Upload
others
View
35
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
TUGAS AKHIR – TM 145502
ANALISA PERBANDINGAN PERFORMA TURBIN UAP
SEBELUM DAN SETELAH OVERHAUL PADA BEBAN 175
MW DI PLTU UNIT 4 PT. PJB UP GRESIK
MILAHUSSHOLIHAH
NRP 10211500000070
Dosen Pembimbing
Dr. Ir Heru Mirmanto, MT
NIP 19620216 199512 1 001
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN INDUSTRI
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2018
ii
TUGAS AKHIR – TM 145502
ANALISA PERBANDINGAN PERFORMA TURBIN UAP
SEBELUM DAN SETELAH OVERHAUL PADA BEBAN
175 MW DI PLTU UNIT 4 PT PJB UP GRESIK
MILAHUSSHOLIHAH
NRP 10211500000070
Dosen Pembimbing
Dr. Ir Heru Mirmanto, MT
NIP 19620216 199512 1 001
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN INDUSTRI
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2018
iii
FINAL PROJECT – TM 145502
COMPARATIVE ANALYSIS OF STEAM TURBINE
PERFORMANCE BEFORE AND AFTER OVERHAUL WITH
175 MW LOAD IN PLTU UNIT 4 PT PJB UP GRESIK
MILAHUSSHOLIHAH
NRP 10211500000070
COUNSELOR LECTURER
Dr. Ir Heru Mirmanto, MT
NIP 19620216 199512 1 001
Diplome III Program
Industrial Mechanical Engineering Departement
Faculty Of Vocation
Sepuluh Nopember Institute Of Technology
Surabaya 2018
iv
(halaman ini sengaja dikosongkan)
v
(halaman ini sengaja dikosongkan)
vi
ANALISA PERBANDINGAN PERFORMA TURBIN UAP
SEBELUM DAN SETELAH OVERHAUL PADA BEBAN 175
MW DI PLTU UNIT 4 PT. PJB UP GRESIK
Nama Mahasiswa : Milahussholihah
NRP : 10211500000070
Jurusan : Departemen Teknik Mesin Industri
Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Heru Mirmanto, MT
Abstrak
Turbin uap merupakan salah satu komponen penting pada
pembangkit listrik tenaga uap. Jika turbin uap dioperasikan terus
menerus, maka bukan tidak mungkin akan menyebabkan
penurunan performanya. Oleh karena itu, diperlukan perawatan
untuk meningkatkan atau menstabilkan performa dari turbin uap
agar dapat berkerja secara optimal.
Perawatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
performa turbin uap yaitu dengan Overhaul yang biasanya
dilakukan setahun sekali. Untuk mengetahui pengaruh dari
overhaul, perlu dilakukannya analisa perbandingan performa
sebelum dan setelah dilakukannya overhaul.
Pada Tugas Akhir ini akan dilakukan perhitungan efisiensi
siklus sebelum dan setelah Overhaul di PLTU Unit 4 PT. PJB UP
Gresik. Dari hasil perhitungan diperoleh peningkatan efisiensi
siklus sebesar 1,5%.
Kata kunci : Turbin uap, Overhaul, Efisiensi.
vii
(halaman ini sengaja dikosongkan)
viii
COMPARATIVE ANALYSIS OF STEAM TURBINE
PERFORMANCE BEFORE AND AFTER OVERHAUL
WITH 175 MW LOAD IN PLTU UNIT 4 PT. PJB UP
GRESIK
Nama Mahasiswa : Milahussholihah
NRP : 10211500000070
Jurusan : Departemen Teknik Mesin Industri
Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Heru Mirmanto, MT
Abstract
Steam Turbine is one of the excisting component steam
power plant. If steam turbine is operated continuously will slowly
decrease the performance. Therefore, needed maintenance to
increase or stabilize the performance of steam turbine in order to
work optimally.
Maintenance which can be done to increasing the
performance of steam turbine is overhaul in usually do once of a
year. To know effect of the overhaul, needed to do performance
comparative analysis between before and after done overhaul.
In this finally project, the efficiency of the steam turbine
system before and after done of overhaul in PLTU Unit 4 PT.PJB
UP Gresik will be calculated. From the calculation result is
increasing at cycle efficiency of 1,5%.
Keyword : Steam turbine, Overhaul, Eficiency,
ix
(halaman ini sengaja dikosongkan)
x
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas
karunia, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “ANALISA
PERFORMA TURBIN UAP DENGAN BEBAN MAKSIMUM
SEBELUM DAN SETELAH OVERHAUL DI PLTU UNIT 4 PT.
PJB UP GRESIK”.
Tersusunnya Tugas Akhir ini tidak terlepas dari dukungan,
bantuan dan kerja sama yang baik dari berbagai pihak secara
langsung maupun tidak langsung yang terlibat didalam Tugas
Akhir ini.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah
dalam pengerjaan tugas akhir ini.
2. Alm. ABD Rahman Habib dan Nur Ziaroh sebagai orang
tua saya yang telah memberikan kasih sayang, motivasi,
dukungan moril dan materil, serta doa selama
perkuliahan ini dan keluarga yang tidak pernah bosan
untuk mendukung selama ini.
3. Dr. Ir. Heru Mirmanto, MT selaku dosen pembimbing
tugas akhir dan Kepala Departemen Teknik Mesin
Industri FV-ITS.
4. Ir. Suharianto, MT selaku koordinator tugas akhir
Departemen Teknik Mesin Industri FV-ITS.
5. Dr. Ir. Bambang Sampurno, MT. selaku dosen wali yang
telah membimbing selama perkuliahan.
6. Bapak/Ibu dosen dan Karyawan Departemen Teknik
Mesin Industri FV-ITS yang telah membimbing dan
membantu selama perkuliahan.
7. Bapak Hilman Aziz Tamimi selaku pembimbing di PT.
PJB UP Gresik dalam observasi lapangan untuk Tugas
Akhir ini.
xi
8. Fiya Fitrotul Mufaiddah selaku partner tugas akhir ini
dan senantiasa memberikan dukungan dan masukan yang
sangat berarti.
9. Nindya Sari, Alfi Rahmawati, Friska Putri, Nadia Selva,
Prawesti Ambar dan Addina Wahyu S yang selalu
menemani keseharian saya, memberikan motivasi,
masukan dan semangat selama perkuliahan dan
pengerjaan tugas akhir ini.
10. Arina NS selaku teman dan saudara yang tidak pernah
lupa mengingatkan saya untuk menjaga kesehatan dan
menemani keseharian saya selama perkuliahan dan
pengerjaan tugas akhir ini.
11. Seluruh teman-teman angkatan 2015 yang tidak bisa
disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan, kritik,
saran dan motivasi selama ini.
12. Serta berbagai pihak yang belum tertulis tetapi sangat
berarti dalam penulisan tugas akhir ini.
Semoga segala keikhlasan dan bantuan yang telah
diberikan mendapatkan balasan yang terbaik dari Allah yang Maha
Esa.
Tugas Akhir ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
penulis berharap Tugas Akhir ini dapat dikembangkan dan
disempurnakan lebih lanjut.
Surabaya, Juli 2018
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .......................................... iv
ABSTRAK ................................................................... v
ABSTRACT ................................................................. vii
KATA PENGANTAR .................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ................................................... xv
DAFTAR TABEL ...................................................... xvi
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................ 1
1.1. Latar Belakang ..................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................ 2
1.3. Tujuan .................................................................. 2
1.4. Batasan Masalah ................................................... 2
1.5. Manfaat Penelitian ............................................... 3
1.6. Sistematika Penulisan............................................ 3
BAB II
DASAR TEORI ............................................................. 5
2.1. Pendahuluan .............................................................. 5
2.2. Komponen Utama Pembangkit Listrik Tenaga Uap .. 6
2.2.1. Boiler .................................................................. 6
2.2.2. Turbin ................................................................ 8
2.2.3. Generator ............................................................ 9
2.2.4. Kondensor .......................................................... 11
2.2.5. Boiler Feed Pump .............................................. 12
2.3. Komponen Penunjang Pembangkit Listrik Tenaga
Uap ............................................................................ 13
2.3.1. Desalination Plant ............................................. 13
2.3.2. Demineralized Plant ........................................... 13
2.3.3. Chlorination Plant .............................................. 13
xiii
2.3.4. Sea Water Feed Pump ........................................ 14
2.3.5. Raw Water Tank ................................................. 14
2.3.6. Make Up Water Tank ......................................... 14
2.3.7. Low Pressure Heater .......................................... 14
2.3.8. High Pressure Heater ......................................... 15
2.3.9. Deaerator ........................................................... 15
2.3.10. Condensate Pump ............................................... 16
2.3.11. Forced Draft fan ................................................. 16
2.3.12. Gas Injection Fan ............................................... 17
2.3.13. Circulating Water Pump .................................... 17
2.3.14. Cooling Water Pump .......................................... 17
2.3.15. Vaccum Pump ..................................................... 17
2.3.16. Vaccum Tank ...................................................... 17
2.3.17. Make Up Water Transfer Pump ......................... 18
2.3.18. Water Treatment Supply Pump ........................... 18
2.3.19. Water Intake ....................................................... 18
2.3.20. Residual Oil Storage Tank ................................. 18
2.3.21. Residual oil Service Tank ................................... 18
2.3.22. Residual Oil Transfer Pump ............................... 18
2.3.23. Residual Oil Pump ............................................. 18
2.3.24. High Speed Diesel Oil Pump .............................. 18
2.3.25. Main Transformator ........................................... 19
2.4. Turbin Uap ................................................................ 19
2.4.1. Pengertian Umum Turbin Uap ........................... 19
2.4.2. Prinsip Kerja Turbin Uap ................................... 20
2.4.3. Konstruksi Turbin Uap ....................................... 21
2.4.3.1 Komponen Utama ....................................... 21
2.4.3.2 Sistem Perlengkapan Turbin Uap ............... 25
2.4.3.3 Lubrication System Steam Turbine ............. 29
2.4.3.4 Troubleshooting dan Penanganan ............... 33
2.4.3.5 Peralatan Pengaman Turbin ....................... 35
2.5. Tinjauan Termodinamika ........................................... 36
2.6. Siklus Rankine ........................................................... 40
2.6.1. Siklus Rankine Ideal ........................................... 40
2.6.2. Siklus Rankine Aktual ........................................ 42
xiv
2.7. Evaluasi Kerja dan Energi Kalor Pada Siklus
Aktual ......................................................................... 44
BAB III
METODOLOGI ............................................................ 49
3.1 Spesifikasi Komponen PLTU Unit 4 PT PJB UP
Gresik ......................................................................... 49
3.1.1 Steam Turbine .................................................... 49
3.1.2 Generator System ............................................... 49
3.1.3 Condenser ........................................................... 49
3.1.4 Boiler Feed Pump ............................................... 50
3.1.5 Condensate Extraction Pump ............................. 50
3.1.6 Deaerator ........................................................... 50
3.2 Heat and Mass Balance PLTU Unit 4 PT. PJB UP
Gresik ......................................................................... 52
3.3 Metodologi Pengerjaan Tugas Akhir ......................... 53
3.4 Penjelasan Diagram Alir Pengerjaan Tugas Akhir .... 54
3.4.1 Studi Literatur .................................................... 54
3.4.2 Observasi Lapangan ........................................... 55
3.4.3 Perumusan Masalah ............................................ 55
3.4.4 Pengumpulan Data ............................................. 55
3.4.5 Konversi dan Perhitungan Properties ................. 56
3.4.6 Perhitungan Performa Turbin Uap ..................... 56
3.4.7 Penyusunan Buku Laporan ................................. 56
BAB IV
PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN .................... 57
4.1. Data yang digunakan ............................................... 57
4.2. Heat and Mass Balance PLTU Unit 4 PT PJB UP
Gresik ..................................................................... 59
4.3. T-S Diagram PLTU Unit 4 PT PJB UP Gresik ....... 59
4.4. Perhitungan Sebelum Overhaul ............................... 59
4.4.1. Perhitungan Properties pada tiap state ................ 59
4.4.2. Perhitungan mass flow rate ................................ 61
xv
4.4.3. Perhitungan daya turbin...................................... 65
4.4.4. Perhitungan kerja pompa .................................... 66
4.4.5. Perhitungan kalor boiler ..................................... 66
4.4.6. Perhitungan efisiensi siklus ................................ 67
4.4.7. Perhitungan Thermal Heat Rate ......................... 67
4.4.8. Perhitungan Theoritical Steam Rate ................... 67
4.4.9. Perhitungan Actual Steam Rate .......................... 67
4.4.10. Perhitungan Back Work Ratio ............................ 68
4.4.11. Perhitungan Gross Heat Rate ............................. 68
4.5. Perhitungan Setelah Overhaul ................................. 68
4.5.1. Perhitungan Properties pada tiap state ................ 68
4.5.2. Perhitungan mass flow rate ................................ 70
4.5.3. Perhitungan daya turbin...................................... 74
4.5.4. Perhitungan kerja pompa .................................... 75
4.5.5. Perhitungan kalor boiler ..................................... 76
4.5.6. Perhitungan efisiensi siklus ................................ 76
4.5.7. Perhitungan Thermal Heat Rate ......................... 76
4.5.8. Perhitungan Theoritical Steam Rate ................... 76
4.5.9. Perhitungan Actual Steam Rate .......................... 77
4.5.10. Perhitungan Back Work Ratio ............................ 77
4.5.11. Perhitungan Gross Heat Rate ............................. 77
4.6. Tabel dan Grafik Unjuk Kerja ................................. 78
4.7. Dokumentasi dan Prosedur Overhaul ..................... 83
BAB V
PENUTUP ..................................................................... 97
5.1. Kesimpulan ................................................................ 97
5.2. Saran .......................................................................... 98
DAFTAR PUSTAKA .................................................. 99
LAMPIRAN ................................................................. 101
BIODATA PENULIS
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Blok diagram Siklus ideal PLTU ................... 5
Gambar 2.2 Bagian-bagian Boiler ..................................... 7
Gambar 2.3 Turbin Uap ..................................................... 9
Gambar 2.4 Generator ........................................................ 11
Gambar 2.5 Condenser ....................................................... 12
Gambar 2.6 Boiler feed Pump ............................................ 13
Gambar 2.7 Low Pressure Heater ...................................... 15
Gambar 2.8 Deaerator ......................................................... 16
Gambar 2.9 Gland Steam Condenser ................................. 27
Gambar 2.10 Condensate Extraction Pump........................ 29
Gambar 2.11 Blok Diagram alur Pelumasan Turbin Uap ... 30
Gambar 2.12 Skema persamaan energi untuk
control volume ..................................................................... 38
Gambar 2.13 Blok Diagram Siklus Rankine Ideal .............. 40
Gambar 2.14 TS Diagram Siklus Rankine Ideal ................. 41
Gambar 2.15 Blok Diagram Siklus Rankine Aktual ........... 44
Gambar 2.16 TS Diagram Siklus Rankine Aktual .............. 45
Gambar 3.1 Heat and Mass Balance PLTU ........................ 52
Gambar 3.2 Diagram Alir Tugas Akhir .............................. 54
Gambar 4.1 TS Diagram PLTU Unit 4 PJB UP Gresik ...... 59
Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Daya Turbin ................. 78
Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Kerja Pompa ................ 79
Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Kalor Boiler ................. 79 Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Efisiensi Siklus ............ 80
Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Thermal Heat Rate ....... 80 Gambar 4.7 Grafik Perbandingan Teoritical Steam Rate .. 81
Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Actual Steam Rate ....... 81 Gambar 4.9 Grafik Perbandingan Back Work Ratio ......... 82 Gambar 4.10 Grafik Perbandingan Gross Heat Rate ......... 82
Gambar 4.11 Nozzle yang kotor di HP&LP Turbin .......... 83
Gambar 4.12 MSV kotor & Disc By Pass Crack ............... 83
Gambar 4.13 CV kotor & Spring Lifetime ........................ 84
Gambar 4.14 Cam Angle kotor & Bearing Aus ................. 84
xvii
Gambar 4.15 Breakable lifetime ........................................ 84
Gambar 4.16 Gland Seal Crack ......................................... 85
Gambar 4.17 Motor Drain Valve ....................................... 85
Gambar 4.18 Line Nozzle Spray bocor .............................. 85
Gambar 4.19 CWP ............................................................. 86
Gambar 4.20 LPH kotor ..................................................... 86
Gambar 4.21 GSC kotor .................................................... 87
Gambar 4.22 MOP ............................................................. 87
Gambar 4.23 Cooling Water Pump .................................... 88
Gambar 4.24 Pembersihan Nozzle HP&LP Turbin ........... 88
Gambar 4.25 Pembersihan MSV & Penggantian By Pass .. 89
Gambar 4.26 Pembersihan CV & Penggantian Spring ....... 89
Gambar 4.27 Pembersihan Cam Angle & Penggantian
Bearing ................................................................................. 89
Gambar 4.28 Penggantian Breakable Baru ........................ 90
Gambar 4.29 Repair Gland Seal ........................................ 90
Gambar 4.30 Penggantian Valve 3ea .................................. 90
Gambar 4.31 Repair Welding ............................................. 91
Gambar 4.32 Pembersihan CWP ........................................ 91
Gambar 4.33 Pembersihan LPH ......................................... 92
Gambar 4.34 Pembersihan GSC ......................................... 92
Gambar 4.35 Penggantian minyak, catridge dan
bag filter ............................................................................... 93
gambar 4.36 Pembersihan, Penggantian Bearing dan
Wearing Ring ....................................................................... 93
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data Operasi Sebelum Overhaul ......................... 57
Tabel 4.2 Data Operasi Setelah Overhaul ........................... 58
Tabel 4.3 Hasil perhitungan Properties tiap state sebelum
Overhaul .............................................................................. 60
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Properties tiap State setelah
Overhaul .............................................................................. 69
Tabel 4.5 Perbandingan Hasil Unjuk Kerja Turbin Uap ..... 78
xix
(halaman ini sengaja dikosongkan)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangkit listrik khususnya pembangkit listrik tenaga uap
merupakan aspek penting dalam pemasok listrik untuk kebutuhan
masyarakat di Indonesia. Produsen listrik terbesar di Indonesia
adalah PT PLN (Persero) yang memiliki anak perusahaan PT PJB
UP Gresik. PT PJB UP Gresik dalam menjalankan perannya
sebagai perusahaan penghasil listrik memiliki 3 blok PLTGU (
Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap), 4 blok PLTU
(Pembangkit Listrik Tenaga Uap) dan 2 PLTG (Pembangkit Listrik
Tenaga Gas).
