20
Universitas Indonesia ANALISIS REVERSE STOCK SPLIT TERHADAP ABNORMAL RETURN DAN VOLUME PERDAGANGAN PADA BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2001-2012 Misykah Yudria Warman, Chandra Wijaya Ilmu Administrasi Niaga, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini menggunakan metode studi peristiwa (event study) dengan tujuan mengetahui apakah terdapat abnormal imbal hasil saham (abnormal return) yang signifikan di sekitar tanggal pengunguman. Selain itu, penelitian ini juga melakukan pengujian apakah terdapat perbedaan imbal hasil saham dan aktivitas volume perdagangan (trading volume activity) pada saat sebelum dan sesudah konsolidasi saham (reverse stock split). Sampel yang digunakan adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2001-2012 yang melakukan reverse stock split. Analisis dilakukan dengan menggunakan uji t dan uji t berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Terdapat abnormal return yang signifikan di sekitar pengunguman reverse stock split, 2) Terdapat perbedaan yang signifikan pada abnormal return sebelum dan sesudah pengunguman reverse stock split, 3) Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada volume perdagangan pada saat sebelum dan sesudah reverse stock split. Kata Kunci : abnormal return, volume perdagangan, reverse stock splits, studi peristiwa (event study) Analysis of the Effect of Reverse Stock Split on Abnormal Return and Trading Volume Firms Listed in Indonesia Stock Exchange for the Period od 2001-2012 Abstract The research uses event study method in order to examine the siginificance abnormal return around announcement date and the difference on abnormal return and trading volume before reverse stock split and after reverse stock split. The sample used is listed company in Indonesian Stock Exchange for the period 2001-2012 which have done reverse stock split. The analyses of this research were performed using paired t test and t test. The result showed that: 1) There is significant abnormal return around announcement date,2) There is the differences on abnormal return before reverse stock split and after reverse stock split, 2) There is no significant differences on trading volume before reverse stock split and after reverse stock split Keywords : abnormal return, trading volume , reverse stock splits , event study Analisis reverse…, Misykah Yudria Warma, FISIP UI, 2014

ANALISIS REVERSE STOCK SPLIT TERHADAP ABNORMAL …

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS REVERSE STOCK SPLIT TERHADAP ABNORMAL …

1    

Universitas Indonesia

ANALISIS REVERSE STOCK SPLIT TERHADAP ABNORMAL RETURN DAN VOLUME PERDAGANGAN PADA

BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2001-2012

Misykah Yudria Warman, Chandra Wijaya

Ilmu Administrasi Niaga, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia

Email: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini menggunakan metode studi peristiwa (event study) dengan tujuan mengetahui apakah terdapat abnormal imbal hasil saham (abnormal return) yang signifikan di sekitar tanggal pengunguman. Selain itu, penelitian ini juga melakukan pengujian apakah terdapat perbedaan imbal hasil saham dan aktivitas volume perdagangan (trading volume activity) pada saat sebelum dan sesudah konsolidasi saham (reverse stock split). Sampel yang digunakan adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2001-2012 yang melakukan reverse stock split. Analisis dilakukan dengan menggunakan uji t dan uji t berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Terdapat abnormal return yang signifikan di sekitar pengunguman reverse stock split, 2) Terdapat perbedaan yang signifikan pada abnormal return sebelum dan sesudah pengunguman reverse stock split, 3) Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada volume perdagangan pada saat sebelum dan sesudah reverse stock split.

Kata Kunci : abnormal return, volume perdagangan, reverse stock splits, studi peristiwa (event study)

Analysis of the Effect of Reverse Stock Split on Abnormal Return and Trading Volume Firms Listed in Indonesia Stock Exchange for the Period od 2001-2012

Abstract

The research uses event study method in order to examine the siginificance abnormal return around announcement date and the difference on abnormal return and trading volume before reverse stock split and after reverse stock split. The sample used is listed company in Indonesian Stock Exchange for the period 2001-2012 which have done reverse stock split. The analyses of this research were performed using paired t test and t test. The result showed that: 1) There is significant abnormal return around announcement date,2) There is the differences on abnormal return before reverse stock split and after reverse stock split, 2) There is no significant differences on trading volume before reverse stock split and after reverse stock split Keywords : abnormal return, trading volume , reverse stock splits , event study

Analisis reverse…, Misykah Yudria Warma, FISIP UI, 2014

Page 2: ANALISIS REVERSE STOCK SPLIT TERHADAP ABNORMAL …

2    

Universitas Indonesia

1. Pendahuluan

Pada setiap negara, pasar modal merupakan salah satu instrumen keuangan yang

menjadi salah satu yang diperhatikan. Hal ini dikarenakan pasar modal memiliki peranan

penting dalam keberlangsungan ekonomi baik pada sebuah negara maupun secara global.

Di Indonesia, pasar modal mulai berdiri sejak abad ke-19. Definisi dari pasar modal di

Indonesia tertera pada Undang-Undang Pasar Modal No.8/1995, yaitu kegiatan yang

bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek perusahaan publik yang

berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan

dengan efek.

Saham merupakan salah satu instrumen keuangan yang yang paling popular,

khususnya di Bursa Efek Indonesia. Saham juga merupakan salah satu alternatif sumber

pendanaan yang diambil oleh sebuah perusahaan agar dapat mengembangkan kegiatan

usahanya. Selain itu, saham juga merupakan sebuah tanda penyertaan modal bagi seseorang

atau badan usaha dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas (Husnan, 2001). Husnan

(2001) melanjutkan bahwa pihak yang membeli saham memiliki klaim atas pendapatan

perusahaan, dimana berupa klaim pada aset perusahaan atau dividen, dan kehadirannya

dalam rapat umum pemegang saham.

