20
Aku cinta padam Kurnia Ayu N. K Aku berjanji ga akan kena BPH! Ga kena penyakit di huge snake pokokn Ahahhaha Aku milikmu, sluruhnya…

Aku Cinta Padamu

Embed Size (px)

Citation preview

Aku cinta padamuKurnia Ayu N. K.

Aku berjanji ga akan kena BPH!Ga kena penyakit di huge snake pokoknya..AhahhahaAku milikmu, sluruhnya…

DEFINISIPada pasien berusia 50+

tahun, kelenjar prostatnya mengalami

pembesaran, memanjang ke arah kandung kemih dan penyumbatan aliran

urin dengan menutup orifisium uretra.

Dalam hal ini sel-sel glandular dan sel-sel

interstisial mengalami hiperplasia (sel-sel

bertambah banyak). Kelenjar prostat sendiri

akan terdesak ke perifer, gepeng dan

menjadi simpai bedah (kapsul surgikal).

Anatomi • kelenjar fibromuskular yang mengalami bladder neck dan bagian proksimal uretra. Beratnya pada orang dewasa kira-kira 20 gram dengan ukuran rata-rata panjang 3,4 cm, lebar 4,4 cm dan tebal 2,6 cm

Potongan melintang

1. Kapsul anatomiMc Neal (1976) membagi prostat

dalam beberapa zona antara lain : zona perifer, zona central dan zona periuretral. Sebagian besar hiperplasia prostat terdapat pada zona transisional.

Etiologi • Masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya hiperplasia prostat, tetapi beberapa hipotesa menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat kaitanya dengan peningkatan kadar dehidrotestosteron (DHT) dan proses aging (menjadi tua).

Pertumbuhan kelenjar prostat

sangat tergantung pada

hormon testosteron

didalam sel-sel kel prostat

hormon ini akan dirubah menjadi

dehidrotestosteron (DHT)

dengan bantuan enzim alfa reduktase.

DHT inilah yang kemudian akan

diikat oleh reseptor yang berada dalam sitopalsma sel

prostat sehingga membentuk DHT

reseptor Kompleks

kemudian akan masuk kedalam

inti sel dan secara langsung memacu

m-RNA untuk mensintesis

protein sehingga terjadi proliferasi

sel.

Hipotesis Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya

hiperplasia prostat adalah:

Adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan estrogen pada usia lanjut

Peranan dari growth factor sebagai pemacu pertumbuhan struma kelenjar prostat

Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel yang mati

Teori sel sterm menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel sterm sehingga menyebabkan produksi sel

struma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan.

Patogenesis

Pembesaran prostat

menyebabkan penyempitan

uretra prostatika dan menghambat

aliran urine. Keadaan ini

menyebakan peningkatan

tekanan intravesikal.

Untuk mengeluarkan urine, buli-buli

harus berkontraksi lebih guna

melawan tahanan tersebut.

Kontraksi terus-menerus ini

menyebabkan perubahan

anatomi buli-buli berupa hipertrofi

otot detrusor, trabekulasi,

terbentuknya selula, sakula dan divertikel buli-buli.

Perubahan struktur buli-buli dirasakn pasien sebagai keluhan

pada saluran kemih sebelah bawah/lower urinary tract

simptom (LUTS), dahulu dikenal dengan gejala prostatimus.

Tekanan intravesikal yang

tinggi akan diteruskan

keseluruh bagian buli-buli, tak

terkecuali pada kedua muara

ureter. Tekanan ini menimbulkan

aliran balik urine dari buli-buli ke

ureter atau terjadi refluks

vesikoureter.

Keadaan ini jika berlangsug terus

akan mengakibatkan

hidroureter, hidronefrosis

bahkan akhirnya dapat jatuh

kedalam gagal ginjal.

Patofisiologi Gejala dan tanda obstruksi jalan kemih

harus menunggu pada permulaan miksi (hesitency)

miksi terputus (intermittency)

menetes pada akhir miksi (terminal dribbling)

pancaran miksi menjadi lemah, dan rasa belum puas sehabis miksi

Gambaran Klinik• Angka normal pancaran kemih rata-rata 10-12 ml/detik dan pancaran

maksimal sampai sekitar 20 ml/detik. Pada obstruksi ringan, pancaran menurun antara 6-8 ml/detik, sedangkan maksimal pancaran menjadi 15 ml/detik atau kurang.

• Pada pemeriksaan colok dubur dari pembesaran prostat benigna menunjukan konsistensi prostat kenyal seperti meraba ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris dan tidak didapatkan nodul. Dapat pula diketahui adanya batu prostat bila teraba krepitasi.

• Derajat berat obstruksi diukur dengan menentukan jumlah sisa urine setelah miksi spontan, dengan mengukur urine yang masih dapat keluar dengan kateterisasi ataupun ultrasonografi. Sisa urine lebih dari 100 cc biasanya dianggap batas indikasi untuk melakukan intervensi pada hipertrofi prostat. Derajat berat obstruksi dapat pula diukur dengan mengukur pancaran urine pada waktu miksi, yang disebut uroflowmetri.

