44
1 DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH SISTEM TABELA YANG DIPERLAKUKAN DENGAN BEBERAPA JENIS HERBISIDA. Oleh : Ir.I Wayan Pasek Arimbawa,MP PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI F A K U L T A S P E R T A N I A N UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016

DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

1

DISTRIBUSI JENIS GULMA PADAPENANAMAN PADI SAWAH SISTEM

TABELA YANG DIPERLAKUKANDENGAN BEBERAPA JENIS HERBISIDA.

Oleh :Ir.I Wayan Pasek Arimbawa,MP

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIF A K U L T A S P E R T A N I A N

UNIVERSITAS UDAYANADENPASAR

2016

Page 2: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,

karena atas limpahan karunia-Nya, penulisan Karya Ilmiah yang berjudul “

Distribusi Jenis Gulma pada Penanaman Padi Sistem Tabela yang Diperlakukan

dengan Beberapa Jenis Herbisida” dapat terselesaikan.

Ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada :

1. Ketua Perpustakaan Universitas Udayana dan rekan-rekan yang banyak

memberikan bantuan dalam penyusunan tulisan ini.

2. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tulisan ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu kritik yang bersifat membangun, demi kesempurnaan tulisan ini

sangat penulis harapkan. Semoga tulisan ini ada manfaatnya bagi yang

berkepentingan

Denpasar, Februari 2016

Penulis

Page 3: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

3

RINGKASAN

Pada budidaya padi, secara umum dikerjakan melalui urut-urutan kegiatan

seperti persiapan lahan, persiapan bibit, penanaman bibit, pemeliharaan dan

terakhir adalah panen. Budidaya padi dengan cara ini sering dikenal dengan sistem

tanam pindah (Tapin). Dari rangkaian kegiatan yang banyak memerlukan waktu

tersebut, belakangan ini dikembangkan teknik budidaya dengan sistem tabur benih

langsung (Tabela) yaitu penanaman padi dengan tujuan untuk mempersingkat

rangkaian kegiatan yang banyak memerlukan waktu, sehingga biaya produksi yang

harus dikeluarkan bisa dikurangi tanpa mengurangi hasil yang akan diperoleh.

Penelitian ini berjudul “ Distribusi Jenis Gulma pada Penanaman Padi Sistem

Tabela yang Diperlakukan dengan Beberapa Jenis Herbisida”. Penelitian ini

berlangsung selama ± 1,5 bulan di Subak Bantas Bale Agung Kaja, Desa

Gadungan, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) sederhana

dengan 4 jenis perlakuan dan diulang sebanyak 5 kali. Perlakuan jenis herbisida

tersebut adalah Herbisida DMA, Ally Plus, Logran dan tanpa herbisida sebagai

kontrol.

Adapun tujuan dari pada penelitian ini adalah untuk membandingkan

pertumbuhan gulmanya pada penanaman padi dengan sistem Tabela yang

pengendaliannya dengan mengunakan beberapa jenis herbisida, sehingga

efektivitas dari masing-masing jenis herbisida tersebut bisa diketahui pada

Page 4: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

4

penanaman padi sistem Tabela yang selama ini pengendaliannya yang menjadi

masalah.

Hasil statistika menyatakan bahwa jenis herbisida berpengaruh nyata

terhadap parameter populasi jenis gulma m-2 umur 14 hss, berat gulma basah dan

kering oven m-2 umur 14 hss,.

Perlakuan herbisida Logran, Ally Plus dan DMA dapat menurunkan berat

gulma basah m-1 pada umur 14 hss masing-masing sebanyak 79,59 %, 52,14 % dan

49,66 % dibandingkan tanpa herbisida (kontrol) dan menurunkan berat gulma

kering ovennya masing-masing sebanyak 68,67 %, 50,51% dan 47,57 %

dibandingkan dengan tanpa herbisida (kontrol).

Page 5: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

5

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL………………………………………………………………………...1

KATAPENGANTAR………………………………………………………....2

ABSTRAK…………………………………………………………………….3

RINGKASAN ………………………………………………………………............4

DAFTAR ISI …………………………………………………………………5

DAFTAR TABEL …………………………………………………………….7

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………8

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………….9

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………...10

1.1 Latar Belakang ………………………………………..………………………10

1.2 Tujuan Penelitian ………………………………………………..……………11

1.3 Hipotesis ……………………………………..…………………………12

BAB II KAJIAN PUSTAKA …………………………………………………….13

2.1 Penanaman Padi Sistem Tabela ………….. … ……………………………..13

2.2 Jenis-jenis Gulma pada Padi Sawah ………………………………………….14

2.3 Persaingan Gulma dengan Tanaman Padi…… ………………………………19

2.4 Cara Pengendalian Gulma pada Tanaman Padi ………………………………20

2.5. Diskripsi Herbisida ……………………………………………………...22

2.5.1. Herbisida DMA 6 825 SL ……………………………………………..22

2.5.2. Herbisida Ally Plus 77 WP ……………………………………............22

2.5.3. Herbisida Logran 75 WG..…………………………………………....22

BAB III METODE PENELITIA..…………………………………………………23

Page 6: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

6

3.1 Rancangan Penelitian …………………………………………………............23

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………………………...23

3.3 Bahan dan Alat Penelitian…………………………………………………….23

3.4 Pelaksanaan di lapangan ………………………………………………...25

3.4.1 Penyiapan lahan ……………………………………….……………25

3.4.2 Penaburan benih……………………………………………………..26

3.4.3 Penyulaman ………………………………………….……………...26

3.4.4 Pengendalian gulma …………………………………….………….26

3.4.5 Pengendalian hama dan penyakit …………………………………..27

3.5. Pengamatan dan Pengumpulan Data ………………………………………28

3.5.1 Identifikasi gulma ……………………………………………..28

3.5.2 Berat gulma basah dan kering oven m-2 (g) ……………..........28

3.6 Analisis Data ………………………………………………………………. 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………………30

4.1 Hasil Penelitian………………………………………………………………..30

4.1.1 Populasi jenis gulma m-2 umur 14 hss (batang)….………….………31

4.1.2 Berat gulma basah dan kering oven m-2 umur 14 hss ) ……………..31

4.2 Pembahasan…………………………………………………………………..34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………..36

5.1 Kesimpulan ………………………………………………………………….36

5.2 Saran …………………………………………………………………………36

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………..38

LAMPIRAN ………………………………………………………………………40

Page 7: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

7

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

4.1. Signifikansi pengaruh perlakuan herbisida terhadap parameter yangdiamati…………………………………………………………………...........30

4.2. Distribusi jenis gulma m-2 umur 14 hss akibat perlakuan beberapa jenisherbisida………………………..…………………………………………..

4.3. Berat gulma basah dan kering oven m-2 umur 14 hss akibat perlakuanperlakuan beberapa jenis herbisida …………………………………………

30

32

33

Page 8: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

8

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

3.1

3.2

Gambar denah percobaan di lapang……………………………………..

