32
39 BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Implementasi Sistem Jaringan Diskless 4.1.1. Implementasi Rangkaian Perangkat Jaringan a. Rangkaian menggunakan port ethernet card Gambar 4.1 menunjukkan rangkaian sistem jaringan diskless menggunakan topologi jaringan Peer-to-Peer karena komputer dari server langsung terhubung ke komputer client melalui port ethernet card pada motherboard komputer dengan media perantara kabel UTP. Gambar 4.1 Rangkaian Peer-to-Peer menggunakan port ethernet card

BAB IV HASIL DAN ANALISA...melakukan upload virtual image. Pengaturan pada label “Server IP Address” diisi dengan IP Address komputer server yaitu 192.168.1.2. Hal ini bertujuan

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 39

    BAB IV

    HASIL DAN ANALISA

    4.1 Implementasi Sistem Jaringan Diskless

    4.1.1. Implementasi Rangkaian Perangkat Jaringan

    a. Rangkaian menggunakan port ethernet card

    Gambar 4.1 menunjukkan rangkaian sistem jaringan

    diskless menggunakan topologi jaringan Peer-to-Peer

    karena komputer dari server langsung terhubung ke

    komputer client melalui port ethernet card pada

    motherboard komputer dengan media perantara kabel

    UTP.

    Gambar 4.1 Rangkaian Peer-to-Peer menggunakan port ethernet

    card

  • 40

    b. Rangkaian menggunakan port ethernet hub

    Gambar 4.2 menunjukkan rangkaian sistem

    jaringan diskless menggunakan topologi star. Rangkaian

    jaringan ini menggunakan alat penghubung ethernet hub.

    Dalam jaringan ini komputer client dan server saling

    terhubung. Karena terdapat beberapa komputer client

    dan keterbatasan port ethernet pada motherboard

    komputer, maka jaringan ini memerlukan media

    perantara sebagai penghubung yaitu ethernet hub seperti

    gambar di bawah yang terdapat pada lingkaran merah.

    Gambar 4.2 Rangkaian Topologi Star menggunakan media

    penghubung Ehernet Hub

  • 41

    4.1.2. Langkah-langkah Pengaturan Perangkat Jaringan

    a) Pengaturan pada Komputer Server

    1. Komputer yang digunakan untuk server

    menggunakan sistem operasi Windows Server 2008

    R2. Kemudian melakukan pengaturan IP untuk server

    agar komputer server memiliki alamat IP khusus.

    Gambar 4.3 menunjukkan pengaturan IP server

    menggunakan IP Address 192.168.2.1.

    Gambar 4.3 Pengaturan IP Address komputer server

    2. Kemudian aplikasi yang digunakan adalah CCBoot.

    Saat install aplikasi ini pada komputer server,

    pilihannya di sesuaikan dengan memilih “CCBoot

    Server Installation”. Hal ini bertujuan agar aplikasi

    ini menyesuaikan pengaturannya terhadap komputer

    server yang nantinya akan diakses oleh komputer-

    komputer client.

  • 42

    Gambar 4.4 CCBoot Server Installation

    3. Sebelum menjalankan aplikasi yang sudah di-install,

    akan ada pemberitahuan yang muncul untuk

    melakukan restart pada komputer.

    Gambar 4.5 Pemberitahuan restart komputer

  • 43

    4. Setelah komputer selesai restart, kemudian buka

    aplikasi CCBoot dan lakukan konfigurasi dengan

    memilih menu “Option”. Menu “Option” ini adalah

    menu dimana nantinya pengaturan-pengaturan pada

    komputer server akan dilakukan.

    Gambar 4.6 Menu “Option” pada aplikasi CCBoot

    5. Setelah itu maka akan muncul jendela baru. Langkah

    selanjutnya adalah mengisi password. Pengisian

    Password ini bertujuan agar komputer client.

    memiliki hak akses untuk melakukan upload image

    ke hardisk server.

  • 44

    Gambar 4.7 Mengisi Admin Password

    6. Setelah mengisi password, selanjutnya adalah

    melakukan pengaturan agar komputer-komputer

    client nantinya akan mendapat IP Address secara

    otomatis dari server atau yang biasa disebut dengan

    sistem DHCP (Dynamic Host Configuration

    Protocol). Pada tahap ini ada beberapa yang harus

    dikonfigurasi, antara lain :

    a. DHCP Server IP

    DHCP server IP adalah pengaturan IP Address

    yang nantinya akan digunakan sebagai IP Address

    komputer server. Pada gambar 4.8, komputer

    server diatur dengan IP Address 192.168.1.2.