Seiring dengan bertambah pesatnya konsumsi listrik di
masyarakat maka PT PJB UP Gresik dituntut untuk menjaga
performansi unit-unit pembangkitannya. Untuk menghasilkan
listrik dengan kebutuhan daya yang tinggi dan efisien, maka
dibutuhkan evaluasi agar proses pembangkitan yang berlangsung
tidak mengalami kerugian yang besar dari sumber daya yang
digunakan. Oleh karena itu, perawatan dilakukan dengan inspeksi
harian, perawatan berkala dan dilakukannya Overhaul.
Penggabungan antara PLTU dan PLTG menjadi PLTGU
mempunyai tujuan untuk mengoptimalkan kerja pembangkit
sehingga dapat menghasilkan daya listrik yang lebih besar. Bahan
bakar yang digunakan di PT PJB UP Gresik adalah CNG
(Compressed Natural Gas). CNG digunakan karena dianggap lebih
bersih jika dibandingkan dengan bahan bakar minyak karena
memiliki emisi gas buang yang lebih ramah lingkungan. Langkah
ini dilakukan untuk mendukung upaya penghematan energi.
Dalam upaya penghematan energi, di PLTU (Pembangkit
Listrik Tenaga Uap) dapat dilakukan dengan mengetahui terlebih
dahulu unjuk kerja dari unit tersebut. Kemudian dengan
menggunakan Siklus Rankine dapat diketahui parameter untuk
menentukan unjuk kerja suatu pembangkit dari beberapa aspek
2
seperti efisiensi thermal siklus dan heat rate. Dari beberapa aspek
yang diperoleh kemudian akan dibandingkan dengan kondisi
aktual yang sedang terjadi.
Oleh karena itu, melalui tugas akhir ini akan dilakukan
perbandingan unjuk kerja Turbin Uap yang ada di PLTU PT PJB
UP Gresik unit 4 dengan beban 175 MW. Untuk mengetahui
performa turbin uap akan dilakukan perhitungan ekstraksi turbin
menuju masing-masing heater yang ada. Sehingga akan diperoleh
performa unit dan berapa efisiensi yang dihasilkan sebelum dan
setelah dilakukannya overhaul.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah yang terdapat pada tugas akhir ini yaitu
bagaimana performa turbin uap sebelum dan sesudah overhaul
pada PLTU PT. PJB UP Gresik. Meliputi ekstraksi turbin uap, daya
turbin, kerja pompa, kalor boiler, efisiensi siklus, back work ratio,
teoritical steam rate, actual steam rate dan gross heat rate.
1.3. Maksud dan Tujuan
Pada tugas akhir ini, penulis membahas tentang bagaimana
performa turbin uap sebelum dan sesudah overhaul pada PLTU PT.
PJB UP Gresik.
1.4. Batasan Masalah
Untuk mengetahui performa turbin uap pada PLTU PT. PJB
Gresik sebelum dan sesudah dilakukan overhaul.
Agar permasalahan yang dibahas tidak terlalu meluas, maka
diberikan batasan-batasan sebagai berikut:
1. Data yang didapat dari hasil rekapitulasi operasi yang
direkap oleh Rendal Op PLTU PT PJB UP Gresik pada
tanggal 24 Oktober 2017 sebelum overhaul sedangkan
tanggal 19 Desember 2017 setelah overhaul dan Heat and
Mass Balance PLTU Unit 4.
2. Data unjuk kerja beberapa komponen unit didapat dari data
performance test PLTU Unit
3. Perhitungan unjuk kerja atau efisiensi
3
4. Data-data lain yang diperlukan dalam analisis dan
perhitungan diambil sesuai dengan literatur yang relevan.
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan Tugas
Akhir itu sendiri adalah:
1. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai
Pembangkit Listrik Tenaga Uap khususnya dalam bidang
turbin uap dan pembangkitan.
2. Sebagai bahan masukan bagi para pembaca khususnya
mahasiswa Departemen Teknik Mesin Industri Konversi
Energi yang membahas masalah dan topik yang sama.
3. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai referensi bagian operasi PLTU Unit 4 PT. PJB UP
Gresik dalam memberikan kebijakan maintenance dan
operasi sehingga didapat unjuk kerja operasi unit yang baik.
1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Tugas Akhir ini terbagi menjadi
beberapa bab yaitu sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelasakan latar belakang, rumusan masalah,
maksud dan tujuan, batasan masalah, manfaat penelitian
serta sistematika penulisan.
BAB II DASAR TEORI
Bab ini berisi tentang teori-teori dari berbagai referensi yang
kemudian digunakan sebagai dasar untuk melakukan
perhitungan dan analisa perhitungan yang digunakan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini terdiri dari tahapan yan digunakan dalam
melaksanakan penelitian dan penyusunan tugas akhir.
4
BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini terdiri dari tahapan perhitungan performa turbin uap
pada PLTU sebelum dan sesudah overhaul.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil perhitungan,
perbandingan dan pembahasan yeng telah dilakukan dan
saran untuk operasi dan maintenance unit serta penelitian
selanjutnya.
LAMPIRAN
5
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Pendahuluan
Pembangkit listrik tenaga uap pada dasarnya menggunakan
bahan bakar fosil seperti batu bara, natural gas, minyak. Selain itu
juga dapat menggunakan bahan bakar nuklir seperti uranium dan
thorium yang kemudian dikonversikan menjadi energi gerak untuk
memutar generator dan menghasilkan listrik.
Pembangkit listrik tenaga uap sederhana dalam sebuah
siklus memiliki empat (4) komponen utama yaitu: Boiler, Turbin,
Pompa dan Kondenser. Keempat komponen utama tersebut
memiliki peranan masing-masing dalam suatu proses
pembangkitan. Seperti Boiler berfungsi untuk memanaskan air
hingga berubah menjadi uap, turbin berfungsi untuk
mengkonversikan energi mekanik menjadi energi gerak atau
kinetik, pompa berfungsi untuk menaikkan tekanan air yang
digunakan pada sistem pembangkitan dan kondenser berfungsi
untuk mengkondensasikan uap keluaran turbin menjadi air.
Gambar blok diagram siklus ideal PLTU dapat dilihat pada gambar
sebagai berikut:
Gambar 2.1 Blok diagram Siklus ideal PLTU
(Sontag.2013 )
6
Sedangkan pada pembangkit listrik tenaga uap sebenarnya
tidak hanya menggunakan empat komponen diatas melainkan
ditambah dengan beberapa komponen pendukung lain seperti
heater, yang bertujuan untuk menambah efisiensi pembangkit
sehingga dapat menghermat penggunaan bahan bakar tetapi
menghasilkan daya listrik keluaran yang besar.
2.2. Komponen Utama Pembangkit Listrik Tenaga Uap
2.2.1. Boiler
Boiler atau ketel uap merupakan suatu perangkat
mesin yang berfungsi untuk mengubah air menjadi uap. Boiler
terdiri dari pipa-pipa dimana pipa-pipa tersebut berisi air laut
yang telah dimurnikan terlebih dahulu. Pada bagian dasar
terdapat furnace yang berfungsi untuk melakukan pembakaran
untuk menghasilkan panas. Panas ini akan digunakan untuk
menguapkan air yang berada di pipa-pipa tersebut dan uap yang
dihasilkan dari pemanasan akan digunakan untuk
menggerakkan turbin. Uap yang dihasilkan oleh boiler adalah
uap panas lanjut atau superheated steam dengan tekanan dan
temperatur yang tinggi. Boiler pada unit 3&4 PLTU UP Gresik
berkapasitas 643.000 kg/jam pada beban minimal, kondisi uap
keluaran superheater 169 kg/cm2 dengan temperatur berkisar
pada level 5380C. Dalam pengoperasiannya, boiler ditunjang
oleh beberapa peralatan seperti ruang bakar, dinding pipa,
burner dan cerobong. Gambar bagian-bagian boiler dapat
dilihat pada gambar sebagai berikut:
Komponen yang terdapat didalam boiler antara lain:
Economizer 1, berfungsi untuk memanaskan air
yang berasal dari High Pressure Heater 8
Economizer 2, berfungsi untuk memanaskan air
yang berasal dari economizer 1
Primer Superheater, berfungsi untuk memanaskan
uap air yang berasal dari drunk
Secondary Superheater, berfungsi untuk
memanaskan uap yang berasal dari Primer
7
Superheater sehingga menghasilkan uap panas
kering.
Final Superheater, berfungsi untuk memanaskan
uap kering dari secondary superheater sehingga
menghasilkan uap panas lanjut dan benar-benar
kering
Reheater, berfungsi untuk memanaskan kembali
uap kering bertekanan tinggi yang telah digunakan
untuk menggerakkan turbin. Pada pemanasan
ulang, temperatur akhir dari reheater sekitar
5380C.
Gambar 2.2 Bagian-bagian Boiler [5]
8
2.2.2. Turbin
Turbin berfungsi untuk mengubah energi panas yang
terkandung dalam uap menjadi energi mekanik dalam bentuk
putaran. Uap dengan tekanan dan temperatur yang tinggi
mengalir melalui nozzle sehingga kecepatannya naik dan
mengarah dengan tepat untuk mendorong sudu-sudu turbin
turbin yang dipasang pada poros. Akibatnya poros turbin
bergerak menghasilkan putaran. Uap yang masuk kedalam
turbin atau uap yang digunakan untuk memutar sudu turbin
tergantung dari besar daya yang akan dihasilkan. Jika
diinginkan daya yang dihasilkan besar maka akan dibutuhkan
suplai uap dalam jumlah banyak, begitu juga sebaliknya.
Pengaturan suplai uap ini dilakukan oleh control valve yang
diatur melalui central control room (CCR). Dalam hal ini besar
daya maksimum yang mampu disuplai oleh PLTU UP Gresik
Unit 3&4 sebesar 2x200 MW.
Pada kondisi aktual turbin yang digunakan ada 3
macam:
Turbin tekanan rendah ( Low Pressure Turbine)
Turbin tekanan sedang ( Intermediate Pressure
Turbine)
Turbin tekanan tinggi ( High Pressure Turbine)
Turbin sebagai komponen penting pada PLTU juga
dilengkapi dengan peralatan proteksi yang berfungsi untuk
mengamankan turbin dari kemungkinan terjadinya kerusakan
fatal. Peralatan proteksi turbin akan bekerja bila salah satu
sirkuit pengaman energize. Prinsip kerja sistem pengaman
turbin adalah menutup (trip) main stop valve (MSV) turbin yang
merupakan katup isolasi uap masuk. Gambar turbin uap dapat
dilihat seperti gambar berikut, sedangkan sistem proteksi turbin
akan trip jika salah satu dari hal-hal berikut terjadi:
9
Overspeed
Tekanan pelumas bantalan rendah
Keausan bantalan aksial tinggi
Vakum kondensor rendah
Tombol trip ditekan Emergency condition
Gambar 2.3 Turbin Uap [6]
2.2.3. Generator
Generator merupakan salah satu komponen utama
yang mengubah energi kinetik menjadi energi listrik. Generator
yang dikopel langsung dengan turbin akan menghasilkan
tegangan listrik ketika turbin berputar. Daya yang dihasilkan
generator pada PLTU unit 3&4 rata-rata sebesar 200MW.
Proses konvesi energi didalam generator adalah dengan
memutar medan magnet didalam kumparan. Rotor generator
sebagai medan magnet menginduksi kumparan yang dipasang
10
pada stator sehingga menimbulkan teganggan diantara kedua
ujung kumparan generator. Untuk membuat rotor agar menjadi
medan magnet, maka dialirkan arus DC pada kumparan rotor.