Gambar luasan sampel pengamatan …………..…………………………

24

25

Page 9: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

9

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1

2

3

Jenis gulma Jussiaea linifolia Vahl umur 14 hss (batang) …..…………………

Jenis gulma Jussiaea angustifolia Lmk umur 14 hss (batang)………………….

Jenis gulma Frimbristylis littoralis Gaudich umur 14 hss (batang)……………

40

41

41

.

Page 10: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penanaman padi disawah biasanya dilakukan oleh petani dengan sistem

tanam pindah (Tapin) tetapi ada pula sistem tabur benih langsung (Tabela).

Kegiatan Tapin banyak menyerap tenaga kerja seperti penanaman (26 %)

dari kebutuhan seluruh tenaga kerja (Zaini,1996). Suprihatno dkk (1996) pada studi

kasus di Kabupaten Subang dan Karawang menunjukkan bahwa kekurangan tenaga

kerja banyak terjadi pada kegiatan tanam. Karena itu teknologi Tapin perlu

diperbaiki dengan target peningkatan produksi dan efisiensi tenaga kerja,

penurunan biaya produksi. Salah satu alternatif untuk mengatasi kendala tersebut

diupayakan dengan memperkenalkan teknik budidaya tabur benih langsung

(Tabela ).

Tabela merupakan pembudidayaan tanaman padi dengan menanam atau

menyebar benih padi secara langsung di areal pertanaman. Teknik Tabela yang

dikenal dan yang telah dilaksanakan oleh beberapa petani khususnya di Bali adalah

penanaman benih langsung pada lahan pertanian yang telah diolah secara

sempurna, sedangkan pada lahan pertanian yang tanpa mengalami pengolahan

tanah dan pelumpuran belum banyak diketahui atau belum dikenal sama sekali

(Pasek dkk, 2005).

Page 11: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

11

Zaini (1996) menyatakan bahwa secara ekonomis kelebihan Tabela tersebut

ditunjukkan dengan penghematan pemakaian tenaga kerja 25-30 %, air 21 %,

sarana produksi 5-10 %, produksi lebih tinggi 10-25 % dan kualitas gabah lebih

baik dibandingkan dengan Tapin. Selain kelebihan tersebut di atas salah satu

kekurangan dari Tabela adalah banyaknya gulma yang tumbuh. Banyaknya

gulma yang tumbuh dan kurangnya pengetahuan petani dalam pengendalian

gulma, mengakibatkan sistem Tabela kurang diminati oleh sebagian besar petani,

khususnya petani padi sawah yang ada di Kabupaten Tabanan. Cara pengendalian

gulma yang kurang tepat pada sistem ini akan menambah biaya produksi yang

sangat tinggi, sehingga pendapatan bersih yang diterima oleh petani menjadi sangat

berkurang (Pasek dkk, 2005).

. Berdasarkan kenyataan di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai

pengendalian gulma pada tanaman padi sistem tabela dengan beberapa jenis

herbisida , sehingga memudahkan dalam menentukan metode pengendalian yang

paling tepat.

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari pada penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui distribusi jenis gulma pada penanaman padi dengan sistem

Tabela.

2. Untuk mengetahui distribusi jenis gulma pada penanaman padi dengan sistem

Tabela setelah mendapat perlakuan herbisida.

Page 12: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

12

3. Untuk mengetahui efektivitas dari masing-masing jenis herbisida pada

penanaman padi dengan sistem Tabela.

1.3 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Distribusi jenis gulma pada penanaman padi sistem Tabela dengan perlakuan

herbisida akan lebih rendah dibandingkan tanpa perlakuan herbisida.

2. Perlakuan herbisida Logran akan lebih efektif dalam pengendalian gulma

dibandingkan dengan perlakuan jenis herbisida lainnya.

Page 13: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penanaman Padi Sistem Tabela.

Tabela merupakan pembudidayaan tanaman padi dengan menanam atau

menyebar benih padi secara langsung di areal pertanaman. Pengertian lain adalah

penanaman padi pada suatu lahan tanpa melalui pesemaian atau tanpa adanya

pemindahan bibit ke tempat pertanaman (Supriadi dan Kasim, 1995). Teknik

Tabela yang dikenal dan yang telah dilaksanakan oleh beberapa petani khususnya

di Bali adalah penanaman benih langsung pada lahan pertanian yang telah diolah

atau telah dilumpurkan, sedangkan pada lahan pertanian yang tanpa mengalami

pengolahan tanah dan pelumpuran belum banyak diketahui atau belum dikenal

sama sekali (Pasek dkk, 2005).

Taslim dan Supriadi (1995) menyatakan bahwa Tabela dapat dilakukan

dengan dua cara yaitu menyebar benih secara merata di atas permukaan tanah yang

sering disebut Tabela sebar (broadcast) sehingga jarak tanamnya tidak beraturan

dan menanam benih langsung di dalam barisan atau Tabela baris yaitu dengan

menggunakan alat seeder. Penggunaan seeder keluarnya benih lebih bisa diatur

sehingga kerapatan populasi tanaman yang dihasilkan lebih sesuai dengan

keinginan. Tabela dalam barisan dapat dijadikan pengganti Tapin tanpa

mengurangi produksi, bahkan dapat menurunkan biaya produksi. Kebutuhan

Page 14: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

14

tenaga kerja untuk menanam dengan menggunakan alat tanam atau seeder, hanya

membutuhkan sepertiga dari yang dibutuhkan pada Tapin.

Zaini (1996) menyatakan bahwa secara ekonomis kelebihan Tabela

ditunjukkan dengan penghematan pemakaian tenaga kerja 25-30 %, air 21 %,

sarana produksi 5-10 %, produksi lebih tinggi 10-25 % dan kualitas gabah lebih

dibandingkan dengan Tapin. Selain kelebihan tersebut di atas beberapa kekurangan

dari Tabela baris adalah tanaman mudah rebah (perakaran dangkal) dan

meningkatnya jumlah gulma yang tumbuh. Banyaknya gulma yang tumbuh dan

kurangnya pengetahuan petani dalam hal cara pengendalian dan pemberantasannya,

mengakibatkan sistem Tabela kurang diminati oleh sebagian besar petani,

khususnya petani padi sawah yang ada di Kabupaten Tabanan. Pengendalian

gulma yang kurang tepat pada sistem ini akan menambah biaya produksi, sehingga

pendapatan bersih yang diterima oleh petani menjadi berkurang.

