Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PROSIDING SENTRINOV TAHUN 2017 VOLUME 3 – ISSN: 2477 – 2097
TE-‐22
RANCANG BANGUN DAN ANALISA KERJA FORWARD SWITCHING MODE POWER SUPPLY
Muhammad Jodi Pamenang1, Ari Murtono2, Muhammad Rifa’i 3
Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Malang [email protected]
ABSTRACT
Power supply is a very important tool in the field of ektronika because power supply is like a
human heart to supply energy throughout the body. Generally the power supply has two kinds of power supply liner using step down transformer and SMPS (switching mode power supply) using ferrite transformer. For linear power still lack of power efficiency generated step down transformer still have high power loss. While for power enfisensi with SMPS circuit using ferrite transformer generally have high efficiency. In a switching power supply there are three basic SMPS topologies: fly-back, forward and rensonan-converter, and generally the most commonly used SMPS topology is the fly-back but for the efficiency of the xforward topology more efficiently than the fly-back. To know how the SMPS of forward topology works by changing the value of frequency and duty cycle. In making this F-SMPS tool use transformer design at 30Khz. Based on the test, the change of 25-10KHz frequency value does not affect much the output voltage while the duty cycle change of 0-45% affects the output voltage of 3.81 V - 17.12 V DC. With the transformer design, the F-SMPS can produce 72% -95% efficiency on certain frequency and duty cycle. And the appearance of the box design itself has a test point to find out the workings of the F-SMPS. Keywords: Power Supply, SMPS, Efficiency, Forward, Ferrite Transformer
ABSTRAK
Power supply merupakan alat yang sangat penting dibidang ektronika karena power supply ibarat jantung pada manusia untuk men-supply energi keseluruh tubuh. Pada umumnya power supply memiliki dua macam yaitu power supply liner menggunakan trafo step down dan SMPS (switching mode power supply) menggunkan trafo ferit. Untuk power linier masih kurangnya efisiensi daya yang dihasilkan trafo step down masih memiliki rugi-rugi daya yang tinggi. Sedangkan untuk enfisensi daya dengan rangkaian SMPS menggunkan trafo ferit umumnya memiliki efisiensi yang tinggi. Pada power supply dengan sistem switching ada tiga topologi dasar SMPS yaitu fly-back, forward dan rensonan-converter, dan umumnya topologi SMPS yang sering digunakan adalah fly-back namun untuk efisiensi topologi xforward lebih efisien dari fly-back. Untuk mengetahui cara kerja dari SMPS topologi forward dengan merubah – ubah nilai dari frekuensi dan duty cycle. Dalam pembuatan alat F-SMPS ini menggunakan desain trafo pada 30Khz. Bedasarkan pengujian didapatkan perubahan nilai frekuensi 25-10KHz tidak banyak mempengaruhi tegangan output sedangkan perubahan nilai duty cycle 0-45% mempengaruhi tegangan output dari 3.81 V – 17.12 V DC. Dengan desain trafo tersebut F-SMPS ini dapat menghasilkan efisiensi 72%-95% pada frekunsi dan duty cycle tertentu. Dan tampilan dari desain box sendiri memiliki test point untuk mengetahui cara kerja dari F-SMPS tersebut. Kata Kunci: Power Supply, SMPS, Efisiensi, Forward, Trafo Ferit
PROSIDING SENTRINOV TAHUN 2017 VOLUME 3 – ISSN: 2477 – 2097
TE-‐23
PENDAHULUAN
Rangkaian regulasi tegangan yang baik tidaklah sesederhana contoh power supply
dengan mode switching atau SMPS (switching mode power supply) banyak digunakan
pada peralatan listrik untuk supply tegangan DC yang konstan, seperti untuk pengisian
batrai hp, kamera, dan notebook. [5]
Secara teori power supply switching memiliki efisiensi daya yang besar sekitar
lebih dari 65% sampai 95%. Jika dibandingkan dengan power supply step down dengan