Dalam melakukan transaksi saham, informasi dapat dikatakan menjadi suatu hal

yang sangat berharga dari para investor. Sehingga, informasi dapat dikatakan suatu

kebutuhan mendasar bagi investor, terutama dalam pengambilan keputusan. Hal ini

dikarenakan informasi dapat mengurangi ketidakpastian yang terjadi, sehingga keputusan

yang diambil, diharapkan akan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Aliran informasi

pada suatu pasar modal menjadi salah satu tolak ukur dalam menentukan bahwa pasar

modal tersebut merupakan pasar yang efisien atau tidak. Pasar efisien dimana harga-harga

saham di pasar dengan cepat dapat merefleksikan seluruh informasi yang tersedia di pasar

(Houston, 2004). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa informasi dapat menjadi

penentu utama akan terjadinya dinamika pada pasar modal, terutama dalam penentuan

harga saham.

Reverse stock split atau konsolidasi saham merupakan salah satu dari aksi korporasi

dan bentuk informasi yang dilakukan oleh perusahaan. Reverse stock split sebagai suatu

Analisis reverse…, Misykah Yudria Warma, FISIP UI, 2014

Page 3: ANALISIS REVERSE STOCK SPLIT TERHADAP ABNORMAL …

3    

Universitas Indonesia

corporate action merupakan informasi yang akan diterima oleh pelaku bursa, dan akan

direspon beragam oleh pasar. Reverse stock split pada dasarnya merupakan suatu kejadian

yang tidak biasa di suatu perusahaan dimana suatu perusahaan mensubstitusikan beberapa

saham mereka menjadi satu tanpa membuat perubahan pada nilai total kapitalisasi pasar

sahamnya (Hwang, 2012). Hal ini dapat dicontohkan dengan pengajuan reverse stock split

saham 10:1. Dalam hal ini, perusahaan membuat 10 saham yang beredar sama dengan satu

saham. Oleh karena itu, dengan diberlakukannya reverse stock split, harga per saham akan

meningkat dengan mengurangi jumlah saham yang beredar.

Secara teori, perusahaan yang melakukan reverse stock split sebenarnya tidak akan

memberikan dampak apapun kepada perusahaan tersebut. Hal ini dikarenakan kondisi

fundamental dari perusahaan tidak akan berubah. Akan tetapi dari pandangan ilmu

keuangan, perusahaan yang melakukan reverse stock split akan memberikan informasi para

investor yang berisikan sinyal terhadap perusahaannya (Hwang, 2012).

Abnormal return merupakan selisih antara tingkat pengembalian yang sebenarnya

(actual return) dengan tingkat pengembalian yang diperkirakan (expected return) (Robert

Ang, 1997). Abnormal return dapat digunakan dalam melihat seberapa pengaruh suatu

event atau kejadian terhadap suatu harga saham. Berdasarkan hal tersebut, abnormal return

juga dapat digunakan dalam mengetahui pengaruh reverse stock split pada harga saham.

Penelitian-penelitian mengenai pengaruh reverse stock split terhadap abnormal return telah

dilakukan beberapa negara. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut didapatkan hasil

bahwa terdapat abnormal return yang negatif pada sekitar pengunguman reverse stock split

(Hwang (2012) dan Jing (2004)). Akan tetapi terdapat pula penelitian dimana terdapat

abnormal return yang positif pada sekitar pengunguman reverse stock split pada penelitian

yang dilakukan di Kanada (Masse, Hanrahan et al., 1997).

Likuiditas pada suatu saham dapat dilihat dengan trading volume activity (TVA).

Trading volume activity dilihat berdasarkan seberapa besar volume saham yang

diperdagangkan dalam setiap harinya. Oleh karena itu, trading volume activity dapat

dihitung dengan melihat perbandingan antara jumlah saham yang beredar dengan volume

saham yang diperdagangkan dalam waktu tertentu. Beberapa hasil penelitian

mengindikasikan bahwa terdapat kenaikan pada likuiditas saham pada reverse stock split,

Analisis reverse…, Misykah Yudria Warma, FISIP UI, 2014

Page 4: ANALISIS REVERSE STOCK SPLIT TERHADAP ABNORMAL …

4    

Universitas Indonesia

seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Jing (2004) dan Trihardian (2007). Akan tetapi

hasil tersebut bertentangan pada penelitian Lamoureux dan Poon (1987) di Amerika,

dimana adanya penurunan volume perdagangan saham setelah pengunguman reverse stock

split.

Dari berbagai pemaparan masalah yang melatarbelakangi penelitian ini, maka

dirumuskan beberapa pertanyaan dari pokok permasalahan dalam penelitian ini, antara lain:

dapat dirumuskan dengan pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat abnormal return yang signifikan pada sekitar peristiwa reverse

stock split di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2001 hingga tahun 2012?

2. Apakah terdapat perbedaan rata-rata abnormal return pada saat sebelum dan

sesudah reverse stock split di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2001 hingga tahun

2012?

3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap volume perdagangan pada saat

sebelum dan sesudah reverse stock split di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2001

hingga tahun 2012?

Adapun tujuan penelitian ini, sebagai berikut:

1. Membuktikan melalui penelitian empiris mengenai apakah terdapat abnormal

return yang signifikan pada sekitar peristiwa reverse stock split di Bursa Efek

Indonesia pada tahun 2001 hingga tahun 2012.

2. Membuktikan melalui penelitian empiris mengenai apakah terdapat perbedaan rata-

rata abnormal return pada saat sebelum dan sesudah reverse stock split di Bursa

Efek Indonesia pada tahun 2001 hingga tahun 2012.

3. Membuktikan melalui penelitian empiris mengenai apakah terdapat perbedaan yang

signifikan terhadap volume perdagangan pada saat sebelum dan sesudah reverse

stock split di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2001 hingga tahun 2012.

