS L3VPN OVER Generic
Encapsulation Routing (GRE) yang telah dirancang dan dilakukan di GNS3 .
Setelah data dari kedua Skenario di GNS3, penulis akan mengevaluasi data
tersebut. Kemudian data akan dirangkum agar dapat hasilnya dapat
dibandingkan.
3.1.2 Data Sekunder
Data sekunder dalam tugas akhir ini diperoleh dari studi pustaka. Data
dan informasi di ambil dari buku, jurnal, literatur sejenis maupun secara
online melalui internet. Informasi yang telah didapatkan kemudian dijadikan
sebagai acuan penulisan. Berikut adalah literatur sejenis dengan tugas akhir
ini :
Tabel 3.1 Literatur Sejenis
No
.
Judul Kelebihan Kekurangan
1 ANALISIS DAN
IMPLEMENTASI
VIRTUAL
PRIVATE
NETWORK (VPN)
DENGAN
MULTIPROTOCOL
LABEL
• Penelitian ini
penulis
menggunakan
IPSec sebagai
proses
encapsulation
• Penulis
tidak
menjelaskan
backbone
yang
digunakan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
42
SWITCHING
(MPLS)
(Segara, 2015)
• penelitian ini
penulis
menambahkan
service video
streaming.
pada MPLS
VPN
tersebut
menggunak
an Layer 3
atau
menggunak
an Layer 2
• Penulis tidak
menjelaskan
parameter apa
saja yang
diujikan
2 EVALUASI
KINERJA
JARINGAN DMVPN
MENGGUNAKAN
ROUTING
PROTOCOL
RIPv2, OSPF, EIGRP
DENGAN BGP
(Rizal, 2017)
• Penulis
menggunakan
jaringan
DMVPN yang
berada pada
Layer 2
• Pengujian
menggunakan
variasi routing
protocol IGP
denggan BGP
• Tidak adanya
service MPLS
pada penelitian
ini
3
IMPLEMENTASI
DAN ANALISIS QoS
PADA JARINGAN
MPLSVPN
• Pengujian yang
dilakukan
menggunakan
MPLS TE
• Pada penilitian
ini hanya
menggunakan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
43
3.2 Metode Simulasi
Metode simulasi yang penulis lakukan dalam penulisan ini adalah dengan
mencoba implementasi routing protocol MPLS L3VPN dan MPLS L3 VPN OVER
GRE tunneling di GNS3. Dalam simulasi ini, terdapat dua skenario simulasi yang
dilakukan di GNS3.dimana setiap pengujian terdiri dari PC 1 dengan PC 2, PC 3
dengan PC 4, PC 1 dengan PC 2 terhadap PC 3 dengan PC 4, dan PC 3 dengan PC
4 terhadap PC 1 dengan PC 2. Nilai dari hasil yang dihasilkan dari simulasi tersebut
adalah ping, jitter, transmit troughput, receive troughput, packet loss, dan network
convergence time. Berikut adalah tahapan proses rancangan dan simulasi pada
penulisan ini :
3.2.1 Problem Formulation
Setelah Setelah penulis melakukan studi pustaka dan studi penelitian
sejenis, penulis mendapatkan permasalahan utama yaitu Perbandingan antara
jaringan MPLS L3VPN dengan jaringan MPLS L3VPN OVER Generic Routing
Encapsulation (GRE) tunneling. Oleh karena itu penulis menggunakan rancangan
jaringan MPLS L3VPN yang di dalamnya diimplementasikan dynamic routing
protocol OSPF pada kedua jaringan tersebut untuk mengetahui perbandingan
performa antara jaringan MPLS L3VPN dengan MPLS L3VPN OVER Generic
Routing Encapsulation (GRE) tunneling.
BERBASIS MPLS-
TE
MENGGUNAKAN
ROUTING
PROTOKOL OSPF
(Kusuma, Jusak, &
Triwidyastuti, 2016)
• Pengujian
menggunakan
service FTP
dengan
FileZilla.
routing protocol
OSPF.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
44
3.2.2 Conceptual Model
Tahap ini merupakan tahapan desain konsep untuk simulasi yang akan
dilakukan. Proses desain akan di lakukan di GNS3 dengan membuat dua
skenario jaringan MPLS L3VPN dan skenario jaringan MPLS L3VPN OVER
Generic Routing Encapsulation (GRE) tunneling.
3.2.3 Input/Output Data
Pada tahap ini, penulis harus membuat apa saja jenis input dan output
yang akan dibutuhkan pada simulasi. input adalah apa saja yang diperlukan
dalam simulasi, sedangkan output adalah permasalahan yang diidentifikasi.
3.2.4 Modeling
Pada tahap ini, penulis harus menentukan parameter serta karakteristik
yang digunakan selama simulasi, yang dinamakan dengan variable. Pada
tahapan ini penulis melakukan pembuatan skenario yang akan digunakan
untuk simulasi.
3.2.5 Simulation
Di tahap ini, penulis akan melakukan proses implementasi dari model
yang telah dibuat pada tahapan-tahapan sebelumnya. Dengan adanya variabel
dan parameter yang telah di tentukan di tahap sebelumnya, maka proses
simulasi akan dilakukan di GNS3 dengan skenario MPLS L3VPN dan MPLS
L3VPN OVER Generic Routing Encapsulation (GRE) tunneling. Setelah
proses simulasi di setiap skenario telah selesai dilakukan, Data yang telah
dihasilkan kemudian akan di evaluasi pada tahap berikutnya.
3.2.6 Verification and Validation
Tahap ini merupakan tahap di mana proses pemeriksaan data serta
putusan akhir dari penulis untuk menilai data yang telah dihasilkan apakah
layak atau tidak.
3.2.7 Experimentation
Pada proses ini penulis akan melakukan pengujian yang terhadap
seluruh skenario yang telah ditentukan.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
45
3.2.8 Output Evaluation
Pada tahap ini, data-data yang telah dihasilkan dari semua skenario
akan dievaluasi.
3.3 Perangkat Penelitian
Untuk melakukan penelitian ini, dibutuhkan dua macam perangkat. Yaitu
perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat-perangkat tersebut adalah sebagai
berikut :
3.3.1 Perangkat Lunak
1. GNS3 2.0.3 (Graphical Network Simulator 3)
2. GNS3 VM 0.10.14
3. VMware Workstation Pro 12
4. Iperf 3.1.3
5. Netio GUI 1.0.4
6. Wireshark 2.3.4
7. Microsoft Windows XP
8. Putty 0.67.0.0
3.3.2 Perangkat Keras
Perangkat keras yang digunakan untuk simulasi adalah laptop HP
PAVILLION 14 dengan spesifikasi processor Intel Core i5 4210 1.7GHz,
RAM sebesar 12GB, dan HDD HGST 1TB 5400RPM.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
46
3.4 Kerangka Berpikir
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir
Start
Data Primer
Studi Pustaka
Conceptual Model
Problem Formulation
Input / Output Data
Modelling
Simulation
Experimentation
Output Analysis
Verification
& Validation
End
Metode
Pengumpulan Data
Metode
Simulasi
47
BAB IV
IMPLEMENTASI RANCANGAN SIMULASI
4.1 Problem Formulation
Seiring dengan perkembangan jaringan yang semakin luas, maka
semakin tinggi juga tingkat kompleksitas dari jaringan tersebut. Oleh
karena itu, dibutuhkan administrator jaringan yang dapat merancang
jaringan yang sesuai dengan kebutuhan dan juga efisien. Untuk
membangun jaringan yang sesuai dan efisien, dibutuhkan konfigurasi serta
pemilihan routing protocol yang tepat. Untuk menguji hal tersebut, maka
dibutuhkan alat yang dapat digunakan untuk membantu administrator
jaringan dalam membuat rancangan jaringan yang tepat dan efisien.
Untuk mengatasi masalah tersebut IETF telah memperkenalkan
layanan Multiprotcol Label Switching ( MPLS ) untuk memastikan
keandalan dan kualitas tinggi. MPLS adalah sebuah teknologi tunneling
yang memberikan Platform untuk membuat dan mengimplementasikan
Virtual Private Networks (VPNs). MPLS dikembangkan untuk
meningkatkan pengiriman paket data melalui jaringan backbone yang
berkinerja tinggi. MPLS berfungsi untuk meneruskan paket IP ke router
tujuan bukannya untuk ke end-host. Label dalam mekanisme MPLS adalah
mengidentifikasi short fixed-length yang di tugaskan oleh router entri ke
jaringan MPLS dan digunakan oleh router interior untuk membuat
keputusan forwarding.
Network Emulator memiliki performa yang berbeda-beda. Oleh
karena itu, penelitian ini berfokus untuk mengevaluasi performa dari dua
network emulator open source yang berbeda. Network emulator yang akan
dievaluasi adalah GNS3 . Pengujian dilakukan menggunakan dynamic
routing yang berbeda di setiap skenarionya dengan convergence time,
throughput, jitter, ping, dan packet loss sebagai parameternya.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
48
4.2 Conceptual Model
Pada tahap ini, penulis merancang topologi yang akan digunakan
dalam penelitian ini. Untuk skenario MPLS L3VPN , maka topologi yang
digunakan adalah topology star dengan 10 router dan 4 client. Kemudian
akan terdapat MPLS Backone yang terdiri dari Provider Edge (PE),
Provider (P), Costumer Edge (CE) dimana MPLS BACKBONE tersebut
menggunakan routing dynamic OSPF. Dalam topology tersebut dapat
dianalogikan bahwa MPLS Backone adalah milik dari Internet Service
Provider (ISP). Sedangkan yang terdapat pada perusahaan yaitu router
yang memiliki nama Costumer Edge (CE). Untuk menghubungkan antara
milik perusahan dan milik ISP digunakan router provider edge (PE) dan
costumer edge (CE) yang menggunakan routing protocol MPBGP.
Didalam MPLS BACKBONE terdapat konfigurasi virtual routing
forwarding ( VRF ) yang berfungsi sebagai jaringan private. Meskipun
antara VRF atas dan VRF bawah memiliki konfigurasi IP yang sama tidak
akan terjadi konflik. Berikut adalah objek yang dibutuhkan untuk proses
perancangan topologi :
Tabel 4.1 Conceptual Model
No Parameter Jumlah Keterangan
1 Router 10 Router yang digunakan yaitu operasi CISCO IOU
i86bi-linux-l3-adventerprisek9-15.4.1T
2 Virtual PC 4 Virtual PC menggunakan OS Windows XP
3 Routing
Protocol
2 Routing protocol yang digunakan yaitu OSPF dan
BGP
4 Kabel
ethernet
14 Kabel ethernet yang digunakan sebanyak 14 buah
untuk menghubungkan seluruh router dengan PC
Virtual
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
49
Gambar 4.1 Skenario MPLS L3VPN
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
50
4.3 Input/Output Data
4.3.1 Input
Ada 5 input yang digunakan pada penelitian MPLS L3VPN dengan
MPLS L3VPN OVER GRE tunneling yaitu adalah :
1. Node
Node yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 14 node yaitu 10 router
dan 4 buah virtual PC.
2. Bandwidth
Bandwidth yang digunakan untuk pengujian dengan protokol UDP
adalah 1Mbits.
3. Window Size
Dalam penelitian ini window size yang digunakan adalah 1, 2, 4, 8, 16,
dan 32Kbyte.
4. Buffer Length
Buffer Length yang digunakan pada penelitian ini adalah 1Kbyte.
5. Ping Packet Size
Ping packet size yang digunakan adalah 32, 64, 128, 256, 512, dan 1024
byte.
4.3.2 Output
Output yang dihasilkan dalam penelitian ini antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Ping Response Time
Ping Response Time adalah waktu yang dibutuhkan oleh paket ping untuk
menemukan node tertentu dan kembali lagi ke pengirimnya.
2. Transmit Throughput (TX)
Transmit Throughput adalah jumlah data aktual yang dapat dikirim tiap
waktunya suatu sesi koneksi.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
51
3. Receive Throughput (RX)
Receive Throughput adalah jumlah data aktual yang dapat diterima tiap
waktunya dalam suatu sesi koneksi.
4. Jitter
Jitter adalah nilai variasi dari waktu yang dibutuhkan oleh Internet
Protocol Network untuk menyampaikan paket dari sumber ke tujuannya.
5. Packet Loss
Packet Loss menunjukkan persentase jumlah data yang tidak sampai tujuan.
6. Convergence Time
Convergence time adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah grup
router di dalam jaringan untuk menyetujui link mana yang aktif atau tidak,
link mana yang lebih cepat dan terbaik untuk mencapai ke semua tujuan.
4.4 Modelling
Pada penelitian ini terdapat 2 skenario simulasi yang akan dijalankan pada
emulator GNS3. Berikut adalah detail dari skenario-skenario tersebut :
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
52
4.4.1 Skenario 1 MPLS L3VPN
Gambar 4.2 Skenario 1 MPLS L3VPN
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
53
Tabel 4.2 Skenario 1 MPLS L3VPN
Parameter Variable
Banyak Node 14
Bandwidth UDP 1 Mbits
Windows Size 1, 2, 4, 8, 16, dan 32Kbyte
Ping Packet Size 32, 64, 128, 256, 512, dan 1024 byte
Buffer Length 1 Kbyte
Jumlah AS 5
Routing Protocol
MPLS BACKBONE
OSPF
MPBGP
VRF A,VRF B
OSPF
Emulator GNS3
Perulangan Pengujian TX,
RX, Jitter, Packet loss dan
Ping Response Time
10 Kali
Perulangan Pengujian
Convergence Time 5 Kali
Network yang
dikonfigurasikan
MPLS BACKBONE
OSPF
Router PE1 10.1.1.0/30
Router P1 10.1.2.0/30
Router P2 10.1.3.0/30
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
54
Router P3 10.1.4.0/30
Router P4 10.1.5.0/30
Router PE2 10.1.6.0/30
MPBGP
Router PE 1 1.1.1.1/32
Router PE2 6.6.6.6/32
VRF A
Router PE1 20.20.20.0/30
Router PE2 40.40.40.0/30
Router CE-A1, CE-B1 192.168.1.0/24
Ruoter CE-A2, CE-B2 172.27.1.0/24
VRF B
Router PE1 20.20.20.0/30
Router PE2 40.40.40.0/30
Router CE-A1, CE-B1 192.168.1.0/24
Router CE-A2, CE-B2 172.27.1.0/24
Pada skenario ini, pada MPLS BACKBONE, VRF A dan VRF B semua
router akan dikonfigurasi dengan routing protocol OSPF.Sedangkan untuk
menghubungkan routing protocol anatara PE dengan CE menggunakan
routing protocol MPBGP. Lalu semua router P dan PE dikonfigurasi dengan
service MPLS. Pengujian TX, RX, dan Ping response time dilakukan
menggunakan tool netio GUI dan dilakukan sebanyak 10 kali dengan
window size 1, 2, 4, 8, 16, 32Kbyte untuk TX dan RX dan packet size
sebesar 32, 64, 128, 256, 512, dan 1024 byte untuk ping response time.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
55
Pengujian jitter dan packet loss dilakukan menggunakan tool iperf 3 dan
dilakukan sebanyak 10 kali dengan buffer length sebesar 1Kbyte. Proses
pengujian dilakukan secara 3 kali. Pertama, pengujian dilakukan pada VRF
A PC 1 yang terkoneksi dengan router CE1 dan PC 2 yang terkoneksi
dengan router CE2 sedangkan pada VRF B pada keadaan idle. Kedua,
pengujian dilakukan pada VRF B PC 3 yang terkoneksi dengan router CE1
dan PC 4 yang terkoneksi dengan router CE2 sedangkan pada VRF A pada
keadaan idle. Ketiga, pengujian antara VRF A dan VRF B dilakukan secara
bersamaan. Untuk pengujian convergence time, pengujian dilakukan
dengan cara mematikan seluruh router kemudian router dijalankan secara
bersamaan. Saat seluruh router baru dijalankan, kemudian paket data di link
antara router PE1 dan P1 ditangkap menggunakan wireshark. Pengujian
convergence time dilakukan sebanyak 5 kali. Setelah hasil pengujian
didapatkan, hasil tersebut kemudian dihitung nilai rata-ratanya dan
dijadikan untuk nilai komparasi. Skenario ini dilakukan di GNS3.
Tabel 4.3 Konfigurasi Interface MPLS L3VPN
Router Eth 0/0 Eth 0/1 Eth 0/2 Eth 0/3 Lo0
PE 1 10.1.1.1/30 10.1.4.1/30 20.20.20.1/30 40.40.40.1/30 1.1.1.1/32
P1 10.1.1.2/30 10.1.2.1/30 2.2.2.2/32
P2 10.1.2.2/30 10.1.3.1/30 3.3.3.3/32
P3 10.1.4.2/30 10.1.5.1/30 20.20.20.1/30 40.40.40.1/30 4.4.4.4/32
P4 10.1.5.2/30 10.1.6.1/30 5.5.5.5/32
PE 2 10.1.4.2/30 10.1.6.2/30 6.6.6.6./32
CE A-1 20.20.20.2/30 192.168.1.1/24 7.7.7.7/32
CE A-2 40.40.40.2/30 172.27.1.1/24 8.8.8.8/32
CE B-1 20.20.20.2/30 192.168.1.1/24 9.9.9.9/32
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
56
Berdasarkan tabel diatas merupakan konfigurasi pada interface router dan
4 buah interface pada client. Pada router PE 1, P1, P2, P3, P4, PE 2
merupakan router yang berada didalam jaringan MPLS backbone yang
dapat dianalogikan bahwa router tersebut merupakan milik ISP. Sedangkan
router CE merupakan milik konsumen/perusahaan yang menyewa jasa
terhadap ISP. Untuk menghubungkan routing protocol yang dimiliki setiap
konsumen/perusahan akan dihubungkan dengan menggunakan routing
protocol MPBGP yang berada di jaringan MPLS backbone.
CE B-2 40.40.40.2/30 172.27.1.1/24 10.10.10.10/32
Client A-1 192.168.1.2/24
Client A-2 172.27.1.2/24
Client B-1 192.168.1.2/24
Client B-2 172.27.1.2/24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
57
4.4.2 Skenario 2 MPLS L3VPN OVER Generic Routing Encapsulation
(GRE) tunnelling
Gambar 4.3 Skenario 2 MPLS L3VPN OVER Generic Routing Encapsulation (GRE)
tunnelling
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
58
Tabel 4.4 Skenario 2 MPLS L3VPN OVER Generic Routing Encapsulation (GRE)
tunnelling
Parameter Variable
Banyak Node 14
Bandwidth UDP 1 Mbits
Windows Size 1, 2, 4, 8, 16, dan 32Kbyte
Ping Packet Size 32, 64, 128, 256, 512, dan 1024 byte
Buffer Length 1 Kbyte
Jumlah AS 5
Routing Protocol
MPLS BACKBONE
OSPF
MPBGP
VRF A,VRF B
OSPF
Emulator GNS3
Perulangan Pengujian TX,
RX, Jitter, Packet loss dan
Ping Response Time
10 Kali
Perulangan Pengujian
Convergence Time 5 Kali
Network yang
dikonfigurasikan
MPLS BACKBONE
OSPF
Router PE1 10.1.1.0/30
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
59
Router P1 10.1.2.0/30
Router P2 10.1.3.0/30
Router P3 10.1.4.0/30
Router P4 10.1.5.0/30
Router PE2 10.1.6.0/30
MPBGP
Router PE1 1.1.1.1/32
Router PE2 6.6.6.6/32
VRF A
Router PE1 20.20.20.0/30
Router PE2 40.40.40.0/30
Router CE-A1, CE-B1
192.168.1.0/24
Router CE-A2, Router CE-B2 172.27.1.0/24
VRF B
Router PE1 20.20.20.0/30
Router PE2 40.40.40.0/30
Router CE-A1,CE-B1
192.168.1.0/24
Router CE-A2, CE-B2
172.27.1.0/24
GRE Tunneling
Router PE1,PE2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
60
10.10.10.0/30
Pada skenario ini, yang membedakan dengan scenario 1 adalah pada
skenario 2 di kombinasikan dengan konfigurasi generic routing
encapsulation (GRE) tunneling yang di impelmentasikan pada jaringan
MPLS L3VPN. Pengujian TX, RX, dan Ping response time dilakukan
menggunakan tool netio GUI dan dilakukan sebanyak 10 kali dengan
window size 1, 2, 4, 8, 16, 32Kbyte untuk TX dan RX dan packet size
sebesar 32, 64, 128, 256, 512, dan 1024 byte untuk ping response time.