Sistem pemberian arus DC kepada rotor agara menjadi magnet
ini disebut eksitasi.
Eksitasi adalah sistem mengalirkan pasokan listrik
DC untuk penguat medan rotor alternator. Dengan mengalirnya
arus DC ke kumparan rotor, maka rotor menjadi magnet dengan
jumlah kutub sesuai dengan jumlah kumparannya. Alat yang
digunakan untuk membangkitkan arus eksitasi disebut eksiter.
Untuk mengalirkan arus listrik ke rotor dapat dilakukan dengan
slipring dan sikat arang (brush) atau membuat eksiter dengan
kumparan berputar. Pada PLTU Unit 3&4 ini menggunakan
brush yang terbuat dari karbon.
Sistem pendinginan generator diperlukan untuk
menyerap panas yang timbul didalam generator sehingga
mencegah terjadinya panas lebih yang dapat merusak isolasi.
Panas didalam generator merupakan kerugian yang akan
menurunkan efisiensi generator. Untuk mendinginkan
generator dapat dilakukan dengan berbagai macam media
pendingin. Media pendingin generator yang digunakan pada
PLTU Unit 3&4 adalah hidrogen. Gambar generator dapat
dilihat seperti gambar berikut, sedangkan keuntungan
penggunaan hidrogen antara lain:
Kerapatan rendah (1/4 udara)
Daya hantar panas tinggi (7kali udara)
Koefisien perpindahan panasnya tinggi
Tidak menimbulkan korosi asam
Resiko kebakaran rendah
Biaya pemeliharaan generator rendah
11
Gambar 2.4 Generator [6]
2.2.4. Kondensor
Kondensor merupakan alat yang digunakan untuk
mengubah uap menjadi air. Proses perubahannya dilakukan
dengan cara mengalirkan uap kedalam suatu ruangan yang
berisi pipa-pipa. Uap mengalir diluar pipa-pipa sedangkan air
sebagai pendingin mengalir melalui bagian dalam pipa.
Kebutuan air untuk pendingin didalam kondensor sangat besar
sehingga dalam perencanaan biasanya sudah diperhitungkan.
Air pendingin diambil dari sumber yang cukup seperti danau
atau laut. Gambar kondenser dapat dilihat seperti gambar
berikut.
Beberapa faktor yang mempengaruhi
perpindahan panas pada kondensor diantaranya:
Jumah aliran air pendingin
Kebersihan pipa saluran air pendingin
Temperatur air pendingin.
12
Gambar 2.5 Condenser [7]
2.2.5. Boiler Feed Pump
Boiler Feed Pump merupakan pompa yang memiliki
head tekanan yang tinggi sehingga dapat dimanfaatkan untuk
memompa air kondensat dari deaerator untuk mengisi boiler.
Gambar Boiler Feed Pump dapat dilihat seperti gambar berikut:
13
Gambar 2.6 Boiler feed Pump [8]
2.3. Komponen Penunjang Pembangkit Listrik Tenaga Uap
2.3.1. Desalination Plant
Fungsinya adalah untuk mengolah air laut menjadi air
murni. Proses desalination yang biasa dilakukan
adalah dengan cara menguapkan air laut. Bila air laut
dipanaskan maka airnya akan menguap dan garam
mineralnya akan tertinggal. Selanjutnya bila uap
tersebut didinginkan akan diperoleh air kondensat
yang disebut air desal atau fresh water.
2.3.2. Demineralized Plant
Berfungsi untuk mengolah air tawar dari desal plant
menjadi air demin. Proses penghilangan mineral
dilakukan dengan cara melarutkan zat kimia dengan
menggunakan saringa cation dan anion serta
campuran.
2.3.3. Chlorination Plant
Berfungsi untuk memproduksi sodium hypochloride
dari air laut secara electralisa. Proses produksi
14
chlorine adalah dengan mengalirkan air laut kedalam
electro cell yang diberi tegangan DC sehingga
menghasilkan sodium hypochloride dan gas hidrogen.
Sodium hypochloride yang dihasilkan oleh electro
cell dialirkan kedalam storage tank. Fungsi sodium
hypochlorite adalah mengontrol mikroorganisme
yang ada dalam sistem air pendingin.
2.3.4. Sea Water Feed Pump
Berfungsi untuk memompa air laut untuk kemudian
disalurkan kedalam desalinaton plant. Pada sea water
feed pump terdapat 2 jenis saringan yaitu screen bar
dan travelling bar. Screen bar merupakan saringan
pertama untuk menyaring kotoran besar. Sedangkan
travelling bar merupakan saringan halus untuk
menyaring kotoran yang lolos dari screen bar.
2.3.5. Raw Water Tank
Merupakan tangki yang berfungsi untuk menampung
air hasil dari proses desalinasi.
2.3.6. Make Up Water Tank
Tangki yang berfungsi untuk menampung air hasil
dari proses demineralisasi. Kondisinya benar-benar
murni untuk proses penguapan.
2.3.7. Low Pressure Heater
Berfungsi untuk melakukan pemanasan awal pada air
yang akan digunakan sebagai fluida kerja. Pada PLTU
unit 3&4 terdapat 4 buah LP Heater. Panas yang
diperoleh pada instalasi ini berasal dari uap panas
hasil ekstraksi turbin-turbin. Gambar Low Pressure
Heater dapat dilihat seperti gambar berikut:
15
Gambar 2.7 Low Pressure Heater
(PJB)
2.3.8. High Pressure Heater
Berfungsi untuk melakukan pemanasan awal air
sebelum masuk ke boiler. Yang membedakan adalah
tekanan dan temperatur outlet HP Heater lebih tinggi
daripada LP Heater.
2.3.9. Deaerator
Berfungsi untuk menghilangkan kandungan oksigen
yang terdapat pada air kondensat hasil proses LP
Turbin. Didalam deaerator air kondensat dikurangi
kadar oksigen dengan cara disemburkan uap yang
juga sekaligus memanaskan air. Gambar deaerator
dapat dilihat seperti gambar berikut:
16
Gambar 2.8 Deaerator
(PJB)
2.3.10. Condensate Pump
Berfungsi untuk memompa air dari kondenser ke LP
Heater 2-4 menuju kondenser. Condensate Pump
yang digunakan ada 2 unit dengan kapasitas masng-
masing 40 ton/jam dengan total head 205m. Efisiensi
sebesar 79% dan daya motor 340 kw serta tegangan 4
kv.
2.3.11. Forced Draft fan
Berfungsi untuk memasok udara luar kedalam boiler.
Selanjutnya udara ini akan digunakan untuk
melakukan proses pembakaran bersamaan dengan
bahan bakar. Sebelum masuk kedalam boiler udara
akan dipanaskan terlebih dahulu. Panas ini berasal
17
dari gas buang pembakaran boiler yang akan dibuang
melalui stack sehingga saat memasukkan boiler udara
ini akan mudah melakukan pembakaran
2.3.12. Gas Injection Fan
Berfungsi sebagai kipas pendorong udara dari bahan
bakar yang akan masuk ke dalam ruang bakar. Aliran
gas yang diinjeksikan dapat dikontrol secara otomatis
dengan memakai fan inlet damper.
2.3.13. Circulating Water Pump
Berfungsi untuk memompa air laut ke kondenser
sebagai air pendingin. CWP yang digunakan
sebanyak 2 unit dengan kapasitas masing-masing
11.700 mm3/jam dan total head 9,5 m, daya motor 400
kw dengan tegangan 4kv.
2.3.14. Cooling Water Pump
Berfungsi untuk memompakan air pendingin menuju
ke instalasi-instalasi yang membutuhkan media
pendingin berupa air. Contoh peralatan yang
memanfaatkan air sebagai media pendingin yaitu
kondenser,cooling water heat exchanger, sistem
pendinginan hidrogen dan sistem pendinginan oli.
2.3.15. Vaccum Pump
Berfungsi untuk mengeluarkan udara yang berada
dalam water box condenser, sehingga
menyempurnakan sistem pendinginannya. Selain itu
digunakan pada eksitasi generator. Sistem eksitasi
generator harus berada pada kondisi vakum untuk
mencegah masuknya geram-geram kedalam
generator. Geram-geram ini dihasilkan oleh gesekan
eksitasi yang menggunakan brush
2.3.16. Vaccum Tank
Instalasi ini berfungsi untuk menampung air dari
kondenser, dimana keadaan pada penampung ini tidak
ada udara (vaccum)
18
2.3.17. Make Up Water Transfer Pump
Instalasi ini berfungsi untuk menyalurkan air dari
demineralized plant menuju ke make up water tank
2.3.18. Water Treatment Supply Pump
Berfungsi untuk memompa air tawar dari raw water
tank ke water treatment equipment untuk diolah lagi.
2.3.19. Water Intake
Instalasi ini berfungsi untuk menyalurkan air menuju
sistem yang membutuhkan media air untuk keperluan
proses. Contohnya kondenser untuk melakukan
pendinginan uap keluaran LP Turbin.
2.3.20. Residual Oil Storage Tank
Merupakan tangki penampungan yang digunakan
untuk bahan bakar pemanas boiler. Bahan bakar ini
berasal dari kapal tangker maupun kapal tongkang.
PLTU mempunyai 5 storage tank dengan kapasitas
masing-masing 22.000kL
2.3.21. Residual oil Service Tank
Merupakan tangki penampungan untuk bahan bakar
pemanas boiler. Perbedaan dengan residual oil storage
tank yaitu residual oil service tank digunakan untuk
memenuhi kebutuhan bahan bakar sehari-hari. Pada
PLTU mempunyai 5 buah ROST dengan kapasitas
masing-masing tangki 15.000kL.
2.3.22. Residual Oil Transfer Pump
Merupakan pompa yang berfungsi untuk
memindahkan residual oil dari residual oil storage
tank menuju ke residual oil service tank.
2.3.23. Residual Oil Pump
Merupakan pompa yang berfungsi untuk
memindahkan residual oil dari residual oil service
tank menuju ke burner didalam boiler.
2.3.24. High Speed Diesel Oil Pump
Merupakan pompa yang berfungsi untuk memompa
solar dari high diesel oil service tank menuju house
19
boiler HSD Tank, emergency generator HSD tank,
iginter dan warm up burner.
2.3.25. Main Transformator
Main Transformator atau trafo utama merupakan trafo
yang digunakan untuk menaikkan tegangan 15kv dari
generator PLTU menjadi 150 kv dan selanjutnya
didistribusikan oleh PLN menuju gardu induk PLN.
Jenis trafo yang digunakan adalah trafo step up.
2.4. Turbin Uap
2.4.1. Pengertian Umum Turbin Uap
Turbin uap merupakan suatu penggerak mula yang
mengubah energi potensial uap menjadi energi kinetik dan
selanjutnya diubah menjadi energi mekanis dalam bentuk
putaran poros turbin. Poros turbin, secara langsung atau dengan
menggunakan bantuan roda gigi reduksi, dihubungkan dengan
mekanisme yang akan digerakkan. Turbin Uap dapat digunakan
pada berbagai bidang industri, seperti untuk pembangkit listrik
tenaga uap, selain itu dapat digunakan untuk transportasi. Pada
dasarnya turbin uap terdiri dari dua bagian utama, yaitu stator
dan rotor yang merupakan komponen utama pada turbin
kemudian di tambah komponen lainnya yang meliputi
pendukunnya seperti bantalan, kopling dan sistem bantu lainnya
agar kerja turbin dapat lebih baik. Sebuah turbin uap
memanfaatkan energi kinetik dari fluida kerjanya yang
bertambah akibat penambahan energi termal.
Siklus yang terjadi pada turbin uap adalah siklus
Rankine, yaitu berupa siklus tertutup, dimana uap bekas dari
turbin dimanfaatkan lagi dengan cara mendinginkannya
kembali di kondensor, kemudian dialirkan lagi di pompa dan
seterusnya sehingga merupakan siklus tertutup. Secara umum
turbin uap dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu turbin
impuls, reaksi dan gabungan. Penggolongan ini berdasarkan
cara mendapatkan perubahan energi potensial menjadi energi
kinetik dari semburan uapnya.
20
Adapun turbin impuls mengubah energi potensial
uapnya menjadi energi kinetik didalam nosel (yang dibentuk
oleh sudu-sudu diam yang berdekatan). Nosel diarahkan kepada
sudu gerak. Didalam sudu-sudu gerak, energi kinetik diubah
menjadi energi mekanis. Energi potensial uap berupa ekspansi
uap, yang diperoleh dari perubahan tekanan awal hingga
tekanan akhirnya di dalam sebuah nosel atau dalam satu grup
nosel yang ditempatkan didepan sudu-sudu cakram yang
berputar. Penurunan tekanan uap didalam nosel diikuti dengan
penurunan kandungan kalornya yang terjadi didalam nosel. Hal
ini menyebabkan naiknya kecepatan uap yang keluar dari nosel
(energi kinetik). Kemudian energi kecepatan semburan uap
yang keluar dari nosel yang diarahkan kepada sudu gerak (sudu-
sudu cakram yang berputar) memberikan gaya impuls pada-
pada sudu gerak sehingga menyebabkan sudu-sudu gerak
berputar (melakukan kerja mekanis). Atau bisa dipahami secara
sederhana prinsip kerja dari turbin impuls yaitu turbin yang
proses ekspansi lengkap uapnya hanya terjadi pada kanal diam
(nosel) saja, dan energi kecepatan diubah menjadi kerja
mekanis pada sudu-sudu turbin. Pada aplikasinya turbin impuls
ini dilengkapi dengan roda gigi reduksi untuk memindahkan
momen putar ke mekanisme yang akan digerakkan seperti
generator listrik.
Turbin reaksi yaitu turbin yang ekspansi uapnya tidak
hanya terjadi pada laluan-laluan sudu pengarah (nosel) yang
tetap saja tetapi juga terjadi pada laluan sudu gerak (sudu-sudu
cakram yang berputar), sehingga terjadi penurunan keseluruhan
kandungan kalor pada semua tingkat sehingga terdistribusi
secara seragam. Turbin jenis ini umumnya digunakan untuk
kepentingan industri.
2.4.2. Prinsip Kerja Turbin Uap
Prinsip kerja Turbin Uap adalah dengan memutar
sudu-sudu ini karena tiupan uap bertekanan yang berasal dari
boiler yang telah dipanasi terdahulu dengan menggunakan
21
bahan bakar padat, cair dan gas. Uap tersebut kemudian dibagi
dengan menggunakan control valve yang akan dipakai untuk
memutar turbin yang dikopelkan langsung dengan pompa dan
juga sama halnya dikopel dengan sebuah generator untuk
menghasilkan energi listrik. Setelah melewati turbin uap, uap
yang bertekanan dan bertemperatur tinggi tadi muncul menjadi
uap bertekanan rendah. Panas yang sudah diserap oleh
kondensor menyebabkan uap berubah menjadi air yang
kemudian dipompakan kembali menuju boiler. Sisa panas
dibuang oleh kondensor mencapai setengah jumlah panas
semula yang masuk. Selama proses ekspansi uap di dalam
turbin juga terjadi beberapa kerugian utama yang
dikelompokkan menjadi dua jenis kerugian utama, yaitu
kerugian dalam dan kerugian luar. Hal ini mengakibatkan
terjadinya kehilangan energi, penurunan kecepatan dan
penurunan kecepatan dari uap tersebut yang pada akhirnya akan
mengurangi efisiensi siklus dan penurunan daya generator yang
akan dihasilkan oleh generator listrik.