2.2 Jenis-jenis Gulma pada Padi Sawah

Lovett (1979) menyatakan, gulma adalah tumbuhan yang mempunyai nilai

negatif, tumbuhan yang tidak dikehendaki, atau tumbuhan yang tumbuh pada

tempat yang tidak diinginkan. Gulma juga didefinisikan sebagai tumbuhan yang

belum diketahui kegunaannya (Moenandir, 1988). Gulma yang berasosiasi dengan

tanaman dapat menimbulkan kerugian, karena kehadirannya menyebabkan

terjadinya persaingan untuk memperebutkan sumber daya tumbuh antara gulma dan

tanaman. Persaingan ini mengakibatkan menurunnya hasil tanaman dan

Page 15: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

15

kualitasnyapun rendah. Penurunan hasil akibat adanya persaingan tanaman padi

dengan gulma bisa mencapai antara 25-50 % (Sundaru dkk, 1976).

Berdasarkan hasil penelitian Balitan Bogor terdapat 33 spesies gulma pada

tanaman padi sawah, dan yang paling dominan adalah Monochoria vaginalis,

Paspalum disticum, Frimbristylis, Cyperus difformis, Scirpus juncoide,

Echinochloa crusgalli, Spenochlea zeylanica, Cyperus iria, Limnocharia flava,

Lersia hexandra, Echinochloa colonum, dan Leptochloa chinensis, Jussiaea

linifolia, Jussiaea angustifolia, Rotala leptopetala, Cyperus halpan, Leptochloa

chinensis (Sundaru dkk, 1976).

a. Monochoria vaginalis

Monochoria vaginalis merupakan gulma tahunan dengan tinggi 10-50 cm,

tumbuh tegak dengan rimpang yang pendek. Daun waktu muda berbentuk panjang

dan sempit, kemudian berbentuk lanset, sedangkan yang sudah tua berbetuk bulat

telur atau bulat memanjang. Bagian pangkal bangun jantung.panjang 2-12,5 cm,

lebar 0,5-10 cm. Bunga banyaknya 3-25 buah, terbuka secara serentak. Perhiasan

bunga panjangnya 11-15 mm. Tinggi bunga 4-25 mm. Biasanya terdapat pada

tanah berair terutama di sawah-sawah (Sundaru dkk, 1976).

b. Paspalum disticum atau rumput kawat

Rumput kawat ini banyak tersebar diseluruh dunia. Tanaman ini termasuk

jenis rumput dan termasuk jenis gulma tahunan. Karangan bunganya bercabang

Page 16: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

16

dua. Berkembang biak dengan potgan batang dibawah tanah yang menjalar. Dapat

bertahan hidup dalam sawah tergenang, tanah yang berdaraenase buruk, bahkan di

sawah yang berdraenase baik (Anon., 1985).

c. Frimbristylis

Merupakan gulma setahun, tumbuh berumpun, tinggi 20-60 cm. Batangnya,

tidak berbulu, bersegi empat dan tumbuh tegak. Daun terdapat di bagian pangkal

batang, berbentuk garis, menyebar lateral, tepi luar tipis, panjang sampai 40 cm.

Bunganya mempunyai karangan bunga bercabang banyak. Buah berwarna kuning

pucat atau hampir putih, bentuk bulat telur terbalik (Sundaru dkk, 1976).

d. Cyperus difformis

Merupakan gulma setahun termasuk golongan teki, tumbuh berumpun, tinggi

10-70 cm. Batang berbentuk segitiga, licin, agak lunak, meruncing pada ujungnya.

Daun dalam jumlah yang sedikit terdapat pada pangkal batang, umumnya lebih

diujung, anak bulir banyak dan rapat, membentuk suatu massa bulat pada ujung

cabang (Sundaru dkk, 1976).

e. Echinochloa crusgalli

Merupakan tumbuhan setahun, perakaran dangkal, tumbuh berumpun, tinggi

50-150 cm. Batang kokoh, tumbuh tegak. Daun rata, panjang 10-20 cm, lebar 0,5-

1 cm, bentuk garis meruncing ke arah ujung, warna hijau muda. Karangan bunga

terdapat diujung, mula-mula tumbuh tegak kemudian merunduk. Panjangnya 5-21

cm, terdiri dari 5-40 tandan (Sundaru dkk, 1976).

Page 17: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

17

f. Spenochlea zeylanica atau gunda padi

Gunda padi termasuk jenis teki, tumbuhan setahun, percabangan tegak dengan

tinggi 10-150 cm. Batang bulat berongga dan silindris, agak lemah, warna hijau

kekuning-kuningan. Daun tersebard engan bentuk memanjang atau lanset, tepi

daun rata, warna hijau muda, panjang 2,5-12,5 cm, lebar 0,5-5 cm,. Bunga

berbentuk bulir terletak diujung, tegak, lebar 0,75-7,5 cm (Sundaru dkk,1976).

g. Cyperus iria

Gulma ini termasuk jenis teki, tumbuhan semusim. Berakar serabut berwarna

merah kekuning-kuningan. Daun di bawah bunga lebih panjang dari pada

bunganya. Berkembang biak melalui biji. Tiap tumbuhan menghasilkan biji

sampai 5.000 butir (Anon., 1985).

h. Limnocharis flava atau enceng

Gulma ini termasuk gulma setahun, dapat dimakan, dengan tinggi 20-90 cm.

Daun berbentuk agak bulat, bagian pangkal membulat, warna hijau muda, panjang

7,5-28 cm dan lebar 5-22 cm. Tangkai karangan bunga dan tangkai daun

mempunyai rongga-rongga udara yang berdinding tipis. Daun kelopak panjang

1,75-2,5 cm, daun mahkota berwarna kuning muda dimana pangkalnya berwarna

lebih tua. Tangkai bunga panjangnya 3-7 cm (Sundaru dkk,1976).

i. Lersia hexandra atau jukut lameto

Termasuk gulma tahunan, dengan rimpang menjalar, tinggi 20-100 cm.

Batang ramping, agak lunak, bagian pangkal biasanya menjalar dan berakar, sedang

Page 18: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

18

bagian atas tumbuh tegak, berongga, licin atau agak berbulu pendek di bawah

buku-buku. Helaian daun rata, agak kasar pada kedua sisi, meruncing ke arah

ujung, panjang daun 3-28 cm, lebar 2-12 mm, warna hijau terang. Banyak terdapat

disekitar sawah dan tempat-tempat yang basah (Sundaru dkk,1976).

j. Echinichloa colonum

Termasuk tumbuhan semusim, jenis rumput. Batang seperti pipa berongga.