Pengujian jitter dan packet loss dilakukan menggunakan tool iperf 3 dan
dilakukan sebanyak 10 kali dengan buffer length sebesar 1Kbyte. Proses
pengujian dilakukan secara 3 kali. Pertama, pengujian dilakukan pada VRF
A PC 1 yang terkoneksi dengan router CE1 dan PC 2 yang terkoneksi
dengan router CE2 sedangkan pada VRF B pada keadaan idle. Kedua,
pengujian dilakukan pada VRF B PC 3 yang terkoneksi dengan router CE1
dan PC 4 yang terkoneksi dengan router CE2 sedangkan pada VRF A pada
keadaan idle. Ketiga, pengujian
antara VRF A dan VRF B dilakukan secara bersamaan. Untuk pengujian
convergence time, pengujian dilakukan dengan cara mematikan seluruh
router kemudian router dijalankan secara bersamaan. Saat seluruh router
baru dijalankan, kemudian paket data di link antara router PE1 dan P1
ditangkap menggunakan wireshark. Pengujian convergence time dilakukan
sebanyak 5 kali. Setelah hasil pengujian didapatkan, hasil tersebut kemudian
dihitung nilai rata-ratanya dan dijadikan untuk nilai komparasi. Skenario ini
dilakukan di GNS3.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
61
Tabel 4.5 Konfigurasi Interface OVER Generic Routing Encapsulation (GRE) tunnelling
Tabel diatas merupakan konfigurasi interface pada skenario 2 yaitu MPLS
L3VPN OVER generic routing encapsulation ( GRE ) tunneling. Tidak ada
perbedaan diantara dua skenario tersebut jika dilihat dari konfigurasi secara
interface. Akan tetapi, pada skenario generic routing encapsulation ( GRE
) terdapat konfigurasi secara tunneling yang dilakukan antara PE 1 ke PE 2.
Yang artinya, dari PE 1 akan membuat sebuah terowongan ( tunneling ) ke
PE 2 sehingga seolah olah paket data yang terkirim langsung dari PE 1
Router Eth 0/0 Eth 0/1 Eth 0/2 Eth 0/3 Lo0
PE 1 10.1.1.1/30 10.1.4.1/30 20.20.20.1/30 40.40.40.1/30 1.1.1.1/32
P1 10.1.1.2/30 10.1.2.1/30 2.2.2.2/32
P2 10.1.2.2/30 10.1.3.1/30 3.3.3.3/32
P3 10.1.4.2/30 10.1.5.1/30 20.20.20.1/30 40.40.40.1/30 4.4.4.4/32
P4 10.1.5.2/30 10.1.6.1/30 5.5.5.5/32
PE 2 10.1.4.2/30 10.1.6.2/30 6.6.6.6./32
CE A-1 20.20.20.2/30 192.168.1.1/24 7.7.7.7/32
CE A-2 40.40.40.2/30 172.27.1.1/24 8.8.8.8/32
CE B-1 20.20.20.2/30 192.168.1.1/24 9.9.9.9/32
CE B-2 40.40.40.2/30 172.27.1.1/24 10.10.10.10/32
Client A-1 192.168.1.2/24
Client A-2 172.27.1.2/24
Client B-1 192.168.1.2/24
Client B-2 172.27.1.2/24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
62
menuju PE 2 tanpa harus melewati P1, P2, P3, P4. Dibawah ini merupakan
tabel konfigurasi generic routing encapsulation ( GRE ).
Tabel 4.6 Tabel generic routing encapsulation ( GRE )
Router Tunnel 0 Loopback 0
PE 1 10.10.10.1/30 1.1.1.1/32
PE 2 10.10.10.2/30 6.6.6.6/32
Pada tabel diatas dijelaskan bahwa untuk router PE 1 pada tunnel 0 di
konfigurasikan dengan IP 10.10.10.1/30 dan router PE 2 di konfigurasikan
IP 10.10.10.2/30. Sedangkan IP loopback pada router PE 1 adalah
1.1.1.1/32 dan IP loopback pada PE 2 adalah 6.6.6.6/32. Tanpa adanya IP
loopback tersebut GRE tidak akan dapat berjalan. Hal ini dikarenakan GRE
harus mengetahui terlebih dahulu alamat IP neighbor yang ada pada
jaringan backbone. Untuk mengetahui IP neighbor tersebut menggunakan
konfigurasi MPBGP.
4.5 Simulation
Pada tahap ini, penulis melakukan konfigurasi sesuai dengan 2 skenario
yang telah dirancang menggunakan emulator GNS3. 4 Virtual Machine yaitu PC
1,PC 2, PC 3 dan PC 4 dijalankan di VMware Workstation Pro 12 dengan sistem
operasi Windows XP. Router yang digunakan adalah CISCO IOU versi i86bi-
linux-l3- adventerprisek9-15.4.1T. Untuk mengukur parameter yang telah
ditentukan, penulis menggunakan tool Iperf 3 dan NetIO GUI yang dijalankan
pada virtual Machine.
4.5.1 Konfigurasi IP interface router
Berikut adalah konfigurasi IP Interface yang dikonfigurasikan pada
router PE 1 :
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
63
Tabel 4.7 Konfigurasi IP pada interface router
Router PE 1
Command
Konfigurasi
PE1#conf t
PE1(config)#int lo0
PE1(config-if)#ip address 1.1.1.1 255.255.255.255
PE1(config-if)#exit
PE1(config)#int e0/0
PE1(config-if)#ip address 10.1.1.1 255.255.255.252
PE1(config-if)#no shutdown
PE1(config-if)#exit
PE1(config)#int e0/1
PE1(config-if)#ip address 10.1.4.1 255.255.255.252
PE1(config-if)#no shutdown
PE1(config-if)#exit
Deskripsi Pada command konfigurasi diatas diketahui bahwa :
Lo0 : 1.1.1.1 255.255.255.255
Interface ethernet 0/0 : 10.1.1.1 255.255.255.252
Interface ethernet 0/1 : 10.1.4.1 255.255.255.252
Konfigurasi IP interface seperti di atas dilakukan di
setiap router ( PE 1, P1, P2, P3, P4, PE 2, CE1-A1, CE2-A2,
CE1-B1, CE2-B2 ). Sesuaikan dengan IP yang telah di
rancang pada tahap modelling.
4.5.2 Konfigurasi OSPF pada backbone
Berikut adalah konfigurasi OSPF yang dikonfigurasikan pada router
PE 1 :
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
64
Tabel 4.8 Konfigurasi OSPF
Router PE 1
Command
Konfigurasi
PE1#conf t
PE1(config)#router ospf 1
PE1(config-router)#network 10.1.1.0 0.0.0.3 area 0
PE1(config-router)#network 10.1.4.0 0.0.0.3 area 0
PE1(config)#exit
Deskripsi Diatas merupakan konfigurasi routing protokol OSPF. Pada router PE
1 diketahui bahwa AS yang di konfigurasi diberi nomor 1 dengan
network yang berada pada router tersebut yaitu 10.1.1.0 0.0.0.3 dan
10.1.4.0 0.0.0.3 pada area 0.
Konfigurasi seperti di atas di lakukan di seluruh router yang
network nya berada pada jaringan backbone seperti pada router
P1, P2, P3, P4 dan dilakukan berdasarkan network pada router
terseebut.
4.5.3 Konfigurasi MPLS
Berikut adalah konfigurasi MPLS LDP yang dikonfigurasikan pada
router PE 1 :
Tabel 4.9 Konfigurasi MPLS
Router PE 1
Command
Konfigurasi
PE1#conf t PE1(config)#ip cef PE1(config)#int e0/0 PE1(config-if)#mpls ip PE1(config-if)#mpls label protocol ldp PE1(config-if)#ip route-cache cef PE1(config)#int e0/1 PE1(config-if)#mpls ip PE1(config-if)#mpls label protocol ldp PE1(config-if)#ip route-cache cef PE1(config-if)#exit
Deskripsi Diatas merupakan konfigurasi MPLS. Untuk konfigurasi MPLS
dilakukan pada setiap port ethernet router agar MPLS tersebut dapat
terkoneksi. Pada router PE 1 diketahui bahwa port yang dikonfigurasi
dengan menggunakan MPLS yaitu eth0/0 dan eth0/1 dengan bantuan
command CEF (cisco express forwarding ) membantu pengiriman
paket data menjadi cepat pada jaringan MPLS yang berada pada
backbone.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
65
Konfigurasi seperti di atas di lakukan di seluruh router yang
network nya berada pada jaringan backbone. Seperti router P1,
P2, P3, P4 dengan cara mengkonfigurasi port Ethernet yang
akan terhubung dengan MPLS.
4.5.4 Konfigurasi VRF
Berikut adalah konfigurasi VRF yang dikonfigurasikan pada
router PE 1 :
Tabel 4.10 Konfigurasi VRF
Router PE 1
Command
Konfigurasi
PE1(config)#ip vrf A PE1(config-vrf)#rd 10:1 PE1(config-vrf)#route-target both 10:1 PE1(config-vrf)#exit PE1(config)#ip vrf A PE1(config-vrf)#rd 10:2 PE1(config-vrf)#route-target both 10:2 PE1(config-vrf)#exit PE1(config)#int e0/2 PE1(config-if)#ip vrf forwarding A PE1(config-if)#ip add 20.20.20.1 255.255.255.0 PE1(config-if)#no shutdown PE1(config-if)#exit PE1(config)#int e0/3 PE1(config-if)#ip vrf forwarding B PE1(config-if)#ip add 20.20.20.1 255.255.255.0 PE1(config-if)#no shutdown PE1(config-if)#exit
Router PE 2
Command
Konfiguras
PE2(config)#ip vrf A PE2(config-vrf)#rd 10:1 PE2(config-vrf)#route-target both 10:1 PE2(config-vrf)#exit PE2(config)#ip vrf B PE2(config-vrf)#rd 10:2 PE2(config-vrf)#route-target both 10:2 PE2(config-vrf)#exit PE2(config)#int e0/2 PE2(config-if)#ip vrf forwarding A PE2(config-if)#ip add 20.20.20.1 255.255.255.0 PE2(config-if)#no shutdown PE2(config-if)#exit PE2(config)#int e0/3 PE2(config-if)#ip vrf forwarding B PE2(config-if)#ip add 20.20.20.1 255.255.255.0 PE2(config-if)#no shutdown PE2(config-if)#exit
Deskripsi Diatas merupakan konfigurasi VRF ( Virtual Routing Forwarding)
yang berfungsi untuk memisahkan routing table setiap VPN. Dalam
konfigurasi tersebut dipisahkan antara VRF A dan VRF B dibuktikan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
66
dengan commnad “ip vrf”.kemudian untuk mengaktifkan vrf tersebut
harus di konfigurasi port ethernet pada PE yang terhubung dengan CE
seperti diatas diketahui bahwa interface ethernet 0/2 dan 0/3
dikonfigurasi dengan ip 20.20.20.1 255.255.255.0
4.5.5 Konfigurasi MP BGP
Berikut adalah konfigurasi MP BGP yang dikonfigurasikan pada
router PE 1 :
Tabel 4.11 Konfigurasi MP BGP
Router PE 1
Command
Konfigurasi
PE1(config)#router bgp 10 PE1(config-router)#no syn PE1(config-router)#no auto-summary PE1(config-router)#neighbor 6.6.6.6 remote-as 10 PE1(config-router)#neighbor 6.6.6.6 update-source lo0 PE1(config-router)#address-fam vpnv4 PE1(config-router-af)#neighbor 6.6.6.6 activ PE1(config-router-af)#exit PE1(config-router)#address-fam ipv4 vrf A PE1(config-router-af)#redistribute connected PE1(config-router-af)#redistribute ospf 10 vrf A metric 10 PE1(config-router-af)#exit PE1(config-router)#address-fam ipv4 vrf B PE1(config-router-af)#redistribute connected PE1(config-router-af)#redistribute ospf 20 vrf B metric 10 PE1(config-router-af)#exit
Router PE 2
Command
Konfigurasi
PE2(config)#router bgp 10 PE2(config-router)#no syn PE2(config-router)#no auto-summary PE2(config-router)#neighbor 1.1.1.1 remote-as 10 PE2(config-router)#neighbor 1.1.1.1 update-source lo0 PE2(config-router)#address-fam vpnv4 PE2(config-router-af)#neighbor 1.1.1.1 activ PE2(config-router-af)#exit PE2(config-router)#address-fam ipv4 vrf A PE2(config-router-af)#redistribute connected PE2(config-router-af)#exit PE2(config-router)#address-fam ipv4 vrf B PE2(config-router-af)#redistribute connected PE2(config-router-af)#exit
Deskripsi Diatas merupakan konfigurasi MP-BGP yang dilakukan pada router
PE1 dan PE2 yang berfungsi untuk meredistribusikan routing
protokol yang terdapat pada CE dengan routing protokol yang
terdapat pada jaringan backbone. Diketahui bahwa neighbor pada
router PE 1 yaitu 6.6.6.6 yang dimiliki pada router PE 2 dan neighbor
pada PE 2 yaitu 1.1.1.1 yang dimiliki oleh router PE 1.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
67
4.5.6 Konfigurasi OSPF pada CE
Berikut adalah konfigurasi OSPF yang dikonfigurasikan pada router
CE-A1 :
Tabel 4.12 Konfigurasi OSPF pada CE-A1
Router CE-A1
Command
Konfigurasi
CE-A1#conf t CE-A1(config)#router ospf 1 vrf A CE-A1(config-router)# redistribute bgp 10 subnets CE-A1(config-router)#network 20.20.20.0 0.0.0.3 area 0 CE-A1(config-router)#network 192.168.1.0 0.0.0.255 area 0 CE-A1(config)#exit
Deskripsi Diatas merupakan command konfigurasi pada router CE dengan
menggunakan routing protocol OSPF. Diketahui bahwa network yang
dimiliki pada router CE-A1 yaitu 20.20.20.0 0.0.0.3 dan 192.168.1.0
0.0.0.255 yang di konfigurasi pada area 0. Kemudian fungsi dari
redistribute bgp 10 subnets yaitu untuk meredistributkan routing
protocol OSPF dengan menggunakan BGP agar routing ospf dapat
terhubung.
Konfigurasi seperti di atas di lakukan di seluruh router yang
berada pada jaringan eksternal backbone seperti pada router
CE-A2, CE-B1, CE-B2. Untuk mengkonfigurasi router tersebut
berdasarkan ip yang ada pada router yang akan di
konfigurasikan berdasarkan model simulasi yang telah dibuat.
4.5.7 Konfigurasi generic routing encapsulation ( GRE )
Berikut adalah konfigurasi GRE tunneling yang dikonfigurasikan
pada router PE 1 dan PE 2:
Tabel 4.13 Konfigurasi GRE
Router PE 1
Command
Konfigurasi
PE1#conf t PE1(config)#int tunnel 0 PE1(config-if)#ip address 10.10.10.1 255.255.255.252 PE1(config-if)#tunnel source 10.10.10.1 PE1(config-if)#tunnel destination 10.10.10.2 PE1(config-if)#mpls ip PE1(config-if)#exit PE1(config)#l3vpn encapsulation ip tunnel 0 PE1(config- l3vpn-encap-ip)#transport ipv4 source loopback 0 PE1(config- l3vpn-encap-ip)# protocol gre key 1234
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
68
PE1(config- l3vpn-encap-ip)#end Router PE 2
Command
Konfigurasi
PE2#conf t PE2(config)#int tunnel 0 PE2(config-if)#ip address 10.10.10.2 255.255.255.252 PE2(config-if)#tunnel source 10.10.10.2 PE2(config-if)#tunnel destination 10.10.10.1 PE2(config-if)#mpls ip PE2(config-if)#exit PE2(config)#l3vpn encapsulation ip tunnel 0 PE2(config- l3vpn-encap-ip)#transport ipv4 source loopback 0 PE2(config- l3vpn-encap-ip)# protocol gre key 1234 PE2(config- l3vpn-encap-ip)#end
Deskripsi Diatas merupakan konfigurasi GRE yang dilakukan pada router PE 1
dan PE 2. Dalam konfigurasi tersebut digunakan interface tunnel0
sebagai jalur yang menghubungkan antara router PE 1 dengan router
PE2. Diketahui bahwa tunnel 0 pada PE 1 di konfigurasi dengan ip
10.10.10.1 255.255.252 dan PE 2 di konfigurasi dengan ip 10.10.10.2
255.255.255.252. kemudian membuat script gre dengan
menggunakan command “l3vpn encapsulation ip tunnel 0” yang
berfungsi untuk membuat encapsulasi pada tunnel 0 dengan
menggunakan metode gre serta membuat gre key 1234 yang berfungsi
untuk peng enskripsian paket data.
Konfigurasi diatas merupakan code untuk mebuat GRE
tunneling. Akan tetapi untuk GRE tunneling belum dapat di
gunakan dikarenakan harus di verifikasi terlebih dahulu oleh
MPBGP agar GRE tunneling dapat di aktifkan.
4.5.8 Verifikasi GRE di MP BGP
Berikut adalah konfigurasi untuk mengaktifkan GRE tunneling yang
dikonfigurasikan pada router PE 1 :
Tabel 4.14 Verifikasi GRE di MP BGP
Router PE 1
Command
Konfigurasi
PE1(config)# router bgp 10 PE1(config-router)#address-fam vpnv4 PE1(config-router-af)#neighbor 10.10.10.2 route-map SELECT_UPDATE_FOR_L3VPN in PE1(config-router-af)#exit PE1(config-router)#route-map SELECT_UPDATE_FOR_L3VPN permit 10 PE1(config-router)#set ip next-hop encapsulate l3vpn tunnel 0 PE1(config-router)#set ip next-hop encapsulate l3vpn my profile PE1(config-router)#end
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
69
Deskripsi Diatas merupakan command konfigurasi untuk memverikasi GRE
agar dapat di redistribusikan dari router CE dengan jaringan backbone
yang di konfigurasi pada router PE. Scirpt tersebut dibuat didalam
BGP dengan cara mengaktifkan neigbor tunnel yang telah dibuat pada
konfigurasi sebelumnya sehingga pada jaringan BGP telah
mengetahui route yang telah konfigurasi dengan menggunakan GRE
tunneling.
Konfigurasi seperti di atas di lakukan pada router PE 2 dengan
memperhatikan IP neighbor yang sesuai agar GRE tunneling
dapat di aktifkan.
4.5.9 Konfigurasi IP di virtual PC
Konfigurasi dilakukan dengan cara membuka adapter properties yang
ada di kontrol panel lalu, klik properties, lalu klik dua kali internet
protocol version 4. Konfigurasi dilakukan di PC 1, PC 2, PC 3 dan PC
4. Berikut ini merupakan hasil virtual machine yang telah di
konfigurasi.
Dari hasil konfigurasi virtual machine antara PC 1 dengan PC
3 dan PC 2 dengan PC 4 memiliki IP yang sama. Hal ini tidak
akan terjadi masalah konflik traffic pada jaringan karena telah
dikonfigurasi menggunakan VRF ( virtual routing forwarding
).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
70
Gambar 4.4 PC 1 VRF A
Gambar 4.5 PC 2 VRF A
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
71
Pada Gambar 4.4 dan Gambar 4.5 merupakan konfigurasi yang
dilakukan pada virtual PC yang terdapat pada VMware agar
dapat terhubung dengan jaringan yang berada pada GNS3.
Gambar 4.6 PC 3 VRF B
Gambar 4.7 PC 4 VRF B
Pada Gambar 4.6 konfigurasi yang dilakukan memiliki IP yang
sama dengan Gambar 4.4 sama hal nya dengan Gambar 4.7 yang
memiliki IP pada interface yang sama dengan Gambar 4.5. ini
tidak akan terjadi masalah meskipun memiliki IP yang sama
karena telah dibedakan routing table dengan menggunakan VRF
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
72
yang telah di konfigurasi pada jaringan backbone yang terdapat
pada router PE.
73
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Verifikasi dan Validasi
Pada tahapan ini, penulis melakukan proses verifikasi dan validasi dari
tahapan-tahapan sebelumnya. Penulis melakukan verifikasi apakah ketiga tahapan
sebelumnya sudah konsisten atau belum. Setelah itu penulis melakukan validasi
terhadap model yang sudah dibuat, apakah model yang telah dibuat sudah tepat
dengan tujuan atau belum. Jika terjadi kesalahan pada tahapan sebelumnya, maka
penulis harus memperbaiki dan menyesuaikannya agar sesuai dengan kebutuhan.