2.4.3. Konstruksi Turbin Uap
2.4.3.1 Komponen Utama
a. Sudu-sudu
Sudu-sudu turbin didesain dengan
seaerodinamis mungkin untuk mengurangi losses
yang mungkin terjadi akibat adanya gaya gesek dan
meningkatkan kecepatan uap yang mengalir. Sudu-
sudu yang ada pada turbin biasanya terdiri dari
beberapa silinder yaitu: High Pressure Cylinder,
Intermediate Cylinder dan Low Cylinder. Masing-
masing silinder memiliki rotor yang disangga oleh
bearing/bantalan. Rotor-rotor tersebut disambung
menjadi satu. Ruang antara rotor dan casing diterdiri
dari rangkaian sudu-sudu tetap dan sudu-sudu gerak
yang dipasang berselang seling. Stator dipasang
dibagian disekeliling bagian dalam dari casing.
Sedangkan serangkaian sudu gerak dipasang pada
22
rotor. Apabila ke dalam turbin dialirkan uap yang
bertekanan, maka energi panas dari uap ini akan
diubah menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran
poros. Mula-mula energi panas dalam uap diubah
menjadi uap terlebih dahulu menjadi energi kinetik
dengan cara melewatkan uap tersebut pada nozzle.
Uap yang berkecapatan tinggi kemudian dialirkan ke
sudu-sudu, sehingga akan menghasilkan putaran
poros. Poros yang berputar ini kemudian digunakan
untuk memutar poros generator.
Klasifikasi Sudu
Berdasarkan pada prinsip cara
pembangkitan gaya gerak, sudu-sudu turbin
dibedakan menjadi dua (2) macam, yaitu sudu
impuls dan sudu reaksi. Turbin modern
umumnya merupakan kombinasi dari kedua
macam sudu tersebut.
a) Sudu Impuls
Sudu-sudu tetap berfungsi sebagai nozzle
sehingga uap yang melewatinya akan
mengalami peningkatan energi kinetik. Uap
dengan kecepatan tinggi ini selanjutnya
akan menumbuk sudu-sudu gerak.
Tumbukan anatara uap dengan sudu-sudu
gerak ini akan memutar poros turbin. Uap
yang telah menumbuk sudu-sudu gerak
tersebut kemudian diarahkan untuk masuk
ke dalam sudu-sudu tetap tahap/stage
berikutnya. Selama melintasi sudu gerak,
tekanan dan entalpinya tidak berubah. Pada
sudu impuls, penurunan tekanan dan energi
panas uap hanya terjadi pada sudu tetap dan
nozzle saja.
a) Sudu Reaksi
23
Pada suatu turbine dengan instalasi yang
terpasang dengan kondisi 100% sudu reaksi,
maka sudu gerak hanya berfungsi sebagai
nozzle sehingga uap yang melewatinya akan
mengalami peningkatan kecepatan.
Peningkatan kecepatan ini akan
menimbulkan gaya reaksi yang arahnya
berlawanan dengan arah kecepatan uap.
Gaya reaksi pada sudu gerak inilah yang
akan memutar poros turbine. Uap
selanjutnaya dialirkan pada sudu tetap yang
berfungsi untuk mengarahkan uap ke sudu
gerak tahap berikutnya. Pada sudu yang
terdiri dari 100% reaksi, penurunan energi
panas akan dan tekanan hanya terjadi pada
sudu gerak. Sudut dan desain dari sudu-sudu
ini dibuat seaerodinamis mungkin agar
turbin dapat berputar dengan kecepatan
desainnya dan uap mampu mengalir dengan
mulus melewati sudu tersebut sehingga
mengurangi adanya erosi (pengikisan)
seminimum mungkin.
b. Stator dan Rotor
Stator merupakan komponen dalam turbin yang
dilengkapi dengan sudu-sudu yang diam. Fungsi dari
stator adalah untuk mengubah energi potensial
menjadi energi kinetik. Stator juga berfungsi untuk
mengarahkan uap ke rotor (sudu jalan turbin). Pada
stator dilengkapi nozzle untuk menyemburkan uap
panas bertekanan dari Boiler. Nozzle pada sudu tetap
dipasang pada Casing dan Fixed. Rotor merupakan
Bagian pada turbin yang berputar. Disekeliling rotor
terdapat sudu jalan yang berfungsi untuk mengubah
energi kinetik uap menjadi energi mekanis. Rotor
dipasang bersama dengan poros penggerak.
24
c. Casing
Casing berfungsi untuk melindungi proses
ekspansi uap oleh turbin agar tidak terjadi kebocoran
dari dan kearah luar. Casing juga berfungsi untuk
melindungi komponen-komponen dalam turbine
terhadap debu atau benda-benda asing dari luar.
Casing juga berfungsi sebagai dudukan dari bearing
rotor. Permukaan dalam dari casing harus dibuat
seefisien mungkin agar uap yang berlalu melewati
casing tidak banyak losses karena permukaan casing
yang tidak kurang baik. Desain dari casing juga harus
mampu menjadi support dari blades/sudu dan nozzles
pada semua stage. Uap yang digunakan untuk
menggerakkan turbin merupakan uap dengan tekanan
dan temperatur yang tinggi. Oleh karena itu casing
dari steam turbine harus tahan terhadap stress.
d. Poros/ shaft
Poros merupakan salah satu bagian dari turbin
yang menjadikan rotor-rotor berbagai tingkat turbine
menjadi satu kesatuan. Poros ini juga
mentransmisikan torsi rotor turbin untuk memutar
bagian dari poros generator listrik. Perlu diperhatikan
saat pemasangan antara dua poros (poros turbine
dengan poros generator) adalah saat pemasangan.
Pemasangan kedua poros harus benar-benar lurus.
Tidak boleh terjadi missalignment karena akan
menyebabkan timbulnya vibrasi/getaran.
2.4.3.2 Sistem Perlengkapan Turbin Uap
Agar steam turbine beroperasi dengan baik, maka
dilengkapi dengan beberapa Sistem Perlengkapan. Sistem
Perlengkapan pada turbin uap tersebut meliputi:
i. Vacuum System
25
Vacuum System adalah sistem pembuatan kondisi
vakum pada peralatan yang digunakan untuk keperluan
efisiensi seperti penurunan titik didih, titik uap,
pengembunan, pemisahan fase dan penurunan tekanan
(dimaksudkan agar aliran mengalir dari tekanan tinggi
ke tekanan rendah).
Vacuum System terbagi menjadi dua, yaitu:
a) Vacuum oleh Nozzle merupakan Kondisi vakum yang
disebabkan oleh nozzle sehingga terjadi penyempitan
aliran (flowrate dan tekanan menjadi turun).
b) Vacuum oleh fan/blower merupakan Kondisi vakum
yang disebabkan oleh putaran fan/blower
untuk menurunkan tekanan.
ii. Steam Jet Air Ejector
Steam Jet Air Ejector merupakan peralatan berbentuk
tabung tipe Shell and Tube dengan Shell (steam dan
Auxiliary steam HP Turbin) dan Tube (Condensate
Water dari CP) dan kondisi vakum disini dibangkitkan
oleh nozzle dimana aliran dari Auxiliary Steam HP
Turbin berkecepatan tinggi dan dilewatkan percabangan
steam LP Turbin dari Condenser maka terjadilah
penarikan aliran sehingga membuat vakum ruang
kondensasi di Condenser. Kondisi ini membuat steam
LP Turbin tertarik lebih cepat dengan titik pengembunan
yang rendah sehingga didapat Condensate Water lebih
banyak dengan waktu singkat. Proses pemanfaatan panas
(Heat Recover) yaitu steam dari Auxiliary Steam HP
Turbin + Steam LP Turbin mengalami kondensasi karena
kontak dengan fluida dingin dari CP dan dialirkan ke
Hotwell, sedangkan Condensate Water dari CP yang
naik temperaturnya dialirkan ke Gland Steam Condenser
(GSC).
iii. Gland Steam Condenser
26
Gland Steam Condenser memiliki bentuk seperti
tabung bertipe shell and tube (shell dari gland seal steam
– GSS Poros/Labirinth Turbine dan Tube dari aliran
SJAE). GSC ini dimaksudkan untuk pemanfaatan panas
yang tidak digunakan (Heat Recover) dari
Poros/Labirinth Turbin (berfungsi untuk perapat agar
steam terisolasi dalam sistem).
GSC digunakan untuk membantu pemanasan awal
sebelum ke proses berikutnya. Kondisi disini dibuat
vakum oleh Gland Stean Exhaust Blower (GSEB)
dengan cara kerjanya sebagai berikut: Steam GSS yang
melewati Poros/Labirinth turbin jika tidak mengalami
sirkulasi maka akan terdapat kejenuhan sehingga akan
timbul panas berlebih pada suatu titik sehingga
mengakibatkan Overheating yang bisa mengakibatkan
keretakan material.
Gambar 2.9 Gland Steam Condenser
(PJB)
iv. Vapor Extraction Main Oil
27
Vapor Extraction Main Oil berbentuk blower untuk
menyedot Seal Oil yang telah digunakan untuk perapat
(sealing) / pelumasan (Jika Turbin tekanan tinggi
bertujuan agar steam tidak keluar ke lingkungan dan jika
turbin tekanan rendah bertujuan agar udara lingkungan
tidak masuk ke steam). Oli yang digunakan untuk perapat
akan mengalami kenaikan temperatur sehingga sewaktu
dikembalikan ke Main Oil Tank akan berbentuk buih /
busa yang jika dibiarkan akan berbentuk uap air yang
akan menggangu kinerja Seal Oil / pelumasan.
v. Condensate System
Condensate System merupakan sistem yang
digunakan pada condensate extraction pump. CEP
sendiri berfungsi untuk mensupply air kondensat yang
berasal dari kondensor (Hot Whell) menuju ke proses
selanjutnya, yaitu deaerator dan feed water tank. Uap air
yang selanjutnya berubah fase menjadi air di dalam
kondensor memiliki besar tekanan nol atau vakum.
Untuk itulah dibutuhkan CEP untuk menaikkan head air
sehingga dapat tersupply ke deaerator yang letaknya di
ketinggian tertentu. Pompa ekstraksi kondensat berjenis
pompa sentrifugal dengan sumbu/ shaft vertikal dan
multistage. Digunakannya pompa sentrifugal karena
cocok dengan kebutuhannya pada kondisi yang
bertekanan dan volume tinggi, serta hanya dibutuhkan
suction head yang minimum untuk beroperasi. Setiap stage memiliki impeller tersendiri, jadi total
ada tiga impeler. Air kondensat yang keluar dari
kondensor, memiliki temperatur hangat (sekitar 40o -50 oC) dengan tekanan vakum. Kondensat tersebut masuk ke
pompa menuju stage pertama dan dinaikan tekanannya.
Selanjutnya masuk ke stage dua dan tiga dan tepat di titik
outlet dari stage terakhir tekanan masih hampir
mendekati tekanan yang diinginkan. Selanjutnya
28
kondensat keluar dari pompa tersebut melewati difuser,
yang secara desain akan mendorong air menuju volute
casing dan menaikkan tekanan kondensat sesuai dengan
yang diinginkan. Pompa ekstraksi kondensat amat rentan
mengalami kavitasi. Hal ini disebabkan karena air
inletnya memiliki tekanan yang vakum dan temperatur
yang masih hangat, dan berpotensi terbentuknya
gelembung uap air pada CEP.
Kavitasi adalah sebuah fenomema terbentuknya
gelembung - gelembung uap air pada pompa yang dapat
menimbulkan suara bising pada pompa dan bahkan dapat
menghasilkan tekanan nol pada outlet pompa. Untuk
menghindari kavitasi pada CEP, maka level ketinggian
air kondensat di dalam kondensor dijaga pada level
tertentu. Ketinggian kondensat di dalam kondensor
menjadi positive suction head dari CEP. Untuk itu level
ketinggian dari kondensat tersebut menjadi salah satu
input proteksi untuk pompa CEP. Apabila level
kondensat turun pada nilai tertentu, pompa CEP yang
sedang bekerja akan "dihentikan" oleh sistem otomatis
nya untuk menghindari kerusakan yang lebih parah
akibat terjadinya kavitasi. Dalam sistem biasanya
29
diberikan Balancing Pipe/Equalizing dengan tujuan
untuk menyeimbangkan tekanan.
Gambar 2.10 Condensate Extraction Pump [9]
2.4.3.3 Lubrication System Steam Turbine
Lubrication System bertujuan untuk mengurangi
kausan, mengurangi efek gesekan, meningkatkan
efisiensi turbin, mendinginkan komponen-komponen,
penghambat korosi, pembuang kotoran dan sejenisnya
dan peredam kejutan. Sistem pelumasan pada turbine
merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan karena
pelumasan yang baik dapat mencegah kerusakan
memperpanjang umur peralatan. Harus mencakup right
time,right amount,right place,right methode, dan right
lubricant. Sistem pelumasan harus dilengkapi dengan
beberapa pompa minyak pelumas untuk memenuhi
kebutuhan turbin pada kondisi yang beberapa kondisi
yang berbeda. Oleh karena itu, dibawah ini akan
diperlihatkan bagaimana mekanisme kerja pompa
pelumasan.
30
Gambar 2.11 Blok Diagram alur Pelumasan Turbin Uap [10]
Untuk menjelaskan tentang gambar diatas, berikut
ini merupakan penjelasan tentang mekanisme kerja sistem
pelumasan pada turbin uap:
• Minyak disimpan dalam suatu reservoir untuk mengisi
pompa kemudian didinginkan, disaring,
didistribusikan kepada pengguna akhir, dan
dikembalikan ke reservoir.
• Reservoir dipanaskan untuk penyalaan awal dengan
indikasi suhu lokal.
• Reservoir terpisah dari pelat dasar dan dipasang untuk
menahan kotoran dan air.
• Waktu penyimpanan minyak pada reservoir harus 10
menit dari aliran normal dan total volume dibawah level
operasi minimum.
• Level rundown, yaitu level tertinggi minyak dalam
reservoir dapat tercapai selama sistem tidak bekerja.
• Sistem pelumasan dilengkapi dengan pompa minyak
utama dan katup kendali
31
• Kapasitas pompa utama harus 10 ± 15 % lebih besar
dari pemakaian sistem maksimum.
Setelah mengetahui mekanisme kerja pompa
pelumasan pada turbin uap, selanjutnya adalah penjelasan
tentang komponen dari sistem pelumasan yang digunakan
untuk pelumasan di turbin uap.
Pompa pelumas utama (main oil pump)
MOP merupakan pompa utama yang
mensirkulasikan lube oil, dari MOT sampai ke
Bearing pada Turbin. MOP merupakan pompa
sentrifugal yang berada satu poros dengan Turbin.