2. Tinjauan Teoritis

Pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan

atau sekuritas jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang

ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun

Analisis reverse…, Misykah Yudria Warma, FISIP UI, 2014

Page 5: ANALISIS REVERSE STOCK SPLIT TERHADAP ABNORMAL …

5    

Universitas Indonesia

perusahaan swasta (Husan, 2001). Sehingga, pasar modal dapat digambarkan sebagai

konsep yang lebih sempit dari pasa keuangan (financial market). Dimana, pasar keuangan

tersebut memperdagangkan semua bentuk hutang dan modal sendiri, baik dana jangka

pendek maupun jangka panjang, baik nogatiable atau tidak.

Pasar efisien merupakan suatu hipotesis dimana harga saham bereaksi tepat dan

cepat terhadap informasi baru (Reilly dan Brown, 2003). Pasar modal yang efisien juga

mencerminkan dimana harga sekuritas-sekuritas yang diperdagangkan dapat menyesuaikan

dengan cepat terhadap munculnya informasi-informasi baru. Dimana secara konsekuen

harga sekuritas menjadi perefleksian dari semua informasi tentang sekuritas tersebut.

Houston (2004), menyatakan bahwa pasar dikataan efisien jika harga saham dengan cepat

dapat merefleksikan seluruh informasi yang tersedia di pasar.

Corporate action atau aksi korporasi menurut Basir dan Fakhrudin (2005)

merupakan istilah di pasar modal Indonesia yang menunjukkan aktivitas strategis emiten

atau perusahaan (listed company) yang berpengaruh terhadap kepentingan pemegang

saham. Selanjutnya, Tjiptono dan Hendy (2001) melengkapi bahwa corporate action

merupakan aktifitas emiten yang berpengaruh terhadap jumlah saham yang beredar maupun

berpengaruh terhadap harga saham di pasar, yang biasanya merupakan berita yang

umumnya menyedot pertahitan pihak-pihak terkait di pasar modal khususnya pada

pemegang saham. Corporate action pada pasar modal mengacu kepada stock split, reverse

stock split, right issue, saham bonus, pembagian dividen (Karyono, 2004). Corporate

action memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepentingan peemgang saham. Hal ini

dikarenakan corporate action yang dilakukan emiten akan berpengaruh terhadap jumlah

saham yang beredar, komposisi kepemilikan saham, jumlah saham yang akan dipegang

pemegang saham, serta pengaruhnya terhadap pergerakan saham. Kemudian, aksi korporasi

juga akan mempengaruhi secara langsung ataupun tidak langsung terhadap kinerja

perusahaan dimana kinerja perusahaan akan menentukan nilai dari perusahaan.

Signalling theory dapat diatikan sebagai event, announcement, corporate action atau

publikasi mengenai sebuah perusahaan baik yang disengaja maupun tidak. Dimana hal

tersebut akan memiliki muatan informasi sebagai suatu sinyal yang disampaikan ke pasar

(Najmudin, 2002). Dasar pemikiran mengenai reverse stock split dapat juga dijelaskan

Analisis reverse…, Misykah Yudria Warma, FISIP UI, 2014

Page 6: ANALISIS REVERSE STOCK SPLIT TERHADAP ABNORMAL …

6    

Universitas Indonesia

dengan signalling theory tersebut. Dalam penelitian-penelitian sebelunya, reverse stock

split memberikan informasi dari manajemen berupa sinyal tidak yakin terhadap harga

saham mereka di masa depan, sehingga sinyal reverse stock split mengindikasikan bahwa

adanya return yang negatif dan pendapatan yang lebih rendah. Sehingga hal ini

mengindikasikan bahwa adanya informasi negatif yang diintepretasikan ketika adanya

reverse stock split (Jing, 2004).

Reverse stock split atau konsolidasi saham merupakan salah satu aksi korporasi

dalam menaikkan harga saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar (Martell dan

Webb, 2007). Hal ini merupakan kejadian istimewa pada suatu perusahaam dimana sebuah

perusahaan akan mensubstitusikan beberapa saham menjadi suatu saham tanpa mengubah

nilai dari total kapitalisasi pasar pada saham (Hwang et al, 2012). Reverse stock split dapat

dilihat sebagai suatu tindakan yang berkebalikan dengan stock split. Dimana, tindakan stock

split diambil dalam memecahkan satu saham menjadi beberapa saham dengan nominal

yang lebih kecil.

Abnormal return merupakan selisih antara tingkat pengembalian yang sebenarnya

(actual return) dengan tingkat pengembalian yang diperkirakan (expected return) (Robert

Ang, 1997). Abnormal return berguna dalam melihat seberapa besar pengaruh suatu event

atau kejadian terhadap harga suatu saham. Hal ini dapat dilihat dengan adanya expected

return dimana menggambarkan tingkat penghasilan yang diharapkan, lalu kemudian

dikurangi dengan actual return yang merupakan tingkat pengembalian sudah terpengaruh

denngan event, maka akan diketahui pengaruh event terhadap saham. Oleh karena itu,

abnormal return sebagai acuan dalam melihat adanya pengaruh pada metode event study.

Metodologi event study merupakan salah satu alat penelitian analisa bidang

keuangan yang paling sering digunakan. Event study sering kali digunakan dalam

pengamatan mengenai pergerakan harga saham pasar modal dalam mengetahui apakah

terdapat abnormal return yang diperoleh oleh pemegang saham akibat dari suatu event atau

kejadian tertentu. Selain abnormal return, event study juga digunakan dalam mengukur

tingkat likuiditas instrumen keuangan dalam melihat dampak dari suatu kejadian tertentu.

Analisis reverse…, Misykah Yudria Warma, FISIP UI, 2014

Page 7: ANALISIS REVERSE STOCK SPLIT TERHADAP ABNORMAL …

7    

Universitas Indonesia

Metode Penelitian

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan

kuantitatif digunakan dalam penelitian ini dikarenakan penelitian ini dilakukan melalui

proses pemikiran deduktif, yaitu pemikiran yang dikembangkan dalam sebuah penelitian

yang berawal pada pola umum atau universal dan kemudian mengarah pada pola-pola yang

khusus atau lebih spesifik. Berdasarkan tujuan, penelitian ini dapat dikategorikan ke dalam

jenis penelitian eksplanatif yang bertujuan untuk memaparkan hubungan antara reverse

stock split dengan imbal hasil saham (stock return) dan volume perdagangan pada

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan dimensi waktunya,

penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Penelitian akan mengambil dimensi

waktu tahun 2001 sampai dengan tahun 2012 dengan objek perusahaan yang terdaftar pada

Bursa Efek Indonesia yang melakukan reverse stock split.