Jika kesalahan tidak terjadi, maka proses penelitian bisa dilanjutkan ke tahapan
selanjutnya.
5.1.1 Verifikasi dan Validasi Konfigurasi Router
Penulis terlebih dahulu mengecek konfigurasi router apakah sudah
terhubung dengan seluruh router lainnya dengan cara melakukan perintah
“show ip route” di salah satu router. Perintah ini dilakukan untuk
menampilkan routing table. Proses ini dilakukan di GNS3 di seluruh router
pada skenario 1 dan 2 . Jika ada rute yang tidak terdaftar di routing table,
maka ada kemungkinan konfigurasi yang salah. Jika hal tersebut terjadi, maka
penulis harus melakukan perbaikan konfigurasi di bagian yang salah. Berikut
adalah hasil show ip route di seluruh skenario :
1. Routing table pada router PE 1 skenario 1 dan 2 Tabel 5.1 verifikasi dan validasi router PE 1 Skenario 1 dan 2
Router PE 1
Command Sh ip route
Hasil output 1.0.0.0/32 is subnetted, 1 subnets C 1.1.1.1 is directly connected, Loopback0 2.0.0.0/32 is subnetted, 1 subnets O 2.2.2.2 [110/11] via 10.1.1.2, 00:42:58, Ethernet0/0 3.0.0.0/32 is subnetted, 1 subnets O 3.3.3.3 [110/21] via 10.1.1.2, 00:42:58, Ethernet0/0 4.0.0.0/32 is subnetted, 1 subnets O 4.4.4.4 [110/11] via 10.1.4.2, 00:43:08, Ethernet0/1 5.0.0.0/32 is subnetted, 1 subnets O 5.5.5.5 [110/21] via 10.1.4.2, 00:42:58, Ethernet0/1 6.0.0.0/32 is subnetted, 1 subnets O 6.6.6.6 [110/31] via 10.1.4.2, 00:42:58, Ethernet0/1 [110/31] via 10.1.1.2, 00:42:58, Ethernet0/0 10.0.0.0/8 is variably subnetted, 8 subnets, 2 masks
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
74
C 10.1.1.0/30 is directly connected, Ethernet0/0 L 10.1.1.1/32 is directly connected, Ethernet0/0 O 10.1.2.0/30 [110/20] via 10.1.1.2, 00:42:58, Ethernet0/0 O 10.1.3.0/30 [110/30] via 10.1.1.2, 00:42:58, Ethernet0/0 C 10.1.4.0/30 is directly connected, Ethernet0/1 L 10.1.4.1/32 is directly connected, Ethernet0/1 O 10.1.5.0/30 [110/20] via 10.1.4.2, 00:42:58, Ethernet0/1 O 10.1.6.0/30 [110/30] via 10.1.4.2, 00:42:58, Ethernet0/1
Deskripsi Berdasarkan hasil output diatas menunjukkan bahwa :
1. L ( Local ) menunjukkan interface yang dikonfiugurasi pada
router tersebut yaitu ethernet 0/0 10.1.1.1 dan ethernet 0/1
10.1.4.1 .
2. C ( Connected ) menunjukkan bahwa ip pada ethernet
berhasil terhubung dengan router tetangga. Pada hasil
diatas menunjukkan bahwa ip 1.1.1.1 , 10.1.1.0 dan
10.1.4.0 telah terhubung dengan router tetangga.
3. O ( OSPF ) menunjukkan bahwa pada router tersebut telah
berhasil di konfigurasi menggunakan routing protokol
OSPF. Dengan jumlah router yang terkoneksi sebanyak 6
router dengan network 10.1.1.0, 10.1.2.0, 10.1.3.0,
10.1.4.0, 10.1.5.0 dan 10.1.6.0 hal ini sesuai dengan model
yang telah dibuat.
Berdasrkan hasil tersebut, menunjukan bahwa konfigurasi pada router
PE 1 memiliki routing protocol OSPF yang diketahui berdasarkan keterangan
O pada terminal setelah ditampilkan dengan perintah “Sh iproute”. Sedangkan
keterangan L berarti interface yang dikonfigurasi pada router dan C berarti
interface yang terhubung pada interface lainnya.
2. Routing table router PE 2 pada skenario 1 dan 2
Tabel 5.2 verifikasi dan validasi Router PE 2 Pada Skenario 1 dan 2
Router PE 2
Command sh ip route
Hasil output 1.0.0.0/32 is subnetted, 1 subnets O 1.1.1.1 [110/31] via 10.1.6.1, 00:54:49, Ethernet0/1 [110/31] via 10.1.3.1, 00:54:49, Ethernet0/0 2.0.0.0/32 is subnetted, 1 subnets O 2.2.2.2 [110/21] via 10.1.3.1, 00:54:49, Ethernet0/0 3.0.0.0/32 is subnetted, 1 subnets O 3.3.3.3 [110/11] via 10.1.3.1, 00:54:59, Ethernet0/0 4.0.0.0/32 is subnetted, 1 subnets O 4.4.4.4 [110/21] via 10.1.6.1, 00:54:49, Ethernet0/1 5.0.0.0/32 is subnetted, 1 subnets O 5.5.5.5 [110/11] via 10.1.6.1, 00:54:49, Ethernet0/1 6.0.0.0/32 is subnetted, 1 subnets C 6.6.6.6 is directly connected, Loopback0 10.0.0.0/8 is variably subnetted, 8 subnets, 2 masks
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
75
O 10.1.1.0/30 [110/30] via 10.1.3.1, 00:54:49, Ethernet0/0 O 10.1.2.0/30 [110/20] via 10.1.3.1, 00:54:59, Ethernet0/0 C 10.1.3.0/30 is directly connected, Ethernet0/0 L 10.1.3.2/32 is directly connected, Ethernet0/0 O 10.1.4.0/30 [110/30] via 10.1.6.1, 00:54:49, Ethernet0/1 O 10.1.5.0/30 [110/20] via 10.1.6.1, 00:54:49, Ethernet0/1 C 10.1.6.0/30 is directly connected, Ethernet0/1 L 10.1.6.2/32 is directly connected, Ethernet0/1
Deskripsi Berdasarkan hasil output diatas menunjukkan bahwa :
1. L ( Local ) menunjukkan interface yang dikonfiugurasi pada
router tersebut yaitu ethernet 0/0 10.1.3.2 dan ethernet 0/1
10.1.6.2 .
2. C ( Connected ) menunjukkan bahwa ip pada ethernet
berhasil terhubung dengan router tetangga. Pada hasil
diatas menunjukkan bahwa ip 6.6.6.6 , 10.1.3.0 dan
10.1.6.0 telah terhubung dengan router tetangga.
3. O ( OSPF ) menunjukkan bahwa pada router tersebut telah
berhasil di konfigurasi menggunakan routing protokol
OSPF. Dengan jumlah router yang terkoneksi sebanyak 6
router dengan network 10.1.1.0, 10.1.2.0, 10.1.3.0,
10.1.4.0, 10.1.5.0 dan 10.1.6.0 hal ini sesuai dengan model
yang telah dibuat.
Diatas merupakan tampilan routing table yang berada pada router PE
2 yang dikonfigurasikan di skenario 1 dan 2 dengan menggunakan routing
protocol OSPF.
3. Verifikasi MPLS pada router PE 1 skenario 1 dan 2
Tabel 5.3 Verifikasi dan Validasi MPLS
Router PE 1
Command sh mpls interface
Hasil Output Interface IP Tunnel BGP Static Operational Ethernet0/0 Yes(ldp) No No No Yes Ethernet0/1 Yes(ldp) No No No Yes
Commad sh mpls interface detail
Hasil Output Interface Ethernet0/0: Type Unknown IP labeling enabled (ldp): Interface config LSP Tunnel labeling not enabled IP FRR labeling not enabled BGP labeling not enabled MPLS operational MTU = 1500 Interface Ethernet0/1:
Type Unknown IP labeling enabled (ldp):
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
76
Interface config LSP Tunnel labeling not enabled IP FRR labeling not enabled BGP labeling not enabled MPLS operational MTU = 1500
Commad sh mpls ldp neighbor
Hasil Output Peer LDP Ident: 4.4.4.4:0; Local LDP Ident 1.1.1.1:0 TCP connection: 4.4.4.4.50344 - 1.1.1.1.646 State: Oper; Msgs sent/rcvd: 98/97; Downstream Up time: 01:11:56 LDP discovery sources: Ethernet0/1, Src IP addr: 10.1.4.2 Addresses bound to peer LDP Ident: 10.1.4.2 4.4.4.4 10.1.5.1 Peer LDP Ident: 2.2.2.2:0; Local LDP Ident 1.1.1.1:0 TCP connection: 2.2.2.2.30294 - 1.1.1.1.646 State: Oper; Msgs sent/rcvd: 97/98; Downstream Up time: 01:11:43 LDP discovery sources: Ethernet0/0, Src IP addr: 10.1.1.2 Addresses bound to peer LDP Ident: 10.1.1.2 2.2.2.2 10.1.2.1
Deskripsi Berdasarkan hasil output diatas menjelaskan bahwa :
1. Sh mpls interface
Menampilkan hasil mpls pada interface yang telah di
konfigurasi. Jika dilihat dari hasil output menjelaskan
bahwa interface ethernet 0/0 dan 0/1 menggunakan IP mpls
ldp dengan keterangan bahwa telah dapat beroperasi.
2. Sh mpls interface detail
Menampilkan keseluruhan informasi mpls yang telah
dikonfigurasi. Dari hasil output tersebut telah dapat
keterangan pada ethernet 0/0 dan 0/1 bahwa interface
tersebut menggunakan MPLS type LDP dengan maximum
transmission unit 1500
3. Sh mpls ldp neighbor
Menampilkan mpls router tetangga yang telah di
konfigurasi. Berdasarkan hasil tersebut, ethernet 0/0
menunjukkan bahwa tetangga yang menggunakan MPLS
yaitu 10.1.1.2 yang diketahui oleh router-id 2.2.2 sebagai ip
loopback serta kemudian dilanjutkan dengan ip 10.1.2.1.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
77
Ethernet 0/1 menunjukkan bahwa tetang yang
menggunakan MPLS yaitu 10.1.4.2 yang diketahui oleh
router-ide 4.4.4.4 sebagai ip loopback kemudian
dilanjutkan dengan ip 10.1.5.1 .
Dari 3 command tersebut membuktikan bahwa mpls telah
berhasil di verifikasi dan di validasi.
Untuk verifikasi MPLS dapat dilakukan dengan beberapa perintah
seperti : ‘sh mpls interface’ untuk menampilkan routing table MPLS pada
router. ‘sh mpls interface detail’ menampilkan informasi MPLS pada router.
Dan ‘sh mpls ldp neighbor’ menampilkan informasi MPLS yang terhubung
dengan router lainnya yang memiliki konfigurasi MPLS. Perintah tersebut
dapat dilakukan pada router yang berada pada jaringan MPLS backbone
untuk memverifikasi status MPLS tersebut. router yang berada di jaringan
MPLS backbone yaitu PE 1, P1, P2, P3, P4, dan PE 2.
4. Verifikasi VRF pada PE 1 skenario 1 dan 2.
Tabel 5.4 Verifikasi dan Validasi VRF
Router PE 1
Commad sh ip vrf
Hasil Output Name Default RD Interfaces A 10:1 Et0/3 B 10:2 Et0/3
Command sh ip vrf int
Hasil Output PE1#sh ip vrf int Interface IP-Address VRF Protocol Et0/3 20.20.20.1 A up Et0/3 20.20.20.1 B up
Deskripsi Berdasarkan hasil output diatas menjelaskan bahwa :
1. sh ip vrf
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
78
menampilkan ip vrf yang telah dikonfigurasi.berdasarkan
hasil output diketahui bahwa terdapat 2 VRF yaitu VRF
A dan VRF B dengan RD VRF A 10:1 dan RD VRF B
10:2 melalui ethernet 0/3
2. sh ip vrf interface
menampilkan ip vrf pada interface yang telah di
konfigurasi. Dari hasil output menjelaskan bahwa melalui
ethernet 0/3 dengan ip 20.20.20.1 VRF A dan B dengan
protokol status UP telah berhasil dijalankan
Diatas merupakan perintah untuk memverifikasi VRF yang telah
dikonfigurasi. Diantaranya menggukan perintah : ‘sh vrf‘ yang akan
menampilkan table VRF. ‘sh vrf int’ menampilkan table interface pada VRF.
Untuk dapat mengetahui informasi VRF dapat dilakukan perintah yang sama
pada router PE 2.
5. Verifikasi BGP pada skenario 1 dan 2
Tabel 5.5 Verifikasi dan Validasi BGP
Router PE 1
Command sh ip bgp summary
Hasil Output BGP router identifier 1.1.1.1, local AS number 10 BGP table version is 1, main routing table version 1 Neighbor V AS MsgRcvd MsgSent TblVe InQ OutQ 6.6.6.6 4 10 112 112 1 0 0 Up/Down State/PfxRcd 01:35:08 0
Router PE 2
Command sh ip bgp summary
Hasil Output BGP router identifier 6.6.6.6, local AS number 10 BGP table version is 1, main routing table version 1 Neighbor V AS MsgRcvd MsgSent TblVer InQ OutQ 1.1.1.1 4 10 116 116 1 0 0 Up/Down State/PfxRcd 01:38:35 0
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
79
Deskripsi Berdasarkan output pada router PE 1 dan PE 2 menyatakan
bahwa verifikasi dan validasi BGP telah berhasil. Hal ini
dibuktikan telah tercantumnya ip tetangga BGP pada router PE
1 yaitu 6.6.6.6 dan router PE 2 yaitu 1.1.1.1.
Diatas merupakan hasil dari tampilan pada router PE 1 dan PE 2 untuk
mengetahui bahwa BGP pada jaringan skenario 1 dan 2 telah aktif dengan
menggunakan perintah ‘sh ip bgp summary’.
6. Verifikasi pada CE skenario 1 dan 2
Tabel 5.6 Verifikasi pada CE
Router CE-A1
Command sh ip route
Hasil Output 7.0.0.0/32 is subnetted, 1 subnets C 7.7.7.7 is directly connected, Loopback0 8.0.0.0/32 is subnetted, 1 subnets O IA 8.8.8.8 [110/20] via 20.20.20.1, 01:42:32, Ethernet0/0 20.0.0.0/8 is variably subnetted, 2 subnets, 2 masks C 20.20.20.0/30 is directly connected, Ethernet0/0 L 20.20.20.2/32 is directly connected, Ethernet0/0 40.0.0.0/30 is subnetted, 1 subnets O IA 40.40.40.0 [110/11] via 20.20.20.1, 01:42:32, Ethernet0/0 172.27.0.0/24 is subnetted, 1 subnets O IA 172.27.1.0 [110/20] via 20.20.20.1, 01:42:32, Ethernet0/0 192.168.1.0/24 is variably subnetted, 2 subnets, 2 masks C 192.168.1.0/24 is directly connected, Ethernet0/1 L 192.168.1.1/32 is directly connected, Ethernet0/1
Router CE-A2
Command sh ip route
Hasil Output 7.0.0.0/32 is subnetted, 1 subnets O IA 7.7.7.7 [110/20] via 40.40.40.1, 01:43:26, Ethernet0/0 8.0.0.0/32 is subnetted, 1 subnets C 8.8.8.8 is directly connected, Loopback0 20.0.0.0/30 is subnetted, 1 subnets O IA 20.20.20.0 [110/11] via 40.40.40.1, 01:43:26, Ethernet0/0 40.0.0.0/8 is variably subnetted, 2 subnets, 2 masks C 40.40.40.0/30 is directly connected, Ethernet0/0 L 40.40.40.2/32 is directly connected, Ethernet0/0 172.27.0.0/16 is variably subnetted, 2 subnets, 2 masks C 172.27.1.0/24 is directly connected, Ethernet0/1 L 172.27.1.1/32 is directly connected, Ethernet0/1 O IA 192.168.1.0/24 [110/20] via 40.40.40.1, 01:43:26, Ethernet0/0
Router CE-B1
Command sh ip route
Hasil Output 9.0.0.0/32 is subnetted, 1 subnets C 9.9.9.9 is directly connected, Loopback0 10.0.0.0/32 is subnetted, 1 subnets
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
80
O IA 10.10.10.10 [110/20] via 20.20.20.1, 01:44:09, Ethernet0/0 20.0.0.0/8 is variably subnetted, 2 subnets, 2 masks C 20.20.20.0/30 is directly connected, Ethernet0/0 L 20.20.20.2/32 is directly connected, Ethernet0/0 40.0.0.0/30 is subnetted, 1 subnets O IA 40.40.40.0 [110/11] via 20.20.20.1, 01:44:09, Ethernet0/0 172.27.0.0/24 is subnetted, 1 subnets O IA 172.27.1.0 [110/20] via 20.20.20.1, 01:44:09, Ethernet0/0 192.168.1.0/24 is variably subnetted, 2 subnets, 2 masks C 192.168.1.0/24 is directly connected, Ethernet0/1 L 192.168.1.1/32 is directly connected, Ethernet0/1
Router CE-B2
Command sh ip route
Hasil Output 9.0.0.0/32 is subnetted, 1 subnets O IA 9.9.9.9 [110/20] via 40.40.40.1, 01:46:01, Ethernet0/0 10.0.0.0/32 is subnetted, 1 subnets C 10.10.10.10 is directly connected, Loopback0 20.0.0.0/30 is subnetted, 1 subnets O IA 20.20.20.0 [110/11] via 40.40.40.1, 01:46:01, Ethernet0/0 40.0.0.0/8 is variably subnetted, 2 subnets, 2 masks C 40.40.40.0/30 is directly connected, Ethernet0/0 L 40.40.40.2/32 is directly connected, Ethernet0/0 172.27.0.0/16 is variably subnetted, 2 subnets, 2 masks C 172.27.1.0/24 is directly connected, Ethernet0/1 L 172.27.1.1/32 is directly connected, Ethernet0/1 O IA 192.168.1.0/24 [110/20] via 40.40.40.1, 01:46:01, Ethernet0/0
Deskripsi Berdasarkan hasil diatas menampilkan routing table pada
setiap router CE, terdapat 4 router CE dimana CE-A1
terkoneksi dengan CE-A2 dan router CE-B1 terkoneksi dengan
router CE-B2. Hasil tersebut menyatakan bahwa routing
protokol yang di gunakan adalah OSPF. Hal ini membuktikan
verifikasi dan validasi telah berhasil.
Diatas merupakan tampilan terminal pada router CE-A1, CE-A2, CE-
B1, dan CE-B2. Berdasarkan tampilan diatas menunjukan router CE-A1
terhubung dengan router CE-A2 dan router CE-B1 terhubung dengan router
CE-B2. Pada routing table diatas menunjukan bahwa routing protocol yang
digunakan adalah OSPF dengan keterangan O IA yang berarti OSPF inter
area. Artinya, antara router CE-A1 dengan router CE-A2 dihubungkan
dengan OSPF yang berbeda area begitu juga dengan router CE-B1 dengan
CE-B2. Untuk mengetahui bahwa koneksi tersebut terhubung dapat
menggunakan perintah ‘ping’ misalkan seperti dibawah ini :
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
81
Tabel 5.7 pengujian ping verifikasi dan validasi router CE
Router CE-A1
Command Ping 172.27.1.1
Hasil Output Success rate is 100 percent (5/5), round-trip min/avg/max = 1/1/1 ms
Router CE-A2
Command Ping 192.168.1.1
Hasil Output Success rate is 100 percent (5/5), round-trip min/avg/max = 1/2/6 ms
Deskripsi Berdasarkan hasil output diatas menunjukkan bahwa koneksi antara
CE-A1 dengan CE-A2 telah berhasil. Dengan CE 1 menggunakan ip
192.168.1.1 kemudian mencoba ping ke 172.27.1.1
Tabel diatas menunjukkan bahwa pengujian ping antara router CE-A1
dengan router CE-A2 telah berhasil di verifikasi dan di validasi. Untuk
melakukan pengujian pada router CE-B1 dengan router CE-B2 dapat
dilakukan perintah yang sama seperti tabel diatas.