Dimana MOP memiliki spesifikasi sebagai berikut:
MOP Suction 1,4 kg/cm2g
MOP Discharge 14 kg/cm2g
MOP Rated Speed 3000 RPM
Pompa ini juga memiliki fungsi untuk
memberikan suplai pelumasan pada turbin ketika
turbin telah berputar pada putaran normal atau
mendekati. Selain itu pompa pelumas utama juga
mensuplai minyak untuk keperluan sistem governor,
seperti power oil dan pilot oli.
Pompa pelumas bantu (auxiliary oil pump)
AOP merupakan pompa back-up pertama dari
MOP untuk mempompa lube oil dari MOT menuju
Bearing dan Kontrol Hidrolik. AOP beroperasi ketika
MOP Discharge Press kurang dari 12,3 kg/cm2g dan
belum mencapai Rated Speed 3000 RPM.
Spesifikasi dari AOP adalah sebagai berikut:
a. AOP Discharge Press 13 kg/cm2g
b. AOP Suction directly inside MOT
c. Motor Voltage 4,16 V (Unit Aux Bus)
d. Motor Capacity 190 KW
e. Rotation Speed 3000 RPM
32
Pompa pelumas turning gear (turning gear oil
pump)
TGOP merupakan pompa back-up kedua dari
MOP untuk mempompa lube oil dari MOT menuju
Bearing. TGOP beroperasi ketika MOP Discharge
Press kurang dari 8,8 kg/cm2g. Selain itu, TGOP juga
dioperasikan ketika Turbin diputar oleh Turning Gear
pada kecepatan 2,5 RPM.
Spesifikasi TGOP:
i. TGOP Discharge Press 3,3 kg/cm2g
ii. TGOP Suction directly inside MOT
iii. Motor Voltage 460 V (Emergency C/C Bus)
iv. Motor Capacity 30 KW
v. Rotation Speed 1500 RPM
Pompa pelumas darurat (emergency oil
pump)
EOP merupakan pompa back-up ketiga dari
MOP untuk mempompa lube oil dari MOT menuju
Bearing. EOP beroperasi ketika MOP Discharge Press
kurang dari 8,8 kg/cm2g. EOP beroperasi
menggunakan suplai baterai, ketika unit mengalami
gangguan (kehilangan daya pemakaian sendiri).
Penggerak EOP adalah Motor (DC C/C Bus 110V).
EOP berada tepat di atas MOT dan menggunakan
Suction secara langsung dari MOT.
Spesifikasi EOP adalah sebagai berikut:
a. EOP Discharge Press 3,3 kg/cm2g
b. EOP Suction directly inside MOT
c. Motor Voltage 110 V (DC C/C Bus)
d. Motor Capacity 25 KW
e. Rotation Speed 1750 RPM
33
Pompa pendingin minyak (oil cooler pump)
Oil Cooler merupakan pendingin Lube Oil
sebelum menuju ke Bearing. Lube Oil didinginkan
oleh Cooling Water di Tube di dalam Oil
Cooler.Terdapat dua Oil Cooler di dalam MOT dan
dilengkapi dengan Change Over Valve. Untuk
mengatur temperature Lube Oil dilakukan throtle
pembukaan Cooling Water Inlet Valve pada Oil
Cooler.
2.4.3.4 Troubleshooting dan Penanganan
MOP Discharge Press Low Trip
Device : Local PS 06-11 EHC
Setting Value : < 7,4 kg/cm2g
Penanganan :
Unit Safely Shut Down
Pastikan AOP Auto Start
Cek Control Oil Line
Cek Oil Booster Pump
Cek Drive Shaft
Bearing Oil Press Low Trip
Device : Local PS 07-11 EHC
Setting Value : < 0,7 kg/cm2g
Penanganan:
Unit Safely Shut Down
Pastikan AOP dan EOP Auto Start
Cek Bearing Oil Line
Cek Pressure Indicator di local dan CCR
Control Oil Press Low
Device : Local PS 06-21
Setting Value : 12,3 kg/cm2g
Penanganan:
Pastikan AOP Auto Start
34
Bearing Oil Press Low
Device : Local PS 07-01
Setting Value : 1,1 kg/cm2g
Penanganan:
Pastikan AOP atau EOP Auto Start
Cek Bearing Oil Line
Cek Oil Pump Discharge Check Valve
Cek tekanan Oil Booster Pump Discharge
Main Oil Tank Level High-Low
Device : Local LIS 37-01
Setting Value :
NOL < - 102 mm (Turbine Reset)
NOL > + 102 mm (Turbine Reset)
NOL > + 508 mm (Turbine Trip)
Penanganan:
Cek Tekanan Control Oil dan Bearing Oil
Apabila MOT Level High, terdapat
kemungkinan kebocoran air dari Oil Cooler.
Cek Water Over Flow Line pada Oil
Conditioner, lakukan Change Over Oil Cooler,
kemudian buka sedikit Blow Valve pada MOT
untuk mengeluarkan air.
Apabila MOT Level Low, cek Blow Valve
pada MOT dan cek Oil Line.
AOP Trip
Device : M/C 49.50.51
Penanganan:
Pastikan TGOP atau EOP Auto Start
Cek tekanan Bearing OilUnit tidak dapat Start
Up atau Shut Down. Oleh karena itu, harus
segera dilakukan perbaikan.
35
TGOP Trip
Device : 30 4C
Penanganan:
Pastikan AOP atau EOP Auto Start (Pada
waktu Turning Gear Engaging)
Cek tekanan Bearing Oil
EOP Overload
Device : 30 C/C
Penanganan:
Pastikan AOP atau TGOP Auto Start
Cek tekanan Bearing Oil
2.4.3.5 Peralatan Pengaman Turbin
Beberapa pengamanan turbin yang dilakukan untuk
menjaga dari kerusakan antara lain sebagai berikut:
Over speed Protection
Sistem pengamanan ini berfungsi untuk menjaga
putaran turbin tidak melebihi batas maksimal yang
diterima turbin. Bila putaran melebihi dari yang
ditentukan sekitar 3000 rpm, maka tegangan yang
disebabkan gaya sentrifugal pada sudu-sudu gerak
akan melebihi yield strength material, dan akan
menyebabkan rotor turbin retak dan pecah.
Low Vaccum Unloader Trip
Merupakan pengaman vakum kondensor yang
disebut juga automatic low vaccum trip yang
merupakan interlock dengan turbin karena tidak
akan dimasuki uap jika condenser belum vakum.
Alat ini akan mentrip turbin jika uap yang keluar
dari turbin menuju kondensor tersebut naik dari
36
batas-batas yang telah diizinkan. Kondisi vakum
adalah kondisi dimana tekanan sistem berada di
bawah tekanan 1 atm (1 atm= 760mmHg).
Trip akibat vibrasi tinggi
Segala jenis kerusakan pada peralatan yang
berputar akan menimbulkan vibrasi. Adanya
vibrasi /getaran pada steam turbin menunjukkan
bahwa adanya kerusakan pada steam turbin.
Kerusakan yang terjadi dapat terjadi akibat
beberapa sebab. Beberapa kerusakan yang
menimbulkan vibrasi adalah kerusakan akibat
missalignment poros, bearing aus, sudu-sudu
turbin rusak dan lain-lain.
Emergency Trip
Emergency Trip merupakan langkah terakhir yang
dilakukan apabila peralatan-peralatan pengaman
turbin yang lain tidak dapat mentripkan turbin.
Emergency turbine merupakan sebuah tuas yang
bekerja secara manual dengan menarik tuas
tersebut untuk mentripkan turbin.
2.5. Tinjauan Termodinamika
Pada pembangkit listrik tenaga uap, proses produksi
yang digunakan banyak berhubungan dengan analisa
termodinamika, yaitu menggunakan hukum konservasi energi
atau kekekalan energi. Hukum ini menyatakan bahwa energi
tidak dapat diciptakan ataupun dilenyapkan. Energi dari suatu
sistem yang mengalami perubahan (proses) dapat bertambah
atau berkurang oleh pertukaran dengan lingkungan dan diubah
dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain di dalam sistem itu.
Sehingga dalam hukum ini, semua perubahan energi harus
diperhitungkan.
37
Analisis Termodinamika berawal dari persamaan
energi, dimana persamaan energi tersebut merupakan gabungan
dari energi dalam, energi kinetik, dan energi dalam. Bentuk
energi yang digunakan untuk memenuhi persamaan diatas
adalah terdiri dari energi dalam, energi kinetik dan energi
potensial. Energi potensial termasuk total energi, sedangkan
untuk energi lain yang termasuk kedalam persamaan hukum
kekekalan energi adalah energi kinetik.
Selain energi potensial dan energi kinetik juga
terdapat energi dalam, dimana energi ini dapat didefinisikan
sebagai energi yang ada selain energi potensial dan energi
kinetik. Untuk hukum kekekalan energi dengan control volume
dengan massa yang konstan, control mass dapat dinotasikan
sebagai berikut:
Gambar 2.12 Skema persamaan energi untuk control volume
(Sontag 2013)
38
Sehingga persamaan hukum kekekalan energi untuk
control volume secara lengkap adalah sebagai berikut:
𝑑𝐸𝐶.𝑉
𝑑𝑡
= 𝑄𝐶.𝑉 − 𝑊𝐶.𝑉 + ∑ ṁ𝑖 (ℎ𝑖 +
1
2𝑉𝐼
2 + 𝑔𝑍𝑖) − ∑ ṁ𝑒 (ℎ𝑒 +1
2𝑉𝑒
2 + 𝑔𝑍𝑒)
(Sontag.2013)
Untuk keadaan Steady State dapat digunakan jika
memenuhi asumsi berikut:
1. Diasumsikan bahwa control volume tidak bergerak relative
menuju ke luar boundary layer. Dan tidak ada kerja yang
berasosiasi dengan kecepatan control volume.
2. Diasumsikan bahwa tingkat keadaan massa pada tiap titik
tidak bervariasi terhadap waktu.
Sehingga persamaannya dapat dilihat sebagai
berikut:
𝑑𝑚𝑐. 𝑣
𝑑𝑡= 0 𝑑𝑎𝑛
𝑑𝐸𝑐. 𝑣
𝑑𝑡= 0
Menjadi:
∑ 𝑚𝑖 = ∑ 𝑚𝑒
��𝑐𝑣 + ∑ ṁ𝑖 (ℎ𝑖 +𝑉𝑖
2
2+ 𝑔𝑍𝑖) = ∑ ṁ𝑒 (ℎ𝑒 +
𝑉𝑒2
2+ 𝑔𝑍𝑒) +
𝑊𝑐𝑣
(Sontag.2013)
3. Diasumsikan bahwa variasi mass flow, tingkat keadaan dan
rate dari panas dan kerja yang bertentangan dengan control
39
surface dianggap sama pada setiap kuantitas. Sehingga
untuk proses ini dapat dituliskan sebagai berikut:
𝑄𝐶𝑉 + ṁ (ℎ𝑖 +𝑉𝑖
2
2+ 𝑔𝑍𝑖) = ṁ
(ℎ𝑒 +
𝑉𝑒2
2+ 𝑔𝑍𝑒) + ��𝐶.𝑉
(Sontag.2013)
Dapat dituliskan lagi sebagai berikut:
𝑞 + ℎ𝑖 +𝑉𝑖
2
2+ 𝑔𝑍𝑖 = ℎ𝑒 +
𝑉𝑒2
2+ 𝑔𝑍𝑒 + 𝑤
(Sontag.2013)
2.6. Siklus Rankine
2.6.1. Siklus Rankine Ideal
Siklus Rankine ideal merupakan siklus pembangkit
yang paling sederhana, siklus ini terdiri dari empat (4)
komponen utama, yaitu: boiler, turbin, condensor dan pompa.
Untuk boiler akan terjadi proses pemanasan yang reversible
pada tekanan konstan dan menghasilkan uap bertekanan yang
nantinya uap yang nantinya akan di ekspansikan ke turbin.
Kemudian untuk turbin uap pada proses idealnya akan terjadi
ekspansi uap yang bersifat reversible adiabatic dan kemudian
uap yang dihasilkan akan memutar poros yang dihubungkan
dengan generator listrik. Uap yang telah diekspansikan ke
turbin uap akan dikondensasikan oleh kondenser. Di kondenser
uap akan mengalami pengurangan kalor secara reversible pada
tekanan konstan hingga mengalami perubahan fase dari uap
menjadi cair. Setelah menjadi cair, uap yang telah berubah
wujud tersebut akan di pompa lagi menuju boiler secara
reversible adiabatic compression dengan proses yang ideal.
40
Begitu seterusnya siklus ini berlangsung. Blok diagram dan TS
diagram siklus rankine ideal dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.13 Blok Diagram Siklus Rankine Ideal
(Sontag.2013)
Gambar 2.14 TS Diagram Siklus Rankine Ideal
(Sontag.2013)
Keterangan:
1-2 : Proses menaikkan tekanan air dengan Boiler Feed Pump
41
2-3 : Air bertekanan tinggi memasuki Boiler, dipanaskan
dengan tekanan konstan. dengan sumber panas dari luar
(pembakaran bahan bakar).
3-4 : Proses ekspansi uap jenuh di turbine (menghasilkan kerja,
ditranfer ke generator)
4-1 : Proses kondensasi (perubahan phase uap ke cair), pada
tekanan & temperatur konstan di kondensor.
Untuk memperoleh efisiensi suatu pembangkit
terlebih dulu harus diketahui entalphi dari tiap state (tingkatan)
yang dapat diketahui dari temperature dan tekanannya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan yang digunakan
adalah steady flow energy equation (SFEE), yang dapat dilihat
seperti persamaan dibawah ini:
Persamaan SFEE control volume pada Boiler
ℎ4 + 𝑄𝑙 = ℎ1
𝑄𝑙 = ℎ1 − ℎ4
Persamaan SFEE control volume pada Turbin
ℎ1 = 𝑊𝑡 + ℎ2
𝑊𝑡 = ℎ1 − ℎ2 Persamaan SFEE pada Kondenser
ℎ2 = 𝑄2 + ℎ3
𝑄2 = ℎ2 − ℎ3 Persamaan SFEE pada Pompa
ℎ3 + 𝑊𝑝 = ℎ4
𝑊𝑝 = ℎ4 − ℎ3
Efisiensi Siklus Rankine dapat dicari dengan
menggunakan persamaan:
ƞ =𝑊𝑛𝑒𝑡
𝑄1=
𝑊𝑇 − 𝑊𝑃
𝑄1=
(ℎ1 − ℎ2) − (ℎ4 − ℎ3)
(ℎ1 − ℎ4)
(PK. Nag.2008)
2.6.2. Siklus Rankine Aktual
42
Siklus ini merupakan modifikasi dari Siklus Rankine
yang telah dimodifikasi untuk meningkatkan efisiensi siklus
secara keseluruhan. Modifikasi yang dilakukan antara lain
dilakukan pada turbin uap dengan menggunakan tiga tingkat
yaitu: High, Intermediate dan Low Pressure Turbine. Untuk
memaksimalkan efisiensi turbin uap dapat dilakukan dengan
penambahan beberapa komponen pendukung, antara lain yaitu:
a. Superheater, berfungsi untuk menaikkan temperatur
uap yang telah terbentuk di dalam water wall boiler
sehingga diperoleh temperatur yang tinggi dan akan
menghasilkan kerja turbin yang besar ketika
diekspansikan.
b. Reheater, berfungsi untuk menaikkan temperatur
uap yang telah turun ketika digunakan untuk
ekstraksi turbin pertama di HPH 3
c. Feed Water Heater, berfungsi untuk menaikkan
temperatur air sebelum masuk kedalam boiler. Ada
dua tipe feed water heater, yaitu open dan close.