regulasi biasa yang menggunakan IC regulator seperti LM78xx yang memiliki efisiensi
yang rendah, karena IC regulator membuang kelebihan tegangan input pada regulator
dirubah menjadi panas ke udara sehingga membuang energi sia – sia sehingga memiliki
nilai efisiensi yang rendah. [5]. Pada power supply dengan sistem switching ada tiga
topologi dasar SMPS yaitu fly-back, forward dan rensonan-converter, dan umumnya
topologi SMPS yang sering digunakan adalah fly-back namun untuk efisiensi topologi
forward lebih efisien dari fly-back. [6]
TINJAUN PUSTAKA
1.1 Forward Converter
- Rangkaian Bridge Recifier
Sebuah bridge dapat menggunakan empat buah dioda atau mengnakan diode
kuprok. Hal ini disebut Full-wave Rectifier (penyearah gelombang penuh) karena
menggunakan semua gelombang AC (baik bagian positif dan negatif). 1.4V habis
digunakan dalam dioda bridge rectifier karena masing-masing dioda menggunakan 0.7V
ketika melakukan dan selalu ada dua dioda melakukan, seperti ditunjukkan dalam
gamabar 1.
Gambar 1. Bridge Rectifier dan Signal Output
(Sumber : http://www.nptel.ac.in)
PROSIDING SENTRINOV TAHUN 2017 VOLUME 3 – ISSN: 2477 – 2097
TE-‐24
Bridge rectifier dinilai oleh arus maksimum dapat lewat dan tegangan balik
maksimum dapat menahan (ini harus minimal tiga kali RMS sehingga pasokan tegangan
penyearah dapat menahan tegangan puncak).
- Forward Converter
Forward converter merupakan rangkaian switched mode power supply (SMPS)
yang digunakan untuk memproduksi isolated dan dikendalikan oleh tegangan DC dari
pasokan input DC yang tidak teratur (unregulated). Seperti dalam kasus fly-back
converter, pasokan input DC didapat setelah diratakan dari tegangan listrik AC.
Forward Converter, bila dibandingkan dengan fly-back adalah secara umum energinya
lebih efisien dan digunakan untuk aplikasi yang membutuhkan daya output sedikit lebih
tinggi (dalam kisaran 100 Watt sampai 200 Watt). Tetapi pada topologi forward,
terutama output rangkaian penyaringan (filtering) tidak sesederhana seperti dalam
konverter fly-back. Gambar 1 menunjukkan topologi dasar forward converter. Ini terdiri
dari perangkat fast switching ‘S’ bersama dengan rangkaian kontrol, sebuah
transformator dengan kumparan primer dihubungkan secara seri dengan switch ‘S’ ke
pasokan input, rectification dan rangkaian filter untuk kumparan sekunder
transformator. Beban yang tersambung di output diperbaiki oleh transformator
sekunder.
Gambar 2. Rangkaian Dasar Forward Converter
(Sumber : http://www.nptel.ac.in)
Transformator yang digunakan dalam forward converter diharapkan untuk
menjadi transformator ideal tanpa ada kebocoran fluks, nol arus magnetizing dan tanpa
ada losses. Prinsip Operasi Rangkaian pada gambar 3 dan gambar 4,
Gambar 3. Aliran Mosfet Switching ON
(Sumber : http://www.nptel.ac.in)
PROSIDING SENTRINOV TAHUN 2017 VOLUME 3 – ISSN: 2477 – 2097
TE-‐25
Gambar 4. Aliran Mosfet Switching OFF
(Sumber : http://www.nptel.ac.in)
Ketika saklar 'S' dihidupkan, input DC akan masuk ke kumparan primer pada
transformator dan sekaligus tegangan berkala muncul di trafo sekunder. Dot dari kedua
sisi kumparan sekarang memiliki polaritas positif. Dioda 'D1', yang dihubungkan secara
seri dengan kumparan sekunder mendapat bias maju (forward bias) dan tegangan input
digunakan pada rangkaian low pass filter (LPF) sebelum pada beban. Arus pada
kumparan primer masuk melalui dot end sementara arus sekunder keluar dari sisi dot
dan magnitudonya berbanding terbalik dengan rasio gilirannya. Dengan demikian,
sesuai dengan asumsi dari sebuah transformator ideal, net magnetizing ampere-turns
transformator adalah nol dan tidak ada energi yang tersimpan dalam inti transformator.