Pertumbuhan sedikit menyebar, tinggi kurang dari 1 m. Helaian daun relatif

sempit. Karangan bunga panjangnya 6-12 cm (Sundaru dkk,1976).

k. Leptochloa chinensis

Termasuk tumbuhan setahun, dengan tinggi 50-100 cm. Batang agak

ramping, licin, kokoh. Daun tipis, rata, berbangun garis, meruncing, panjang 10-30

cm, lebar 0,5-1,5 cm. Pelepah tidak berbulu.. Karangan bunga di ujung, tersusun

pada suatu poros, biasanya dengan panjang lebih kurang setengah dari panjang

keseluruhan batang, berwarna merah kemerahan (Sundaru dkk,1976).

l. Jussiaea linifolia

Tumbuhan setahun, tumbuh tegak, tanpa bulu-bulu atau agak berbulu-bulu

dengan tinggi 50-150 cm. Batang bersegi, sering berwarna hijau kemerah-

merahan. Daun bentuk bulat memanjang berbentuk lanset, letak berselang-seling,

meruncing ke arah ujung, panjang 1-10 cm, lebar 0,25-3,5 cm, tepi daun sering

berwarna ungu kemerah-merahan. Bunga terdapat di pangkal daun bagian atas.

Daun mahkota 4, warna kuning, bentuk bulat telur, panjang 3-5 mm. Buah berupa

Page 19: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

19

kapsul, panjang 1-2,5 cm, bentuk ramping hampir bulat, warna kemerah-merahan

(Sundaru dkk,1976).

m. Juswsiaea angustifolia

Tumbuhan setahun, tumbuh tegak, kokoh, dengan tinggi 25-150 cm. Batang

bersegi, sering dengan warna hijau keungu-unguan. Daun bervariasi dari bangun

jorong sampai lanset sempit, dengan panjang 2,5-15 cm, lebar 0,25-3,0 cm, tepi

daun rata. Bunga terdapat di ketiak, daun mahkota 4, daun kelopak 4, daun

mahkota warna kuning, bervariasi dari bulat panjang dengan diameter 9-15 mm x

8-16 mm. Tangkai bunga 0,5-7 mm. Buah besar, berupa kapsul, warna hijau

keungu-unguan, panjang 2,5-5,0 cm (Sundaru dkk,1976).

n. Rotala leptopetala

Tumbuhan setahun atau tahunan, tumbuh tegak atau kadang-kadang

menjalar dengan tinggi 10-50 cm. Batang agak lunak, bersegi, sering dengan

warna putih keungu-unguan. Daun berhadapan, bersilangan, bentuk bulat

memanjang lanset, membulat, panjang 9-30 mm, lebar 3-9 mm. Daun mahkota

bunga kecil, tepi rata, panjang 0,2-0,5 mm. Daun kelopak runcing. Buah bagian

pangkal hijau sedang ujung merah ungu, diameter 2 mm, berdinding tipis. Biji

banyak dan sangat kecil (Sundaru dkk,1976).

2.3 Persaingan Gulma dengan Tanaman Padi

Persaingan merupakan proses fisik antara dua jenis tumbuhan yang tumbuh

bersama dalam mengambil sumber daya yang diperlukan untuk pertumbuhannya

Page 20: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

20

(Zimdahl, 1980). Dua atau lebih tumbuhan yang hidup pada lingkungan yang sama

membutuhkan persyaratan tumbuh yang sama, dan jika salah satu tidak tersedia

dalam jumlah yang cukup maka timbulah persaingan (Moenandir, 1988). Sumber

daya pertumbuhan yang diperebutkan dalam persaingan tersebut antara lain unsur

hara, cahaya, air, dan ruang tumbuh (Kuntoharjo, 1980). Tjitrosoedirdjo dkk

(1988) menyatakan bahwa derajat persaingan dipengaruhi oleh jenis tanaman,

spesies gulma, densitas kedua jenis, umur tanaman dan gulma, lamanya waktu

gulma berkompetisi, status kesuburan tanah dan tersedianya air.

Persaingan antara tanaman dengan gulma mengakibatkan pertumbuhan

tanaman menjadi tertekan. Hal ini disebabkan karena gulma tumbuh lebih cepat,

menghabiskan sumber daya lebih banyak, mempunyai daya regenerasi tinggi

sehingga populasinya cepat bertambah, dan daya adaptasinya terhadap lingkungan

sangat memungkinkan gulma tumbuh baik walaupun keadaan lingkungan kurang

mendukung. Gulma juga menunjukkan efek allelopati terhadap tanaman, dimana

allelopati atau senyawa beracun yang dikeluarkannya menyebabkan keadaan

lingkungan tanaman terganggu dan hal ini kurang menguntungkan bagi tanaman,

sehingga pertumbuhan tanaman tidak normal dan tidak mampu berproduksi dengan

baik (Moenandir, 1988).

2.4 Cara Pengendalian Gulma pada Tanaman Padi

Pengendalian adalah mengurangi sebagian dari populasi gulma yang tumbuh

agar tidak merugikan baik secara ekonomis maupun ekologis terhadap tanaman

Page 21: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

21

pokok. Sedangkan tindakan memberantas (eradikasi) hanya ditujukan terhadap

gulma yang sangat merugikan dan hanya terbatas pada tempat-tempat tertentu

(Anon., 1976).

Pada umumnya dalam budidaya tanaman padi setelah pasca tumbuh

pengendalian gulmanya dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain :

1) pengendalian secara mekanik yaitu dengan menggunakan alat-alat sederhana

seperti sabit atau mencabutnya dengan tangan.; 2) pengendalian secara kultur

teknik, yaitu cara pengendalian yang ditujukan kepada perbaikan lingkungan

tempat tumbuh tanaman seperti mengatur pengairannya dengan baik; 3)

pengendalian secara biologis yaitu dengan menggunakan ternak sperti itik; 4)

pengendalian yang bersifat kimiawi yaitu dengan menggunakan herbisida seperti

DMA, Ally Plus, Logran dan lain-lainya. 5) Pengendalian secara terpadu yaitu

dengan mengkombinasikan beberapa cara yang telah disebutkan tadi dengan

harapan memperoleh hasil yang lebih baik seperti penyemprotan dengan herbisida

yang dilanjutkan dengan penyiangan dengan tangan dengan tujuan gulma yang

tidak mati akibat penggunaan herbisida tersebut dapat dihilangkan dengan

mencabutnya dengan tangan.

Page 22: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

22

2.5. Diskripsi Herbisida

a. Herbisida DMA 6 825 SL

Herbisida purna tumbuh yang sistemik dan selektif berbentuk larutan dalam

air berwarna coklat muda untuk mengendalikan gulma di pertanaan padi, karet, teh

dan tebu. Bahan aktifnya 2,4-D dimetilaminn 825 g/l setara dengan 2,4-D 686 g/l.