Untuk open feed water heater memiliki ciri yaitu
uap panas dan air yang akan dipanaskan bercampur
menjadi satu. Contohnya adalah Deaerator.
Sedangkan untuk close feed water heater memiliki
ciri yaitu uap panas dan air yang dipanaskan terpisah
atau berbeda saluran, karena uap panas akan
melewati shell sedangkan air yang akan dipanaskan
dilewatkan tube. Contohnya adalah High Pressure
Heater dan Low Pressure Heater.
43
2.7. Evaluasi Kerja dan Energi Kalor Pada Siklus Aktual
Gambar 2.15 Blok Diagram Siklus Rankine Aktual
(P.K Nag.2008)
44
Gambar 2.16 TS Diagram Siklus Rankine Aktual
(P.K Nag.2008)
i. Evaluasi Mass Flow Rate
Heater 1
ṁ1(ℎ2 − ℎ22) = 1(ℎ23 − ℎ21)
Heater 2
ṁ2(ℎ5 − ℎ20) + ṁ1(ℎ22 − ℎ20) = 1(ℎ21 − ℎ19)
Heater 3
ṁ3(ℎ6 − ℎ18) + (ṁ1 + ṁ2)(ℎ20 − ℎ18)= (1 − ṁ1 − ṁ2 − ṁ3)(ℎ18 − ℎ17)
45
Heater 4
ṁ4(ℎ7 − ℎ16) = (1 − ṁ1 − ṁ2 − ṁ3)(ℎ17 − ℎ15)
Heater 5
ṁ5(ℎ8 − ℎ12) + ṁ4(ṁ16 − ṁ12)= (1 − ṁ1 − ṁ2 − ṁ3 − ṁ4)(ℎ14 − ℎ11)
(P.K Nag. 2008)
ii. Evaluasi Daya Turbin
𝑊𝑇 = ṁ𝑖ℎ𝑖 − ṁ𝑒ℎ𝑒
𝑊𝑇 = 1(ℎ1 − ℎ2) + (1 − ṁ1)(ℎ2 − ℎ3) + (1 − ṁ1)(ℎ4 − ℎ5)+ (1 − ṁ1 − ṁ2)(ℎ5 − ℎ6)+ (1 − ṁ1 − ṁ2 − ṁ3)(ℎ6 − ℎ7)+ (1 − ṁ1 − ṁ2 − ṁ3 − ṁ4)(ℎ7 − ℎ8)+ (1 − ṁ1 − ṁ2 − ṁ3 − ṁ4 − ṁ5)(ℎ8 − ℎ9)
(P.K Nag. 2008)
iii. Evaluasi Kerja Pompa
𝑊𝑃 = ṁ𝑖ℎ𝑖 − ṁ𝑒ℎ𝑒
𝑊𝑃 = (1 − ṁ1 − ṁ2 − ṁ3 − ṁ4 − ṁ5)(ℎ10 − ℎ11)+ (1 − ṁ1 − ṁ2)(ℎ18 − ℎ19)
(P.K Nag. 2008)
iv. Evaluasi Kalor Boiler
𝑄𝑖𝑛 = ṁ𝑒ℎ𝑒 − ṁ𝑖ℎ𝑖
46
𝑄𝑖𝑛 = 1(ℎ1 − ℎ32) + (1 − ṁ1)(ℎ4 − ℎ3)
(P.K Nag. 2008)
v. Evaluasi Performa Siklus PLTU
Mencari efisiensi siklus
ή =Wnet
Ql× 100%
(P.K Nag. 2008)
Mencari THR (Thermal Heat Rate)
THR =Qboiler
Wt − Wp
(P.K Nag. 2008)
Mencari TSR (Teoritical Steam Rate)
TSR =1
(hi − he)
(P.K Nag. 2008)
ASR (Actual Steam Rate)
ASR =TSR
ή
( P.K Nag. 2008)
BWR (Back Work Ratio)
47
BWR =Wp
Wt
(P.K Nag. 2008)
GHR (Gross Heat Rate)
GHR =(hinTurbin × ṁinTurbin)
Gross Out Generator
(P.K Nag. 2008)
48
(halaman ini sengaja dikosongkan)
49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.5 Spesifikasi Komponen PLTU Unit 4 PT PJB UP Gresik
3.1.7 Steam Turbine
Manufacturer : Toshiba Electric System
Type :Tandem Compound Reheat
Turbine
Rated Speed : 3600 rpm
Main Steam P : 189 kg/cm2
Main steam Temp : 5370C
3.1.8 Generator System
Manufacturer : Toshiba Electric System
Type : GLTR 1 544/61-2
Capacity : 125-500 kVA
Voltage : 11 kV
Current : 6587 A
Power Factor : 0,8
Exitation : 435 V/983 A
Cooler : Hydrogen
3.1.9 Condenser
Kuantitas : 1 unit
Type : Surface condensing double flow
pass water box half divided type
Heat transfer area : 29982 m2
Flow rate : 130 kg/s
Sea water in temp : 300C
SW side design P : 3,45 kg/cm2
3.1.10 Boiler Feed Pump
Kuantitas : 3 set each unit (50% each set for
2 condition)
50
Type : Horizontal, multi stage,
centrifugal
Flow rate : 202 ton/hour
Total head : 155 kg/cm2
Temperature : 169,30C
Weight vol. Ratio : 0,898 kg/litre
Speed of rotation : 3000 rpm (sychronous)
Efficiency : 78% at above operating Cond.
Motor Type : Totally enclosed air to air cooled
type
Output motor : 1450 kW
Voltage : AC 6000 V
3.1.11 Condensate Extraction Pump
Kuantitas : 2 sets for each other (100% each
set for TVWO condition)
Type : Vertical, multistage, barrel
Flow rate : 340 t/h
Total head : 17 kg/cm2
Temperature : 42,20C
Weight vol. Ratio : 0,991 kg/litre
Speed of rotation : 1500 rpm (synchronous)
Efficiency : 76,5% at above operating cond.
Motor Type : Totally enclosed air to air cooled
Output motor : 240 kW
Voltage : AC 6000 V
3.1.12 Deaerator
Design Pressure : 8,6 kg/cm2g
Design Temperature : 2600C
Operating pressure : 103,42 - 344,74 kPa
Operating temperature: 167-169 0C
Outlet capacity : 190 kg/s
Storage capacity : 55 m3 from NWL to empty
Oxygen guarantee : 0,005 ml/l (7 ppb)
Capacity : 55 m3
51
52
3.2. Heat and Mass Balance PLTU Unit 4 PT. PJB UP Gresik
Gambar 3.1 Heat and Mass Balance PLTU
53
Mulai
3.3. Metodologi Pengerjaan Tugas Akhir
Dalam pengerjaan Tugas Akhir ini dilakukan dengan tahapan yang
diperlihatkan pada diagram alir berikut :
Mulai
Perumusan Masalah
Konversi satuan data dan
mencari properties dari
masing-masing cek point
Pengambilan Data sheet sebelum
dan setelah Overhaul
Studi Literature Observasi lapangan
A
54
Gambar 3.2 Diagram Alir Tugas Akhir
3.4 Penjelasan Diagram Alir Pengerjaan Tugas Akhir
Tugas akhir Kaji performa turbin uap sebelum dan setelah
dilakukannya overhaul, dalam penyelesaiannya memiliki metode
dan tahapan sebagai berikut:
3.4.1 Studi Literature
Studi literature merupakan dengan mempelajari
beberapa referensi yang mampu menunjang untuk
melakukan penelitian. Referensi yang digunakan antara lain
bersumber dari buku-buku, artikel, sumber dari internet,
serta sumber-sumber lain yang berhubungan dengan
penelitian yang dilakukan.
Perhitungan Performa Turbin
Uap
A
Selesai
Penyusunan buku laporan
Analisa Performa sebelum dan
setelah Overhaul
55
Pada pengkajian ini meliputi studi pustaka yang
berkaitan dengan turbin uap yang diperoleh dari berbagai
sumber seperti steam turbine oleh, Fundamental of
engineering thermodynamics oleh Michael J. moran dan
Howard N. Shapiro, Fundamental of Thermodynamics oleh
Claus Borgnake dan Richard E. Sonntag, Power Plant
Engineering oleh PK Nag dan beberapa sumber lain. Selain
itu juga dikaji berdasarkan penelitian terdahulu.
3.4.2 Observasi Lapangan
Observasi dan identifikasi lapangan dilakukan
untuk mengetahui adanya permasalahan pada keadaan
aktual yang nantinya dipelajari dan dianalisis sebagai topik
tugas akhir. Turbin uap adalah topik yang dianalisa pada
tugas akhir ini dan analisa dilakukan pada performa turbin
uap sebelum dan setelah dilakukannya Overhaul.
3.4.3 Perumusan Masalah
Setelah mencari berbagai literature dan observasi
pada Steam Turbine Generator di PT. PJB UP Gresik,
langkah selanjutnya adalah merumuskan masalah secara
spesifik dengan bahasan dan objek penelitian tugas akhir
turbin uap. Tugas akhir ini mengangkat masalah bagaimana
performa yang terjadi pada saat sebelum dilakukannya
Overhaul dan setelah dilakukannya Overhaul.
3.4.4 Pengumpulan Data
Pada tahap ini, data dikumpulkan dari berbagai
sumber informasi analisis unjuk kerja Steam Turbine
Generator yang ada di PT. PJB UP Gresik.
3.4.5 Konversi dan Perhitungan Properties
Pada tahap ini dilakukan konversi satuan dari data-
data yang telah dikumpulkan ke dalam satuan yang umum
56
digunakan untuk mempermudah proses perhitungan.
Selanjutnya dilakukan perhitungan secara termodinamika
pada tiap titik (state) untuk mendapatkan data properties
yang selanjutnya akan digunakan untuk menghitung unjuk
kerja turbin uap.
3.4.6 Perhitungan Performa Turbin Uap
Setelah dilakukan konversi dan didapatkan data
properties pada masing-masing titik. Maka selanjutnya
adalah perhitungan performa turbin uap dengan
menggunakan data properties tersebut. Perhitungan
performa tersebut antara lain daya turbin, daya pompa
(BFP), kalor boiler dan efisiensi siklus, BWR, TSR, ASR,
GHR.
3.4.7 Penyusunan Buku Laporan
Setelah itu dilakukan penyusunan buku laporan
tugas akhir mengenai topik yang telah diangkat.
57
BAB IV
PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dijabarkan langkah-langkah perhitungan
unjuk kerja Siklus Rankine PLTU dengan menggunakan:
1. Data operasi sebelum dan sesudah overhaul tahun 2017
PLTU PJB Unit 4
2. Data heat and mass balance PLTU
3. Data heat and mass balance untuk menentukan ekstraksi
turbin uap.
4.1. Data yang digunakan
Data yang digunakan merupakan data yang diperoleh dari
data performance test PLTU Unit 4. Untuk data sebelum overhaul
diambil pada tanggal 24 Oktober 2017 sedangkan data sesudah
overhaul diambil pada tanggal 19 Desember 2017.
Tabel 4.1 Data Operasi Sebelum Overhaul
Sebelum OH Flow
(kg/s)
Temperature
(celcius) Tekanan
main steam 180,3 540,3 16,7 Mpa
hph8 in 395,2 5 Mpa
cold reheat 324 2,97 Mpa
hph7 in 322,8 2,75 Mpa
hot reheat 540 2,97 Mpa
hph6 in 441 1,37 Mpa
ip turbin out 410 696 Kpa
lp turbin in 410 696 Kpa
lph4 in 397,8 343 Kpa
lph3 in 266,5 166,7 Kpa
lph2 in 189 81,2 Kpa
lph1 in 68,3 Kpa
lp turbin exhaust 11,78 Kpa
58
sh spray 5,4 172,4 21,3 Mpa
feedwater out 145 267 18,4 Mpa
Tabel 4.2 Data Operasi Setelah Overhaul
Setelah OH Flow
(kg/s)
Temperature
(celcius)
Tekanan
(kg/cm2)
main steam 176,5 540,3 16,7 Mpa
hph8 in 401,6 5,3 Mpa
cold reheat 310 3,08 Mpa
hph7 in 329,9 2,9 Mpa
hot reheat 538,4 3,08 Mpa
hph6 in 437 1,47 Mpa
ip turbin out 357 755 Kpa
lp turbin in 357 755 Kpa
lph4 in 261,8 363 Kpa
lph3 in 185 176,5 Kpa
lph2 in 91,2 80,4 Kpa
lph1 in 67,2 Kpa
lp turbin exhaust 11,7 Mpa
sh spray 4,14 175,4 20,4 Mpa
feedwater out 147 270 18,6 Mpa
59
4.2. Heat and Mass Balance PLTU Unit 4 PT PJB UP
Gresik.
Gambar Heat and Mass Balance dapat dilihat pada lampiran
4.3. T-S Diagram PLTU Unit 4 PT PJB UP Gresik
Gambar 4.1 TS Diagram PLTU Unit 4 PJB UP Gresik
4.4. Perhitungan Sebelum Overhaul
4.4.1. Perhitungan Properties pada tiap state
Perhitungan properties tiap state menggunakan tabel
termodinamika yang ada pada buku “Fundamental of
Thermodynamics” edisi 7, karangan Claus Borgnakke dan
Richard E Sontag.
Tabel 4.3 Hasil perhitungan Properties tiap state
sebelum Overhaul
60
State P (Mpa) T (0C) h (kJ/kg) Keadaan
1 16,7 540,3 3401,678 Superheated Steam
2 5 395,2 3183,425 Superheated Steam
3 2,97 324 3052,725 Superheated Steam
4 2,97 540 3547,99 Superheated Steam
5 2,75 322,8 3055,719 Superheated Steam
6 1,37 441 3346,31 Superheated Steam
7 0,696 410 3290,023 Superheated Steam
8 0,343 397,8 3269,77 Superheated Steam
9 0,167 266,5 3005,268 Superheated Steam
10 0,0812 189 2854,515 Superheated Steam
11 0,0683 2376,465 Mixture
12 0,01178 2105,862 Mixture
13 43,1 180,4856 Saturated Liquid
14 44,7 187,1672 Saturated Liquid
15 86,7 363,023 Saturated Liquid
16 86,7 363,023 Saturated Liquid
17 86,7 363,023 Saturated Liquid
18 86,7 363,023 Saturated Liquid
19 102 427,464 Saturated Liquid
20 102 427,464 Saturated Liquid
61
21 125 524,96 Saturated Liquid
22 125 524,96 Saturated Liquid
23 144 606,3 Saturated Liquid
24 144 606,3 Saturated Liquid
25 172 727,98 Saturated Liquid
26 18,4 267 1167,616 Compressed Liquid
27 18,4 200 859,83 Compressed Liquid
28 18,4 200 859,83 Compressed Liquid
29 18,4 245 1063,13 Compressed Liquid
30 18,4 245 1063,13 Compressed Liquid
31 18,4 276 1211,56 Compressed Liquid
32 18,4 276 1211,56 Compressed Liquid
33 21,3 172,4 754,1216 Compressed Liquid
4.4.2. Perhitungan mass flow rate
Perhitungan mass flow rate pada tiap ekstraksi turbin
menggunakan buku “Power Plant Engineering” karangan PK
Nag.