7. Verifikasi GRE tunneling pada skenario 2
Tabel 5.8 Verifikasi dan Validasi GRE tunneling
Router PE 1
Commnad sh tunnel int
Hasil Output Tunnel0 Mode:multi-GRE/IP, Destination UNKNOWN, Source Loopback0 Application ID 2: TUN-TO : l3vpn, Index 0, Name tunnel, Tunnel Subblocks: src-track: Tunnel0 source tracking subblock associated with Loopback0 Set of tunnels with source Loopback0, 2 members (includes iterators), on interface <OK> Linestate - current up Internal linestate - current up, evaluated up Tunnel Source Flags: Local Transport IPv4 Header DF bit cleared OCE: IP tunnel decap Provider: interface Tu0, prot 47 Performs protocol check [47] Protocol Handler: GRE: key 0x4D2, opt 0x2000 ptype: ipv4 [ipv4 dispatcher: from if Tu0] ptype: ipv6 [ipv6 dispatcher: punt] ptype: mpls [mpls dispatcher: from if Tu0] ptype: otv [otv dispatcher: drop] Tunnel1 Mode:GRE/IP, Destination 6.6.6.6, Source Loopback0 IP transport: output interface Ethernet0/0 next hop 10.1.1.2 Application ID 1: unspecified Tunnel Subblocks: src-track: Tunnel1 source tracking subblock associated with Loopback0 Set of tunnels with source Loopback0, 2 members (includes iterators), on interface <OK>
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
82
Linestate - current up Internal linestate - current up, evaluated up Tunnel Source Flags: Local Transport IPv4 Header DF bit cleared OCE: IP tunnel decap Provider: interface Tu1, prot 47 Performs protocol check [47] Protocol Handler: GRE: opt 0x0 ptype: ipv4 [ipv4 dispatcher: from if Tu1] ptype: ipv6 [ipv6 dispatcher: punt] ptype: mpls [mpls dispatcher: from if Tu1] ptype: otv [otv dispatcher: drop] There are 0 tunnels running over the EON IP protocol There are 0 tunnels running over the IPinIP protocol There are 0 tunnels running over the NOSIP protocol There are 0 tunnels running over the IPv6inIP protocol There are 0 tunnels running over the RBSCP/IP protocol
Deskripsi Berdasarkan hasil output diatas menampilkan interface yang
telah dikonfigurasi dengan GRE tunneling. Diatas
menunjukkan bahwa tunnel0 yang dikonfigurasi GRE
tunneling kemudian di redistribusi dengan tunnel1
menggunakan ip 10.1.1.1 dengan nexthop ip 10.1.1.2
Diatas merupakan informasi pada konfigurasi router PE 1 yang
menggunakan GRE tunneling. Berdasrkan informasi diatas GRE tunneling
berjalan menggunakan tunnel 0 yang telah di konfigurasi dan kemudian
mendistribusikannya menggunakan MP-BGP agar GRE dapat terkoneksi.
8. Verifikasi jalur pada konfigurasi GRE tunneling
Tabel 5.9 verifikasi dan validasi jalur konfigurasi GRE tunneling
Router PE 1
Command sh ip cef vrf A tunnel 0
Hasil Output 8.8.8.8/32 nexthop 6.6.6.6 Tunnel0 label 27 40.40.40.0/30 nexthop 6.6.6.6 Tunnel0 label 28 172.27.1.0/24 nexthop 6.6.6.6 Tunnel0 label 29
Command sh ip cef vrf B tunnel 0
Hasil Output 10.10.10.10/32 nexthop 6.6.6.6 Tunnel0 label 30 40.40.40.0/30 nexthop 6.6.6.6 Tunnel0 label 31 172.27.1.0/24 nexthop 6.6.6.6 Tunnel0 label 32
Deskripsi Berdasrkan hasil output menampilkan rute paket data yang dikirim
menuju router pengirim dengan menggunakan GRE tunneling.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
83
Berdasrkan dari model yang telah dibuat bahwa hasil tersebut
menunjukkan hasil yang sesuai dengan rute yang dilalui untuk VRF
A yaitu 8.8.8.8, 40.40.40.0 dan 172.27.1.0 serta VRF B yaitu
10.10.10.10, 40.40.40.0 dan 172.27.1.0.
Berdasarkan hasil diatas merupakan skema jalur yang telah ditetapkan
oleh GRE melalui tunneling sehingga paket data yang seharusnya melewati 3
nexthope router menjadi 1 nexthope router dengan menggunakan tunneling.
9. Verifikasi jalur paket data pada skenario 1
Tabel 5.10 Verifikasi dan Validasi menggunakan traceroute pada skenario 1
Router CE-A1
Command traceroute 172.27.1.1
Hasil Output Type escape sequence to abort. Tracing the route to 172.27.1.1 VRF info: (vrf in name/id, vrf out name/id) 1 20.20.20.1 1 msec 1 msec 0 msec 2 10.1.4.2 [MPLS: Labels 20/29 Exp 0] 2 msec 1 msec 1 msec 3 10.1.5.2 [MPLS: Labels 18/29 Exp 0] 1 msec 1 msec 1 msec 4 40.40.40.1 [MPLS: Label 29 Exp 0] 1 msec 1 msec 2 msec 5 40.40.40.2 1 msec 1 msec 1 msec
Router CE-A2
Command traceroute 192.168.1.1
Hasil Output Type escape sequence to abort. Tracing the route to 192.168.1.1 VRF info: (vrf in name/id, vrf out name/id) 1 40.40.40.1 5 msec 6 msec 5 msec 2 10.1.6.1 [MPLS: Labels 22/29 Exp 0] 1 msec 0 msec 0 msec 3 10.1.5.1 [MPLS: Labels 18/29 Exp 0] 0 msec 0 msec 1 msec 4 20.20.20.1 [MPLS: Label 29 Exp 0] 6 msec 1 msec 1 msec 5 20.20.20.2 1 msec 1 msec 0 msec
Deskripsi Hasil output diatas merupakan tampilan jalur paket yang dikirim
melalui jaringan pada setiap route dengan perintah “traceroute”.
Diatas merupakan hasil pengujian jalur pengiriman data antara router
CE-A1 dengan router CE-A2 dengan menggunakan perintah ‘traceroute
(alamat IP yang dituju). Hal tersebut dapat dilakukan pada router CE-B1
dengan router CE-B2.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
84
10. Verifikasi jalur paket data pada skenario 2
Tabel 5.11 Verifikasi dan Validasi jalur paket data dengan traceroute pada skenario 2
Router CE-A1
Command traceroute 172.27.1.1
Hasil Output Type escape sequence to abort. Tracing the route to 172.27.1.1 VRF info: (vrf in name/id, vrf out name/id) 1 20.20.20.1 5 msec 5 msec 4 msec 2 40.40.40.1 [MPLS: Label 29 Exp 0] 1 msec 1 msec 1 msec 3 40.40.40.2 1 msec 1 msec 1 msec
Router CE-B1
Command traceroute 172.27.1.1
Hasil Output Type escape sequence to abort. Tracing the route to 172.27.1.1 VRF info: (vrf in name/id, vrf out name/id) 1 20.20.20.1 1 msec 5 msec 5 msec 2 40.40.40.1 [MPLS: Label 32 Exp 0] 1 msec 0 msec 1 msec 3 40.40.40.2 1 msec 1 msec 1 msec
Deskripsi Diatas merupakan hasil output skenario 2 dengan menggunakan
GRE tunneling.
Diatas merupakan hasil pengujian jalur pengiriman data antara router
CE-A1 dengan router CE-A2 dengan menggunakan perintah ‘traceroute
(alamat IP yang dituju). Hal tersebut dapat dilakukan pada router CE-B1
dengan router CE-B2. Berdasarkan hasil diatas dapat terlihat jelas
penggunaan GRE tunneling hanya melewati 3 nexthope router.
5.1.2 Verifikasi dan Validasi Konfigurasi Virtual PC
Setelah itu, penulis mengecek konfigurasi IP komputer virtual apakah
sudah sesuai dengan model yang dibuat atau belum. Bila terjadi kesalahan,
maka perbaikan akan segera dilakukan. Pengecekan dengan cara membuka
command prompt lalu memasukkan perintah “ipconfig”. Proses ini dilakukan
di PC 1 dengan PC 2 dan PC 3 dengan PC 4 pada seluruh skenario. Berikut
adalah hasil pengecekan IP PC 1,PC 2,PC 3 dan PC 4 yang telah berhasil :
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
85
Gambar 5.1 IP PC 1
Gambar 5.2 IP PC 2
Pada Gambar 5.1 menunjukkan bahwa IP pada virtual PC 1 memiliki
IP 192.168.1.2 dan untuk Gambar 5.2 menunjukkan bahwa IP pada virtual
PC 2 memiliki IP 172.27.1.2 .
Gambar 5.3 IP PC 3
Gambar 5.4 IP PC 4
Sedangkan untuk Gambar 5.3 pada virtual PC 3 memiliki IP yang
sama dengan Gambar 5.1 yaitu 192.168.1.2 dan pada Gambar 5.4 virtula PC
4 memiliki IP yang sama juga dengan Gambar 5.2 yaitu 172.27.1.2 . hal ini
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
86
tidak akan terjadi overlay dikarenakan antara Gambar 4.1 dan Gambar 4.2
berbeda VPN dengan Gambar 4.3 dan Gambar 4.4.
5.1.3 Verifikasi dan Validasi Konfigurasi Topologi menggunakan
Tracert
Setelah verifikasi dan validasi konfigurasi router dan virtual PC
selesai, kemudian seluruh perangkat dinyalakan dan pengujian menggunakan
alat bantu tracert dilakukan. tracert adalah alat yang digunakan untuk
menunjukkan rute yang dilewati paket untuk mencapai tujuan. Proses ini
dilakukan dengan cara mengirim pesan ICMP atau internet control message
protocol echo request ke tujuan dengan nilai TTL (time to live) yang
meningkat setiap paket data diteruskan. Pengujian dilakukan di PC 1 dengan
PC 2 dan PC 3 dengan PC 4. PC 1 melakukan tracert, ke PC 2 dan PC 3
melakukan tracert ke PC 4. Jika proses validasi dan verifikasi pada tahap ini
gagal, maka proses verifikasi dan validasi dilakukan ulang dari awal. Proses
verifikasi ini dilakukan di seluruh skenario Berikut adalah hasil tracert dari
seluruh skenario :
1. Skenario 1 PC 1 dengan PC 2
Gambar 5.5 tracert PC 1 dengan PC 2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
87
2. Skenario 1 PC 3 dengan PC 4
Gambar 5.6 tracert PC 3 dengan PC 4
3. Skenario 2 PC 1 dengan PC 2
Gambar 5.7 tracert GRE PC 1 dengan PC 2
4. Skenario 2 PC 3 dengan PC 4
Gambar 5.8 tracert GRE PC 3 dengan PC 4
Pada gambar diatas menunjukkan perbedaan traceroute antara skenario 1 MPLS
VPN dengan skenario 2 jika di skenario 1 melawati rute sebanyak 7 kali yaitu
192.168.1.1 ,20.20.20.1, 10.1.1.2, 10.2.2.2, 40.40.40.2, 172.27.1, 172.27.1.2
sedangkan pada skenario 2 MPLS VPN OVER GRE tunneling hanya melewati rute
sebanyak 5 kali yaitu 192.168.1.1, 20.20.20.1, 40.40.40.1, 40.40.40.2 dan
172.27.1.2. dari hasil tersebut telihat jelas jika pada MPLS VPN terbaca rute yang
ada pada backbone sedangkan MPLS VPN OVER GRE tidak terbaca rute yang
dilalui dalam backbone.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
88
5.2 Experimentation
Pada tahap ini, penulis melakukan pengujian yang sesuai dengan setiap
skenario yang telah dibuat pada tahapan modeling.
5.2.1 Pengujian Ping Response Time
Pengujian ping response time dilakukan menggunakan alat bantu
NetIO GUI yang dijalankan di kedua virtual PC. PC 1 dijadikan sebagai
server dan PC 2 dijadikan sebagai client. Serta PC 3 dijadikan server dan PC
4 dijadikan client. Pengujian dilakukan dengan 6 jenis packet size yaitu 32,
64, 128, 256, 512, dan 1024 byte. Pengujian ini dilakukan sebanyak 10 kali.
5.2.2 Pengujian TX dan RX
Pengujian Transmit troughput (TX), dan receive troughput (RX)
dilakukan menggunakan alat bantu NetIO GUI yang dijalankan di kedua
virtual PC. PC 1 dijadikan sebagai server dan PC 2 dijadikan sebagai client.
Serta PC 3 dijadikan sebagai server dan PC 4 dijadikan sebagai client.
Pengujian dilakukan dengan 6 jenis window size yaitu 1, 2, 4, 8, 16, dan 32
Kbyte. Pengujian ini dilakukan sebanyak 10 kali di seluruh skenario di GNS3.
Gambar 5.9 NetIO Pada server
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
89
Gambar 5.10 NetIO Pada client
Pada gambar 5.9 dan gambar 5.10 merupakan pengujian yang dilakukan
menggunakan netIO GUI. Dengan gambar 5.9 dijadikan sebagai server dan
gambar 5.10 dijadikan sebagai client. Kemudian akan didapat hasil sepert TX, RX
dan Ping response.
5.2.3 Pengujian Packet Loss
Pengujian Packet Loss dilakukan menggunakan alat bantu Iperf3 yang
yang dijalankan di kedua virtual PC. PC 1 dijadikan sebagai server dan PC 2
dijadikan sebagai client. Pengujian di lakukan selama 60 detik dengan
bandwidth 1Mbps dan buffer length sebesar 1Kbyte dan 8Kbyte. Pengujian
ini dilakukan sebanyak 10 kali di seluruh skenario di GNS3.
Pengujian Jitter dilakukan menggunakan alat bantu Iperf3 yang yang
dijalankan di kedua virtual PC. PC 1 dijadikan sebagai server dan PC 2
dijadikan sebagai client. Serta PC 3 dijadikan sebagai server dan PC 4 dijalankan
sebagai client. Pengujian di lakukan selama 60 detik dengan bandwidth 1Mbps
dan buffer length sebesar 1Kbyte. PC 1 diberikan perintah iperf -s dan untuk
pengujian pada client dengan perintah iperf3 -c192.168.1.2 –f k -l 1K -R -t
60 -i 60 -u. Pengujian ini dilakukan sebanyak 10 kali di seluruh skenario di
GNS3.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
90
Gambar 5.11 Iperf3 Pada server
Gambar 5.12 Iperf Pada client
5.2.4 Pengujian Jitter
Pengujian Jitter dilakukan menggunakan alat bantu Iperf3 yang
dijalankan di kedua virtual PC. PC 1 dijadikan sebagai server dan PC 2
dijadikan sebagai client. Serta PC 3 dijadikan sebagai server dan PC 4
dijalankan sebagai client. Pengujian di lakukan selama 60 detik dengan
bandwidth 1Mbps dan buffer length sebesar 1Kbyte dan 8Kbyte. PC 1
diberikan perintah iperf -s dan untuk pengujian dengan buffer length 1Kbyte,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
91
PC 2 diberikan perintah iperf -c 172.16.1.2 -f k -l 1K -R -t 60 -i 60 -u.
Sedangkan untuk pengujian dengan buffer length 8Kbyte, PC 2 diberikan
perintah iperf -c 172.16.1.2 -f k -l 8K -R -t 60 -i 60 -u. Pengujian ini dilakukan
sebanyak 10 kali di seluruh skenario di GNS3.
5.2.5 Pengujian Convergence Time
Pengujian convergence time dilakukan dengan menggunakan
Wireshark. Pengujian dilakukan dengan cara menangkap paket yang ada di
link antara router PE dengan router P yaitu menggunakan ethernet 0/1 yang
ada ada jaringan backbone di GNS3. Pengujian ini dilakukan sebanyak 5 kali
di seluruh skenario di GNS3.
Gambar 5.13 Pengujian convergence time dengan wireshark
5.3 Output Evaluation
Pada tahapan ini, hasil dari simulasi yang telah dilakukan kemudian di catat
dan dituliskan dalam bentuk tabel dan digambarkan dalam bentuk grafik. Hasil
yang dihasilkan antara lain adalah ping response time, transmit troughput, receive
troughput, convergence time, dan jitter. Berikut adalah hasil dari setiap skenario :
5.3.1 Hasil Skenario 1 MPLS L3VPN PC 1 dengan PC 2
Hasil percobaan TX dan RX di GNS3 pada skenario 1 MPLS L3VPN
pengujian PC 1 dengan PC 2 dapat dilihat dibawah ini :
92
Tabel 5.12 Tabel TX MPLS L3VPN pada PC 1 dengan PC 2
Tabel 5.13 Tabel RX MPLS L3VPN pada PC 1 dengan PC 2
WINDOW
SIZE(Kbyte)
PERCOBAAN KE ( Kilobyte/sec)
RATA-RATA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1k 1127.61 1109.31 1019.32 1004.65 1351.87 1602.09 1433.8 712.5 825.55 1338.27 1152.497
2k 1920.17 2285.64 2234.21 2075.34 2067.36 1567.47 1858.31 1979.31 2608.3 2096.02 2069.213
4k 2644.62 2680.25 2179.2 2366.43 2137.35 1619.83 2670.61 1754.76 2906.06 2297.07 2325.618
8k 2658.67 3015.58 3057 2577.11 2883.83 2562.67 2964.34 2651.41 2971.99 2361.74 2770.434
16k 2308.54 2359.64 2803.19 2931.9 3290.68 2278.38 3045.83 2731.11 3072.5 2755.56 2757.733
32k 2597.25 1901.08 2304.3 2853.25 2249.13 2946.79 2619.87 2642.93 3255.39 2655.92 2602.591
RATA-RATA 2209.048 2225.25 2266.2 2301.45 2330.04 2096.2 2432.13 2078.67 2606.63 2250.76 2279.638
WINDOW
SIZE(Kbyte)
PERCOBAAN KE ( Kilobyte/sec) RATA-RATA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1k 746.82 870.9 1057.45 1001.79 1282.69 930.15 1286.76 1238.55 754.26 721.39 989.076
2k 1433.86 1996.74 1515.23 1450.23 1977.15 1654.02 2071.29 1822.55 2132.25 2136.13 1818.945
4k 2813.87 2286.57 2239.2 2840.71 2569.95 2002.8 1875.15 2501.95 1149.95 2888.13 2316.828
8k 2749.87 3066.09 2882.61 2880.91 2117.46 3024.7 2711.33 2142.53 2790.12 2227.83 2659.345
16k 2592.2 2638.68 2727.15 2660.15 2469.18 2726.27 2358.34 2525.34 2646.24 2603.31 2594.686
32k 3035.25 3040.62 2844.05 2142.67 3049.32 2097.63 3103.19 3094.2 2526.99 2721.81 2765.573
RATA-RATA 2228.64 2316.6 2210.95 2162.74 2244.29 2072.6 2234.34 2220.85 1999.97 2216.43 2190.741
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
93
Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa hasil pengujian TX dengan
window size 1, 2, 4, 8, 16, 32 Kbyte di GNS3 memiliki nilai rata-rata sebesar
1152.497, 2016.213, 2325.618, 2770.434, 2757.733, dan 2602.59 kbps
dengan nilai rata-rata keseluruhan 2279.638 kbps. Sedangkan untuk hasil
pengujian RX memiliki nilai rata-rata sebesar 989.076, 1818.945, 2318.828,
2659.345, 2594.686, dan 2765.573 kbps dengan nilai rata-rata keseluruhan
2190.741 kbps. Hasil pengujian yang dilakukan sebanyak 10 kali
menunjukkan bahwa hasil pengujian TX dan RX memiliki nilai yang
bervariasi. Window size pada pengujian ini tidak berpengaruh banyak pada
hasil yang dihasilkan. Karena nilai hasil pengujian dengan window size 1, 2,
4, 8, 16, 32 Kbyte menghasilkan hasil yang bervariasi, terkadang hasil
pengujian dengan window size 1kb lebih besar dari pada 32kb terkadang
window size 32kb memiliki hasil yang lebih besar dari 1kb. Dari tabel tersebut
juga dapat dilihat bahwa nilai TX dan RX pada perngujian 1k ,2k , 4k, 8k,
16k, dan 32k memiliki perbedaan yang tidak terlalu besar.