1.2 Jenis Data

Sampel penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

pada tahun 2001 hingga 2012. Kriteria-kriteria sampel yang digunakan dalam penelitin ini,

ialah (1) Perusahaan yang melakukan reverse stock split dan memiliki data yang tersedia

mengenai tanggal pengunguman pada annual report atau www.ksei.co.id (2) Emiten yang

aktif diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan yang tidak mengalami

transaksi lebih dari 10 hari secara berturut-turut akan dikeluarkan dari sampel. (3)

Perusahaan tidak mengikutsertakan dan melakukan corporate action lain selama event

window yang terdiri dari 120 hari estimation period dan 30 hari event period. Corporate

action yang dimaksud antara lain stock split, pengunguman merger dan akuisisi, dan stock

dividend. Dimana hal tersebut dapat mempengaruhi harga saham di sekitar pengunguman

reverse stock split. (4) Perusahaan yang melakukan reverse stock split yang lebih dari satu

kali, harus memiliki perbedaan waktu minimal satu tahun.

Berdasarkan hasil pengumpulan data, didapatkan 33 perusahaan dengan beberapa

perusahaan melakukan reverse stock split lebih dari satu kali dan terdapat data keuangan

yang tidak lengkap pada periode 2001-2012. Reverse stock split yang tidak memenuhi

Analisis reverse…, Misykah Yudria Warma, FISIP UI, 2014

Page 8: ANALISIS REVERSE STOCK SPLIT TERHADAP ABNORMAL …

8    

Universitas Indonesia

kriteria yaitu sebanyak 10 perusahaan, terdiri 8 perusahaan yang tidak memiliki tanggal

pengumuman, dan 2 data outliers.

1.3 Metode Penelitian

Dalam melakukan pengamatannya, penelitian ini menggunakan metode event study.

Event Study merupakan suatu pengamatan khusus dengan menggunakan data pasar

keuangan dalam mengukur hubungan pada suatu nilai perusahaan pada waktu yang

spesifik (MacKinlay, 1997). Metode ini seringkali dipakai dalam melihat pergerakan harga

saham pada pasar modal dalam mengetahui apakah terdapat abnormal return yang

diperoleh oleh para pemegang saham akibat dari suatu kejadian tertentu. Selain itu,

MacKinlay (1997) memaparkan bahwa even study juga dapat digunakan untuk mengukur

dampak dari suatu kejadian.

Event window yang digunakan dalam penelitian ini adalah 151 hari bursa, yang

terdiri dari 120 hari sebagai estimation period dan 31 hari event period. Event date terdiri

dari 15 hari pre-event dan 10 hari post-period. Penelitian ini menggunakan 120 hari

estimation period (t=-135 sampai dengan t=-15).

1.4 Teknis Analisis Data

Penelitian ini menggunakan statistik deskriptif, uji asumsi klasik, dan uji beda. Uji

asumsi klasik yang digunakan berupa uji normalitas dengan menggunakan Normal P-P Plot

dan Kolmogorov Smirnov. Setelah diketahui data outliers dan dikeluarkan, maka data

tersebut diuji beda. Uji beda yang digunakan adalah untuk sampel berpasangan (paired

samples t-test) dan Uji one-sample t untuk mengetahui perbedaan secara nyata atau tidak

dengan rata-rata sebuah sampel.

Analisis reverse…, Misykah Yudria Warma, FISIP UI, 2014

Page 9: ANALISIS REVERSE STOCK SPLIT TERHADAP ABNORMAL …

9    

Universitas Indonesia

2. Hasil dan Pembahasan

4.1 Statistik Deskriptif

Tabel 1. Deskriptif Statistik Average Abnormal Return Saham

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

AAR_harian 31 -,080860 ,043920 -,00267808 ,022976664

Valid N (listwise) 31

Sumber: Olah data penulis menggunakan SPSS 19

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa average abnormal return perusahaan

selama periode penelitian sebesar -0,00267808 dan standar deviasi sebesar 0,022976664.

Hal ini dapat dilihat bahwa average abnormal return yang didapatkan pada saham-saham

perusahaan adalah negatif, yaitu actual return yang didapatkan lebih kecil sebesar 0,2%

dari expected return.

Selain itu, dapat dilihat pula nilai maksimum dari rata-rata abnormal return, yaitu -

0,043920 yang merupakan average abnormal return pada hari t-1. Sedangkan, nilai

average abnormal return terkecil atau minimum adalah -0,080860 yang merupakan

average abnormal return pada hari t0. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perubahan

terhadap average abnormal return yang tajam. Perubahan nilai ini dapat dilihat bahwa

actual return yang didapatkan oleh para investor akan lebih besar pada saat h-1

dibandingkan h0.

Tabel 2 Statistik Deskriptif Rata-Rata Abnormal Return Saham

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

AAR_Sebelum 24 -,020048 ,023372 -,00098525 ,010029873

AAR_Sesudah 24 -,045263 ,031711 -,00891546 ,020100024

Valid N (listwise) 24

Sumber: Olah data penulis menggunakan SPSS 19

Analisis reverse…, Misykah Yudria Warma, FISIP UI, 2014

Page 10: ANALISIS REVERSE STOCK SPLIT TERHADAP ABNORMAL …

10    

Universitas Indonesia

Tabel diatas menunjukkan bahwa average abnormal return pada saat sebelum dan

sesudah mengalami penurunan, dimana average abnormal return saham semakin negatif.