Derajad berat hipertrofi prostat berdasarkan gambaran klinik :

Derajat

• Colok dubur

• Sisa

I

• Penonjolan prostat, batas atas mudah diraba

• <>

II

• Penonjolan prostat jelas, batas atas mudah dicapai

• 50-100 ml

III

• Batas atas prostat tidak dapat diraba

• > 100 ml

IV

• retensi urin total

Organisasi kesehatan dunia (WHO) menganjurkan klasifikasi untuk menentukan berat gangguan miksi yang disebut WHO PSS (WHO prostate symptom score).Skor dihitung berdasarkan jawaban penderita dari delapan pertanyaan mengenai miksi. Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka semakin berat derajat gangguan yang diderita

Pemeriksaan Penunjang • Pemeriksaan laboratorium

a. Darah : - Ureum dan Kreatinin- Elektrolit- Blood urea nitrogen- Prostate Specific Antigen (PSA) - Gula darah

b. Urin : - Kultur urin + sensitifitas test- Urinalisis dan pemeriksaan mikroskopik- Sedimen

Pemeriksaan Penunjang • Pemeriksaan pencitraan

– a. Foto polos abdomen (BNO) Dari sini dapat diperoleh keterangan mengenai penyakit ikutan misalnya batu saluran kemih, hidronefrosis, atau divertikel kandung kemih juga dapat untuk menghetahui adanya metastasis ke tulang dari carsinoma prostat.

– b. Pielografi Intravena (IVP)pembesaran prostat dapat dilihat sebagai lesi defek isian kontras (filling defect/indentasi prostat) pada dasar kandung kemih atau ujung distal ureter membelok keatas berbentuk seperti mata kail (hooked fish).mengetahui adanya kelainan pada ginjal maupun ureter berupa hidroureter ataupun hidronefrosis serta penyulit yang terjadi pada buli – buli yaitu adanya trabekulasi, divertikel atau sakulasi buli – buli.foto setelah miksi dapat dilihat adanya residu urin

– c. Sistogram retrogradApabila penderita sudah dipasang kateter oleh karena retensi urin, maka sistogram retrograd dapat pula memberi gambaran indentasi.

– d. Transrektal Ultrasonografi (TRUS)deteksi pembesaran prostatmengukur volume residu urin

– e. MRI atau CT jarang dilakukan Digunakan untuk melihat pembesaran prostat dan dengan bermacam – macam potongan.

Pemeriksaan Penunjang

• Pemeriksaan lain– Uroflowmetri

• Untuk mengukur laju pancaran urin miksi. Laju pancaran urin ditentukan oleh :

• daya kontraksi otot detrusor• tekanan intravesica• resistensi uretra

– Pemeriksaan Volume Residu Urin• Volume residu urin setelah miksi spontan dapat

ditentukan dengan cara sangat sederhana dengan memasang kateter uretra dan mengukur berapa volume urin yang masih tinggal. Pemeriksaan sisa urin dapat juga diperiksa (meskipun kurang akurat) dengan membuat foto post voiding atau USG.

Pemeriksaan Penunjang • Diagnosa banding

– Setiap kesulitan miksi disebabkan oleh salah satu dari ketiga faktor di bawah :

• 1. Kelemahan detrusor kandung kemih– Ganguan neurologik– kelainan medula spinals– neuropatia diabetes mellitus– pasca bedah radikal di pelvis– farmakologik ( obat penenang, penghanbat alfa, parasimpatolitik)

• 2. Kekakuan lehar kandung kemih– fibrosis

• 3. Resistensi uretra– hipertrofi prostat ganas atau jinak– kelainan yang menyumbat uretra– Uretrolitiasis– uretritis akut dan kronik

Pemeriksaan Penunjang • Penatalaksanaan

– Derajat I biasanya belum memerlukan tindakan bedah, diberikan pengobatan konservatif.

– Derajat II merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan, biasanya dianjurkan dengan eseksi endoskopik melalui uretra (TURP = Trans Urethral Resection of Prostate). Kadang-kadang derajat ini dapat dicoba dengan pengobatan konservatif.

– Derajat III apabila diperkirakan pembesaran prostat sudah cukup besar, sebaiknya dilakukan pembedahan terbuka melalui transvesikal,retropublik atau perineal.

– Derajat IV, tindakan pertama yang harus dilakukan ialah pembebasan penderita dari resistensi urine total dengan memasang kateter atau sistostomi. Kemudian terapi defenitif dengan TUR P atau pembedahan terbuka.