  • 45

    Gambar 4.8 Pengaturan DHCP Server IP

    b. IP Allocated Start

    Setelah mengatur IP untuk komputer server,

    kemudian menentukan IP awal. Pengaturan IP

    awal ini digunakan sebagai permulaan pembagian

    IP kepada komputer-komputer client. Pengaturan

    IP awal untuk jaringan ini menggunakan IP

    192.168.1.3.

    Gambar 4.9 Pengaturan IP Allocated Start

  • 46

    c. IP Allocated End

    Setelah menentukan IP awal, kemudian

    menentukan IP akhir sebagai batas pemberian IP

    kepada komputer-komputer client. Batas IP

    terakhir akhir yang digunakan adalah

    192.168.1.12.

    Gambar 4.10 Pengaturan IP Allocated End

    d. IP Mask

    Pada pengaturan IP Mask, secara otomatis

    aplikasi CCBoot akan mengatur alamat IP Mask

    menjadi 255.255.255.0 sebagai subnet mask untuk

    jaringan ini.

  • 47

    Gambar 4.11 Pengaturan IP Mask

    e. IP Gateway

    Alamat IP ini adalah IP dari port LAN

    komputer server yang terhubung dengan port pada

    switch atau hub. Alamat IP ini berbeda dengan

    alamat IP komputer server. Diibaratkan alamat IP

    ini adalah pintu masuk ke komputer server.

    Pengaturan untuk IP ini adalah 192.168.1.1.

    Gambar 4.12 Pengaturan IP Gateway

  • 48

    f. DNS Address 1

    DNS atau Domain Name Server adalah server

    yang digunakan untuk mengetahui IP Address

    suatu host lewat host name-nya. Pengaturan alamat

    IP untuk DNS disamakan dengan alamat IP

    Gateway karena komputer-komputer client

    mendapat alamat IP dari komputer server secara

    otomatis.

    Gambar 4.13 Pengaturan DNS Address

    7. Setelah mengatur IP secara keseluruhan, selanjutnya

    adalah mengatur partisi harddisk. Pengaturan ini

    bertujuan untuk mengelompokkan harddisk sesuai

    dengan kebutuhan jaringan diskless. Aplikasi CCBoot

    akan otomatis mendeteksi partisi harddisk yang ada

    di komputer server. Pertama, harus ada partisi untuk

    menyimpan image sistem operasi Windows 7 yang

  • 49

    nantinya akan menjadi sistem operasi yang dijalankan

    di komputer-komputer client.

    Setelah aplikasi CCBoot mendeteksi partisi

    harddisk, kemudian lakukan double click pada partisi

    tersebut, maka akan muncul pengaturan pada

    harddisk tersebut. Pada label “Drive” pilih partisi

    harrdisk yaitu drive “D:”, kemudian pada label

    “Type” pilih “Image”.

    Gambar 4.14 Pengaturan partisi untuk image

    Setelah mengatur tempat partisi dan mengatur

    tipe pada partisi harddisk, selanjutnya menentukan

    RAM Cache, fungsinya adalah agar partisi ini

    nantinya dapat berjalan dengan memanfaatkan RAM

    pada komputer server. Karena dalam percobaan

    menggunakan RAM sebesar 2GB, maka RAM Cache

    disini diatur 512MB agar image dalam partisi ini

  • 50

    berjalan lancar ketika dijalankan di komputer-

    komputer client.

    Gambar 4.15 Pengaturan RAM Cache

    Untuk label SSD Cache dan Client Drive

    dibiarkan kosong karena tidak menggunakan SSD.

    Setelah pengaturan seperti di atas, kemudian klik

    “OK” maka pada aplikasi CCBoot, partisi harddisk

    akan berwarna merah yang menandakan partisi

    tersebut berfungsi sebagai tempat image Windows 7

    nantinya.