Hal ini dapat dilihat dengan adanya penurunan rata-rata (mean) dari -0,00098525 pada saat

sebelum pengunguman reverse stock split menjadi -0,00891546 pada saat setelah

pengunguman reverse stock split. Selain itu, data ini juga dapat menjelaskan bahwa dengan

average abnormal return saat sebelum melakukan reverse stock split sebesar -0,00098525

menunjukkan bahwa actual return saham lebih kecil yang didapatkan lebih kecil 0,1 % dari

expected return dengan standar deviasi 0,010029873. Average abnormal return saham

lebih kecil dari standar deviasi, hal ini menunjukkan penyimpangan nilai abnormal return

saham pada saat sebelum reverse stock split yang lebih besar terhadap nilai rata-rata.

Tabel 3. Deskriptif Statistik Rata-Rata Trading Volume Activity

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

TVA_Sebelum 24 ,000000 ,276360 ,02185254 ,057794214

TVA_Sesudah 24 ,000005 ,207654 ,03638688 ,055577387

Valid N (listwise) 24

Sumber: Olah data penulis menggunakan SPSS 19

Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata trading volume activity mengalami

kenaikan dari sebelum pengunguman reverse stock split, yakni sebesar 0,02185254,

terhadap sesudah reverse stock split 0,03638688. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya

perubahan yang positif terhadap volume perdagangan saham akibat pengunguman reverse

stock split. Rata-rata trading volume activity pada saat sebelum pengunguman reverse stock

split lebih rendah dibanding standar deviasi, hal ini menunjukkan bahwa penyimpangan

nilai trading volume activity besar. Kemudian, pada trading volume activity sesudah

reverse stock split dideskripsikan bahwa rata-rata yang diperoleh adalah 0,03638688.

Dimana, rata-rata tersebut lebih kecil dibandingkan standar deviasinya, yakni 0,055577387.

Analisis reverse…, Misykah Yudria Warma, FISIP UI, 2014

Page 11: ANALISIS REVERSE STOCK SPLIT TERHADAP ABNORMAL …

11    

Universitas Indonesia

2.2 Hasil Pengujian Hipotesis

4.2.1 Hipotesis Pertama

Ho : Tidak terdapat abnormal return yang signifikan pada sekitar peristiwa

reverse stock split.

Ha : Terdapat abnormal return yang signifikan pada sekitar peristiwa reverse

stock split.

Pengujian hipotesis pertama dilakukan dengan menggunakan one-sample t-test. Uji

ini bertujuan melihat apakah abnormal return berbeda secara nyata atau tidak dengan rata-

rata abnormal return pada periode penelitian. Dalam melakukan pengujian hipotesis yang

pertama ini, maka dilakukan penghitungan terhadap rata-rata abnormal return (average

abnormal return) di setiap hari event period. Event period dalam ini adalah t-15 sampai

dengan t+15. Kemudian, kedua sampel akan diuji menggunakan uji t-test dengan tingkat

signifikansi 5% atau 0,05 dan 10% atau 0,01 dalam penghitungan t-tabel. Selain itu dilihat

pula bahwa, apabila tingkat signifikansi (2-tailed) kurang dari 5% maka Ho ditolak, dimana

terdapat abnormal return yang signifikan pada sekitar reverse stock split. Berikut ini hasil

dari pengolahan data menggunakan t-test.

Analisis reverse…, Misykah Yudria Warma, FISIP UI, 2014

Page 12: ANALISIS REVERSE STOCK SPLIT TERHADAP ABNORMAL …

12    

Universitas Indonesia

Tabel 4 Uji t-test Average Abnormal Return

Sumber: Olah data penulis menggunakan SPSS 19

   AR   t-­‐stat   Sig. (2-

tailed) Signifikansi  

T_15 -­‐0,01874   -,745 ,464 TS  T_14 0,00639   -1,190 ,246 TS  T_13 0,00849   ,467 ,645 TS  T_12 -­‐0,02302   -1,478 ,153 TS  T_11 0,03252   ,461 ,649 TS  T_10 -­‐0,00238   -2,743 ,012 *  T_9 0,01074   1,398 ,176 **  T_8 0,01261   -,408 ,687 TS  T_7 -­‐0,00202   -,576 ,570 TS  T_6 -­‐0,00309   1,588 ,126 **  T_5 0,01457   ,340 ,737 TS  T_4 0,01384   ,987 ,334 TS  T_3 -­‐0,02389   -1,842 ,078 *  T_2 -­‐0,02840   -1,523 ,141 **  T_1 0,04392   1,936 ,065 *  T0 -­‐0,08086   -2,725 ,012 *  T1 -­‐0,01576   -1,081 ,291 TS  T2 -­‐0,01605   -,627 ,537 TS  T3 -­‐0,02327   -1,996 ,058 *  T4 -­‐0,02266   -2,844 ,009 *  T5 -­‐0,01142   ,505 ,618 TS  T6 -­‐0,01349   -2,508 ,020 *  T7 0,015549   -,214 ,832 TS  T8 -­‐0,00565   -1,207 ,240 TS  T9 0,002256   -,517 ,610 TS  T10 0,001175   ,062 ,951 TS  T11 0,014033   ,907 ,374 TS  T12 0,012875   ,938 ,358 TS  T13 0,003351   ,107 ,916 TS  T14 -­‐0,01258   -1,097 ,284 TS  T15 0,027942   1,658 ,111 **  * Signifikan pada α 5% ** Signifikan pada α 10%

     

TS = Tidak Signifikan            

Analisis reverse…, Misykah Yudria Warma, FISIP UI, 2014

Page 13: ANALISIS REVERSE STOCK SPLIT TERHADAP ABNORMAL …

13    

Universitas Indonesia

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa tepat saat pengunguman reverse stock split,

yakni t0, ditemukan abnormal return yang negatif dan signifikan dengan signifikansi 5 %

atau 0,05. Selain itu, ditemukan pula abnormal return yang negatif dan signifikan pada di

hari ketiga sebelum hari pengunguman, dengan ukuran signifikansi yang sama (α = 5%),

dan hari kedua sebelum pengunguman dengan tingkat signifikansi 10% atau 0,01.