Selanjutnya adalah hasil pengujian ping response time di GNS3
dengan packet size 32, 64, 128, 256, 512, 1024 byte. Berikut adalah hasil
pengujiannya :
Tabel 5.14 Hasil pengujian ping response time MPLS L3VPN pada skenario 1 PC 1
dengan PC 2
Packet
Size(Byte)
Percobaan Ke (ms) Rata-
rata(ms) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
32 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2.6
64 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3.1
128 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2.8
256 2 4 5 3 3 3 3 3 2 3 3.1
512 2 3 3 3 4 2 3 4 3 3 3
1024 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3
Rata-rata 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2.92
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
94
Dari hasil pengujian tersebut, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata ping
response time dengan packet size 32, 64, 128, 256, 512, 1024 byte secara
berturut-turut adalah 2.6, 3.1, 2.8, 3.1, 3 dan 3 dengan nilai rata-rata
keseluruhan adalah 2.92. rata-rata keseluruhan tersebut didapatkan
berdasarkan pada aplikasi netIO pada setiap pengujian kemudian hasil
tersebut di rata-rata menjadi 2.92. Dari hasil tersebut dapat di lihat nilai yang
dihasilkan sangat variatif.
Selanjutnya adalah hasil pengujian dengan protokol UDP yaitu jitter
dan packet loss dengan buffer length sebesar 1kbyte di GNS3. Berikut adalah
tabel hasilnya :
Tabel 5.15 Hasil pengujian jitter dan packet loss skenario 1 PC 1 dengan PC 2
Hasil Test
UDP
Percobaan Ke Rata-
rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jitter (ms) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Packet Loss
(%) 3 6 3.1 6.5 4.1 3.8 4.5 6 3.3 4 4.43
Dari hasil pengujian tersebut, dapat dilihat bahwa nilai jitter secara
berturut-turut adalah 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, dan 0 dengan nilai rata-rata adalah
0. Sedangkan nilai packet loss secara berturut-turut adalah 3, 6, 3.1, 6.5, 4.1,
3.8, 4.5, 6, 3.3, dan 4. dengan nilai rata-rata adalah 4.43. Dari hasil tersebut
dapat di lihat nilai yang dihasilkan sangat variatif.
5.3.2 Hasil Skenario 1 MPLS L3VPN PC 3 dengan PC 4
Hasil percobaan TX dan RX di GNS3 pada skenario 1 MPLS L3VPN
pada PC 3 dengan PC 4 dapat di lihat di tabel di bawah ini :
95
Tabel 5.16 Tabel TX MPLS L3VPN pada PC 3 dengan PC 4
Tabel 5.17 Tabel RX MPLS L3VPN pada PC 3 dengan PC 4
WINDOW
SIZE(Kbyte)
PERCOBAAN KE ( Kilobyte/sec) RATA-RATA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1k 704.2 715 832.64 1179.03 1121.31 1362 1189.11 667.72 928.18 908.2 960.739
2k 1860.7 2363.26 1505.44 2252.6 1121.31 2264.7 2310.47 1859.63 1187.71 1340.38 1806.62
4k 1657.49 2448.26 2558.75 2194.14 2293.81 2596.24 2782.24 2093.3 2520.21 2012.3 2315.674
8k 2826.62 2966.23 2483.78 234.67 2064.01 2840.92 2684.83 2825.52 2877.95 2947.15 2475.168
16k 2969.45 2325.33 2217.08 2706.56 2572.76 2733.78 3188.89 2410.75 2777.31 2148.76 2605.067
32k 2951.69 3196.74 1920.57 2845.82 944.05 32337.76 3103.62 1931.24 2066.05 2926.87 5422.441
RATA-RATA 2161.69 2335.64 1919.71 2253.47 1805.19 2505.9 254.19 1964.69 2059.57 2047.28 1930.733
WINDOW
SIZE(Kbyte)
PERCOBAAN KE ( Kilobyte/sec) RATA-RATA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1k 118.39 1519.63 1076.91 1050.03 975.46 1358.75 1072.17 1144.09 914.92 1294.35 1052.47
2k 2064.74 2143.39 2007.9 1579.31 1499.83 2636.81 1992.23 2178.4 2256.91 2171.43 2053.095
4k 1902.26 2854.1 2049.38 1667.4 2404.53 2610.85 2320.73 2262.54 2675.49 1908.61 2265.589
8k 2503.62 2891.22 1654.9 2112.54 2564.1 2993.54 2664.5 2793.72 2159.12 2556.87 2489.413
16k 2669.69 2492.68 2929.01 3055.45 2059.57 3162.15 3025.3 2928.9 2955.27 2909.62 2818.764
32k 256.36 1681.17 2451.74 2668.54 2698.89 2610.83 2713.06 2362.63 2551.78 2730.58 2272.558
RATA-RATA 1763.18 2263.7 2028.41 2668.54 2033.73 2562.15 2298 2278.38 2252.25 2261.91 2241.025
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
96
Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa hasil pengujian TX dengan
window size 1, 2, 4, 8, 16, 32 Kbyte di GNS3 memiliki nilai rata-rata sebesar
960.739, 1806.62, 2315.674, 2475.168, 2605.067, dan 5422.441 kbps dengan
nilai rata-rata keseluruhan 1930.733 kbps. Sedangkan untuk hasil pengujian
RX memiliki nilai rata-rata sebesar 1052.47, 2053.095, 2265.589, 2489.413,
2818.764, dan 2272.558 kbps dengan nilai rata-rata keseluruhan 2241.025
kbps. Hasil pengujian yang dilakukan sebanyak 10 kali menunjukkan bahwa
hasil pengujian TX dan RX memiliki nilai yang bervariasi. Window size pada
pengujian ini tidak berpengaruh banyak pada hasil yang dihasilkan. Karena
nilai hasil pengujian dengan window size 1, 2, 4, 8, 16, 32 Kbyte menghasilkan
hasil yang bervariasi, terkadang hasil pengujian dengan window size 1kb lebih
besar dari pada 32kb terkadang window size 32kb memiliki hasil yang lebih
besar dari 1kb. Dari tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa nilai TX dan RX
pada perngujian 1k ,2k , 4k, 8k, 16k, dan 32k memiliki perbedaan yang tidak
terlalu besar.
Selanjutnya adalah hasil pengujian ping response time di GNS3
dengan packet size 32, 64, 128, 256, 512, 1024 byte. Berikut adalah hasil
pengujiannya :
Tabel 5.18 Hasil pengujian ping response time MPLS L3VPN pada skenario 1 PC 3
dengan PC 4
Packet
Size(Byte)
Percobaan Ke (ms) Rata-
rata(ms) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
32 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3.1
64 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3.1
128 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3.1
256 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3.1
512 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3.1
1024 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3.2
Rata-rata 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3.12
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
97
Dari hasil pengujian tersebut, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata ping
response time dengan packet size 32, 64, 128, 256, 512, 1024 byte secara
berturut-turut adalah 3.1, 3.1, 3.1, 3.1, 3.1 dan 3.2 dengan nilai rata-rata
keseluruhan adalah 3.12. rata-rata keseluruhan tersebut didapatkan
berdasarkan pada aplikasi netIO pada setiap pengujian kemudian hasil
tersebut di rata-rata menjadi 3.12. Dari hasil tersebut dapat di lihat nilai yang
dihasilkan sangat variatif.
Selanjutnya adalah hasil pengujian dengan protokol UDP yaitu jitter
dan packet loss dengan buffer length sebesar 1kbyte di GNS3. Berikut adalah
tabel hasilnya :
Tabel 5.19 Hasil pengujian jitter dan packet loss skenario 1 PC 3 dengan PC 4
Hasil Test
UDP
Percobaan Ke Rata-
rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jitter (ms) 0.292 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.0292
Packet Loss
(%) 2.2 4.5 5.8 3.5 4.5 5.5 4.6 2.8 9.1 2 4.45
Dari hasil pengujian tersebut, dapat dilihat bahwa nilai jitter secara
berturut-turut adalah 0.292, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, dan 0 dengan nilai rata-rata
adalah 0.0292. Sedangkan nilai packet loss secara berturut-turut adalah 2.2,
4.5, 5.8, 3.5, 4.5, 5.5, 4.6, 2.8, 9.1, dan 2. dengan nilai rata-rata adalah 4.45.
Dari hasil tersebut dapat di lihat nilai yang dihasilkan sangat variatif.
5.3.3 Hasil Skenario 1 MPLS L3VPN PC 1 dengan PC 2 terhadap PC
3 dengan PC 4
Hasil percobaan TX dan RX di GNS3 pada skenario 1 MPLS L3VPN
pada PC 1 dengan PC 2 terhadap PC 3 dengan PC 4 dapat di lihat di tabel di
bawah ini :
98
Tabel 5.20 Tabel TX MPLS L3VPN pada PC 1 dengan PC 2 terhadap PC 3 dengan PC 4
. Tabel 5.21 Tabel RX MPLS L3VPN pada PC 1 dengan PC 2 terhadap PC 3 dengan PC 4
WINDOW
SIZE(Kbyte)
PERCOBAAN KE ( Kilobyte/sec) RATA-RATA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1k 1081.3 555.04 778.57 847.73 847.73 910.77 670.86 887.93 487 820.67 788.76
2k 1190.3 786.51 983.96 882.73 882.73 931.09 1045.23 908.16 790.98 646.04 904.773
4k 1335.06 916.45 1268.82 650.32 650.32 696.77 663.35 821.74 1066.69 987 905.652
8k 1165.91 1129.3 448.17 719.96 719.96 689.11 613.97 493.82 1642.4 1550.2 917.28
16k 850.05 656.43 977.71 807.35 807.35 780.7 625.72 453.41 771.42 899.32 762.946
32k 1203.73 1315.58 1295.96 1168.92 1168.92 146.19 613.12 809.59 771.42 999.54 949.297
RATA-RATA 1137.72 893.22 968.87 846.17 846.17 692.44 705.38 729.11 1081.5 938.79 883.937
WINDOW
SIZE(Kbyte)
PERCOBAAN KE ( Kilobyte/sec) RATA-RATA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1k 800.91 1046.52 435.2 1053.04 726.43 461.18 727.94 670.19 664.52 438.38 702.431
2k 1374.93 845.72 384.29 728.77 1095.64 523.47 1069.52 872.37 826.01 776.26 849.698
4k 1043.95 924.67 681.44 496.16 345.49 842.67 828.94 858.76 1015.84 1504.76 854.268
8k 1075.09 880.59 1549.24 1151.04 984.54 415.89 975.67 905.1 1072.9 1011.77 1002.183
16k 578.85 1289.46 1060.85 1004.5 1172.52 1469.36 1082.41 847.49 1473.6 500.53 1047.957
32k 908.16 533.65 1513.92 625.04 1268.1 772.22 629.23 1291.47 1462.58 1271.75 1027.612
RATA-RATA 963.65 920.1 937.49 843.09 932.12 747.46 885.62 907.56 1085.91 917.24 914.024
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
99
Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa hasil pengujian TX dengan
window size 1, 2, 4, 8, 16, 32 Kbyte di GNS3 memiliki nilai rata-rata sebesar
788.76, 904.773, 905.652, 917.28, 762.946 dan 949.297 kbps dengan nilai
rata-rata keseluruhan 883.937 kbps. Sedangkan untuk hasil pengujian RX
memiliki nilai rata-rata sebesar 702.431, 849.698, 854.268, 1002.183,
1047.957 dan 1027.612 kbps dengan nilai rata-rata keseluruhan 914.024 kbps.
Hasil pengujian yang dilakukan sebanyak 10 kali menunjukkan bahwa hasil
pengujian TX dan RX memiliki nilai yang bervariasi. Window size pada
pengujian ini tidak berpengaruh banyak pada hasil yang dihasilkan. Karena
nilai hasil pengujian dengan window size 1, 2, 4, 8, 16, 32 Kbyte menghasilkan
hasil yang bervariasi, terkadang hasil pengujian dengan window size 1kb lebih
besar dari pada 32kb terkadang window size 32kb memiliki hasil yang lebih
besar dari 1kb. Dari tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa nilai TX dan RX
pada perngujian 1k ,2k , 4k, 8k, 16k, dan 32k memiliki perbedaan yang tidak
terlalu besar.
Selanjutnya adalah hasil pengujian ping response time di GNS3
dengan packet size 32, 64, 128, 256, 512, 1024 byte. Berikut adalah hasil
pengujiannya :
Tabel 5.22 Hasil pengujian ping response time MPLS L3VPN pada skenario 1 PC 1
dengan PC 3 terhadap PC 3 dengan PC 4
Packet
Size(Byte)
Percobaan Ke (ms) Rata-
rata(ms) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
32 3 3 3 3 3 4 3 3 3 5 3.3
64 3 3 3 3 4 2 3 3 3 2 2.9
128 2 3 5 3 3 3 3 3 3 2 3
256 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3
512 2 3 9 3 3 3 3 3 3 3 3.5
1024 2 3 3 3 2 5 3 3 6 3 3.3
Rata-rata 2 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3.17
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
100
Dari hasil pengujian tersebut, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata ping
response time dengan packet size 32, 64, 128, 256, 512, 1024 byte secara
berturut-turut adalah 3.3, 2.9, 3, 3, 3.5 dan 3.5 dengan nilai rata-rata
keseluruhan adalah 3.17. rata-rata keseluruhan tersebut didapatkan
berdasarkan pada aplikasi netIO pada setiap pengujian kemudian hasil
tersebut di rata-rata menjadi 3.17. Dari hasil tersebut dapat di lihat nilai yang
dihasilkan sangat variatif.
Selanjutnya adalah hasil pengujian dengan protokol UDP yaitu jitter
dan packet loss dengan buffer length sebesar 1kbyte di GNS3. Berikut adalah
tabel hasilnya :
Tabel 5.23 Hasil pengujian jitter dan packet loss skenario 1 PC 1 dengan PC 3 terhadap
PC 3 dengan PC 4
Hasil Test
UDP
Percobaan Ke Rata-
rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jitter (ms) 0 0 0 0.049 3.611 0 0 0 0 0 0.946
Packet Loss
(%) 3.1 5.3 5.4 1.7 2.8 4.6 3.1 2.8 2.9 5 3.67
Dari hasil pengujian tersebut, dapat dilihat bahwa nilai jitter secara
berturut-turut adalah 0, 0, 0, 0.049, 3.611, 0, 0, 0, 0, dan 0 dengan nilai rata-
rata adalah 0.946. Sedangkan nilai packet loss secara berturut-turut adalah 3.1,
5.3, 5.4, 1.7, 2.8, 4.6, 3.1, 2.8, 2.9, dan 5. dengan nilai rata-rata adalah 3.67.
Dari hasil tersebut dapat di lihat nilai yang dihasilkan sangat variatif.
5.3.4 Hasil Skenario 1 MPLS L3VPN PC 3 dengan PC 4 teradap PC 1
dengan PC 2
Hasil percobaan TX dan RX di GNS3 pada skenario 1 MPLS L3VPN
pada PC 3 dengan PC 4 terhadap PC 1 dengan PC 2 dapat di lihat di tabel di
bawah ini :
101
Tabel 5.24 Tabel TX MPLS L3VPN pada PC 3 dengan PC 4 terhadap PC 1 dengan PC 2
Tabel 5.25 Tabel RX MPLS L3VPN pada PC 3 dengan PC 4 terhadap PC 1 dengan PC 2
WINDOW
SIZE(Kbyte)
PERCOBAAN KE ( Kilobyte/sec) RATA-RATA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1k 539.45 878.75 861.78 860.48 754.76 506.91 670.32 535.08 910.06 922.83 744.042
2k 1015.5 1335.39 1347.05 1802.39 1622.11 1576.54 1207.55 1084.55 1985.16 1439.41 1441.565
4k 1264.47 2121.29 1543.17 2404.86 1964.21 1366.22 1594.52 1631.21 1980.3 1833.04 1770.329
8k 1410.62 1891.29 1395.6 1797.79 2135.65 1924.23 2298.24 2069.35 2103.67 1474.43 1850.087
16k 2156.92 1465.24 2227.8 1839.4 2221.83 1728.71 2472.96 2602.07 2490.03 2066.35 2127.131
32k 2101.95 1786.03 1988.62 2456.59 1525.04 470.3 2757.2 1991.36 1446.7 2023.64 1854.743
RATA-RATA 1414.82 1579.66 1560.67 1860.25 1703.93 1262.15 1833.55 1652.27 1819.32 1626.62 1631.324
WINDOW
SIZE(Kbyte)
PERCOBAAN KE ( Kilobyte/sec) RATA-RATA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1k 677.29 802.97 701.8 763.18 687.52 885.92 771.83 1076.39 942.26 997.87 830.703
2k 1008.05 1736.98 1451.08 1393.7 1371.44 1813.46 1350.79 1534.77 1521.69 1300.09 1448.205
4k 1642.73 1666.66 2021.17 1619.52 2722.97 1626.52 1490.94 2152.73 1807.95 946.47 1769.766
8k 1072.24 1398.29 1921.79 1384.69 1969.5 2250.12 1895.4 1959.75 1613.89 1933.69 1739.936
16k 2352.77 1684.39 1537.12 1674.07 2154.62 1456.76 1870.96 2236.42 1635.54 2511.62 1911.427
32k 1205.69 2312.1 2233.88 1989.96 2211.05 2344.23 2025.76 1661.79 1770.62 1472.79 1922.787
RATA-RATA 1326.46 1600.23 1644.47 1470.85 1852.85 1729.5 1567.62 1770.31 1548.66 1527.09 1603.804
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
102
Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa hasil pengujian TX dengan
window size 1, 2, 4, 8, 16, 32 Kbyte di GNS3 memiliki nilai rata-rata sebesar
744.042, 1441.565, 1770.329, 1850.087, 2127.131, dan 1854.743 kbps
dengan nilai rata-rata keseluruhan 1631.324 kbps. Sedangkan untuk hasil
pengujian RX memiliki nilai rata-rata sebesar 830.703, 1448.205, 1769.766,
1739.936, 1911.427 dan 1922.787 kbps dengan nilai rata-rata keseluruhan
1603.804 kbps. Hasil pengujian yang dilakukan sebanyak 10 kali
menunjukkan bahwa hasil pengujian TX dan RX memiliki nilai yang
bervariasi. Window size pada pengujian ini tidak berpengaruh banyak pada
hasil yang dihasilkan. Karena nilai hasil pengujian dengan window size 1, 2,
4, 8, 16, 32 Kbyte menghasilkan hasil yang bervariasi, terkadang hasil
pengujian dengan window size 1kb lebih besar dari pada 32kb terkadang
window size 32kb memiliki hasil yang lebih besar dari 1kb. Dari tabel tersebut
juga dapat dilihat bahwa nilai TX dan RX pada perngujian 1k ,2k , 4k, 8k,
16k, dan 32k memiliki perbedaan yang tidak terlalu besar.
Selanjutnya adalah hasil pengujian ping response time di GNS3
dengan packet size 32, 64, 128, 256, 512, 1024 byte. Berikut adalah hasil
pengujiannya :
Tabel 5.26 Hasil pengujian ping response time MPLS L3VPN pada skenario 1 PC 3
dengan PC 4 terhadap PC 1 dengan PC 2
Packet
Size(Byte)
Percobaan Ke (ms) Rata-
rata(ms) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
32 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
64 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2.9
128 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2.9
256 3 2 2 4 2 3 3 3 3 4 2.9
512 5 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3.5
1024 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3.4
Rata-rata 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3.10
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
103
Dari hasil pengujian tersebut, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata ping
response time dengan packet size 32, 64, 128, 256, 512, 1024 byte secara
berturut-turut adalah 3, 2.9, 2.9, 3.5, 3.4 dan 3.4 dengan nilai rata-rata
keseluruhan adalah 3.10. rata-rata keseluruhan tersebut didapatkan
berdasarkan pada aplikasi netIO pada setiap pengujian kemudian hasil
tersebut di rata-rata menjadi 3.10. Dari hasil tersebut dapat di lihat nilai yang
dihasilkan sangat variatif.
Selanjutnya adalah hasil pengujian dengan protokol UDP yaitu jitter
dan packet loss dengan buffer length sebesar 1kbyte di GNS3. Berikut adalah
tabel hasilnya :
Tabel 5.27 Hasil pengujian jitter dan packet loss skenario 1 PC 1 dengan PC 3 terhadap
PC 3 dengan PC 4
Hasil Test
UDP
Percobaan Ke Rata-
rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jitter (ms) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Packet Loss
(%) 3.4 2.9 4.4 4.3 3 2.8 3.1 7.5 3.3 3.9 3.86
Dari hasil pengujian tersebut, dapat dilihat bahwa nilai jitter secara
berturut-turut adalah 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, dan 0 dengan nilai rata-rata adalah
0. Sedangkan nilai packet loss secara berturut-turut adalah 3.4, 2.9, 4.4, 4.3,
3, 2.8, 3.1, 7.5, 3.3, dan 3.9. dengan nilai rata-rata adalah 3.86. Dari hasil
tersebut dapat di lihat nilai yang dihasilkan sangat variatif.