Ketika saklar ‘S’ dimatikan, secara tiba-tiba arus pada sisi primer dan sisi sekunder akan
menjadi nol. Arus melalui filter inductor dan beban terus menerus tanpa ada perubahan
secara tiba-tiba. Dioda ‘D2’ menyediakan jalur freewheeling untuk ini arus tersebut. Ggl
yang dibutuhkankan untuk menjaga kontinuitas arus filter-inductor dan untuk
mempertahankan tagangan forward bias di D2 yang berasal dari induktor filter 'L' itu
sendiri. Selama freewheeling arus induktor filter akan jenuh karena arus terhadap
tegangan output (Vop), tetapi kehadiran filter kapasitor ‘C’ yang relatif besar masih
mempertahankan tegangan output mendekati konstan.
Gambar 5. Rangkaian Forward Converter
(Sumber : http://www.eetimes.com/
document.asp?doc_id=1273232)
PROSIDING SENTRINOV TAHUN 2017 VOLUME 3 – ISSN: 2477 – 2097
TE-‐26
METODE PENELITIAN
3.1 Tahapan Penelitian
Pada tahapan penelitian ini memiliki tujuan untuk menjelaskan isi metode
penelitian yang akan dibuat, seperti gambar 6 ini:
Gambar 6. Tahapan Penelitian
3.2 Implementasi Sistem
Gambar 7. Diagram blok sistem
Prinsip kerja:
Dari input VAC akan diredam interferensi elektromagnetik dengan EMI filter
setelah diredam akan disearahkan menjadi VDC oleh penyearah gelombang penuh.
Namun dalam penyearah gelombang penuh masih memiliki ripple yang kecil sehingga
diberi filter untuk menghilangkan ripple tersebut.
Pada proses selajutnya switching trafo dengan frekuensi tinggi dilakukan di trafo
ferit pada lilitan primer, output lilitan sekunder akan disearakan lagi dan di filter ulang
untuk mendapatkan VDC yang baik. Pada switching trafo sendiri dipicu dari pengaturan
PROSIDING SENTRINOV TAHUN 2017 VOLUME 3 – ISSN: 2477 – 2097
TE-‐27
PWM (duty cycle dan frekuensi) yang dikendalikan oleh Arduino Nano. Pada blok
diagram tersebut menggunakan closed loop bertujuan untuk membatasi atau mengontrol
arus, jika arus melebihi dari yang diingikan atau lebih 3A maka SMPS akan off sendiri.