  • 51

    Gambar 4.16 Partisi harddisk D: untuk image OS

    8. Sama seperti mengatur partisi harddisk sebelumnya,

    langkah selanjutnya adalah mengatur partisi pada

    harddisk “F:”. Double klik pada harddisk “F:”,

    kemudian pada label “Drive” pilih “F:”, pada label

    “Type” pilih “Writeback”. Fungsi dari Writeback ini

    adalah agar komputer client bisa melakukan aktivitas

    edit, copy, paste, rename, dsb. Selain itu, writeback

    juga berfungsi sebagai tempat menyimpan aktivitas

    yang dijalankan di komputer-komputer client.

  • 52

    Gambar 4.17 Pengaturan partisi untuk writeback

    Setelah itu, mengatur RAM Cache menjadi 512MB.

    Gambar 4.18 Pengaturan RAM Cache

    Setelah pengaturan seperti di atas, kemudian klik

    “OK” maka pada aplikasi CCBoot, partisi harddisk

    “F:” akan berwarna kuning yang menandakan partisi

    tersebut berfungsi writeback.

  • 53

    Gambar 4.19 Partisi harddisk F: untuk writeback

    9. Setelah melakukan pengaturan partisi harddisk pada

    aplikasi CCBoot, langkah selanjutnya adalah upload

    image sistem operasi dari client ke server. Hal ini

    bertujuan agar image Windows 7 berada di harddisk

    server agar nantinya dapat diakses dan dijalankan di

    komputer-komputer client. Langkah- langkah Upload

    image ini akan dijelaskan di bagian pengaturan

    komputer client.

    Setelah image Windows 7 berhasil di upload di

    harddisk server, maka pada bagian Image Manager di

    aplikasi CCBoot akan menampilkan image sistem

    operasi yang berhasil di upload ke harddisk server.

    File image Windows 7 yang ada di harddisk server ini

    memiliki ekstensi “.vhd”. Sesuai pengaturan

  • 54

    sebelumnya, image Windows 7 ini berada di partisi

    harddisk bagian “D:”.

    Gambar 4.20 Image Windows 7 berhasil di upload

    Jika dilihat pada jendela Windows Explorer,

    maka pada partisi harrdisk “D:” akan ada file image

    Windows 7 dengan ukuran 8GB.

    Gambar 4.21 File image Windows 7

  • 55

    10. Setelah image Windows 7 berhasil di upload ke

    harddisk sever, selanjutnya melakukan scan untuk

    mendeteksi komputer-komputer client yang

    terhubung ke komputer server dengan cara klik

    tombol “Auto Scan” yang terdapat pada aplikasi

    CCBoot.

    Gambar 4.22 Tombol “Auto Scan”

    Setelah itu, aplikasi CCBoot akan otomatis

    melakukan scanning sesuai dengan kelas IP yang

    sudah diatur di awal pengaturan IP. Kemudian

    aplikasi CCBoot server akan menampilkan komputer-

    komputer client yang terhubung ke komputer server.

  • 56

    Gambar 4.23 Proses scanning aplikasi CCBoot

    11. Setelah melakukan scanning, maka aplikasi CCBoot

    akan menampilkan informasi komputer-komputer

    client yang terhubung ke server. Informasi yang

    ditampilkan adalah Computer Name, MAC Address,

    IP Address, IP Gateway, Processor, Graphic Card

    (VGA), Motherboard, RAM, Status.

    Gambar 4.24 Informasi komputer-komputer client

  • 57

    Gambar 4.25 Informasi komputer-komputer client

    12. Langkah terakhir adalah menghidupkan dan

    menjalankan komputer client untuk menguji sistem

    jaringan diskless dapat berjalan lancar. Saat komputer

    client dihidupkan, maka aplikasi CCBoot pada server

    akan menampilkan status online.

    Gambar 4.26 Status online pada komputer client

  • 58

    Selain menampilkan informasi tentang status

    komputer client, aplikasi CCBoot pada server juga

    menampilkan kecepatan akses komputer client

    terhadap image sistem operasi yang ada di harddisk

    server, dan menampilkan waktu lamanya penggunaan

    komputer client yang dihitung sejak komputer client

    mulai dinyalakan.

    Gambar 4.27 Informasi kecepatan akses dan waktu

    penggunaan komputer client

    b) Pengaturan pada Komputer Client

    Komputer client juga memiliki pengaturan sendiri

    dan berbeda dengan pengaturan komputer server agar

    sistem jaringan diskless dapat berjalan dengan lancar.