Sedangkan, abnormal return yang negatif dan signifikan tidak begitu banyak ditemukan

pada setelah pengunguman reverse stock split. Dimana abnormal return yang negatif dan

signifikan ditemukan pada hari ketiga, keempat dan keenam dengan tingkat signifikansi 5%

untuk hari ketiga dan keempat, dan 10% untuk hari keenam.

4.2.2 Hipotesis Kedua

H0 : Tidak terdapat perbedaan abnormal return pada waktu sebelum dan sesudah

peristiwa reverse stock split.

Ha : Terdapat perbedaan abnormal return pada waktu sebelum dan sesudah

peristiwa reverse stock split.

Untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis 2, maka dilakukan pembagian antara

average abnormal return saat sebelum reverse stock split. Average abnormal return

sebelum reverse stock split merupakan rata-rata abnormal return yang didapatkan pada t-

15 sampai dengan t-1. Sedangkan, average abnormal return saham merupakan rata-rata

abnormal return saham yang didapatkan pada t 0 sampai dengan t+15. Kemudian, kedua

sampel akan diuji menggunakan uji beda untuk sampel berhubungan (paired sample t-test)

dengan tingkat signifikansi 5% atau 0,05. Apabila tingkat signifikansi (2-tailed) kurang dari

5% maka Ho ditolak, dimana terdapat perbedaan yang signifikan terhadap average

abnormal return saham pada saat sebelum dan sesudah reverse stock split. Berikut ini hasil

dari pengolahan data menggunakan paired sample t-test.

Analisis reverse…, Misykah Yudria Warma, FISIP UI, 2014

Page 14: ANALISIS REVERSE STOCK SPLIT TERHADAP ABNORMAL …

14    

Universitas Indonesia

Tabel 5 Uji Paired Sample t-test Average Abnormal return Sampel

Mean N Std. Deviation

Std. Error

Mean

Pair 1 AAR_Sebelum -,00098525 24 ,010029873 ,002047339

AAR_Sesudah -,00891546 24 ,020100024 ,004102900

Sumber: Olah data penulis menggunakan SPSS 21

Berdasarkan tabel tersebut memperlihatkan hasil paired sample t-test pada average

abnormal return sebelum dan sesudah reverse stock split. Dari hasil tabel tersebut terlihat

bahwa t hitung sebesar 1,770 masih berada pada kisaran 2,069, sehingga hal ini

menunjukkan bahwa hipotesis nol diterima. Dengan kata lain, average abnormal return

antara sebelum pengunguman reverse stock split sama dengan setelah pengunguman

reverse stock split. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini sesuai dengan penelitian

sebelumnya, yakni penelitian yang dilakukan oleh Trihardian (2007).

Selain itu, terdapat indicator lainnya yang dapat memperkuat hasil penelitian ini,

dimana Sig (2-tailed) yaitu 0,090 > 0,05 (signifikansi 5%) yang menunjukkan bahwa

hipotesis nol diterima. Kemudian, terlihat pula bahwa terjadinya penurunan tingkat average

abnormal return dari sebelum pengunguman reverse stock split ke sesudah reverse stock

split. Hal ini telihat dengan adanya mean yang positif yang mengindikasikan bahwa tingkat

rata-rata sebelum lebih tinggi dibandingkan tingkat rata-rata setelahnya.

Analisis reverse…, Misykah Yudria Warma, FISIP UI, 2014

Page 15: ANALISIS REVERSE STOCK SPLIT TERHADAP ABNORMAL …

15    

Universitas Indonesia

4.2.3 Hipotesis Ketiga

H0 : Tidak terdapat perbedaan volume perdagangan pada waktu sebelum dan

sesudah peristiwa reverse stock split.

Ha : Terdapat perbedaan volume perdagangan pada waktu sebelum dan sesudah

peristiwa reverse stock split.

Dalam melakukan pengujian terhadap hipotesis 3, maka terlebih dahulu melakukan

perhitungan rata-rata dari trading volume activity pada saat sebelum pengunguman reverse

stock split dan setelah pengunguman reverse stock split. Rata-rata trading volume activity

sebelum pengunguman reverse stock split yang diperoleh pada t-15 sampai dengan t-1.

Sedangkan, rata-rata trading volume activity saham diperoleh pada t 0 sampai dengan t+15.

Kemudian, kedua sampel akan diuji menggunakan uji beda untuk sampel berhubungan

(paired sample t-test) dengan tingkat signifikansi 5% atau 0,05. Apabila tingkat signifikansi

(2-tailed) kurang dari 5% maka Ho ditolak, dimana terdapat perbedaan yang signifikan

terhadap rata-rata trading volume activity saham pada saat sebelum dan sesudah

peengunguman reverse stock split. Berikut ini hasil dari pengolahan data menggunakan

paired sample t-test.

Tabel 6 Uji Paired Sample T-Test Average Trading Volume Activity Sampel

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 TVA_Sebelum1 ,09315896 24 ,117246450 ,023932831

TVA_Sesudah1 ,13746175 24 ,135098577 ,027576882

Sumber: Olah data peneliti menggunakan SPSS 19 (2014)

Pada tabel 4.11 pengujian hipotesis mengindikasikan bahwa hipotesis diterima (Ho

diterima). Hasil ini ditujukkan berdasarkan nilai uji statistiknya, dimana t hitung sebesar -

Analisis reverse…, Misykah Yudria Warma, FISIP UI, 2014

Page 16: ANALISIS REVERSE STOCK SPLIT TERHADAP ABNORMAL …

16    

Universitas Indonesia

1,614 masih berada pada kisaran 2,069. Dengan kata lain, tidak terdapat perbedaan

volume perdagangan pada waktu sebelum dan sesudah pengunguman reverse stock split. Hal ini berkebalikan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Trihardian (2007),

dimana dalam penelitiannya menghasilkan bahwa terdapat perbedaan volume pada saat

sebelum dan sesudah pengunguman reverse stock split. Akan tetapi dalam penelitian ini

mengindikasikan bahwa terdapatnya kenaikan rata-rata trading volume activity berdasarkan

mean yang negatif sebesar -0,443028. Hal ini dapat diartikan bahwa rata-rata trading

volume activity sebelum pengunguman reverse stock split lebih kecil dibandingkan setelah

pengungumannya. Dimana hasil tersebut mendukung penelitian-penelitian sebelumnya

seperti penelitian yang dilakukan oleh Jing (2004) dan Savitri (2007).