3.3 Perancangan Alat
Sebelum memperhitungkan atau memilih komponen yang di butuhkan, perlu
dibuat spesifikasi sistem yang direncanakan. Spesifikasi tersebut adalah sebagai berikut
:
Gambar 8. Flow chart Spesifikasi Awal F-SMPS
Tabel 1. Spesifikasi Awal F-SMPS
Parameter Simbol Nilai
Input
voltage
Vin 270 - 310 Vdc
Output
voltage
Vout 0 - 20 Vdc
Output
current
Iout Max. 3 A
Duty cycle % 5 - 45 %
Frekuensi
Swtiching Hz 10 - 100 KHz
1. Dimensi
• Panajang = 30 cm
• Lebar = 20 cm
• Tinggi = 13 cm
2. Berat = 5 kg
3. Bahan body = Acrilic
4. Sensor = Sensor arus ACS712 dan tegangan (pembagi tegangan)
PROSIDING SENTRINOV TAHUN 2017 VOLUME 3 – ISSN: 2477 – 2097
TE-‐28
5. Processor = Arduino Nano
6. Input setpoin = rotary encoder switch
7. Display = lcd 16x2
8. Tegangan kerja
• Mikrokontroler = 5 VDC
• Input tegangan = ±220 𝑉𝐴𝐶
• Output Tegangan = ±20 𝑉𝐷𝐶
• Output arus = 3 A
3.4.1 Perancangan SMPS Forward
3.4.1.1 Trafo Ferit
Dalam penelitian ini, penggunaan trafo ferit ini sebagai komponen isolated
sehingga pengguna terhindar dari tegangan tinggi. Untuk menginduksi tegangan serta
arus yang diperlukan keluaran sebesar 20 Vdc, 3 A serta jangka kerja 310Vdcinput ,
frekuensi 10 - 100 KHz, duty cycle 5 - 45%, dan 90 watt. Sehingga dibutuhkannya trafo
ferit yang sesuai dengan rentang kerja yaitu trafo EI55 yang memiliki daya kerja lebih
dari 100 watt sesuai datasheet. Setelah medefinisikan spesifikasi besaran SMPS
forward yang diingikan sehingga dapat memperhitungkan nilai lilitan primer, sekunder
dan tersier. Dan untuk kawat email harus minimal 2 kali lebih besar dari arus yang akan
dilalui.
3.4.1.2 Driver MOSFET
Pengunaan dirver Mosfet TLP 250 bertujuan untuk pengaman antara tengangan
Arduino dengan tegangan high volt pada input SMPS dan sebagai penguat tengangan
untuk men-supply pada gate Mosfet. Tegangan Arduino kurang dari 5v dengan arus
yang kecil yaitu 10mA, sedangkan mosfet untuk ON minimal bertegangan 6V.
Gambar 9. Sekematik Driver TLP250
PROSIDING SENTRINOV TAHUN 2017 VOLUME 3 – ISSN: 2477 – 2097
TE-‐29
3.4.1.3 Filter Output L dan C
Pada keluaran teganggan dan arus setelah di searahkan masih memiliki rippel
atau riak sehingga dapat merusak rangkain yang di hubungkan dengan power supply
tersebut. Sehingga harus memiliki filter keluaran arus dan tegangan sehingga keluran
tidak memiliki riak yang dapat merusak komponen yang terhubung dengan power
supply tersebut.
Gambar 10. Sekematik Filter L dan C
3.4.2 Perancangan Software
Untuk perancangan software yang digunkan menggunakan aplikasi Arduino IDE
sebagai coding untuk memasukan algoritma ke dalam mikrokontroler. Untuk
perancangan software Arduino dapat dilihat dari flowchart pada gambar 11.
Gambar 11. Flowchart Perancangan Program pada Arduino
Dari perancangan software pada flowchart gambar 11 mejelaskan bahwa sistem
F-SMPS ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keluaran F-SMPS dari perubahan
nilai frekuensi dan duty cycle.
PROSIDING SENTRINOV TAHUN 2017 VOLUME 3 – ISSN: 2477 – 2097
TE-‐30
Untuk mengatur switching dengan merubah nilai frekuensi dan duty cycle pada
Arduino Nano dapat diatur dengan cara megatur pada konfigurasi register timer dan
counter pada Arduino Nano (ATMega 328P). Untuk pengaturan frekuensi pada
ATMega 328P memiliki tiga timer yang dikenal sebagai Timer 0, Timer 1 dan Timer 2.
Setiap timer memiliki prescaler yang menghasilkan timer sesuai dengan prescaler 1, 8,
64, 256, dan 1024. Arduino Nano (ATmega 328P) memiliki clock 16MHz.
3.4.3 Percangan Keseluruan F-SMPS
Pada gambar 13 berikut merupakan skematik dari F-SMPS secara keseluruhan.