    Adapun langkah- langkah untuk mengatur komputer

    client adalah sebagai berikut :

  • 59

    1. Komputer client juga harus di-install aplikasi

    CCBoot. Perbedaannya dengan aplikasi CCBoot pada

    server adalah saat proses intstalasi, pilih “CCBoot

    Client Installation”. Hal ini bertujuan agar aplikasi

    yang digunakan sesuai dengan kebutuhan yang

    digunakan khusus untuk client.

    Gambar 4.28 CCBoot Client Installation

    2. Setelah proses install selesai, kemudian jalankan

    aplikasi CCBoot tersebut. Aplikasi CCBoot untuk

    client ini akan otomatis akan menampilkan dialog

    apakah komputer akan diatur secara optimal atau

    tidak. Klik tombol “Yes”.

  • 60

    Gambar 4.29 Optimalisasi komputer client

    3. Setelah itu, aplikasi CCBoot client ini akan

    melakukan scanning terhadap perangkat keras

    (hardware) yang digunakan di komputer client.

    Gambar 4.30 Scanning hardware client

    4. Setelah proses scanning hardware selesai, maka

    aplikasi CCBoot client akan menampilkan hardware

    apa saja yang terpasang di komputer tersebut lengkap

    dengan MAC Hardware, Hardware Name, serta

    merek dari hardware yang terpasang. Kemudian

  • 61

    berikan tanda centang pada label “Select All”,

    kemudian klik tombol “OK”.

    Gambar 4.31 Informasi hardware client

    5. Aplikasi CCBoot client akan secara otomatis

    menyimpan data informasi hardware yang terdeteksi

    dan kemudian mengoptimalkan komputer client.

    Gambar 4.32 Optimalisasi komputer client berhasil

    6. Setelah komputer client berhasil dioptimalkan, maka

    aplikasi otomatis akan meminta untuk melakukan

  • 62

    restart komputer agar pengaturan sebelumnya dapat

    dijalankan dan tersimpan dengan baik. Jika muncul

    dialog permintaan untuk restart komputer, klik

    tombol “Yes” maka komputer akan otomatis

    melakukan restart.

    Gambar 4.33 Pemberitahuan restart komputer client

    7. Jika komputer sudah kembali hidup, buka aplikasi

    CCBoot kembali. Pengaturan selanjutnya adalah

    melakukan upload virtual image. Pengaturan pada

    label “Server IP Address” diisi dengan IP Address

    komputer server yaitu 192.168.1.2. Hal ini bertujuan

    agar komputer client dapat melakukan proses upload

    virtual image ke harrdisk komputer server. Kemudian

    pada label “Image Volume Size” diisi dengan 50GB

    agar tersisa ruang untuk menjalankan sistem operasi

    dengan lancar.

  • 63

    Gambar 4.34 Pengaturan Server IP Address dan Image Virtual

    Size

    8. Setalah itu klik tombol “Upload Image”. Sebelum

    proses upload virtual image, aplikasi akan meminta

    untuk mengisi password. Password ini sama dengan

    password saat melakukan pengaturan komputer

    server sebelumnya. Password ini digunakan agar

    komputer client mendapat akses untuk melakukan

    proses upload virtual image ke harddisk komputer

    server.

    Gambar 4.35 Mengisi password untuk upload virtual image

  • 64

    9. Setelah proses upload virtual image selesai, maka

    pada harddisk server akan terdapat file virtual image

    seperti yang dijelaskan pada pengaturan komputer

    server sebelumnya.

    Gambar 4.36 File virtual image di harddisk server

    10. Setelah proses upload virtual image selesai. Langkah

    selanjutnya adalah mematikan komputer client dan

    melakukan pengaturan pada BIOS di komputer client.

    Pengaturan BIOS pada komputer client bertujuan agar

    komputer client yang awalnya booting melalui

    harddisk, diubah menjadi booting melalui kabel UTP.

    Langkah pertama adalah menghidupkan komputer

    client. Sebelum masuk ke sistem operasi, tekan

    tombol “F12” pada keyboard untuk masuk ke

    pengaturan BIOS. Setelah masuk ke BIOS, kemudian

    pilih menu “Advanced BIOS Features”.