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

4.3.1 Reverse Stock Split terhadap Abnormal Rreturn Saham

Penghitungan abnormal return dalam penelitian ini dimulai dengan melakukan

penghitungan abnormal return berdasarkan metode market model setiap harinya.

Kemudian sampel data abnormal retun di uji dengan menggunakan beda t-test dalam

mengetahui apakah terdapat abnormal return yang negatif dan signifikan di setiap harinya

dan menggunakan uji paired t-test dimana untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan

abnormal return antara sebelum dan sesudah reverse stock split.

Dalam pengujian hipotesis pertama pada abnormal return, hasil yang didapatkan

bahwa terbukti bahwa adanya abnormal return yang negatif dan signifikan pada seitar

waktu pengunguman reverse stock split. Hal ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan

oleh Savitri (2007) dan Hwang (2012). Secara keseluruhan abnormal return yang

dihasilkan signifikan dan negatif sebanyak 10 dari 31 hari, atau 32% dari jumlah hari pada

event period. Waktu yang memiliki abnormal return yang negatif mayoritas berada pada

sekitar waktu pengunguman reverse stock split, yaitu 3 (tiga) hari sebelum dan sesudah

pengunguman reverse stock split. Akan tetapi, terdapat pengecualian di hari ke dua dan

ketiga setelah pengunguman. Kemudian terdapat pula abnormal return yang negatif dan

signifikan di hari ke-6 dan ke-15.

Analisis reverse…, Misykah Yudria Warma, FISIP UI, 2014

Page 17: ANALISIS REVERSE STOCK SPLIT TERHADAP ABNORMAL …

17    

Universitas Indonesia

Abnormal return yang negatif ini sesuai dengan hasil yang ditemukan oleh Savitri

(2007), Jing (2004), hwang (2012), dan Desai dan Jain (1997). Dengan ini mengindikasikan

bahwa return yang didapatkan oleh investor lebih kecil dibandingkan yang seharusnya. Hal

ini dapat disebabkann oleh adanya underreaction dari pasar dimana, pasar mendapatkan

sinyal yang negatif dengan adanya pengunguman reverse stock split. Selain itu, dengan

adanya abnormal return yang positif pada hari pertama dan kedua setelah pengunguman

reverse stock split, terlihat bahwa adanya respon yang tidak konsisten dalam menanggapi

penggunguman reverse stock split. Selain itu, hal yang memungkinkan terjadi adalah

adanya pengaruh dari signalling yang tertangkap oleh investor dan pricing effect.

Kemudian dalam pengujian hipotesis yang kedua berkaitan dengan reverse stock

split dan abnormal return mendapatkan hasil perbedaan antara abnormal return pada saat

sebelum dan sesudah reverse stock split terbukti signifikan. Hal ini seusai dengan hasil

penelitian dari penelitian sebelumnya, yakni penelitian yang dilakukan oleh Trihardian

(2007). Hasil dalam penelitian ini juga membuktikan bahwa invetor tidak akan

mendapatkan abnormal return bila malakukan transaksi saham-saham reverse stock split

pada sekitar waktu pengunguman reverse stock split. Hal ini dikarenakan reaksi dari para

investor yang tidak konsisten. Selain itu, menyebarnya informasi mengenai corporate

action kemungkinan telah menyebar sebelum dilakukannya pengunguman reverse stock

split.

4.3.3 Reverse Stock Split terhadap Volume Perdagangan Saham

Penghitungan abnormal return pada penelitian ini dimulai dengan melakuakn

penghitungan trading volume activity dari msaing-masing perusahaan pada periode yang

ditentukan. Kemudian seluruh data harian trading volume activity di uji menggunakan uji

paired sample t-test untuk melihat signifikansi perberdaaan terhadap volume perdagangan

pada saat sebelum reverse stock split dan sesudah reverse stock split.

Penelitian ini tidak memperlihatkan bahwa adanya perbedaan yang seignifikan

terhadap volume perdagangan sebelum dilakukannya reverse stock split dan setelahnya.

Namun, dalam penelitian ini menunjukkan bahwa trading volume activity mengalami

kenaikan setelah dilakukannya reverse stock split. Hal ini terlihat dengan adanya mean

Analisis reverse…, Misykah Yudria Warma, FISIP UI, 2014

Page 18: ANALISIS REVERSE STOCK SPLIT TERHADAP ABNORMAL …

18    

Universitas Indonesia

yang negatif yang menandakan bahwa terdapat kenaikan volume perdagangan, dimana

mean yang tertera adalah sebesar -0,443028. Kurangnya signifikansi ini kemungkinan juga

didapatkan oleh beragamnya perusahaan yang dijadikan sampel.

Peningkatan pada trading volume activity ini memperlihatkan bahwa adanya

peningkatan likuiditas terhadap saham setelah pengunguman reverse stock split. Hal ini

sesuai dengan penelitian sbeelunya yakni penelitian yang dilakukan oleh Jing (2004) dan

han (1995). Berdasarkan hasil tersebut juga dapat membuktikan terhadap tujuan-tujuan

yang diharapkan oleh manajemen perusahaan dalam melakukan reverse stock split, yaitu

meningkatkan likuiditas dan maketibilitas saham.