Dosis penggunaanya pada tanaman padi 2-4 l/ha. Waktu aplikasi 7-10 hari setelah

setelah tanam bibit. (PT.Dow Agro Science Indonesia, 2009)

b. Herbisida Ally Plus 77 WP

Herbisida pra tumbuh dan purna tumbuh dengan tiga bahan aktif yaitu metil

metsulfuron, etil klorinaron dan 2,4-D natrium dari golongan sullfonil urea. Dosis

penggunaannya 480-640 gram/ha dan waktu aplikasi 7-10 hari setelah tanam.

Penggunaannya bisa disemprotkan atau ditabur bersama pupuk (PT. Tanika

Jaya,1915)

c. Herbisida Logran 75 WG

Herbisida sistemik pra dan purna tumbuh berbentuk butiran yang dapat

didispersikan dalam air. Bahan aktifnya adalah triasulfuran 75 %. Dosis

penggunaanya penyemprotan volume tinggi 22,5 g/ha. (PT. Tanika Jaya,1915)

Page 23: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

23

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) sederhana

dengan 4 (empat) perlakuan dan diulang sebanyak lima kali. Perlakuan tersebut

adalah :

TH = Tanpa Herbisida (Kontrol) .

HD = Herbisida DMA 6 825 SL

HA = Herbisida Ally Plus 77 WP

HL = Herbisida Logran 75 WG

Untuk pengamatan jumlah gulma diambil sampel seluas 1 m2. Gambar denah

percobaan seperti Gambar 3.1, sedang gambar luasan sampel pengamatan seperti

pada Gambar 3.2.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada lahan sawah yang berlokasi di Subak Bantas

Bale Agung Kaja, Desa Gadungan, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten

Tabanan dengan ketinggian tempat 200 m di atas permukaan air laut. Penelitian

ini dilaksanakan dari bulan Agustus sampai dengan bulan September 2015.

Page 24: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

24

U

S

Gambar 3.1Denah percobaan di lapang

Keterangan :

TH = Tanpa Herbisida.HD = Herbisida DMAHA = Herbisida Ally Plus.HL = Herbisida Logran

= Tempat pengambilan sampel pengamatan

U = UtaraS = Selatan

TH TH TH TH TH

HD HD HD HD HD

HA HA HA HA HA

HL HL HL HL HL

Page 25: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

25

A B

Keterangan :

ABCD : Tempat pengambilan1m sampel seluas 1 m x 1m

1 m 20 cm C

X : Tanaman padi (20 x 15 cm)

D 1 m C

Gambar 3.2Luasan sampel pengamatan gulma

3.3 Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi Varietas

Ciherang, pupuk Urea, NPK Pelangi, insektisida Cymbus 2 EC, fungisida Anvil,

herbisida Ally, DMA dan Logran. Alat-alat yang digunakan adalah traktor, seeder,

sabit, cangkul, pisau, ajir, sprayer kanaf sack, ember, timbangan, oven, alat-alat

tulis, kertas melimeter dan penggaris.

3.4 Pelaksanaan di Lapangan

3.4.1 Penyiapan lahan

Pengolahan tanah atau pelumpurannya dilakukan dengan menggunakan

traktor. Pelaksanaannya dilakukan 10 hari sebelum sebar benih.. Setelah

X X X X X

X X X X XF

X X X X X

X X X X X

X X X X X

Page 26: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

26

pelumpuran tanah dibiarkan selama beberapa hari dan selanjutnya 3 (tiga) hari

sebelum sebar dilakukan pembersihan dari sisa-sisa tumbuhan atau gulma baik

yang sudah mati maupun yang masih hidup dan sekaligus dilakukan perataan

permukaan tanah sehingga siap sebar benih.

Penaburan benih dilakukan dengan menggunakan seeder dengan jarak tanam

antar baris 20 cm dan dalam barisan 15 cm. Benih sebelum ditabur direndam

terlebih dahulu selama 24 jam dan ditiris selama 24 jam juga.

3.4.2 Penaburan benih

Benih yang siap disebar adalah benih yang lembaganya sudah muncul pada

permukaan benih sepanjang ± 0,5 mm. Pada saat penaburan benih lahan tidak

boleh tergenang air dan keadaan ini berlangsung selama empat hari. Setelah

empat hari penaburan benih, lahan mulai digenangi air dengan catatan air tidak

melebihi tinggi tanaman, supaya tanaman yang sudah tumbuh tidak mati atau

terganggu pertumbuhannya kerena terendam air.

3.4.3 Penyulaman

Penyulaman dimaksudkan adalah untuk mengganti bibit atau benih yang mati

atau tidak tumbuh, dimakan tikus, burung, kepiting dan semut. Penyulaman

dilakukan pada umur 7-14 hari hari setelah penaburan benih. dengan mengambil

bibit atau tanaman yang sengaja disiapkan untuk penyulaman. Penyulaman yang

terlambat akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak seragam.

Page 27: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

27

3.4.4 Pengendalian gulma

Pengendalian gulma dengan herbisida Logran dilakukan 3 (tiga) hari sebelum

sebar benih dengan konsentasi sesuai anjuran yaitu 22,5 gr/ha dan disebarkan

secara merata pada permukaan air dan dibiarkan tergenang setinggi 1-3 cm, selama

3 hari (air yang masuk dan yang keluar ditutup). Penggenangan lahan tujuannya

supaya herbisida Logran 75 WG dapat bekerja secara efektif dalma memberantas

biji-biji gulma yang ada pada permukaan tanah. Sedangkan pengendalian gulma

dengan herbisida DMA dan Ally Plus dilakukan 7 hari setelah sebar benih dengan

konsentrasi sesuai dengan anjuran yaitu 3 l/ha untuk DMA dan 480 gr ha-1 untuk

Ally Plus . Lahan yang diberikan perlakuan herbisida DMA dikeringkan terlebih

dahulu sedangkan lahan yang diberikan perlakuan Ally Plus dibiarkan macak-

macak.

3.4.5 Pengendalian hama dan penyakit.

Pengendalian terhadap adanya serangan hama dan penyakit dilakukan apabila

ada gejala serangan yang dianggap telah membahayakan tanaman padi.

Pengendalian terhadap hama setelah penaburan benih atau penanaman bibit dengan

menggunakan Cymbus dengan konsentrasi 2 cc l air-1.