Gambar 12. Rangkain Keseluruhan F-SMPS
Dari rancangan pada gambar 12 dapat dilihat switching SMPS menggunakan
mosfet karena memiliki rugi daya yang cukup rendah dibandingkan dengan
mengunakan IGBT. Pemilihan Mosfet K2611 untuk switching pada F-SMPS karena
memliki RDS(on) yang cukup rendah yaitu 1.2 ohm.
PENGUJIAN DAN ANALISA
Gambar 13. Flow chart Pengujian dan Analisa
4.1 Pengujian Driver MOSFET TLP250
Pengujian driver MOSFET memastikan rangkaian driver (sesuai gambar 13)
yang telah dibuat, apakah bekerja dengan baik sebelum diterapkan langsung ke
rangkaian utama.
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 = !"# !"#!"#!!"# !"#$%&'!"# !"#$%&'
𝑥100% …(1)
PROSIDING SENTRINOV TAHUN 2017 VOLUME 3 – ISSN: 2477 – 2097
TE-‐31
Dari hasil pengujian diver TLP250 menunjukan bahwa terdapat selisih antara
keluaran gelombang PWM Arduino dengan gelombang PWM TPL250. Semakin tinggi
frekuensi yang di keluarkan gelombang PWM dari Arduino maka semakin tinggi error
keluaran gelombang PWM TLP250. Untuk melihat besaran error tiap perubahan
frekuensi dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Error Rata-rata pada TLP250
No Frekuensi Rata – rata Error
1 25 K Hz 2.2 %
2 50 K Hz 3.3 %
3 75 K Hz 4 %
4 100 K Hz 8.8 %
4.2 Pengujian Sistem
Gambar 14. Pengujian F-SMPS
Pada pengujian F-SMPS dengan skematik pada gambar 14 masih memiliki
kekurangan, seperti sering terjadinya kerusakan pada mosfet dan driver mosfet
dikarenakan kelebiahan arus pada mosfet tersebut yang disebabkan oleh kurang baiknya
fungsi pada reset winding sehingga arus pada mosfet sangatlah tinggi dan
mengakibatkan kerusakan pada mosfet serta driver mosfet tersebut.
Sehingga dibutuhkan bantuan reset winding dengan cara pemberian rangkaian
snubber pada rangkaian F-SMPS tersebut. Rangkaian snubber sendiri merupakan
rangkaian pencercah frekuensi induksi. Terdiri dari kapasitor dan resistor atau ditambah
dengan dioda yang dipasang seri ataupun paralel dengan lilitan (trafo primer). Berguna
untuk meredam frekuensi tinggi induksi pada lilitan primer sehingga tercipta frekuensi
dan arus yang setabil didalam lilitan primer. Rangkian reset snubber dapat dilihat pada
gambar 16.
PROSIDING SENTRINOV TAHUN 2017 VOLUME 3 – ISSN: 2477 – 2097
TE-‐32
Gambar 15. Rangkaian RCD Snubber arah arus (A) disaat switching ON dan (B) disaat
switching off
Setelah memperhitungkan nilai RC Snubber didapatkan nilai kapasitor ialah
0.009uF dan untuk nilai resistor adalah 1M Ω. Akan tetapi untuk komponen
kapasitor dengan nilai 0.009uF sangatlah sulit untuk didapatkan pada pasaran,
sehingga saya menggambil kapasitor dengan nilai 4.7nF yang umum ada pada
SMPS komputer.
Gambar 16. Rangkaian F-SMPS dengan Rangkaian Snubber
Pada pengujian F-SMPS menggunakan tambahan rangkaian snubber keluaran
SMPS menjadi baik serta tidak ada lagi kerusakan pada mosfet switching dan driver
mosfet.