– Pengobatan lain yang invasif minimal terutama ditujukan untuk pasien yang mempunyai resiko tinggi terhadap pembedahan, antara lain dengan cara:

• · TUMT ( Trans Urethral Microwave Thermotherapy)• · TULIP ( Trans Urethral Ultrasound guided Laser Induced Prostatectomy)• · TUBD ( Trans Urethral Balloon Dilatation)• · TUNA ( Trans Urethral Needle Ablation)• · Pemasangan stent urethtral atau prostacath

Pemeriksaan Penunjang • Prognosis

– Prognosis dari penyakit ini cukup baik bila penderita berobat dengan baik yaitu operatif. Tindakan pengobatan konservatif hanyalah menunda waktu operasi dan tidak menghilangkan kausanya.

Laporan Kasus

1.      IDE

NTITAS PASIEN

Nama

:Bpk.S

Umur

:67 tahun

Jenis kelamin

:Laki-laki

Alamat

:Kedungan, Kedungsari,

Purworejo

Pekerjaan

:Petani

Pendidikan

:Tamat SD

Agama

:Islam

Tanggal masuk RS:19 November 2009

jam 10.43

No. RM

:164060

Laporan Kasus   ANAMNESISa. Keluhan Utama : tidak bisa BAKb. Riwayat penyakit sekarang:Sejak ± 2 minggu terakhir, pasien mengeluh BAK tidak lancar. BAK terasa lebih sering namun hanya keluar sedikit-sedikit dan terasa nyeri, sehingga terasa tidak puas dan pasien sering mengedan.Sejak malam sebelum masuk rumah sakit, pasien tidak bisa BAK sehingga sampai pagi hari kandung kemih terasa penuh, dan perut terasa sakit. Dan akhirnya pasien dibawa ke RS.c. Riwayat Penyakit Dahulu :- Riwayat sakit batu saluran kemih disangkal- Riwayat BAK berdarah disangkal- Riwayat DM disangkal- Riwayat hipertensi disangkald. Riwayat Penyakit Keluarga:- Riwayat sakit batu saluran kemih disangkal- Riwayat keluarga dengan keluhan serupa disangkal.e. Anamnesis SistemSistem cerebrospinal : pusing(-), demam (-), penurunan kesadaran (-)Sistem respirasi : sesak napas (-), batuk (-), pilek (-)Sistem cardiovascular : nyeri dada (-), berdebar-debar (-)Sistem gastrointestinal : nyeri perut (-), mual (-), muntah (-)Sistem urogenital : tidak bisa BAK (+), nyeri (+)Sistem musculoskeletal : nyeri (-), keterbatasan gerak (-) f. Pemeriksaan FisikKeadaan umum : tenang, tidak terlihat kesakitanKesadaran : composmentisVital Sign : TD : 140/100 mmHg N : 100 x/menit RR : 24x/menit T : afebris

Status GeneralisKepala : Bentuk : mesocephalMata : conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)Hidung : discharge (-)Mulut : bibir kering (-), lidah kotor (-)Telinga : tidak ada kelainanLeher : JVP tidak meningkatThorax : simetris, deformitas tidak ada, tidak ada ketinggalan gerak, paru vesikuler kanan-kiri, cor S1-S2 regularAbdomen : hepar/lien tidak teraba, nyeri tekan (-)Ekstremitas : edema (-) Status Lokalis  Regio suprapubikInspeksi : tak tampak kelainan, sikatrik (-)Palpasi : nyeri tekan (-), bulging (-)Regio Genitalia eksterna Inspeksi : tidak tampak benjolan, tidak tampak pembesaran skrotum, terpasang DC dengan urin jernih kekuningan.Palpasi : nyeri tekan (-), tidak teraba benjolan. Region Anal :Inspeksi : Tak tampak benjolan di dubur Palpasi : nyeri tekan (-) Pemeriksaan Rectal Toucher :Prostat teraba kenyal, asimetris, nodul (+), nyeri tekan (-), Lobus atas tidak teraba. Taksiran berat prostat : 60-70 gram.

Laporan KasusC. PEMERIKSAAN PENUNJANGLaboratorium:WBC : 9,3RBC : 4,89HB : 14,7HCT : 43,2MCV : 88,3MCH : 30,1MCHC : 34,0PLT : 257RDW-CV : 13,4RDW-SD : 42,4PDW : 10,5MPV : 9,7P-LCR : 23,3

Neut# : 7.07Lymph # 1.33Mono # 0.77Eo # 0.09Baso # 0.04Neut% : 76.0Lymph% : 14,3Mono% : 8,3Eo% : 1,0Golongan darah : AMasa perdarahan : 2’45’Masa pembekuan : 3’30GDS : 81Ureum : 52

Creatinin : 1,29Tot.prot : 7,6Alb : 4,4Glob : 3,2Kalium : 3,8Natrium : 140Chlorida : 105Pemeriksaan radiologi : pulmo dan cor dbnPemeriksaan BNO : tidak tampak adanya batuUSG : Vesica urinaria : dinding mukosa tidak menebal, tidak tampak adanya batu dan massa. Prostat : permukaan licin, ukuran 3,5 x 4,5 x 3,0 cm. Kesan : BPHPemeriksaan EKG : normal sinus rhitm D. DIAGNOSIS BPH E. Terapi - operasi : open prostatektomi