  • 65

    Gambar 4.37 Pilih menu “Advanced BIOS Features”

    Setelah itu akan muncul jendela pengaturan baru.

    Agar komputer client dapat booting melalui kabel

    UTP, pilih menu “First Boot Device” dan berikan

    tanda untuk pilihan “LAN” dengan cara menekan

    tombol “Enter”.

    Gambar 4.38 Pemberian tanda untuk booting melalu i LAN

  • 66

    11. Setalah mengatur untuk booting melalui LAN, tekan

    tombol “Esc” pada keyboard untuk kembali ke menu

    utama. Pengaturan selanjutnya adalah masuk ke menu

    “Integrated Peripheral”.

    Gambar 4.39 Pilih menu “Integrated Peripherals”

    12. Setelah masuk ke menu “Integrated Peripherals”

    maka akan muncul jendela baru. Kemudian pilih

    menu “OnBoard LAN Boot ROM”. Dan berikan tanda

    pada pilihan “Enable” dengan menekan tombol

    “Enter”. Tujuannya agar motherboard dapat

    melakukan booting melalui ethernet port menuju ke

    komputer server.

  • 67

    Gambar 4.40 Enable OnBoard LAN Boot ROM

    13. Setelah pengaturan selesai, keluar menu BIOS dengan

    menekan tombol “F10” pada keyboard. Tombol

    “F10” berfungsi untuk menyimpan pengaturan yang

    telah dilakukan di BIOS. Kemudian matikan

    komputer client, dan lepas harddisk yang ada di

    komputer client. Lalu hubungkan komputer client dan

    komputer server menggunakan kabel UTP, kemudian

    hidupkan komputer client.

  • 68

    4.2 Hasil Pengujian

    Pengujian dilakukan dengan menghubungkan komputer

    client dan server menggunakan kabel UTP, kemudian

    menghidupkan komputer client tanpa harddisk. Sebelum

    masuk ke sistem operasi, komputer client akan menampilkan

    nama komputer dan IP Address yang di dapat secara

    otomatis dari server atau yang disebut DHCP. IP Address

    yang didapat komputer client harus sesuai dengan pengaturan

    aplikasi CCBoot server sebelumnya, yaitu antara 192.168.1.3

    sampai 192.168.1.13. Dalam pengujian ini, komputer client

    mendapat IP Address 192.168.1.4.

    Gambar 4.41 Computer Name dan IP Address komputer client

    Setelah menampilkan nama komputer dan IP Address

    komputer client, maka komputer client akan otomatis

    langsung menjalan sistem operasi Windows 7. Sistem operasi

  • 69

    yang dijalankan client ini adalah hasil dari image virtual

    yang ada di harddisk server.

    Langkah terakhir untuk menguji sistem jaringan diskless

    berjalan dengan baik adalah dengan melakukan ping dari

    komputer client ke IP Address komputer server dengan IP

    192.168.1.2.

    Gambar 4.42 Ping ke komputer server berhasil

    Setelah semua pengaturan dilakukan dengan urut dan

    benar, maka komputer-komputer client dapat booting dan

    menjalankan sistem operasi Windows 7 tanpa menggunakan

    harddisk. Jika komputer client lebih dari satu, maka

    disarankan untuk menggunakan switch atau hub agar semua

    komputer client dapat booting dan menjalan sistem operasi

    secara bersama-sama.

  • 70

    4.3 Analisis

    1. Sistem jaringan diskless dirancang untuk

    mengoptimalkan pengguna komputer agar komputer

    dapat bekerja dengan efektif dan efisien. Terlebih untuk

    pengguna yang masih menggunakan komputer dengan

    spesifikasi rendah karena dapat dijalankan tanpa

    menggunakan harddisk.

    2. Sistem jaringan diskless dirancang agar pengguna dapat

    merancang suatu sistem jaringan dengan biaya yang

    hemat karena sistem jaringan diskless tidak memerlukan

    harddisk untuk komputer client, sehingga biaya

    perancangan jaringan menjadi murah.

    3. Aplikasi CCBoot sangat cocok digunakan untuk

    perancangan sistem jaringan diskless. Aplikasi CCBoot

    dapat di-install baik di komputer client maupun di

    komputer server. Penggunaannya juga mudah dan tidak

    memakan biaya yang besar.