- Pengujian Pengaruh Frekuensi dan Duty Cycle
Pengujian ini melihat pengaruh perubahan frekuensi dan duty cycle terhadap
keluaran dari F-SMPS meggunakan beban full. Serta merubah-ubah nilai frekuensi
mulai 100KHz, 75KHz, 50KHz dan 25KHz, sedangkan perubahan duty cycle diubah
dari 45% sampai 5% dengan interfal 5%. Berikut ini hasil dari pengaruh perubahan
frekuensi dan duty cycle keluaran F-SMPS pada tabel 5, 6, 7, dan 8.
PROSIDING SENTRINOV TAHUN 2017 VOLUME 3 – ISSN: 2477 – 2097
TE-‐33
Gambar 17. Grafik dari Efisiensi tiap-tiap Frekuensi
Pada gambar 16 dari hasil grafik tersebut menghasilkan pola grafik yang tidak
jelas (sporadic) disaat duty cycle 5% / atau nilai duty cycle saat rendah dan disaat
dutycycle 45% atau duty cycle tinggi menghasilkan pola yang lebih teratur atau
mengerucut. Sedangakan untuk nilai duty cycle diatas 45% dinginkan pola grafik lebih
mengerucut dan sama. Akan tetapi disaat duty cycle melebihi nilai 45% membuat sistem
menjadi trip pada sumber AC dan rusak pada rangakain driver dan mosfet F-SMPS.
Pada hasil pengujian perubahan frekuensi menunjukan bahawa pengaruh
frekuensi tidak banyak mempengaruhi terhadap tengangan dan arus pada keluaran F-
SMPS, akan tetapi pengaruh perubahan frekuensi terlihat pada efisiensi yang dihasilkan,
dari grafik pada gambar 17 frekuensi 99,8KHz dan 74,9KHz memiliki efisinsi yang
cukup rendah dengan nilai rata-rata efisiensi 77.5%, sedangkan frekuensi 49,9KHz dan
25,2KHZ memliki efisiensi yang cukup tinggi dengan nilai rata-rata efisiensi 88.5%,
dikarenakan desain dari lilitan trafo ferit sendiri yang didesain pada frekuensi 30KHz.
Untuk pengaruh perubahan duty cycle terhadap keluaran F-SMPS, ialah pada
output tegangan, di pilih contoh tabel 4.11 pada hasil perubahan duty cycle bila nilai DT
(duty cycle) bernilali 5% maka keluaran pada F-SMPS tersebut ialah 3.81 Vdc, disaat
nilai DT dinaikan menjadi 10% maka keluaran F-SMPS menjadi 7.17 Vdc. Sehingga
semakin besar nilai duty cycle semakin tinggi juga nilai tegangan yang keluar, pada DT
45% menghasilkan tengangan 17.09 Vdc.
- Pengujian Pengaruh Beban antara F-SMPS dengan Power Supply Linier
Pada pengujian ini melihat apakah F-SMPS (forward switching mode power
supply) ini lebih baik terhadap konsumsi daya dibandingkan dengan power supply linier
yang menggunkan trafo step down.
PROSIDING SENTRINOV TAHUN 2017 VOLUME 3 – ISSN: 2477 – 2097
TE-‐34
Gambar 18. Grafik Watt Input pada Perbandingan Beban pada F-SMPS dengan Power
Supply Linier
Dari grafik pada gambar 19, menunjukan bahwa penggunaa SMPS dengan
topologi forward jauh lebih baik untuk konsumsi daya dengan beban yang sama dari
pada power supply linier menggunkan trafo step down. Terlihat dari konsumsi daya
input saat menggunakan power supply linier pada beban full sangatlah besar untuk
men-supply 7.95 watt yaitu, daya input yang diserap ialah 26.34 watt, sangat tidak
efisien yang dihasilkan oleh power supply linier sebesar 𝜼 = 30%, sedangkan F-SMPS
pada beban full cukup kecil untuk daya input yang diserap sebesar 7.34 watt. Sehingga
efisiensi pada F-SMPS cukup tinggi sebesar 𝜼 = 92%.