3.4.6 Pemupukan

Untuk memelihara tanaman supaya dapat tumbuh dengan baik perlu dilakukan

pemupukan. Pemupukan pada sistem tanam ini dilakukan sebanyak tiga kali yaitu

Page 28: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

28

pertama pada saat tanaman padi berumur 10 hari yaitu dengan urea, NPK Pelangi

dengan dosis masing-masing sebanyak 100 kg ha-1. Pemupukan yang kedua

dilakukan setelah tanaman padi berumur 30 hari setelah penaburan benih yaitu

dengan dosis 50 kg urea ha-1. Sedangkan pemupukan yang ketiga dilakukan

menjelang inisiasi malai yaitu pada umur 60 hari setelah tanam/sebar benih dengan

dosis 50 kg urea ha-1.

3.5 Pengamatan dan Pengumpulan Data

Data yang akan dikumpulkan dari pengamatan selama percobaan berlangsung

adalah :

3.5.1 Identifikasi gulma

Identifikasi gulma dilakukan sebanyak satu kali yaitu pada umur 14 hari

setelah penaburan benih. Semua gulma yang tumbuh pada areal sampel seluas 1m

x 1m diamati jenis dan jumlahnya (Soeryani, 1971).

3.5.2 Berat basah dan berat kering oven gulma m -2 (g)

Penentuan berat basah dan berat kering oven gulma dilakukan pada umur 14

hari setelah penaburan benih. Semua gulma yang tumbuh pada areal sample

seluas 1 m x 1 m, setelah diidentifikasi kemudian dicabut dan dibersihkan dari

kotoran yang melekat. Gulma tersebut kemudian ditimbang untuk mendapatkan

Page 29: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

29

berat basahnya. Untuk mendapatkan berat kering ovennya gulma yang masih

basah dioven dan ditimbang sampai beratnya konstan.

3.5 Analisis Data

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap variabel yang diamati,

dilakukan analisis statistika. Apabila perlakuan herbisida memberikan pengaruh

yang nyata atau sangat nyata maka analisis dilanjutkan dengan uji BNT taraf 5 %.

(Sudjana, 1985).

Page 30: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

30

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil statistika diperoleh bahwa perlakuan herbisida berpengaruh

nyata (P < 0,05) terhadap parameter populasi jenis gulma m-2 umur 14 hss, berat

gulma basah dan kering oven m-2 umur 14hss,. Signifikansi pengaruh herbisida

terhadap semua parameter yang diamati disajikan pada Tabel 4.1 dan satu contoh

perhitungan disajikan pada Lampiran 1.

Dari Lampiran 1 terlihat bahwa pemakaian herbisida DMA tidak berbeda

nyata dibanding dengan herbisida Ally Plus tetapi berbeda nyata terhadap semua

perlakuan lainnya (Logran dan Kontrol).

Tabel 4.1Signifikansi pengaruh perlakuan herbisida terhadap parameter yang diamati

No Parameter yang diamati Signifikansi

1.

2.

Populasi jenis gulma m -2 (batang) umur 14 hss

Berat basah dan kering oven gulma m -2 (g) umur 14 hss

**

**

Keterangan :** = berpengaruh sangat nyata (P < 0,01) hss = hari setelah sebar

* = berpengaruh nyata (P < 0,05)

Page 31: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

31

4.1.1 Populasi jenis gulma m –2 umur 14 hss (batang)

Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa pemberian herbisida

berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap populasi jenis gulma m-2 umur 14 hss.

Pengaruh jenis herbisida terhadap rata-rata populasi jenis gulma m-2 umur 14 hss

dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Pada Tabel 4.2 terlihat bahwa antara herbisida DMA dan Ally Plus populasi

jenis gulma m –2 pada umur 14 hss tidak menunjukkan perbedaan yang nyata

(P ≥ 0,05), tetapi berbeda nyata (P < 0,05) dibanding dengan herbisida Logran dan

Kontrol.

Jenis-jenis gulma yang tumbuh tersebut adalah 2 (dua) dari golongan

rumput yaitu Echinochloa crusgalli (L.) Beauv dan Echinochloa colonum (L.)

Link., 4 (empat) dari golongan teki yaitu Cyperus difformis L, Cyperus iria L.,

Cyperus halpan L, Frimbristylis littoralis Gaudich, dan 4 (empat) dari golongan

berdaun lebar antara lain Jussiaea linifolia Vahl, Jussiaea angustifolia Lmk,

Rotala leptopetala (BI.) Koehne, Monochria vaginalis (Burm.f.) .

4.1.2 Berat gulma basah dan kering oven m –2 (g)

Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa perlakuan herbisida

berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap berat gulma basah dan kering oven m –2

pada umur 14 hss.

Page 32: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

32

Tabel 4.2Populasi jenis gulma m –2 umur 14 hss akibat perlakuan jenis herbisida

Perlakuan JussiaealinifoliaVahl.

(batang)

Jussiaeaangustifolia

Lmk(batang)

FrimbristylislittoralisGaudich(batang)

Cyperusdifformis L.

(batang)

Cyperusiria L.

(batang)

TH

HD

HA

HL

171,40 a

76,60 b

74,00 b

22,80 c

164,20 a

64,40 b

61,20 b

15,20 c

57,20 a

63,20 b

59,80 b

18,00 c

150,00 a

45,00 b

42,60 b

11,40 b

145,80 a

48,00 b

43,00 b

15,20 c

BNT 5 % 29,47 44,22 23,47 19,40 19,06

Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang samamenunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada Uji BNT taraf 5 %

Tabel 4.2Tabel lanjutan

Perlakuan Cyperushalpan L.(batang)

Echinochloacrusgalli

(L.) Beauv(batang)

Rotalaleptopetala

(BI.) Koehne(batang)

Monochriavaginalis(Burm.f.)(batang)

Echinochloacolonum(L.) Link(batang)

TH

HD

HA

HL

144,40 a

45,40 b

45,00 b

14,20 c

142,00 a

38,00 b

34,00 b

14,00 c

137,20 a

32,40 b

26,60 b

14,20 c

132,60 a

33,80 b

29,20 b

14,40 c

53,80 a

27,00 b

24,60 b

5,40 c

BNT 5 % 14,13 14,77 12,13 8,60 14,50

Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang samamenunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada Uji BNT taraf 5 %

Page 33: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

33

Tabel 4.3Berat gulma basah dan kering oven m –2 umur 14 hss akibat perlakuan jenis

herbisida

Perlakuan Berat gulma basah m –2 Berat gulma kering oven m –2

14 hss 14 hss(g) (g)

TH 47,15 a 9,30 aHD 23,74 b 4,99 bHA 22,57 b 4,72 bHL 9,63 c 2,99 cBNT 5 % 8,24 1,60

Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang samamenunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada Uji BNT taraf 5 %

Pada Tabel 4.3 terlihat bahwa herbisida Logran (HL) memberikan berat

gulma basah dan kering oven m –2 pada umur 14 hss yang paling rendah yaitu

masing-masing 9,63g dan 2,99 g, berbeda nyata (P < 0,05) dibandingkan dengan

semua perlakuan lainnya .tetapi perlakuan herbisida DMA tidak berbeda nyata (P

≥ 0,05) dibanding dengan perlakuan herbisida Ally Plus yaitu masing-masing

sebanyak 23,74 dan 16,55 g utuk berat gulma basah dan 4,99 dan 4,72 g untuk

berat kering ovennya. Berat gulma basah dan kering oven yang paling tinggi di

dapat pada perlakuan tanpa herbisida (control) yaitu masing-masing 47,15 dan

9,30 g dan berbeda nyata dengan semua perlakuan lainnya.