HPH 3
ṁ2(h2 − h31) = (ṁ1 − ṁ33)(h32 − h30)
62
ṁ2(3183,4 − 1211,56)kj
kg
= (180,3 − 5,4)kg
s(1211,56
− 1063,14)kj
kg
ṁ2 = 13,16 kg
s
HPH 2
ṁ5(h5 − h29) + ṁ2(h31 − h29)
= (ṁ1 − ṁ33)(h30 − h28)
ṁ6(3155,7 − 1063,14)kj
kg
+ 13,16kg
s(1211,56 − 1063,14)
kj
kg
= 174,9kg
s(1063,14 − 859,83)
kj
kg
ṁ5 = 16,86kg
s
HPH 1
ṁ6(h6 − h27) + ṁ5(h29 − h27) + ṁ2(h31 − h29)
= (ṁ1 − ṁ33)(h26 − h28)
ṁ6(3346,3 − 859,83)kj
kg
+ 16,86kg
s(1063,14 − 859,83)
kj
kg
+ 13,16kg
s(1211,56 − 1063,14)
kj
kg
= 174,9kg
s(1167,62 − 859,83)
kj
kg
63
ṁ6 = 19,5kg
s
Deaerator
ṁ7(h7 − h25) + (ṁ6 + ṁ5 + ṁ2)(h29 − h27 − h25)
= (ṁ1 − ṁ33 − ṁ2 − ṁ5)(h25 − h24)
ṁ7(3290,023 − 727,98)kj
kg
+ (19,5 + 16,86 + 13,16)kg
s(1063,14
− 859,83 − 727,98)kj
kg
= 155,4kg
s(727,98 − 606,3)
kj
kg
ṁ7 = 16,1kg
s
LPH 4
ṁ8(h8 − h23) = (ṁ1 − ṁ33 − ṁ2 − ṁ5 − ṁ6 − ṁ7)(h24
− h22)
ṁ8(3269,77 − 606,3)kj
kg
= 139,3kg
s(606,3 − 524,96)
kj
kg
ṁ8 = 3,34kg
s
LPH 3
ṁ9(h10 − h19) + ṁ8(h21 − h19)
= (ṁ1 − ṁ33 − ṁ2 − ṁ5 − ṁ6 − ṁ7
− ṁ8)(h22 − h20)
64
ṁ9(2854,5 − 427,464)kj
kg
+ 3,34kg
s(524,96 − 427,464)
kj
kg
= 135,96kg
s(524,96 − 427,464)
kj
kg
ṁ9 = 4,05kg
s
LPH 2
ṁ10(h10 − h19) + ṁ9(h21 − h19) + ṁ8(h23 − h21)
= (ṁ1 − ṁ33 − ṁ2 − ṁ5 − ṁ6 − ṁ7
− ṁ8 − ṁ9)(h20 − h18)
ṁ10(2854,5 − 427,464)kj
kg
+ 4,05kg
s(524,96 − 427,464)
kj
kg
+ 3,34kg
s(606,3 − 524,96)
kj
kg
= 131,91kg
s(427,464 − 363,023)
kj
kg
ṁ10 = 2,43kg
s
LPH 1
ṁ11(h11 − h15) + ṁ10(h19 − h15) + ṁ9(h21 − h19)
+ ṁ8(h23 − h21)
= (ṁ1 − ṁ33 − ṁ2 − ṁ5 − ṁ6 − ṁ7
− ṁ8 − ṁ9 − ṁ10)(h17 − h14)
65
ṁ11(2376,5 − 363,023)kj
kg
+ 2,43kg
s(427,464 − 363,023)
kj
kg
+ 4,05kg
s(524,96 − 427.464)
kj
kg
+ 3,34kg
s(606,3 − 524,96)
kj
kg
= 129,5kg
s(363,023 − 187,167)
kj
kg
ṁ11 = 8,3kg
s
4.4.3. Perhitungan daya turbin
Wt = ṁ1(h1 − h2) + (ṁ1 − ṁ2)(h2 − h5)
+ (ṁ1 − ṁ2 − ṁ5)(h5 − h3)
+ (ṁ1 − ṁ2 − ṁ5)(h4 − h6)
+ (ṁ1 − ṁ2 − ṁ5 − ṁ6)(h6 − h7)
+ (ṁ1 − ṁ2 − ṁ5 − ṁ6 − ṁ7)(h7 − h8)
+ (ṁ1 − ṁ2 − ṁ5 − ṁ6 − ṁ7 − ṁ8)(h8
− h9)
+ (ṁ1 − ṁ2 − ṁ5 − ṁ6 − ṁ7 − ṁ8
− ṁ9)(h9 − h10)
+ (ṁ1 − ṁ2 − ṁ5 − ṁ6 − ṁ7 − ṁ8
− ṁ9 − ṁ10)(h10 − h11)
+ (ṁ1 − ṁ2 − ṁ5 − ṁ6 − ṁ7 − ṁ8
− ṁ9 − ṁ10 − ṁ11)(h11 − h12)
66
Wt = 180,3kg
s(218,278
kj
kg) + 167,14
kg
s(127,7
kj
kg)
+ 150,27kg
s(3
kj
kg)
+ 150,27kg
s(201,7
kj
kg)
+ 130,8kg
s(56,27
kj
kg)
+ 114,7kg
s(20,25
kj
kg)
+ 111,35kg
s(264,5
kj
kg)
+ 107,3kg
s(150,77
kj
kg)
+ 104,86kg
s(478
kj
kg)
+ 96,6kg
s(210,64
kj
kg)
Wt = 217.243 kW
4.4.4. Perhitungan kerja pompa
Wp=ṁbfp(h26 − h25) + ṁcep(h14 − h13)
Wp = 145kg
s(1167,62 − 727,98)
kj
kg
+ 58,56kg
s(187,17 − 180,486)
kj
kg
Wp = 64139,07 kW
4.4.5. Perhitungan kalor boiler
Q1 = ṁ1(h1 − h32) + (ṁ1 − ṁ2)(h4 − h3)
67
Q1 = 180,3kg
s(3401,678 − 1211,56)
kj
kg
+ 167,14kg
s(3548 − 3052,7)
kj
kg
Q1 = 448.828,2 kW
4.4.6. Perhitungan efisiensi siklus
ή =Wnet
Ql× 100%
ή =153.103,9 kW
448.828,2 kW× 100%
ή = 34,11%
4.4.7. Perhitungan Thermal Heat Rate
THR =Qboiler
Wt − Wp
THR =448.828,2 kW
(217.243 − 64.139,07) kW
THR = 2,93
4.4.8. Perhitungan Theoritical Steam Rate
TSR =1
(hi − he)
TSR =3600
(3401,678 − 2105,862)kjkg
TSR = 2,778 kg
kWh
4.4.9. Perhitungan Actual Steam Rate
ASR =TSR
ή
68
ASR =2,778
0,3411
ASR = 8,144 kg
kWh
4.4.10. Perhitungan Back Work Ratio
BWR =Wp
Wt
BWR =64.139,07kW
217.243 kW
BWR = 0,295
4.4.11. Perhitungan Gross Heat Rate
GHR =(hinTurbin × ṁinTurbin)
Gross Out Generator
𝐺𝐻𝑅 =(ℎ1 × ṁ1)
𝐺𝑟𝑜𝑠𝑠 𝑂𝑢𝑡 𝐺𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟
GHR =(3401,678
kjkg
× 180,3kgs
)
175.000 kW
GHR = 3,5
4.5. Perhitungan Setelah Overhaul
4.5.1. Perhitungan Properties pada tiap state
Perhitungan properties tiap state menggunakan
tabel termodinamika yang ada pada buku “Fundamental of
Thermodynamics” edisi 7, karangan Claus Borgnakke dan
Richard E Sontag.
69
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Properties tiap State
setelah Overhaul
State P (Mpa) T (0C) h (kJ/kg) Keadaan
1 16,7 540,3 3401,678 Superheated Steam
2 5,3 401,6 3193,994 Superheated Steam
3 3,08 310 3015,37 Superheated Steam
4 3,08 538,4 3542,412 Superheated Steam
5 2,9 329,9 3044,449 Superheated Steam
6 1,47 437 3336,596 Superheated Steam
7 0,755 357 3177,305 Superheated Steam
8 0,2618 363 2989,529 Superheated Steam
9 0,1765 185 2892,81 Superheated Steam
10 0,0804 91,2 2334,922 Mixture
11 0,0672 2320,55 Mixture
12 0,0117 2095,426 Mixture
13 43,1 180,4856 Saturated Liquid
14 44,7 187,1672 Saturated Liquid
15 86,7 363,023 Saturated Liquid
16 86,7 363,023 Saturated Liquid
17 86,7 363,023 Saturated Liquid
18 86,7 363,023 Saturated Liquid
70
19 102 427,464 Saturated Liquid
20 102 427,464 Saturated Liquid
21 125 524,96 Saturated Liquid
22 125 524,96 Saturated Liquid
23 144 606,3 Saturated Liquid
24 144 606,3 Saturated Liquid
25 172 727,98 Saturated Liquid
26 18,6 267 1167,597 Compressed Liquid
27 18,6 200 859,83 Compressed Liquid
28 18,6 200 859,83 Compressed Liquid
29 18,6 245 1063,13 Compressed Liquid
30 18,6 245 1063,13 Compressed Liquid
31 18,6 276 1211,56 Compressed Liquid
32 18,6 276 1211,56 Compressed Liquid
33 20,4 175,4 753,6109 Compressed Liquid
4.5.2. Perhitungan mass flow rate
Perhitungan mass flow rate pada tiap ekstraksi turbin
menggunakan buku “Power Plant Engineering” karangan PK
Nag.