5.3.5 Hasil Convergence Time Skenario 1 MPLS L3VPN
Berikut ini merupakan hasil convergence time pada skenario 1 MPLS
L3VPN yang dilakukan sebanyak 5 kali dengan menggunakan wireshark pada
skenario di GNS3. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.28 Hasil convergence time skenario 1 MPLS L3VPN
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
104
Protocol Percobaan Ke
Rata-rata 1 2 3 4 5
OSPF 43.51 47.68 47.84 47.59 44.45 46.21
MPLS 47.97 61.02 61.21 59.11 48.54 55.57
BGP 58.81 58.85 61.07 58.45 59.03 59.24
Berdasarkan tabel diatas, terdapat hasil convergence time OSPF,
MPLS dan BGP yang terdapat pada skenario MPLS L3VPN. Nilai rata-rata
pengujian pada OSPF selama 46.21 s. Nilai rata-rata pengujian MPLS selama
55.57 s dan nilai rata-rata pengujian BGP selama 59.24 s. berdasarkan tabel
diatas bahwa hasil pengujian yang pertama kali di tampilkan adalah OSPF.
Setelah OSPF ditampilkan selanjutnya pengujian menampilkan MPLS atau
BGP terlebih dahulu.
5.3.6 Hasil Skenario 1 MPLS L3VPN OVER GRE tunneling PC 1
dengan PC 2
Hasil percobaan TX dan RX di GNS3 pada skenario 2 MPLS L3VPN
OVER GRE tunneling pada PC 1 dengan PC 2 dapat di lihat di tabel di bawah
ini :
105
Tabel 5.29 Tabel TX MPLS L3VPN OVER GRE tunneling pada PC 1 dengan PC 2
Tabel 5.30 Tabel RX MPLS L3VPN OVER GRE tunneling pada PC 1 dengan PC 2
WINDOW
SIZE(Kbyte)
PERCOBAAN KE ( Kilobyte/sec) RATA-RATA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1k 684.35 615.31 689.13 873.09 996.5 663.93 729.31 674.48 902.66 797.57 762.633
2k 1914.75 1517.89 1578.16 1568.3 1367.44 1675.64 1666.04 1525.92 1599.07 1631.66 1604.487
4k 1815.41 1553.36 1983.53 1770.2 1641.63 1803.31 1821.85 1949.59 1853.81 1967.88 1816.057
8k 2012.68 1653.09 1866.71 1790.79 1940.7 1362.89 2008.93 1844.17 1908.29 2010.97 1839.922
16k 1933.17 1917.65 2141.68 2105.37 1746.27 2099.01 1928.63 1816.6 2049.34 2038.33 1977.605
32k 2288.3 1716.72 1888.86 2097.64 2159.23 1851.82 2345.83 2204.34 2105.77 2267.34 2092.585
RATA-RATA 1774.78 1495.67 1691.35 1700.9 1641.96 1576.1 1750.1 1669.18 1736.49 1783.96 1682.049
WINDOW
SIZE(Kbyte)
PERCOBAAN KE ( Kilobyte/sec) RATA-RATA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1k 724.04 749.22 629.36 668.6 891.61 699.81 742.97 737.05 651.61 952.35 744.662
2k 1375.8 1587.75 1380.83 1784.44 1626.95 1038.82 1437.92 1769.17 1723.02 1662.74 1538.744
4k 1861.46 1701.79 1229.29 1883.93 1638.02 1282.78 1673.8 1954.73 1740.5 1320.64 1628.694
8k 1938 1820.44 1831.92 1836.57 1824.81 2012.6 1675.28 1749.52 1848.18 1927.53 1846.485
16k 1886.23 1606.48 1713.45 2072.6 1652.54 2148.29 1884.33 2080.47 1683.5 1911.34 1863.923
32k 1933.31 1643.55 2181.16 1921.96 2086.07 2125.71 2129.15 2203.61 2015.55 2162.63 2040.27
RATA-RATA 1619.81 1518.21 1494.33 1686.18 1620 1551.33 1590.57 1749.09 1610.39 1656.21 1609.612
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
106
Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa hasil pengujian TX dengan
window size 1, 2, 4, 8, 16, 32 Kbyte di GNS3 memiliki nilai rata-rata sebesar
762.633, 1604.487, 1816.057, 1839.922, 1977.605 dan 2092.585 kbps dengan
nilai rata-rata keseluruhan 1682.049 kbps. Sedangkan untuk hasil pengujian
RX memiliki nilai rata-rata sebesar 744.662, 1538.744, 1628.694, 1846.485,
1863.923 dan 2040.27 kbps dengan nilai rata-rata keseluruhan 1609.612 kbps.
Hasil pengujian yang dilakukan sebanyak 10 kali menunjukkan bahwa hasil
pengujian TX dan RX memiliki nilai yang bervariasi. Window size pada
pengujian ini tidak berpengaruh banyak pada hasil yang dihasilkan. Karena
nilai hasil pengujian dengan window size 1, 2, 4, 8, 16, 32 Kbyte menghasilkan
hasil yang bervariasi, terkadang hasil pengujian dengan window size 1kb lebih
besar dari pada 32kb terkadang window size 32kb memiliki hasil yang lebih
besar dari 1kb. Dari tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa nilai TX dan RX
pada perngujian 1k ,2k , 4k, 8k, 16k, dan 32k memiliki perbedaan yang tidak
terlalu besar.
Selanjutnya adalah hasil pengujian ping response time di GNS3
dengan packet size 32, 64, 128, 256, 512, 1024 byte. Berikut adalah hasil
pengujiannya :
Tabel 5.31 Hasil pengujian ping response time MPLS L3VPN OVER GRE tunneling
pada skenario 1 PC 1 deng PC 2
Packet
Size(Byte)
Percobaan Ke (ms) Rata-
rata(ms) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
32 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
64 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
128 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
256 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2.8
512 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2.8
1024 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3
Rata-rata 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2.93
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
107
Dari hasil pengujian tersebut, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata ping
response time dengan packet size 32, 64, 128, 256, 512, 1024 byte secara
berturut-turut adalah 3, 3, 3, 2.8, 2.8 dan 3 dengan nilai rata-rata keseluruhan
adalah 2.93. rata-rata keseluruhan tersebut didapatkan berdasarkan pada
aplikasi netIO pada setiap pengujian kemudian hasil tersebut di rata-rata
menjadi 2.93. Dari hasil tersebut dapat di lihat nilai yang dihasilkan sangat
variatif.
Selanjutnya adalah hasil pengujian dengan protokol UDP yaitu jitter
dan packet loss dengan buffer length sebesar 1kbyte di GNS3. Berikut adalah
tabel hasilnya :
Tabel 5.32 Hasil pengujian jitter dan packet loss skenario 2 PC 1 dengan PC 2
Hasil Test
UDP
Percobaan Ke Rata-
rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jitter (ms) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Packet Loss
(%) 5.6 4.2 5 3.3 1.2 6.2 5.5 4.6 3.4 5.1 4.41
Dari hasil pengujian tersebut, dapat dilihat bahwa nilai jitter secara
berturut-turut adalah 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, dan 0 dengan nilai rata-rata adalah
0. Sedangkan nilai packet loss secara berturut-turut adalah 5.6, 4.2, 5, 3.3, 1.2,
6.2, 5.5, 4.6, 3.4, dan 5.1. dengan nilai rata-rata adalah 4.41. Dari hasil tersebut
dapat di lihat nilai yang dihasilkan sangat variatif.
5.3.7 Hasil Skenario 1 MPLS L3VPN PC OVER GRE tunneling 3
dengan PC 4
Hasil percobaan TX dan RX di GNS3 pada skenario 2 MPLS L3VPN
OVER GRE tunneling pada PC 3 dengan PC 4 dapat di lihat di tabel di bawah
ini :
108
Tabel 5.33 Tabel TX MPLS L3VPN OVER GRE tunneling pada PC 3 dengan PC 4
Tabel 5.34 Tabel RX MPLS L3VPN OVER GRE tunneling pada PC 3 dengan PC 4
WINDOW
SIZE(Kbyte)
PERCOBAAN KE ( Kilobyte/sec) RATA-RATA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1k 861.09 540.03 809.19 652.42 704.4 724.4 517.17 605.51 561.99 681.51 665.771
2k 1432 1377.33 1222.26 1701.83 1334.77 1908.82 1670.93 1664.75 1516.54 1805.39 1563.462
4k 1491.94 1541.42 1873.3 1750.38 1974.55 1901.14 1784.15 1748.94 1982.58 1628 1767.64
8k 1707.54 2120.64 1695.17 1723.51 1681.07 1820.74 2225.81 1637.07 1756.29 1921.65 1828.949
16k 1906.17 1783.07 2073.65 1357.33 2115.01 1975.02 2149.12 1532.91 2264.74 1687.18 1884.42
32k 2209.73 2209.67 2249.87 2121.22 2100.58 2235.33 2228.18 1933.44 1601.25 2137.21 2102.648
RATA-RATA 1601.41 1595.36 1653.91 1551.12 1651.73 1760.91 1762.56 1520.6 1613.9 1643.49 1635.499
WINDOW
SIZE(Kbyte)
PERCOBAAN KE ( Kilobyte/sec) RATA-RATA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1k 546.44 1037.19 647.17 663.61 763.51 721.2 667.38 804.07 643.27 596.1 708.994
2k 1512.27 1637.59 1463.93 1059.18 1700.5 1333.45 1574.65 390.22 1097.54 1302.63 1307.196
4k 1999.74 1841.3 1813.49 1787.03 1804.56 1715.55 1984.81 1644.79 1918.17 1936.62 1844.606
8k 1957.33 2162.22 1476.97 1927.6 1895.08 1902.01 1596.2 1683.76 2150.76 1724.96 1847.689
16k 2129.76 1684.95 1215.96 2031.05 2129.87 1724.39 2217.09 1118.58 2214.83 2080.72 1854.72
32k 2217.08 2267.52 2153.53 2266.8 1544.62 2105.74 1911.87 2238.61 1984.62 2130.1 2082.049
RATA-RATA 1727.1 1771.79 1461.89 1622.55 1639.69 1583.72 1658.67 1313.34 1668.2 1628.52 1607.547
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
109
Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa hasil pengujian TX dengan
window size 1, 2, 4, 8, 16, 32 Kbyte di GNS3 memiliki nilai rata-rata sebesar
665.771, 1563.462, 1767.64, 1828.949, 1884.42 dan 2102.648 kbps dengan
nilai rata-rata keseluruhan 1635.499 kbps. Sedangkan untuk hasil pengujian
RX memiliki nilai rata-rata sebesar 708.994, 1307.196, 1844.606, 1847.689,
1854.72 dan 2082.049 kbps dengan nilai rata-rata keseluruhan 1607.547 kbps.
Hasil pengujian yang dilakukan sebanyak 10 kali menunjukkan bahwa hasil
pengujian TX dan RX memiliki nilai yang bervariasi. Window size pada
pengujian ini tidak berpengaruh banyak pada hasil yang dihasilkan. Karena
nilai hasil pengujian dengan window size 1, 2, 4, 8, 16, 32 Kbyte menghasilkan
hasil yang bervariasi, terkadang hasil pengujian dengan window size 1kb lebih
besar dari pada 32kb terkadang window size 32kb memiliki hasil yang lebih
besar dari 1kb. Dari tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa nilai TX dan RX
pada perngujian 1k ,2k , 4k, 8k, 16k, dan 32k memiliki perbedaan yang tidak
terlalu besar.
Selanjutnya adalah hasil pengujian ping response time di GNS3
dengan packet size 32, 64, 128, 256, 512, 1024 byte. Berikut adalah hasil
pengujiannya :
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
110
Tabel 5.35 Hasil pengujian ping response time MPLS L3VPN pada skenario 1 PC 3
dengan PC 4
Packet
Size(Byte)
Percobaan Ke (ms) Rata-
rata(ms) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
32 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2.9
64 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
128 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
256 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3
512 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
1024 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Rata-rata 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2.98
Dari hasil pengujian tersebut, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata ping
response time dengan packet size 32, 64, 128, 256, 512, 1024 byte secara
berturut-turut adalah 2.9, 3, 3, 3, 3 dan 3 dengan nilai rata-rata keseluruhan
adalah 2.98. rata-rata keseluruhan tersebut didapatkan berdasarkan pada
aplikasi netIO pada setiap pengujian kemudian hasil tersebut di rata-rata
menjadi 2.98. Dari hasil tersebut dapat di lihat nilai yang dihasilkan sangat
variatif.
Selanjutnya adalah hasil pengujian dengan protokol UDP yaitu jitter
dan packet loss dengan buffer length sebesar 1kbyte di GNS3. Berikut adalah
tabel hasilnya :
Tabel 5.36 Hasil pengujian jitter dan packet loss skenario 2 PC 3 dengan PC 4
Hasil Test
UDP
Percobaan Ke Rata-
rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jitter (ms) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Packet Loss
(%) 3.2 4.5 3.1 5.8 2.2 3.8 3 5.7 1.7 2.2 3.52
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
111
Dari hasil pengujian tersebut, dapat dilihat bahwa nilai jitter secara
berturut-turut adalah 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, dan 0 dengan nilai rata-rata adalah
0. Sedangkan nilai packet loss secara berturut-turut adalah 3.2, 4.5, 5.8, 2.2,
53.8, 3, 5.7, 1.7, 2.2, dan 2.2. dengan nilai rata-rata adalah 3.52. Dari hasil
tersebut dapat di lihat nilai yang dihasilkan sangat variatif.
5.3.8 Hasil Skenario 1 MPLS L3VPN OVER GRE tunneling PC 1
dengan PC 2 terhadap PC 3 dengan PC 4
Hasil percobaan TX dan RX di GNS3 pada skenario 1 MPLS L3VPN
OVER GRE tunneling pada PC 1 dengan PC 2 terhadap PC 3 dengan PC 4
dapat di lihat di tabel di bawah ini :
112
Tabel 5.37 Tabel TX MPLS L3VPN OVER GRE tunneling pada PC 1 dengan PC 2 terhadap PC 3 dengan PC 4
Tabel 5.38 Tabel RX MPLS L3VPN OVER GRE tunneling pada PC 1 dengan PC 2 terhadap PC 3 dengan PC 4
WINDOW
SIZE(Kbyte)
PERCOBAAN KE ( Kilobyte/sec) RATA-RATA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1k 630.31 426.35 596.52 618.16 553.36 626 516.78 811.06 395.42 723.61 589.757
2k 1174.86 853.92 668.67 903.47 913.78 921.25 895.9 1212.46 1234.75 636.4 941.546
4k 727.08 303.68 426 877.85 672.55 692.44 970.47 1216.59 1008.5 498.22 739.338
8k 1180.18 300.39 492.49 697.62 439.64 834.4 462.82 1013 562.07 364.42 634.703
16k 881.36 586.86 630.05 790.49 798.77 563.31 978.63 675.92 1139.78 550.66 759.583
32k 501.64 756.79 629.83 774.32 484.53 666.43 650.22 642.39 1236.69 917.75 726.059
RATA-RATA 849.24 538 573.93 776.98 643.77 717.3 745.8 928.57 929.53 615.18 731.83
WINDOW
SIZE(Kbyte)
PERCOBAAN KE ( Kilobyte/sec) RATA-RATA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1k 549.7 483.42 487.55 350.71 447.11 625.04 466.51 591.7 395.51 590.15 498.74
2k 733.05 280.37 546.87 488.87 552.05 563.08 910.56 862.02 699.22 325.47 596.156
4k 646.23 644.16 510.8 1437.57 546.52 476.49 627.8 500 854.25 535.04 677.886
8k 686.64 523.76 796.89 253.78 638.89 626.23 442.71 1014.49 1282.24 961.71 722.734
16k 410.8 611.84 489 455.83 656.71 368.59 651.9 474.56 977.06 767.6 586.389
32k 499.54 565.48 1033.59 581.48 944.9 999.25 776.47 542.49 1127.04 793 786.324
RATA-RATA 587.66 518.17 644.12 594.71 631.03 593.11 645.99 664.21 889.22 662.16 643.038
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
113
Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa hasil pengujian TX dengan
window size 1, 2, 4, 8, 16, 32 Kbyte di GNS3 memiliki nilai rata-rata sebesar
589.757, 941.546, 739.338, 634.703, 759.583 dan 726.059 kbps dengan nilai
rata-rata keseluruhan 731.83 kbps. Sedangkan untuk hasil pengujian RX
memiliki nilai rata-rata sebesar 498.74, 596.156, 677.886, 722.734, 586.389
dan 786.324 kbps dengan nilai rata-rata keseluruhan 643.038 kbps. Hasil
pengujian yang dilakukan sebanyak 10 kali menunjukkan bahwa hasil
pengujian TX dan RX memiliki nilai yang bervariasi. Window size pada
pengujian ini tidak berpengaruh banyak pada hasil yang dihasilkan. Karena
nilai hasil pengujian dengan window size 1, 2, 4, 8, 16, 32 Kbyte menghasilkan
hasil yang bervariasi, terkadang hasil pengujian dengan window size 1kb lebih
besar dari pada 32kb terkadang window size 32kb memiliki hasil yang lebih
besar dari 1kb. Dari tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa nilai TX dan RX
pada perngujian 1k ,2k , 4k, 8k, 16k, dan 32k memiliki perbedaan yang tidak
terlalu besar.
Selanjutnya adalah hasil pengujian ping response time di GNS3
dengan packet size 32, 64, 128, 256, 512, 1024 byte. Berikut adalah hasil
pengujiannya :
Tabel 5.39 Hasil pengujian ping response time MPLS L3VPN OVER GRE tunneling
pada skenario 1 PC 1 dengan PC 3 terhadap PC 3 dengan PC 4
Packet
Size(Byte)
Percobaan Ke (ms) Rata-
rata(ms) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
32 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
64 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3.1
128 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3.1
256 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3.1
512 3 3 3 2 7 3 4 3 3 3 3.4
1024 2 3 3 3 3 3 5 3 3 3 3.1
Rata-rata 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3.13
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
114
Dari hasil pengujian tersebut, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata ping
response time dengan packet size 32, 64, 128, 256, 512, 1024 byte secara
berturut-turut adalah 3, 3.1, 3.1, 3.1, 3.4 dan 3.1 dengan nilai rata-rata
keseluruhan adalah 3.13. rata-rata keseluruhan tersebut didapatkan
berdasarkan pada aplikasi netIO pada setiap pengujian kemudian hasil
tersebut di rata-rata menjadi 3.13. Dari hasil tersebut dapat di lihat nilai yang
dihasilkan sangat variatif.
Selanjutnya adalah hasil pengujian dengan protokol UDP yaitu jitter
dan packet loss dengan buffer length sebesar 1kbyte di GNS3. Berikut adalah
tabel hasilnya :
Tabel 5.40 Hasil pengujian jitter dan packet loss skenario 2 PC 1 dengan PC 2 terhadap
PC 3 dengan PC 4
Hasil Test
UDP
Percobaan Ke Rata-
rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jitter (ms) 0 0 0 0 0 0.968 0 0 0 0 0.0968
Packet Loss
(%) 2.2 4.3 1.8 2.8 3.1 2.5 3.8 4.1 1.3 5.3 3.12
Dari hasil pengujian tersebut, dapat dilihat bahwa nilai jitter secara
berturut-turut adalah 0, 0, 0, 0, 0, 0,968, 0, 0, 0, dan 0 dengan nilai rata-rata
adalah 0,0968. Sedangkan nilai packet loss secara berturut-turut adalah 2.2,
4.3, 1.8, 2.8, 3.1,2.5, 3.8, 4.1, 1.3, dan 5.3. dengan nilai rata-rata adalah 3.12.
Dari hasil tersebut dapat di lihat nilai yang dihasilkan sangat variatif.