Page 34: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

34

4.1 Pembahasan

Diantara perlakuan herbisida yang dicoba, terlihat bahwa perlakuan

herbisida Logran (HL), populasi jenis gulma m –1 pada umur 14 hss paling

sedikit diikuti perlakuan herbisida Ally Plus dan DMA dan berbeda nyata

dibandingkan dengan tanpa herbisida (control). Jenis-jenis gulma yang tumbuh

tersebut antara lain Jussiaea linifolia Vahl, Jussiaea angustifolia Lmk,

Frimbristylis littoralis Gaudich, Cyperus difformis L, Cyperus iria L., Cyperus

halpan L., Echinochloa crusgalli (L.) Beauv, Rotala leptopetala (BI.) Koehne,

Monochria vaginalis (Burm.f.) dan Echinochloa colonum (L.) Link. Rendahnya

populasi gulma yang tumbuh dan menurunnya berat gulma basah dan kering oven

pada umur 14 hss pada perlakuan herbisida Logran (HL) dan berbeda nyata

dibandingkan dengan herbisida DMA dan Ally Plus disebabkan karena herbisida

tersebut adalah herbisida pra tumbuh (preplanting) dan pemberiannya dilakukan 3

(tiga) hari sebelum sebar benih, sehingga biji-biji gulma yang ada di permukaan

tanah yang sudah siap tumbuh akan mengalami kerusakan atau keracunan atau

mati karena toksisitas dari herbisida Logran tersebut sebagai herbisida pra tumbuh

yang digunakan. Sebaliknya lebih banyaknya gulma yang tumbuh pada petak

dengan perlakuan herbisida DMA dan Ally Plus yang penyemprotannya dilakukan

7 (tujuh) hari setelah sebar benih disebabkan karena herbisida tersebut adalah

herbisida purna tumbuh dan lebih bersifat selektif terhadap jenis gulma berdaun

lebar dan jenis teki-tekian dan tidak efektif terhadap jenis gulma berdaun sempit.

Page 35: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

35

Akan tetapi pemakaian herbisida DMA dan Ally Plus cukup efektif

pengendaliannya dan sangat berbeda nyata dibanding dengan control. Rendahnya

berat gulma basah dan kering oven pada perlakuan herbisida baik pada perlakuan

herbisida DMA, Ally Plus dan Logran sudah tentunya disebabkan karena herbisida

tersebut mampu mengendalikan sebagian gulma yang tumbuh sesuai dengan

fungsinya sehingga gulma yang masih ada akibat perlakuan herbisida tersebut jauh

lebih sedikit dan berbeda nyata dibanding dengan control.

Page 36: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

36

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan

beberapa hal sebagai berikut :

1. Perlakuan herbisida berpengaruh nyata terhadap populasi jenis gulma m-2, berat

gulma basah dan kering oven m-2, dibandingkan dengan control.

2. Perlakuan herbisida Logran, Ally Plus dan DMA dapat menurunkan berat

gulma basah m-1 pada umur 14 hss masing-masing sebanyak 79,59 %, 52,14 %

dan 49,66 % dibandingkan tanpa herbisida (control) dan menurunkan berat

gulma kering ovennya masing-masing sebanyak 68,67 %, 50,51% dan 47,57 %

dibandingkan dengan tanpa herbisida (control).

3. Herbisida yang paling efektif dalam mengendalikan gulma pada sistem tanam

tabela adalah herbisida Logran yang diberikan 3 hari sebelum sebar benih.

5.2 Saran

Dari pelaksanaan dilapangan, hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan

yang telah diuraikan di atas, maka dapat disarankan sebagai berikut :

1. Pada daerah-daerah yang sistem irigasinya kurang baik dan atau tenaga kerja

sulit diperoleh, maka pengendalian gulma pada penanaman padi sistem tabela

Page 37: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

37

sebaiknya dengan menggunakan herbisida Logran yang diberikan 3 hari

sebelum sebar benih.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis-jenis herbisida pra

tumbuh yang diberikan sebelum sebar benih pada sistem tabela.

Page 38: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

38

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 1976. Pedoman Pengendalian Tumbuh-tumbuhan Pengganggu.Jakarta : Departemen Pertanian.Direktorat Jendral Perkebunan.

________. 1985. Pedoman Bercocok Tanam Padi, Palawija dan Sayuran. BadanPengendali Bimas. Jakarta.

Moenandir, J. 1988. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. Jakarta:Rajawali Pers.

Pasek, Arimbawa, W., Kartha Dinata, K., Suanda, DK., Arsa Wijaya, K. 2004.Peningkatan Pendapatan Petani Padi dengan Penanaman Padi Sawahdengan Sistem Tabelatot (Tabur Benih Langsung Tanpa Olah Tanah) diDesa Kerambitan, Kabupaten Tabanan. Denpasar : Laporan PengabdianKepada Masyarakat Universitas Udayana.

Pasek, Arimbawa, W.,Kartha Dinata, K., Suanda, DK., Arsa Wijaya, K. 2005.Perbaikan Budidaya Tanaman Padi Sawah dengan Sistem Tabelatot (TanamBenih Langsung Tanpa Olah Tanah) di Desa Penatih, Kabupaten Badung.Denpasar : Laporan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Udayana.

PT.Dow Agro Sciences Indonesia (2015). Ttps/www.google.com/search 9=herbisida ally & ie=utf-8&oe=utf8

Soemartono., Bahrin, S., Harjono, R. 1981. Bercocok Tanam Padi. Jakarta :CV.Yasaguna.

Soerjani,M.., Kostermans., Tjitrosoepomo,G. 1971. Weed of Rice in Indonesia.Jakarta : Balai Pustaka .

Sundaru, M., Mahyuddin, S., Bakar, J. 1976. Beberapa Jenis Gulma pada PadiSawah. Bogor : Lembaga Pusat Penelitian Pertanian.