HPH 3
ṁ2(h2 − h31) = (ṁ1 − ṁ33)(h32 − h30)
71
ṁ2(3194 − 1211,56)kj
kg
= (176,5 − 4,14)kg
s(1211,56
− 1063,13)kj
kg
ṁ2 = 12,9 kg
s
HPH 2
ṁ5(h5 − h29) + ṁ2(h31 − h29)
= (ṁ1 − ṁ33)(h30 − h28)
ṁ6(3044,45 − 1063,13)kj
kg
+ 12,9kg
s(1211,56 − 1063,13)
kj
kg
= 172,36kg
s(1063,13 − 859,83)
kj
kg
ṁ5 = 16,7kg
s
HPH 1
ṁ6(h6 − h27) + ṁ5(h29 − h27) + ṁ2(h31 − h29)
= (ṁ1 − ṁ33)(h26 − h28)
ṁ6(3356,6 − 859,83)kj
kg
+ 16,7kg
s(1063,13 − 859,83)
kj
kg
+ 12,9kg
s(1211,56 − 1063,13)
kj
kg
= 172,36kg
s(1167,59 − 859,83)
kj
kg
72
ṁ6 = 22,25kg
s
Deaerator
ṁ7(h7 − h25) + (ṁ6 + ṁ5 + ṁ2)(h29 − h27 − h25)
= (ṁ1 − ṁ33 − ṁ2 − ṁ5 − ṁ6)(h25
− h24)
ṁ7(3177,305 − 727,98)kj
kg
+ (22,25 + 16,7 + 12,9)kg
s(1063,13
− 859,83 − 727,98)kj
kg
= 120,26kg
s(727,98 − 606,3)
kj
kg
ṁ7 = 17,1kg
s
LPH 4
ṁ8(h8 − h23) = (ṁ1 − ṁ33 − ṁ2 − ṁ5 − ṁ6 − ṁ7)(h24
− h22)
ṁ8(2989,52 − 606,3)kj
kg
= 103,16kg
s(606,3 − 524,96)
kj
kg
ṁ8 = 3,53kg
s
LPH 3
ṁ9(h10 − h19) + ṁ8(h21 − h19)
= (ṁ1 − ṁ33 − ṁ2 − ṁ5 − ṁ6 − ṁ7
− ṁ8)(h22 − h20)
73
ṁ9(2334,92 − 427,464)kj
kg
+ 3,53kg
s(524,96 − 427,464)
kj
kg
= 99,63kg
s(524,96 − 427,464)
kj
kg
ṁ9 = 4kg
s
LPH 2
ṁ10(h10 − h19) + ṁ9(h21 − h19) + ṁ8(h23 − h21)
= (ṁ1 − ṁ33 − ṁ2 − ṁ5 − ṁ6 − ṁ7
− ṁ8 − ṁ9)(h20 − h18)
ṁ10(2334,92 − 427,464)kj
kg
+ 4kg
s(524,96 − 427,464)
kj
kg
+ 3,53kg
s(606,3 − 524,96)
kj
kg
= 95,63kg
s(427,464 − 363,023)
kj
kg
ṁ10 = 2,88kg
s
LPH 1
ṁ11(h11 − h15) + ṁ10(h19 − h15) + ṁ9(h21 − h19)
+ ṁ8(h23 − h21)
= (ṁ1 − ṁ33 − ṁ2 − ṁ5 − ṁ6 − ṁ7
− ṁ8 − ṁ9 − ṁ10)(h17 − h14)
74
ṁ11(2320,55 − 363,023)kj
kg
+ 2,88kg
s(427,464 − 363,023)
kj
kg
+ 4kg
s(524,96 − 427.464)
kj
kg
+ 3,53kg
s(606,3 − 524,96)
kj
kg
= 92,75kg
s(363,023 − 187,167)
kj
kg
ṁ11 = 7,9kg
s
4.5.3) Perhitungan daya turbin
Wt = ṁ1(h1 − h2) + (ṁ1 − ṁ2)(h2 − h5)
+ (ṁ1 − ṁ2 − ṁ5)(h5 − h3)
+ (ṁ1 − ṁ2 − ṁ5)(h4 − h6)
+ (ṁ1 − ṁ2 − ṁ5 − ṁ6)(h6 − h7)
+ (ṁ1 − ṁ2 − ṁ5 − ṁ6 − ṁ7)(h7 − h8)
+ (ṁ1 − ṁ2 − ṁ5 − ṁ6 − ṁ7 − ṁ8)(h8
− h9)
+ (ṁ1 − ṁ2 − ṁ5 − ṁ6 − ṁ7 − ṁ8
− ṁ9)(h9 − h10)
+ (ṁ1 − ṁ2 − ṁ5 − ṁ6 − ṁ7 − ṁ8
− ṁ9 − ṁ10)(h10 − h11)
+ (ṁ1 − ṁ2 − ṁ5 − ṁ6 − ṁ7 − ṁ8
− ṁ9 − ṁ10 − ṁ11)(h11 − h12)
75
Wt = 176,5kg
s(207,684
kj
kg) + 163,6
kg
s(149,5
kj
kg)
+ 146,87kg
s(29
kj
kg)
+ 146,87kg
s(185,8
kj
kg)
+ 124,6kg
s(179,3
kj
kg)
+ 107,5kg
s(187,785
kj
kg)
+ 104kg
s(96,71
kj
kg)
+ 100kg
s(557,89
kj
kg)
+ 97,12kg
s(14,37
kj
kg)
+ 89,2kg
s(225,12
kj
kg)
Wt = 222.549,4 kW
4.5.4) Perhitungan kerja pompa
Wp=ṁbfp(h26 − h25) + ṁcep(h14 − h13)
Wp = 147kg
s(1167,62 − 727,98)
kj
kg
+ 58,56kg
s(187,17 − 180,486)
kj
kg
Wp = 65013,94 kW
76
4.5.5) Perhitungan kalor boiler
Ql = ṁ1(h1 − h32) + (ṁ1 − ṁ2)(h4 − h3)
Ql = 176,5kg
s(3401,678 − 1211,56)
kj
kg
+ 163,6kg
s(3542,4 − 3015,4)
kj
kg
Ql = 442.300,1 kW
4.5.6) Perhitungan efisiensi siklus
ή =Wnet
Ql× 100%
ή =157.535,5 kW
442.300,1 kW× 100%
ή = 35,61%
4.5.7) Perhitungan Thermal Heat Rate
THR =Qboiler
Wt − Wp
THR =442.300,1 kW
(222.549,4 − 65.013,94) kW
THR = 2,8
4.5.8) Perhitungan Theoritical Steam Rate
TSR =1
(hi − he)
TSR =3600
(3401,678 − 2095,426)kjkg
TSR = 2,756 kg
kWh
4.5.9) Perhitungan Actual Steam Rate
77
ASR =TSR
ή
ASR =2,756
0,3561
ASR = 7,74kg
kWh
4.5.10) Perhitungan Back Work Ratio
BWR =Wp
Wt
BWR =65.013,94 kW
222.549,4 kW
BWR = 0,292
4.5.11) Perhitungan Gross Heat Rate
GHR =(hinTurbin × ṁinTurbin)
Gross Out Generator
GHR =(h1 × ṁ1)
Gross Out Generator
GHR =(3401,678
kjkg
× 176,5kgs )
175.000 kW
GHR = 3,43
78
4.6. Tabel dan Grafik Unjuk Kerja Pembangkit
Tabel 4.5 Perbandingan Unjuk Kerja Turbin Uap
No Hasil Perhitungan Satuan Sebelum
Overhaul
Setelah
Overhaul
1 Daya Turbin MW 217,243 222,549
2 Kerja Pompa MW 64,139 65,013
3 Kalor Boiler MW 448,828 442,3
4 Efisiensi Siklus % 34,11 35,61
5 Thermal Heat Rate 2,93 2,8
6 Teoritical Steam Rate Kg/kWh 2,778 2,756
7 Actual Steam Rate Kg/kWh 8,144 7,74
8 Back Work Ratio 0,295 0,292
9 Gross Heat Rate 3,5 3,43
79
Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Daya Turbin
217,243
222,549
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
Daya Turbin (MW)
MW
Grafik Perbandingan Daya Turbin
Sebelum OH Setelah OH
80
Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Kerja Pompa
Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Kalor Boiler
64,139
65,013
63,6
63,8
64
64,2
64,4
64,6
64,8
65
65,2
kerja pompa (MW)
MW
Grafik Perbandingan Kerja Pompa
Sebelum OH Setelah OH
448,828
442,3
438
440
442
444
446
448
450
Kalor Boiler (MW)
MW
Grafik Perbandingan Kalor Boiler
Sebelum OH Setelah OH
81
Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Efisiensi Siklus
Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Thermal Heat Rate
34,11
35,61
33
33,5
34
34,5
35
35,5
36
Efisiensi Siklus (%)
%
Grafik Perbandingan Efisiensi Siklus
Sebelum OH Setelah OH
2,93
2,8
2,7
2,75
2,8
2,85
2,9
2,95
Thermal Heat Rate
Grafik Perbandingan Thermal Heat Rate
Sebelum OH Setelah OH
82
Gambar 4.7 Grafik Perbandingan Teoritical Steam Rate
Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Actual Steam Rate
2,778
2,756
2,74
2,75
2,76
2,77
2,78
Teoritical Steam Rate (kg/kWh)
kg/k
Wh
Grafik Perbandingan Teoritical Steam Rate
Sebelum OH Setelah OH
8,144
7,74
7,4
7,6
7,8
8
8,2
Actual Steam Rate (kg/kWh)
kg/k
Wh
Grafik Perbandingan Actual Steam Rate
Sebelum OH Setelah OH
83
Gambar 4.9 Grafik Perbandingan Back Work Ratio
Gambar 4.10 Grafik Perbandingan Gross Heat Rate
0,295
0,292
0,29
0,291
0,292
0,293
0,294
0,295
0,296
Back Work Ratio
Grafik Perbandingan Back Work Ratio
Sebelum OH Setelah OH
3,5
3,43
3,38
3,4
3,42
3,44
3,46
3,48
3,5
3,52
Gross Heat Rate
Grafik Perbandingan Gross Heat Rate
Sebelum OH Setelah OH
84
4.7. Dokumentasi dan Prosedur Overhaul
4.7.1. Sebelum dilakukannya Overhaul di Turbin Uap
Nozzle yang kotor pada HP & LP Turbin
Gambar 4.11 Nozzle yang kotor HP&LP Turbin
MSV kotor dan Disc By Pass Crack
Gambar 4.12 MSV kotor dan Disc By Pass Crack
85
Control Valve kotor dan Spring Life time
Gambar 4.13 Control Valve kotor dan Spring lifetime
Cam Angle kotor dan Bearing Aus
Gambar
4.14 Cam Angle kotor dan Bearing aus
Breakable lifetime
Gambar 4.15 Breakable lifetime
86
Gland Seal Crack
Gambar 4.16 Gland Seal Crack
Motor Drain Valve MSV L & R sering terjadi
kebocoran
Gambar 4.17 Motor Drain Valve
Line Nozzle Spray bocor
Gambar 4.18 Line Nozzle Spray Bocor
87
CWP kotor, Rubber Coupling aus, katodik terkikis
dan Shaft Sleeve rusak
Gambar 4.19 Circulating Water Pump
LPH Kotor
Gambar 4.20 LPH kotor
88
GSC kotor dan Nozzle SJAE aus
Gambar 4.21 GSC kotor
Bag filter dan catridge MOP kotor, minyak lifetime
Gambar 4.22 Main Oil Tank
89
Cooling water pump kotor, bearing rusak dan wearing
ring rusak
Gambar
4.23 Cooling Water Pump
4.7.2. Setelah dilakukannya Overhaul di Turbin Uap
Pembersihan Nozzle pada HP & LP Turbin
Gambar 4.24 Pembersihan Nozzle HP&LP Turbin
90
Pembersihan MSV dan Penggantian By Pass
Gambar 4.25 Pembersihan MSV dan Penggantian By Pass
Pembersihan Control Valve dan Penggantian Spring
baru
Gambar 4.26 Pembersihan CV dan Penggantian Spring baru
Pembersihan Cam Angle dan Penggantian Bearing
Gambar 4.27 Pembersihan Cam Angle &Penggantian Bearing
91
Penggantian baru Breakable
Gambar 4.28 Penggantian Breakable baru
Repair Gland Seal
Gambar 4.29 Repair Gland Seal
Penggantian valve 3ea
Gambar 4.30 Penggantian valve 3ea
92
Repair Welding
Gambar 4.31 Repair Welding
Pembersihan CWP, Penggantian Rubber Coupling,
Penggantian Katodik dan Penggantian Shaft Sleeve.
Gambar 4.32 Pembersihan CWP
93
Pembersihan LPH
Gambar 4.33 Pembersihan LPH
Pembersihan GSC dan repair nozzle
Gambar 4.34 Pembersihan GSC
94
Penggantian pada minyak, catridge dan bag filter
Gambar 4.35 Penggantian minyak, catridge dan bag filter
Pembersihan, penggantian bearing dan wearing ring
Gambar 4.36 Pembersihan, penggantian bearing dan
wearing ring
95
4.7.3. Aktivitas yang dilakukan selama proses Overhaul
Tahap persiapan
Mengangkat Lagging
Lepas isolasi HIP Casing dan isoalasi crossover pipe
Lepas baut inlet steam
Angkat cross over pipe
Lepas atmospheric diaphragma
Mengangkat turning gear
Membuka cover coupling LP generator
Lepas baut radial outer gland sisi generator
Mengangkat cover thrust bearing
Lepas baut radial outer gland sisi turbin
Mengangkat LP outer casing
Melepas baut LP inner casing
Mengangkat LP inner casing
Mengukur clearance rotor dan stator LP turbin
Mengecek clearance bearing
Pasang shim plate HIP casing
Lepas baut HIP outer casing
Mengangkat HIP outer casing
Lepas baut HIP inner casing
Mengakat HIP inner casing
Melepas upper gland HIP sisi governor, generator dan
intermediate
Mengukur clearance rotor dan stator HIP turbin
Melepas baut coupling LP generator
Membuka gland LP sisi sisi front
Membuka cover coupling HP-LP
Melepas baut coupling HP-LP
Lepas baut dan angkat thrust ring
Cek clearence thrust bearing
Melepas thrust bearing
Run out rotor LP
96
Run out rotor HP
Mengangkat rotor LP
Melepas cover main oil pump
Mengangkat rotor HP
Cek HIP lower casing-nozzle diaphragma
Mengangkat nozzle HIP diaphragma
Level check LP lower casing-nozzle diaphragma
Mengangkat LP nozzle diaphragma
Membalik LP inner casing
Membalik HIP inner casing
Membalik HIP outer casing
Mengangkat HP nozzle diaphragma upper
Mengangkat IP nozzle diaphragma upper
Mengangkat LP nozzle diaphragma upper
Mengakat lower gland seal
97
BAB V
PENUTUP
5.3. Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan pada unjuk kerja
pembangkit listrik tenaga uap, maka diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Efisiensi siklus pembangkit listrik tenaga uap unit 4 dengan
beban 175 MW sebelum dilakukannya proses overhaul
adalah sebesar 34,11. Untuk nilai Thermal Heat Rate (THR)
sebelum dilakukan overhaul adalah sebesar 2,93.
Selanjutnya nilai Teoritical Steam Rate (TSR) sebelum
dilakukan overhaul 2,778. Untuk nilai Actual Steam Rate
(ASR) sebelum overhaul sebesar 8,144. Nilai Back Work
Ratio (BWR) sebelum overhaul sebesar 0,295. Kemudian
nilai Gross Heat Rate (GHR) sebelum overhaul adalah
sebesar 3,5. Sedangkan efisiensi siklus setelah dilakukannya
proses overhaul adalah sebesar 35,61%. Untuk nilai Thermal
Heat Rate (THR) setelah dilakukan overhaul adalah sebesar
2,8. Selanjutnya nilai Teoritical Steam Rate (TSR) setelah
dilakukan overhaul 2,756. Untuk nilai Actual Steam Rate
(ASR) setelah overhaul sebesar 7,74. Nilai Back Work Ratio
(BWR) setelah overhaul sebesar 0,292. Kemudian nilai
Gross Heat Rate (GHR) setelah overhaul adalah sebesar
3,43.
2. Kenaikan prosentase efisiensi siklus pembangkit listrik
tenaga uap sebelum dan setelah dilakukannya overhaul
adalah sebesar 1,5%. Kemudian kenaikan nilai Thermal
Heat Rate (THR) sebesar 0,13. Kenaikan nilai Teoritical
Steam Rate (TSR) sebesar 0,022. Kenaikan nilai Actual
Steam Rate (ASR) sebesar 0,404. Kenaikan nilai Back Work
Ratio (BWR) sebesar 0,003. Dan yang terakhir adalah
kenaikan nilai Gross Heat Rate (GHR) sebesar 0,07.
98
5.4. Saran
Beberapa saran yang dapat disampaikan setelah melakukan
analisa sistem pembangkit listrik tenaga uap adalah sebagai
berikut:
1. Karena begitu kompleksnya perhitungan yang
dilakukan khususnya pada ekstraksi turbin uap
(mass flow rate) pada tiap heater, sehingga harus
menguasai beberapa materi mulai dari
termodinamika yang dasar hingga ke sistem
pembangkit daya yang kompleks.
2. Referensi (baik manual book dan journal ) yang
digunakan untuk melakukan perhitungan secara
detail yang hampir mirip dengan pembangkit listrik
tenaga uap yang sebenarnya masih kurang. Oleh
karena itu, perlu dilakukan pemilihan referensi yang
tepat agar dapat melakukan analisa yang sesuai.
99
DAFTAR PUSTAKA
1. Moran, Michael J dan Howard N Saphiro. 2006.
“Fundamental of Engineering Thermodynamics”. Fifth
Edition. United Kingdom. John Wiley & Sons Inc.
2. Borgnakke, Clausius dan Richard E Sonntag. 2013.
“Fundamental of Thermodynamics”. Eight Edition. United
States of America. Don Fowley Publishing.
3. Nag, P.K. 2008. “Power Plant Engineering”. Third
Edition. New Delhi. Tata McGraw Hill Publishing.
4. Elwakil, M.M. 1984. “Powerplant Technology”. United
State of America. McGraw Hill Publishing.
5. Bubihh.blogspot.com
6. www.siemens.com
7. www.siemens.com
8. www.info-elektro.com
9. www.pumpsandsystems.com
10. Powermag.com
11. Endurra.co.id
100
(halaman ini sengaja dikosongkan)
101
LAMPIRAN 1: Data Performance Test Overhaul PLTU
Unit 4
102
Lampiran 2: Heat and Mass Balance PLTU Unit 4
103
BIODATA PENULIS
Penulis dilahirkan di Tuban, 20 Februari 1997,
merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.
Penulis telah menempuh pendidikan formal
yaitu: SDN 2 Lajukidul, SMPI ASSYAFI’IYAH
Singgahan dan SMAN 1 SINGGAHAN. Pada
tahun 2015 penulis diterima di Departemen
Teknik Mesin Industri FV-ITS bidang Konversi
Energi.
Selama diabangku kuliah, penulis juga mengikuti
organisasi diantaranya Staf BSO Bengkel 2016/2017 dan beberapa
pelatihan diantaranya PKTI 2015, LKMM Pra-TD FTI-ITS 2015,
PJTD 2015, PMB 2015 dan LKMM TD HMDM 2016 serta
melakukan kerja praktek di PT. POMI.