5.3.9 Hasil Skenario 1 MPLS L3VPN OVER GRE tunneling PC 3
dengan PC 4 terhadap PC 1 dengan PC 2
Hasil percobaan TX dan RX di GNS3 pada skenario 1 MPLS L3VPN
OVER GRE tunneling pada PC 1 dengan PC 2 terhadap PC 3 dengan PC 4
dapat di lihat di tabel di bawah ini :
115
Tabel 5.41 Tabel TX MPLS L3VPN OVER GRE tunneling pada PC 3 dengan PC 4 terhadap PC 1 dengan PC 2
Tabel 5.42 Tabel RX MPLS L3VPN OVER GRE tunneling pada PC 3 dengan PC 4 terhadap PC 1 dengan PC 2
WINDOW
SIZE(Kbyte)
PERCOBAAN KE ( Kilobyte/sec) RATA-RATA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1k 499.25 570.17 802.66 761.53 541.55 608 644.04 631.49 706.74 542.42 630.785
2k 819.2 1144.33 867.38 1380.35 1000.09 1201.11 1086.59 1306.48 1236.6 877.48 1091.961
4k 1217.68 1893.33 1041.51 1260.87 1594.71 1016.84 817.33 1218.4 1633.73 1537.08 1323.148
8k 1164.38 1513.83 1500.24 1784.75 1269.24 1305.22 1698.72 1761.43 1571.64 1801.04 1537.049
16k 1453.1 1919.38 1488.48 1634.66 1768.65 1737.82 979.76 1122.19 1818.67 1566.35 1548.906
32k 1730.76 1755.18 1435.69 1801.15 1489.89 1636.5 1873.16 1109.22 1469.56 1472.85 1577.396
RATA-RATA 1147.39 1466.04 1189.33 1437.22 1277.35 1250.91 1183.27 1191.54 1406.16 1299.54 1284.875
WINDOW
SIZE(Kbyte)
PERCOBAAN KE ( Kilobyte/sec) RATA-RATA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1k 702.63 520.62 701.4 615.96 394.11 498.66 510.88 567.53 928.33 729.62 616.974
2k 947.96 1481.22 1504.87 1135.1 913.74 1115.13 1038.2 872.13 809.49 1180.46 1099.83
4k 1236.22 1335.92 397.88 1444.21 1366.65 1701.85 1433.99 869.47 1342.32 1433.47 1256.198
8k 1252.62 1298.75 1464.36 1798.63 1756.35 610.77 1422.36 1190.92 1709.24 1177.9 1368.19
16k 1594.74 1482.97 1688.78 1560.26 1856.85 1654.61 1200.34 1411.16 1362.55 1368.99 1518.125
32k 1562.22 1582.39 1718.47 1727.31 1075.48 1779.46 1763.97 1633.67 1418.1 1449.33 1571.04
RATA-RATA 1216.07 1283.65 1245.96 1380.24 1227.2 1226.75 1288.29 1090.81 1261.67 1223.29 1244.393
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
116
Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa hasil pengujian TX dengan
window size 1, 2, 4, 8, 16, 32 Kbyte di GNS3 memiliki nilai rata-rata sebesar
630.785, 1091.961, 1323.148, 1537.049, 1548.906 dan 1577.396 kbps dengan
nilai rata-rata keseluruhan 1284.875 kbps. Sedangkan untuk hasil pengujian
RX memiliki nilai rata-rata sebesar 616.974, 1099.83, 1256.198, 1368.19,
1518.125 dan 1571.04 kbps dengan nilai rata-rata keseluruhan 1244.393 kbps.
sHasil pengujian yang dilakukan sebanyak 10 kali menunjukkan bahwa hasil
pengujian TX dan RX memiliki nilai yang bervariasi. Window size pada
pengujian ini tidak berpengaruh banyak pada hasil yang dihasilkan. Karena
nilai hasil pengujian dengan window size 1, 2, 4, 8, 16, 32 Kbyte menghasilkan
hasil yang bervariasi, terkadang hasil pengujian dengan window size 1kb lebih
besar dari pada 32kb terkadang window size 32kb memiliki hasil yang lebih
besar dari 1kb. Dari tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa nilai TX dan RX
pada perngujian 1k ,2k , 4k, 8k, 16k, dan 32k memiliki perbedaan yang tidak
terlalu besar.
Selanjutnya adalah hasil pengujian ping response time di GNS3
dengan packet size 32, 64, 128, 256, 512, 1024 byte. Berikut adalah hasil
pengujiannya :
Tabel 5.43 Hasil pengujian ping response time MPLS L3VPN OVER GRE tunneling
pada skenario 2 PC 3 dengan PC 4 terhadap PC 1 dengan PC 2
Packet
Size(Byte)
Percobaan Ke (ms) Rata-
rata(ms) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
32 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2.8
64 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3.1
128 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3
256 3 3 3 3 3 4 3 3 3 5 3.3
512 3 3 3 3 4 4 5 3 3 3 3.4
1024 5 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3.4
Rata-rata 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3.17
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
117
Dari hasil pengujian tersebut, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata ping
response time dengan packet size 32, 64, 128, 256, 512, 1024 byte secara
berturut-turut adalah 2.8, 3.1, 3, 3.3, 3.4 dan 3.4 dengan nilai rata-rata
keseluruhan adalah 3.17. rata-rata keseluruhan tersebut didapatkan
berdasarkan pada aplikasi netIO pada setiap pengujian kemudian hasil
tersebut di rata-rata menjadi 3.17. Dari hasil tersebut dapat di lihat nilai yang
dihasilkan sangat variatif.
Selanjutnya adalah hasil pengujian dengan protokol UDP yaitu jitter
dan packet loss dengan buffer length sebesar 1kbyte di GNS3. Berikut adalah
tabel hasilnya :
Tabel 5.44 Hasil pengujian jitter dan packet loss skenario 2 PC 3 dengan PC 4 terhadap
PC 1 dengan PC 2
Hasil Test
UDP
Percobaan Ke Rata-
rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jitter (ms) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Packet Loss
(%) 4.1 3.2 3.3 2 2.1 2.8 2.2 2.2 4.9 1.8 2.86
Dari hasil pengujian tersebut, dapat dilihat bahwa nilai jitter secara
berturut-turut adalah 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, dan 0 dengan nilai rata-rata adalah
0,0968. Sedangkan nilai packet loss secara berturut-turut adalah 4.1, 3.2, 3.3,
2, 2.1,2.8, 2.2, 2.2, 4.9, dan 1.8. dengan nilai rata-rata adalah 2.86. Dari hasil
tersebut dapat di lihat nilai yang dihasilkan sangat variatif.
5.3.10 Hasil Convergence Time Skenario 2 MPLS L3VPN OVER GRE
tunneling
Berikut ini merupakan hasil convergence time pada skenario 1 MPLS
L3VPN OVER GRE tunneling yang dilakukan sebanyak 5 kali dengan
menggunakan wireshark pada skenario di GNS3. Hasil tersebut dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
118
Tabel 5.45 Hasil convergence time skenario 1 MPLS L3VPN
Protocol Percobaan Ke
Rata-rata 1 2 3 4 5
OSPF 44.49 47.76 43.93 47.56 47.78 46.30
MPLS 47.13 58.79 48.15 59.68 60.55 54.86
BGP 57.19 58.49 57.02 58.85 61.80 58.67
Berdasarkan tabel diatas, terdapat hasil convergence time OSPF,
MPLS dan BGP yang terdapat pada skenario MPLS L3VPN OVER GRE
tunneling. Nilai rata-rata pengujian pada OSPF selama 45.30 s. Nilai rata-rata
pengujian MPLS selama 54.86 s dan nilai rata-rata pengujian BGP selama
58.67 s. berdasarkan tabel diatas bahwa hasil pengujian yang pertama kali di
tampilkan adalah OSPF. Setelah OSPF ditampilkan selanjutnya pengujian
menampilkan MPLS atau BGP terlebih dahulu.
5.3.11 Evaluasi Hasil Skenario 1 dan Skenario 2 PC 1 dengan PC 2
Setelah hasil pengujian di GNS3 pada skenario 1 dan skenario 2 pada
PC 1 dengan PC 2 telah didapatkan, kedua hasil tersebut di rata-ratakan lalu
dibandingkan satu sama lain. Berikut adalah tabel perbandingan hasil
pengujian PC1 dengan PC 2 MPLS L3VPN dan PC 1 dengan PC 2 MPLS
L3VPN OVER GRE tunneling :
Tabel 5.46 Perbandingan skenario 1 dan 2 pengujian PC 1 dengan PC 2
Parameter MPLS
L3VPN
MPLS L3VPN
OVER GRE
TUNNELING
Ping (ms) 2.92 2.93
TX (kbps) 2279.638 1682.049
RX (kbps) 2190.741 1609.612
Jitter UDP 1Kbyte
(ms)
0 0
Packet Loss UDP 1
Kbyte (ms)
4.43 4.41
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
119
Dari hasil perbandingan tersebut, dapat dilihat bahwa hasil pada
skenario 1 MPLS L3VPN dengan skenario 2 MPLS L3VPN OVER GRE
tunneling di GNS3 dengan pengujian PC 1 dengan PC 2 memiliki kelebihan
dan kekurangan di bidang parameter tertentu. Dalam pengujian ping response
time MPLS L3VPN memiliki nilai sebesar 2.92 ms sedangkan MPLS L3VPN
OVER GRE tunneling memiliki nilai 2.93 ms.hal tersebut membuktikan
bahwa perbedaan diantara keduanya tidak terlalu besar dengan keunggulan
MPLS L3VPN sebesar 0.01 ms Berikut adalah grafik perbandingan ping
response time skenario 1 dan skenario 2 pengujian PC 1 dengan PC 2 :
Grafik 5.1 Pengujian Ping PC 1 dengan PC 2
Untuk pengujian TX dan RX, MPLS L3VPN mengungguli MPLS
L3VPN OVER GRE tunneling dengan nilai 2279.638 kbps untuk TX dan
2190.741 kbps untuk RX sedangkan hasil TX dan RX di MPLS L3VPN
OVER GRE tunneling adalah 1682.049 kbps untuk TX dan 1609.612 untuk
RX. Jumlah selisih TX dan RX MPLS L3VPN dengan MPLS L3VPN GRE
tunneling adalah sebesar 597.589 kbps untuk TX dan 581.129 untuk RX.
Jumlah selisih tersebut merupakan jumlah yang cukup besar. Berikut adalah
grafik perbandingan troughput skenario 1 dan skenario 2 :
2.92
2.93
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
MPLS L3VPN
MPLS L3VPN OVER GRE
Pe
ngu
jian
Grafik Pengujian PingPC 1 dengan PC 2
Ping (ms)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
120
Grafik 5.2 Pengujian throughput PC 1 dengan PC 2
Untuk pengujian jitter dengan buffer length 1 Kbyte, hasil pengujian
menunjukan tidak ada perbedaan antara skenario 1 dan skenario 2 pada
pengujian PC 1 dengan PC 2.hasil dari pengujian tersebut menampilkan nilai
0 ms yang memiliki arti nilai pengujian MPLS L3VPN dengan MPLS L3VPN
OVER GRE tunneling menunjukan hasil yang sangat baik. Berikut ini grafik
pengujian jitter :
Grafik 5.3 Pengujian Jitter PC 1 dengan PC 2
2279.638
1682.049
2190.741
1609.612
0 500 1000 1500 2000 2500
MPLS L3VPN
MPLS L3VPN OVER GRE
Kbps
Pe
ngu
jian
Grafik Pengujian ThroughputPC 1 dengan PC 2
RX TX
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
MPLS L3VPNMPLS L3VPN OVER GRE
ms
Pen
gujia
n
Grafik Pengujian JitterPC 1 dengan PC 2
Jitter (ms)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
121
Untuk pengujian packet loss dengan buffer length 1 Kbyte, hasil
pengujian skenario 1 MPLS L3VPN dan scenario 2 MPLS L3VPN OVER
GRE tunneling dengan pengujian PC 1 dengan PC 2 memiliki nilai yang
berbeda. MPLS L3VPN memiliki rata-rata packet loss sebesar 4.43%.
Sedangkan MPLS L3VPN OVER GRE tunneling memiliki rata-rata packet
loss sebesar 4.41%. dalam pengujian ini MPLS L3VPN OVER GRE lebih
baik dibandingkan dengan MPLS L3VPN dengan perbandingan sebesar
0.02%. berikut ini merupakan grafik dari pengujian packet loss PC 1 dengan
PC 2:
Grafik 5.4 Pengujian Packet loss PC 1 dengan PC 2
5.3.12 Evaluasi Hasil Skenario 1 dan Skenario 2 PC 3 dengan PC 4
Setelah hasil pengujian di GNS3 pada skenario 1 dan skenario 2 pada
PC 3 dengan PC 4 telah didapatkan, kedua hasil tersebut di rata-ratakan lalu
dibandingkan satu sama lain. Berikut adalah tabel perbandingan hasil
pengujian PC 3 dengan PC 4 MPLS L3VPN dan PC 3 dengan PC 4 MPLS
L3VPN OVER GRE tunneling :
Tabel 5.47 Perbandingan skenario 1 dan 2 pengujian PC 3 dengan PC 4
Parameter MPLS
L3VPN
MPLS L3VPN
OVER GRE
TUNNELING
Ping (ms) 3.12 2.98
TX (kbps) 1930.733 1635.499
RX (kbps) 2241.025 1607.547
Jitter UDP 1Kbyte (ms) 0.0292 0
4.43
4.64
4.3 4.35 4.4 4.45 4.5 4.55 4.6 4.65 4.7
MPLS L3VPN
MPLS L3VPN OVER GRE
ms
Pe
ngu
jian
Grafik Pengujian Packet lossPC 1 dengan PC 2
Packet Loss (ms)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
122
Packet Loss UDP 1
Kbyte (ms) 4.45 3.52
Dari hasil perbandingan tersebut, dapat dilihat bahwa hasil pada
skenario 1 MPLS L3VPN dengan skenario 2 MPLS L3VPN OVER GRE
tunneling di GNS3 dengan pengujian PC 3 dengan PC 4 memiliki kelebihan
dan kekurangan di bidang parameter tertentu. Dalam pengujian ping response
time MPLS L3VPN memiliki nilai sebesar 3.12 ms sedangkan MPLS L3VPN
OVER GRE tunneling memiliki nilai 2.98 ms. hal tersebut membuktikan
bahwa perbedaan diantara keduanya tidak terlalu besar dengan keunggulan
MPLS L3VPN sebesar 0.14 ms Berikut adalah grafik perbandingan ping
response time skenario 1 dan skenario 2 pengujian PC 3 dengan PC 4 :
Grafik 5.5 Pengujian Ping PC 3 dengan PC 4
Untuk pengujian TX dan RX, MPLS L3VPN mengungguli MPLS
L3VPN OVER GRE tunneling dengan nilai 1930.733 kbps untuk TX dan
2241.025 kbps untuk RX sedangkan hasil TX dan RX di MPLS L3VPN
OVER GRE tunneling adalah 1635.499 kbps untuk TX dan 1607.547 untuk
RX. Jumlah selisih TX dan RX MPLS L3VPN dengan MPLS L3VPN GRE
tunneling adalah sebesar 285.234 kbps untuk TX dan 633.478 untuk RX.
Jumlah selisih tersebut merupakan jumlah yang cukup besar. Berikut adalah
grafik perbandingan troughput skenario 1 dan skenario 2 pada pengujian PC
3 dengan PC 4 :
3.12
2.93
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
MPLS L3VPN
MPLS L3VPN OVER GRE
ms
Pe
ngu
jian
Grafik Pengujian PingPC 3 dengan PC 4
Ping (ms)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
123
Grafik 5.6 Pengujian throughput PC 3 dengan PC 4
Untuk pengujian jitter dengan buffer length 1 Kbyte, hasil pengujian
menunjukan MPLS L3VPN memiliki nilai jitter sebesar 0.0292 ms.
Sedangkan MPLS L3VPN OVER GRE tunneling memiliki nilai jitter sebesar
0 ms. Pada pengujian ini MPLS L3VPN OVER GRE tunneling memiliki hasil
yang sangat baik dibandingkan dengan MPLS L3VPN. Berikut ini grafik
perbandingan hasil jitter MPLS L3VPN dengan MPLS L3VPN OVER GRE
tunneling :
Grafik 5.7 Pengujian Jitter PC 3 dengan PC 4
Untuk pengujian packet loss dengan buffer length 1 Kbyte, hasil
pengujian skenario 1 MPLS L3VPN dan skenario 2 MPLS L3VPN OVER
GRE tunneling dengan pengujian PC 3 dengan PC 4 memiliki nilai yang
berbeda. MPLS L3VPN memiliki rata-rata packet loss sebesar 4.45%.
Sedangkan MPLS L3VPN OVER GRE tunneling memiliki rata-rata packet
1930.733
2241.025
1635.499
1607.547
0 500 1000 1500 2000 2500
MPLS L3VPN
MPLS L3VPN OVER GRE
Kbps
Pe
ngu
jian
Grafik Pengujian ThroughputPC 3 dengan PC 4
RX TX
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035
MPLS L3VPNMPLS L3VPN OVER GRE
ms
Pen
gujia
n
Grafik Pengujian JitterPC 1 dengan PC 2
Jitter (ms)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
124
loss sebesar 3.52%. dalam pengujian ini MPLS L3VPN OVER GRE lebih
baik dibandingkan dengan MPLS L3VPN dengan perbandingan sebesar 0.9%.
berikut ini merupakan grafik dari pengujian packet loss PC 3 dengan PC 4:
Grafik 5.8 Pengujian Packet loss PC 3 dengan PC 4
5.3.13 Evaluasi Hasil Skenario 1 dan 2 PC 1 dengan PC 2 terhadap PC
3 dengan PC 4
Setelah hasil pengujian di GNS3 pada skenario 1 dan skenario 2 pada
PC 1 dengan PC 2 terhadap PC 3 dengan PC 4 telah didapatkan, kedua hasil
tersebut di rata-ratakan lalu dibandingkan satu sama lain. Berikut adalah tabel
perbandingan hasil pengujian PC 1 dengan PC 2 MPLS L3VPN dan PC 1
dengan PC 2 MPLS L3VPN OVER GRE tunneling terhadap PC 3 dengan PC
4 :
Tabel 5.48 Perbandingan skenario 1 dan 2 pengujian PC 1 dengan PC 2 terhadap PC 3
dengan PC 4
Parameter MPLS
L3VPN
MPLS L3VPN
OVER GRE
TUNNELING
Ping (ms) 3.17 3.13
TX (kbps) 883.937 731.83
RX (kbps) 914.024 643.038
Jitter UDP 1Kbyte (ms) 0.946 0.0968
4.45
4.41
4.39 4.4 4.41 4.42 4.43 4.44 4.45 4.46
MPLS L3VPN
MPLS L3VPN OVER GRE
ms
Pe
ngu
jian
Grafik Pengujian Packet lossPC 3 dengan PC 4
Packet Loss (ms)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
125
Packet Loss UDP 1
Kbyte (ms) 3.67 3.12
Dari hasil perbandingan tersebut, dapat dilihat bahwa hasil pada
skenario 1 MPLS L3VPN dengan skenario 2 MPLS L3VPN OVER GRE
tunneling di GNS3 dengan pengujian PC 1 dengan PC 2 terhadap PC 3 dengan
PC 4 memiliki kelebihan dan kekurangan di bidang parameter tertentu. Dalam
pengujian ping response time MPLS L3VPN memiliki nilai sebesar 3.17 ms
sedangkan MPLS L3VPN OVER GRE tunneling memiliki nilai 3.13 ms. hal
tersebut membuktikan bahwa perbedaan diantara keduanya tidak terlalu besar
dengan keunggulan MPLS L3VPN OVER GRE tunneling sebesar 0.04 ms
Berikut adalah grafik perbandingan ping response time skenario 1 dan
skenario 2 pengujian PC 1 dengan PC 2 terhadap PC 3 dengan PC 4 :
Grafik 5.9 Pengujian Ping PC 1 dengan PC 2 terhadap PC 3 dengan PC 4
Untuk pengujian TX dan RX, MPLS L3VPN mengungguli MPLS
L3VPN OVER GRE tunneling dengan nilai 883.937 kbps untuk TX dan
914.024 kbps untuk RX sedangkan hasil TX dan RX di MPLS L3VPN OVER
GRE tunneling adalah 731.83 kbps untuk TX dan 643.038 untuk RX. Jumlah
selisih TX dan RX MPLS L3VPN dengan MPLS L3VPN GRE tunneling
adalah sebesar 152.107 kbps untuk TX dan 270.986 untuk RX. Jumlah selisih
tersebut merupakan jumlah yang cukup besar. Berikut adalah grafik
3.17
3.13
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
MPLS L3VPN
MPLS L3VPN OVER GRE
ms
Pe
ngu
jian
Grafik Pengujian PingPC 1 dengan PC 2 terhadap PC 3 dengan PC 4
Ping (ms)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
126
perbandingan troughput skenario 1 dan skenario 2 pada pengujian PC 3
dengan PC 4 :
Grafik 5.10 Pengujian throughput PC 1 dengan PC 2 terhadap PC 3 dengan PC 4
Untuk pengujian jitter dengan buffer length 1 Kbyte, hasil pengujian
menunjukan MPLS L3VPN memiliki nilai jitter sebesar 0.946 ms. Sedangkan
MPLS L3VPN OVER GRE tunneling memiliki nilai jitter sebesar 0.096 ms.