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
1. Dari hasil pengujian dengan memasukan nilai frekuensi yang telah ditentukan
25,2K Hz, 49,9K Hz, 74,9K Hz dan 99,8K Hz bahwa frekuensi mempengaruhi
hasil efisiensi pada Forward Switching Mode Power Supply, untuk frekuensi 74,9K
Hz dan 99,8K Hz medapatkan hasil rata – rata efisiensi yang rendah sebesar 77.5%
dibandingkan dengan frekuensi 49,9K Hz dan 25,2K Hz yang mendapatkan hasil
rata – rata efisiensi 88.5% dengan desain trafo ferit di frekuensi 30KHz. Untuk
pengujian dengan memasukan nilai duty cycle yang telah ditentukan 5%, 15%,
20%, 25%, 30%, 35%, 40%, dan 45% mempengaruhi volt output, semakin besar
duty cycle semakin besar juga volt output yang dihasilkan, begitu juga sebaliknya
semakin kecil nilai duty cycle yang diberikan semakin kecil juga volt output yang
dihasilkan.
2. Setelah dilakukan pembuatan dan pengujian bahwa Forward Switching Mode
Power Supply dapat menghasilkan efisiensi yang cukup baik yaitu rata – rata nilai
PROSIDING SENTRINOV TAHUN 2017 VOLUME 3 – ISSN: 2477 – 2097
TE-‐35
efisiensi sebesar 72% - 96% dengan desain trafo ferit di frekuensi 30KHz dan duty
cycle yang diubah-ubah untuk medekati output tegangan 12V, sedangkan rata – rata
efisiensi dengan power supply linier dengan (trafo step down) dan rangkaian
regulator masih kurang efisien yaitu berkisar 20% - 40%.
DATAR PUSTAKA
Sholahuddin, Umar., 2007. Rancang Bangun Charger dengan Kaskade Flyback dan Buck Konverter Menggunakan Kontrol Fuzzy. Jurnal Politeknik Elektronika Negeri Surabaya-ITS.
Aries, M. Sugianto., 2011. Sistem Penerangan Darurat Menggunakan Forward Converter Sebagai Charging Baterai untuk Mensuplai LED. Jurnal Politeknik Elektronika Negeri Surabaya-ITS.
Maulana, Agung., 2015. Rancang Bangun Konverter Buck – Boost Menggunakan Fuzzy Logic untuk Pembangkit Listrik Tenaga Ombak. Jurnal Teknik Elektro – Universitas Telkom.
Mukti, Helmy H., 2016. Pemodelan Fuzzy Logic Control untuk Pengendalian PWM pada Buck Converter. Jurnal JNTETI.
Nuryamanaji. 2012. Teori dasar power supply switching. http://nuryamanaji. blogspot.co.id /2012/02/power-supply-switching.html. Diakses Tanggal 24 Desember 2016.
Desa, Haifizah binti md. 2010. FORWARD CONVERTER, Laporan Skkripsi Universitas Teknologi Malaysia.
Schie, David. 2005. Desiging Single – Switch Forward Converters. www.power electronics.com. Diakses Tanggal 4 Febuari 2017.
Billings, Keith. 2011. SWITHMODE POWER SUPPLY. Handbook Third Edition. Diakses Tanggal 19 Febuari 2017.
Anonymus. 2009. Forward Switched Mode Power Supply, dari L-23(DP)(PE)%20 ((EE)NPTEL).pdf. Diakses Tanggal 2 Maret 2017.
Anonymus. 2014. Switch-Mode Power Supply. Reference Manul. ON Semiconductor. Diakses Tanggal 6 Maret 2017.
Indrajati, Surya. 2009. Switch Mode Power Supply Menggunakan Boost Converter Sebagai PFC Converter. PENS-ITS, Diakses Tanggal 9 Maret 2017.