Sudjana .1985. Disain dan Analisis Eksperimen. Bandung : PT. Tarsito..Supriadi, H., Kasim. 1995. Teknologi Budidaya Padi Sawah Sebar Langsung

dalam Barisan. Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan TanamanPangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Page 39: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

39

Suprihatno, B., Ananto, E., Widiarta, Sutrisno,I.N., Sutato. 1996. Seminar HasilPenelitian. Buku II. Sukamandi : Balai Penelitian Tanaman Padi. PusatPenelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian danPengembangan Pertanian.

Taslim, H., Supriadi, H. 1997. Teknologi Sistem Usaha Tani Tanam BenihLangsung Padi Sawah dalam Barisan. Bogor : Pusat Penelitian danPengembangan Tanaman Pangan Utomo, M., Nazarudin. 2003. BertanamPadi Sawah Tanpa Olah Tanah. Bogor : Penebar Swadaya.

Tanika Jaya (2015). https/tanikajya.wordspness.com/2015/12/dma.625-SL.

Tjitrosoedirdjo, S., Utomo, H., Wiroatmojo, J. 1985. Pengelolaan Gulma diPerkebunan. Jakarta : PT. Gramedia.

Zaini, Z. 1996. Sistem Usaha Tani Berbasis Padi dengan Wawasan Agrobisnis.Keragaman Musim Tanam I. Cisarua : Makalah Disampaikan padaLokakarya Manajemen Penelitian. Analisis Keragam,an PengkajianTeknologi SUTPA

Page 40: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

40

31

Lampiran 1

Jenis gulma Jussiaea linifolia Vahl. m-2 umur 14 hst/hss (batang)

No Perlakuan

Ulangan

Rata-rataI II III IV V

1 Kontrol 175 82 195 175 30 171.40

2 DMA 14 96 89 66 37 76,59

3. Ally 65 33 93 94 85 74,000

4 Logran 20 15 30 26 23 22,80

Contoh Analisis Statistiknya :

--------------------------------------------------------------------------------------------------------

SK db JK KT H.Hit F. 0.5

--------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kelmpok 4 2.365,20 591,30 1,321 3,26

Perlakuan 3 57.598.00 19.199,33 42,92 4,49

Acak 12

--------------------------------------------------------------------------------------------------------

Total 19 65.331,28

-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Page 41: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

41

Lampiran 2

Jenis gulma Jussiaea angustifolia Lmk. m-2 umur 14 hst/hss (batang)

No Perlakuan

Ulangan

Rata-rataI II III IV V

1 Kontrl 172 172 177 182 116 164,20

2

3.

DMD

Ally Plus

96

28

98

25

81

83

30

85

17

93

64,40

61,20

4 Logran 15 10 12 10 17 15,20

Lampiran 3

Jenis gulma Frimbristylis littoralis Gaudich m-2 umur 14 hst/hss (batang)

No Perlakuan

Ulangan

Rata-rataI II III IV V

1 Kontrol 141 161 184 172 128 157,20

2

3.

DMA

Ally Plus

71

25

82

55

75

74

58

80

30

65

63,20

59,60

4 Logran 14 15 18 19 14 18,00

Lampiran 4

Jenis gulma Cyperus difformis L. m-2 umur 14 hst/hss (batang)

No Perlakuan

Ulangan Rata-rata

I II III IV V

1 Kntrol 152 163 165 155 115 150,00

2

3

DMA

Ally Plus

55

33

53

25

58

55

27

50

17

50

45,99

42,60

4 Logran 14 10 11 8 4 11,40

Page 42: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

42

Lampiran 5

Jenis gulma Cyperus iria L. m-2 umur 14 hst/hss (batang)

No Perlakuan

Ulangan

Rata-rataI II III IV V

1 Kntrol 144 154 157 159 115 145,80

2

3

DMA

Ally Plus

45

20

58

48

57

56

56

55

24

44

48,00

43,00

4 Logrant 14 15 13 11 23 15,20

Lampiran 6

Jenis gulma Cyperus halpan L. m-2 umur 14 hst/hss (batang

No Perlakuan

Ulangan

Rata-rataI II III IV V

1 Kontrol 133 158 163 150 118 144,40

2

3

DMA

Ally Plus

32

20

57

54

68

65

53

56

19

30

45,70

45,00

4 Logran 14 10 20 12 15 14,20

Lampiran 7

Jenis gulma Echinochloa crusgalli (L.) Beauv m-2 umur 14 hst/hss (batang)

No Perlakuan

Ulangan

Rata-rataI II III IV V

1 Kontrol 132 156 151 159 112 142

2

3

DMA

Ally Plus

34

20

30

40

56

54

44

27

26

30

38

34

4 Logran 15 12 19 14 13 14

Page 43: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

43

Lampiran 8

Jenis gulma Rotalia leptopetata (BI.) Koehne m-2 umur 14 hst/hss (batang)

No Perlakuan

Ulangan

Rata-rataI II III IV V

1 Kontrol 131 140 146 151 118 137,20

2

3

DMA

Ally Plus

29

12

29

40

47

35

42

20

15

26

32,40

26,40

4 Logran 13 14 15 15 14 14,20

Lampiran 9

Jenis gulma Monochoria vaginalis (Burm.f.) Presl m-2 umur 14 hst/hss (batang)

No Perlakuan

Ulangan

Rata-rataI II III IV V

1 Kntrl 116 127 143 149 128 132,60

2

3

DMA

Ally Plus

32

30

34

27

40

35

34

29

29

25

33,80

29,20

4 Logran 15 14 17 14 12 14,40

Lampiran 10

Jenis gulma Echinochloa colonum (L.) Link m-2 umur 14 hst/hss (batang)

No Perlakuan

Ulangan

Rata-rataI II III IV V

1 Kontrol 41 58 46 86 38 53,72

2

3

DMA

Ally Plus

14

33

31

38

18

15

37

35

37

85

27,00

74,00

4 Logran 14 5 8 7 23 22,80

Page 44: DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …

44

Lampiran 11

Berat basah gulma m-2 umur 14 hst/hss (g)

No Perlakuan

Ulangan

Rata-rataI II III IV V

1 Kontol 45,80 69,60 44,70 43,56 32,09 47,15

2

3

DMA

Ally Plus

23,50

25,56

34,34

25,50

23,38

22,48

23,54

20,52

12,87

18,77

23,74

22,57

3 Logran 9,43 10,32 12,22 8,49 7,66 9,63

Lampiran 12

Berat kering oven gulma m-2 umur14 hst/hss (g)

No Perlakuan

Ulangan

Rata-rataI II III IV V

1 Kontrol 9,34 12,75 9,43 8,69 7,44 9,53

2

3

DMA

Ally Plus

5,03

5,05

6,75

5,34

4,99

4,99

4,77

4,22

3,44

3,98

4,99

4,72

3 Logran 2,31 2,55 6,01 2,02 2,04 2,99