Pada pengujian ini MPLS L3VPN OVER GRE tunneling memiliki hasil yang
lebih baik dibandingkan dengan MPLS L3VPN selisih keduanya yaitu sebesar
0.85 ms. Berikut ini grafik perbandingan hasil jitter MPLS L3VPN dengan
MPLS L3VPN OVER GRE tunneling :
Grafik 5.11 Pengujian Jitter PC 1 dengan PC 2 terhadap PC 3 dengan PC 4
883.937
914.024
731.83
643.038
0 200 400 600 800 1000
MPLS L3VPN
MPLS L3VPN OVER GRE
Kbps
Pe
ngu
jian
Grafik Pengujian ThroughputPC 1 dengan PC 2 terhadap PC 3 dengan PC 4
RX TX
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
MPLS L3VPN
MPLS L3VPN OVER GRE
ms
Pen
gujia
n
Grafik Pengujian JitterPC 1 dengan PC 2 terhadap PC 3 dengan PC 4
Jitter (ms)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
127
Untuk pengujian packet loss dengan buffer length 1 Kbyte, hasil
pengujian skenario 1 MPLS L3VPN dan skenario 2 MPLS L3VPN OVER
GRE tunneling dengan pengujian PC 1 dengan PC 2 terhadap PC 3 dengan
PC 4 memiliki nilai yang berbeda. MPLS L3VPN memiliki rata-rata packet
loss sebesar 3.67%. Sedangkan MPLS L3VPN OVER GRE tunneling
memiliki rata-rata packet loss sebesar 3.12%. dalam pengujian ini MPLS
L3VPN OVER GRE lebih baik dibandingkan dengan MPLS L3VPN dengan
perbandingan sebesar 0.55%. berikut ini merupakan grafik dari pengujian
packet loss PC 1 dengan PC 2 terhadap PC 3 dengan 4:
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
128
Grafik 5.12 Pengujian Packet loss PC 1 dengan PC 2 terhadap PC 3 dengan PC 4
5.3.14 Evaluasi Hasil Skenario 1 dan Skenario 2 PC 3 dengan PC 4
terhadap PC 1 dengan PC 2
Setelah hasil pengujian di GNS3 pada skenario 1 dan skenario 2 pada
PC 3 dengan PC 4 terhadap PC 1 dengan PC 2 telah didapatkan, kedua hasil
tersebut di rata-ratakan lalu dibandingkan satu sama lain. Berikut adalah tabel
perbandingan hasil pengujian PC 3 dengan PC 4 MPLS L3VPN dan PC 3
dengan PC 4 MPLS L3VPN OVER GRE tunneling terhadap PC 1 dengan PC
2 :
Tabel 5.49 Perbandingan skenario 1 dan 2 pengujian PC 3 dengan PC 4 terhadap PC 1
dengan PC 2
Parameter MPLS
L3VPN
MPLS L3VPN
OVER GRE
TUNNELING
Ping (ms) 3.10 3.17
TX (kbps) 1631.324 1284.875
RX (kbps) 1603.804 1244.393
Jitter UDP 1Kbyte
(ms) 0 0
Packet Loss UDP 1
Kbyte (ms) 3.86 2.86
3.67
3.12
2.8 2.9 3 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8
MPLS L3VPN
MPLS L3VPN OVER GRE
ms
Pe
ngu
jian
Grafik Pengujian Packet lossPC 1 dengan PC 2 terhadap PC 3 dengan PC 4
Packet Loss (ms)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
129
Dari hasil perbandingan tersebut, dapat dilihat bahwa hasil pada
skenario 1 MPLS L3VPN dengan skenario 2 MPLS L3VPN OVER GRE
tunneling di GNS3 dengan pengujian PC 3 dengan PC 4 terhadap PC 1 dengan
PC 2 memiliki kelebihan dan kekurangan di bidang parameter tertentu. Dalam
pengujian ping response time MPLS L3VPN memiliki nilai sebesar 3.10 ms
sedangkan MPLS L3VPN OVER GRE tunneling memiliki nilai 3.17 ms. hal
tersebut membuktikan bahwa perbedaan diantara keduanya tidak terlalu besar
dengan keunggulan MPLS L3VPN tunneling sebesar 0.7 ms. Berikut adalah
grafik perbandingan ping response time skenario 1 dan skenario 2 pengujian
PC 3 dengan PC 4 terhadap PC 1 dengan PC 2 :
Grafik 5.13 Pengujian Ping PC 3 dengan PC 4 terhadap PC 1 dengan PC 2
Untuk pengujian TX dan RX, MPLS L3VPN mengungguli MPLS
L3VPN OVER GRE tunneling dengan nilai 1631.324 kbps untuk TX dan
1603.804 kbps untuk RX sedangkan hasil TX dan RX di MPLS L3VPN
OVER GRE tunneling adalah 1284.875 kbps untuk TX dan 1244.393 untuk
RX. Jumlah selisih TX dan RX MPLS L3VPN dengan MPLS L3VPN GRE
tunneling adalah sebesar 346.449 kbps untuk TX dan 359.411 untuk RX.
Jumlah selisih tersebut merupakan jumlah yang cukup besar. Berikut adalah
grafik perbandingan troughput skenario 1 dan skenario 2 pada pengujian PC
3 dengan PC 4 terhadap PC 1 dengan PC 2 :
3.1
3.17
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
MPLS L3VPN
MPLS L3VPN OVER GRE
ms
Pe
ngu
jian
Grafik Pengujian PingPC 3 dengan PC 4 terhadap PC 1 dengan PC 2
Ping (ms)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
130
Grafik 5.14 Pengujian throughput PC 3 dengan PC 4 terhadap PC 1 dengan PC 2
Untuk pengujian jitter dengan buffer length 1 Kbyte, hasil pengujian
menunjukan tidak ada perbedaan antara skenario 1 dan skenario 2 pada
pengujian PC 3 dengan PC 4 terhadap PC 1 dengan PC 2.hasil dari pengujian
tersebut menampilkan nilai 0 ms yang memiliki arti nilai pengujian MPLS
L3VPN dengan MPLS L3VPN OVER GRE tunneling menunjukan hasil yang
sangat baik.
Grafik 5.15 Pengujian Jitter PC 3 dengan PC 4 terhadap PC 1 dengan PC 2
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
MPLS L3VPN
MPLS L3VPN OVER GRE
ms
Pen
gujia
n
Grafik Pengujian JitterPC 3 dengan PC 4 terhadap PC 1 dengan PC 2
Jitter (ms)
1631.324
1603.804
1284.875
1244.393
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800
MPLS L3VPN
MPLS L3VPN OVER GRE
Kbps
Pe
ngu
jian
Grafik Pengujian ThroughputPC 3 dengan PC 4 terhadap PC 1 dengan PC 2
RX TX
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
131
Untuk pengujian packet loss dengan buffer length 1 Kbyte, hasil
pengujian skenario 1 MPLS L3VPN dan skenario 2 MPLS L3VPN OVER
GRE tunneling dengan pengujian PC 3 dengan PC 4 terhadap PC 1 dengan
PC 2 memiliki nilai yang berbeda. MPLS L3VPN memiliki rata-rata packet
loss sebesar 3.86%. Sedangkan MPLS L3VPN OVER GRE tunneling
memiliki rata-rata packet loss sebesar 2.86%. dalam pengujian ini MPLS
L3VPN OVER GRE lebih baik dibandingkan dengan MPLS L3VPN dengan
perbandingan sebesar 1.00%. berikut ini merupakan grafik dari pengujian
packet loss PC 3 dengan PC 4 terhadap PC 1 dengan PC 2:
Grafik 5.16 Pengujian Packet loss PC 1 dengan PC 2 terhadap PC 3 dengan PC 4
5.3.15 Evaluasi Convergence Time Skenario 1 dan Skenario 2
Setelah pengujian convergence time dari skenario 1 MPLS L3VPN
dan skenario 2 MPLS L3VPN OVER GRE tunneling telah dilakukan
sebanyak 5 kali dengan menggunakan whireshark pada GNS3. Kemudian
hasil tersebut keduanya dibandingkan dan dianalisa. Berikut ini tabel
perbandingan antara skenario 1 MPLS L3VPN dengan skenario 2 MPLS
L3VPN OVER GRE tunneling :
Tabel 5.50 Perbandingan convergence time skenario 1 dan skenario 2
Protocol
Rata-rata pengujian ( s )
MPLS L3VPN MPLS L3VPN
OVER GRE
3.86
2.86
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
MPLS L3VPN
MPLS L3VPN OVER GRE
ms
Pe
ngu
jian
Grafik Pengujian Packet lossPC 3 dengan PC 4 terhadap PC 1 dengan PC 2
Packet Loss (ms)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
132
OSPF 46.21 46.30
MPLS 55.57 54.86
BGP 59.24 58.67
Berdasarkan tabel diatas nilai output yang di tampilkan oleh
whireshark yaitu OSPF, MPLS dan BGP baik pada skenario 1 MPLS L3VPN
maupun skenario 2 MPLS L3VPN OVER GRE tunneling. Nila pada skenario
1 OSPF selama 46.21 s, MPLS 55.57 s, dan BGP 59,24 s. sedangkan nilai
pada skenario 2 OSPF selama 46.30, MPLS 54.86 dan BGP 58.67. meskipun
terlihat perbedaan diantara skenario 1 MPLS L3VPN dengan skenario 2
MPLS L3VPN OVER GRE tunneling namun tidak memiliki dampak yang
signifikan sehingga baik MPLS L3VPN maupun L3VPN OVER GRE
tunneling memiliki convergence time yang hampir sama. Berikut ini grafik
perbandingan diantara keduanya :
Grafik 5.17 Pengujian convergence time skenario 1 dengan skenario 2
46.21
46.3
55.57
54.86
59.24
58.67
0 20 40 60 80
MPLS L3VPN
MPLS L3VPN OVER GRE
waktu (s)
Pe
ngu
jian
Grafik Pengujian Convergence Time
BGP (s) MPLS (s) OSPF (s)
133
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengujian pada skenario 1 MPLS L3VPN dan skenario 2 MPLS
L3VPN OVER GRE tunneling yang telah di evaluasi berdasarkan pengujian PC 1
dengan PC 2, PC 3 dengan PC 4, PC 1 dengan PC 2 terhadap PC 3 dengan PC 4,
dan PC 3 dengan PC 4 terhadap PC 1 dengan PC 2. Di dapatkan bahwa hasil
pengujian ping response, jitter dan convergence time tidak menunjukkan hasil yang
jauh berbeda. Untuk pengujian throughput dibuktikan bahwa MPLS L3VPN lebih
Baik dibandingkan dengan MPLS L3VPN OVER GRE Tunneling dengan nilai TX
2279.638 kbps, 1930.733 kbps, 883.937kbps, 1631.324kbps dan untuk nilai RX
2190.741 kbps, 2241.025 kbps, 914.024 kbps, 1603.804 kbps sedangkan untuk
MPLS L3VPN OVER GRE tunneling menghasilkan nilai TX 1682.049 kbps,
1635.499 kbps, 731,83 kbps, 1284.875 kbps dan untuk nilai RX 2190.741 kbps,
2241.025 kbps, 643.038 kbps, 1244.393 kbps. Untuk pengujian packet loss MPLS
L3VPN OVER GRE tunneling lebih baik dibandingkan dengan MPLS L3VPN
dengan nilai 4.43 ms, 4.45 ms, 3.67 ms, 3.86 ms sedangkan MPLS L3VPN OVER
GRE tunneling yaitu 4.41 ms, 3.52 ms, 3.12 ms, 2.86 ms.
6.2 Saran
1. Pada penelitian berikutnya, untuk mendapatkan hasil yang berbeda dapat
menggunakan IPv6.
2. Pada penelitian berikutnya, untuk mendapatkan hasil yang berbeda dapat
menggunakan IPSec pada jaringan MPLS L3VPN.
3. Untuk meningkatkan keakuratan hasil penelitian, pada penelitian
selanjutnya dapat dilakukan topologi dengan skala yang lebih luas dan lebih
kompleks.
4. Untuk mendaptkan hasil yang berbeda dapat dilakukan dengan cara
penambah service seperti VoIP dan layanan VIDEO Streaming.
5. Untuk meningkatkan keakuratan hasil penelitian, pada penelitian
selanjutnya dapat dilakukan dengan router dan komputer secara fisik.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
134
DAFTAR PUSTAKA
Ade Nurhayati, S. D. P. (2015). SIMULASI JARINGAN VPN BERBASIS MPLS
DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE OPNET MODULAR 14.5, 4(1),
425–436.
Ahmed, F., Abedin Butt, Z. U., & Siddiqui, U. A. (2016). MPLS based VPN
Implementation in a Corporate Environment. Journal of Information
Technology & Software Engineering, 06(05). https://doi.org/10.4172/2165-
7866.1000193
Arifin, Z. (2012). EVALUASI PEMBELAJARAN.
Aulia, A., & Sriningsih, A. E. (2013). Analisis Pengaruh Serangan Denial of
Service terhadap Jaringan IPv6 yang Menggunakan Tunneling GRE dan Dual-
Stack pada Aplikasi FTP. Development, 134(23), 4141–4145.
Awais Khan, E., & Khan Babar, I. (2015). Implementing VPN over MPLS. IOSR
Journal of Electronics and Communication Engineering, 10(3), 2278–2834.
https://doi.org/10.9790/2834-10314853
Cisco. (2017). Prerequisites for Multiprotocol BGP MPLS VPN, 1–14.
Effendi, M. R., Ahmad, E., Hamidi, Z., & Saepulloh, A. (2017). Implementasi GRE
Tunneling Menggunakan Open vSwitch Pada Jaringan Kampus, 3(2), 103–
111.
Fiade, A. (2013). Simulasi Jaringan, 28(March), 15–18.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1016/j.ehj.2004.06.013
Hasanah, F. U., & Mubarakah, N. (2014). Analisis Kinerja Routing Dinamis
Dengan Teknik Rip ( Routing Information Protocol ) Pada Topologi Ring
Dalam Jaringan Lan ( Local Area Network ) Menggunakan Cisco Packet
Tracer. Singuda Ensikom, 7(3), 118–124.
Iman, M. F. (2017). Evaluasi Kinerja Routing Protocol RIPv2, OSPF, EIGRP,
dengan BGP_Muhammad Fathul Iman_1111091000058.pdf.
Jiang, Y. (2016). HCNA Networking Study Guide. Retrieved from
https://books.google.no/books?id=fRyfDAAAQBAJ&pg=PA232&dq=one+a
rmed+router&hl=no&sa=X&ved=0ahUKEwiOt9GN8vPSAhVJBiwKHW-
YDt8Q6AEIIzAB#v=onepage&q=one armed router&f=false
Kumar CV, R., Dhanumjayulu, Bagubali, & Bagadi. (2017). Architecture for MPLS
L3 VPN Deployment in Service Provider Network. Journal of
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
135
Telecommunications System & Management, 06(01), 1–4.
https://doi.org/10.4172/2167-0919.1000152
Kurose, J. F., & Ross, K. W. (2013). Computer networking A Top-Down Approach.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Kusuma, Y. B., Jusak, & Triwidyastuti, Y. (2016). IMPLEMENTASI DAN
ANALISIS QoS PADA JARINGAN MPLS- VPN BERBASIS MPLS-TE
MENGGUNAKAN ROUTING PROTOKOL OSPF, 5(1), 61–68.
Lammle, T. (2016a). CCNA® Routing and Switching Complete: Study Guide,
Second Edition.
Lammle, T. (2016b). Routing and Switching Study Guide. United States Of
America: Wiley.
Lubis, R. S., & Pinem, M. (2014). ANALISIS QUALITY OF SERVICE ( QoS )
JARINGAN, 7(3), 131–136.
Mhdawi, A. Al. (2016). A Design Analysis of MPLS VPN Core Architecture and
Network Downtime Impact, 33(3), 130–133.
Misra, S., & Goswami, S. (2017). Network Routing Fundamentals, Applications,
and Emerging Technologies. Mobile Agents in Networking and Distributed
Computing. https://doi.org/10.1002/9781118135617.ch6
Monge, A. S., & Szarkowicz, K. G. (2015). MPLS in the SDN Era: Interoperable
Scenarios to Make Networks Scale to New Services. United States Of America:
O’Reilly Media.
Muzawi, R., & Hardianto, R. (2016). Perancangan Server Dan Analisis Quality of
Service ( QoS ) Jaringan Diskless PXE Linux Pada Laboratorium Komputer
STMIK-Amik-RIAU. Jurnal Inovtek Polbeng, 1(1), 20–32.
Neumann, J. C. (2015). THE BOOK OF GNS 3 BUILD VIRTUAL NETWORK
LABS USING CISCO, JUNIPER AND MORE.
Nighm, S., & Gupta, E. N. K. (2016). Implementation of New IPv6 Tunneling
Transition Technique: II6T. Research Journal of Pharmaceutical, Biological
and Chemical Sciences, 7(3), 365–373.
https://doi.org/10.15680/IJIRCCE.2016.
Nixon, D. J. S., Devaraj, D. A. F. S., & Mohammed, M. A. (2016). CONFIGURING
IPSEC TO ENCRYPT GRE TUNNELS TO PROVIDE NETWORK LAYER
SECURITY FOR NON−IP TRAFFIC SUCH AS IPX USING GNS3.PDF.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
136
Pintello, T. (2013). Introduction to Networking with Network +. Journal of
Experimental Psychology: General (Vol. 136).
Pratama, I. P. A. E. (2014). Smart City Beserta Cloud Computing Dan Teknologi -
Teknologi Pendukung.
Rahman, T. (2017). Implementasi virtual private network over gre tunnel.
Implementasi Virtual Private Network Over Gre Tunnel, 3(1), 1–8.
Rizal, M. (2017). EVALUASI KINERJA JARINGAN DMVPN
MENGGUNAKAN ROUTING PROTOCOL RIPv2 , OSPF , EIGRP
DENGAN BGP EVALUASI KINERJA JARINGAN DMVPN RIPv2 , OSPF
, EIGRP DENGAN BGP.
Sandberg, B. (2015). Networking The Complete Reference, Third Edition.
Segara, i komang bayu. (2015). ANALISIS DAN IMPLEMENTASI VIRTUAL
PRIVATE NETWORK ( VPN ) DENGAN MULTIPROTOCOL LABEL
SWITCHING ( MPLS ) HALAMAN JUDUL.
Septarindra, A., Munadi, R., & Negara, R. M. (2016). IMPLEMENTASI DAN
ANALISIS PERFORMA MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING -
VIRTUAL PRIVATE NETWORK ( MPLS-VPN ) DENGAN METODE
GENERIC ROUTING ENCAPSULATION PADA LAYANAN BERBASIS
FILE TRANSFER PROTOCOL ( FTP ) IMPLEMENTATION AND
ANALYSIS MULTI PROTOCOL LABEL SWIT, 3(3), 4504–4511.
Sofi, U. B., Rupinder, E., & Gurm, K. (2015). Comparative Analysis of MPLS
Layer 3vpn and MPLS Layer 2 VPN. International Journal of Computer
Science Trends and Technology, 3(4), 90–98. Retrieved from
www.ijcstjournal.org
Sukaridhoto. (2014). Buku Jaringan Komputer I. Buku Jaringan, 1, 1–124.
Wallace, K. (2015). CCNP Routing and Switching SWITCH 300-115 Official Cert
Guide. https://doi.org/10.4271/2007-01-0201
Wijayanto, A. P. (2015). Analisis Pengaruh Hello Interval Routing Protokol OSPF
dengan MPLS pada Link Tidak Stabil. Universitas Sanata Dharma.
Recommended