5. Simpulan dan Saran

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis penelitian dan pembahasan pada sebelumnya, maka dapat

disimpulkan sesuai dengan pertanyaaan penelitian sebagai berikut:

1. Terdapat abnormal return yang negatif dan signifikan pada waktu sekitar

pengunguman reverse stock split.

2. Terdapat persamaan abnormal return yang signifikan pada saat sebelum

pengunguman reverse stock split dan setelahnya.

3. Tidak terdapat perbedaan pada volume perdagangan saham antara sebelum dan

setelah melakukan reverse stock split.

2.3 Saran

5.2.1 Bagi Investor

Hasil tersebut mengindikasikan bahwa investor sebaiknya menghindari saham-

saham yang telah melakukan reverse stock split atau akan melakukan reverse stock split.

Hal ini dikarenakan perusahaan-perusahaan yang melakukan aksi korporasi tersebut

mengindikasikan bahwa pesimis terhadap harga saham mereka. Akan tetapi, bila investor

ingin melakukan strategi buy and hold dalam jangka panjang, investor disarankan untuk

melakukan kajian fundamental yang sangat mendalam terlebih dahulu terhadap perusahaan

tersebut. Kemudian, bila investor ingin membeli saham reverse stock split akan lebih baik

Analisis reverse…, Misykah Yudria Warma, FISIP UI, 2014

Page 19: ANALISIS REVERSE STOCK SPLIT TERHADAP ABNORMAL …

19    

Universitas Indonesia

untuk mengetahui prospek dan benar-benar yakin akan kinerja fundamental di masa

mendatang.

5.2.2 Bagi Emiten

Dalam meningkatkan likuiditas perusahaan lebih baik berfokus pada memperbaiki

kinerja fundamentalnya secara terus menurus, dengan dilakukannya hal tersebut secara

otomatis para investor akan melirik, sehingga harga saham dan likuiditas meningkat.

5.2.3 Bagi Regulator

Bursa Efek Indonesia dan Otoritas jasa Keuangan sebagai fasilitator dan regulator

bagi pasar modal, sebaiknya perlu meninjau kembali mengenai pengaruh reverse stock split

terhadap perusahaan. Dimana teradapat hasil-hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan

bahwa reverse stock split tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas dan harga saham.

Sehingga akan lebih baik bila perusahaan disarankan untuk memperbaiki kinerja

fundamentalnya bila ingin meningkatkan likuiditas perusahaanya

5.2.4 Penelitian Selanjutnya

Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan indikator-indikator

tidak hanya volume perdagangan dalam mengukur likuiditas akan tetapi dapat dilakukan

dengan indikator lainnya seperti bid-ask spread, jumlah investor individual, atau frekuensi

perdagangan investor individual. Sama halnya dengan pengukuran abnormal return.

Pengukuran abnormal return juga dapat dilakukan dengan mean-adjusted model dan

market-adjusted model. Selain itu, dalam penelitian berikutnya dapat mepertimbangkan

rasio yang digunakan pada saat reverse stock split dalam melihat pengaruhnya terhadap

abnormal return dan volume perdagangannya.

Daftar Referensi:

Buku: Bodie, Z., Kane, A., dan Marcus, A. J. (2009). Investments: Investasi (6 ed.). (Z.

Dalimunthe, Trans.) Jakarta: Salemba Empat.

Analisis reverse…, Misykah Yudria Warma, FISIP UI, 2014

Page 20: ANALISIS REVERSE STOCK SPLIT TERHADAP ABNORMAL …

20    

Universitas Indonesia

Damodaran, Aswath. (2002). Investment Valuation: Tools and Techniques for Determaining the Value of Any Asset, 2nd Edition. New York: John Wiley&Sons

Darmadji, Tjiptono, Fakhrudn, Herxly M. (001). Pasar Modal di Indonesia: Pendekatan

Tanya Jawab. Jakarta: PT Salemba Empat Patria. Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. ( 2005). Metode Penelitian Kuantitatif.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Reily, Frank K, dan Brown, Keith C. (2003). Investment Analysis and Portfolio

Management (7th ed.). South-Western. Suad, Husnan. (2001). Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas.

UPPAMPYKPN Jurnal, Arktikel, Skripsi, Tesis, serta Disertasi Hwang, Jae-Kwang, Young Dimkpah, dan Alex I. Ogwu. (2012). Do Reverse Stock Splits

Benefit Long-term Shareholders?. International Atlantic Economy Society 2012. Jing, Lihua. 2004. An Event Study of Reverse Stock Slit in Hong Kong Market. Karyono, Budi. (2004). Pengaruh Pengunguman Dividen Tunai terhadap Abnormal Return ) Listed Companies. International Business Research Vol.5, No. 1 MacKinlay, A. Craig. Event Studies in Economic and Finance. (1997). Journal of

Economic Literature. Vol. XXXV, pp. 13-39. Martell, F. Terrence dan Gwendolyn P. Webb. (2007). The Performance of Stocks that are

Reverse Split. Springer Science and Business Media, LLC 2007. Masse, Isidore, J. R Hanrahan, dan Joseph Kushner. (1997). The Effect of Canadian Stock

Splits, Stock Dividends, and reverse Splits on the Value of the Firm. Quartely Journal of Business and Wconomics;36, 4; Proquest, pg.51.

Neuman, LW. (1997). Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches.

London: Allyn and Bacon. Trihardian, Lanang. (2007). Dampak Keputusan Reverse Stock Split pada Return dan

Volume Transaksi Saham : Studi Kasus Saham BBNI dan BNBR. Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Tidak Diterbitkan.

Savitri, Melinda. (2006). Analisis Pengaruh Stock Split dan Reverse Stock Split terhadap

Return dan Volume Perdagangan Saham Harian di Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Tidak Diterbitkan.

Analisis reverse…, Misykah Yudria Warma, FISIP UI, 2014