1KIPRAH • Volume 36
Volume 36 • KIPRAH2
3KIPRAH • Volume 36
NUANSA
Bambang Goeritno • Setia Budhy Algamar
• Ruchyat Deni DJakapermana
• Edi A. Djayadiredja • Mohammad Irian
•Antonius Budiono • Dadan Krisnandar
• Supardi •Sjukurl Amin • Waskito Pandu
Amwazi Idrus
Dedy Permadi
Etty Winarni
Yunaldi • Djuwanto
Lisniari Munthe • Krisno Yuwono • Srijanto
•Warjono • Gustaf • Wayan
• Indah • Rendhi Mirad
• Agus iwan Setiawan • Dian Irawati
Tim Dok. Puskom
Widowati
Yusron • Budi
• Nadi Tarmadi • Sutikno
Kementerian Pekerjaan Umum
Puskom PU, Gedung Bina Marga Lt.1
Jl Patimura 20, Kebayoran Baru, Jakarta 12110
Telp.: 021-722 1679
Fax. : 021-725 1538, 021-724 8932
e-mail:[email protected],
KIPRAHHUNIAN, INFRASTRUKTUR, KOTA DAN LINGKUNGAN
Makhluk hidup yang ada di
muka bumi ini setiap hari
pasti membutuhkan air
demi kelangsungan hidupnya. Air,
merupakan salah satu sumber daya
alam yang sampai saat ini belum dapat
tergantikan fungsinya oleh zat atau
unsur lain. Kebutuhan manusia ter-
hadap air tidak pernah berkurang,
bahkan cenderung mengalami pe-
ningkatan seiring dengan perkem-
bangan waktu dan kebutuhan sosial
dan perekonomian. Akibat hal ter-
sebut, masyarakat menuntut agar
sumber daya air dikelola sedemikian
sehingga mampu menyediakan air
dalam jumlah yang cukup, mengen-
dalikan daya rusak air serta menjaga
kualitas air.
Hari Air Dunia, atau World Water Day
yang dirayakan setiap tanggal 22
Maret tiap tahunnya, merupakan
suatu momentum untuk mengi-
ngatkan kembali kepada kita agar
menjaga kelangsungan sumber daya
air. Untuk tahun ini, tema dunia dari
Hari Air Dunia adalah Communicating
Water Quality, Challenges and Oppor-
tunities dan tema nasionalnya adalah
Pentingnya Kualitas Air Untuk Indo-
nesia Sehat. Tema ini diambil dengan
dilatarbelakangi oleh kondisi kualitas
air di dunia yang semakin lama semakin
buruk, tercemar oleh limbah industri,
permukiman dan lain-lain.
Meningkatnya jumlah penduduk
dalam suatu wilayah, khususnya di
perkotaan, mengakibatkan mening-
kat pula limbah permukiman seperti
limbah tinja, rumah tangga dan sampah.
T ingginya kandungan bakteri coli
sering dijumpai pada sumber air di
wilayah permukiman. Hal ini juga
diperparah dengan banyaknya pabrik
pabrik yang tidak optimal dalam
mengelola limbahnya, seringkali
limbah yang dibuang ke air tidak
diolah lebih dahulu, sehingga bahan
kimia berbahaya mencemari sumber
daya air. T idak hanya di perkotaan
yang tercemar, di wilayah perdesaan
sudah mulai tercemar karena peng-
gunaan pestisida dan pupuk.
Melalui momentum peringatan Hari Air
Dunia tahun 2010, kita telah bersama-
sama mewaspadai penurunan kualitas
air dan bersama-sama pula melakukan
gerakan bersih terhadap kondisi sum-
ber air kita, danau, sungai, mata air
demi kelangsungan makhluk hidup di
masa mendatang. (Redaksi)
Kualitas Air
Volume 36 • KIPRAH4
49
DAFTARISI
14
54
NUANSANUANSANUANSANUANSANUANSA.Kualitas Air Untuk Indonesia Sehat.............................................3..3..3..3..3
SURAT PEMBACASURAT PEMBACASURAT PEMBACASURAT PEMBACASURAT PEMBACA………………………………………….….…............……66666
LINTAS INFOLINTAS INFOLINTAS INFOLINTAS INFOLINTAS INFOSeluruh Stakeholders diminta Lebih Serius hadapi CAFTA...8..8..8..8..8Yayasan Badan Penerbit PU Launching 7 Buku Baru............88888Lokasi Rusun Warga Bantaran Sungai Tak Jauh DariRumah Warga...................................................................................99999Kolokium Hasil Litbang SDA Tahun 2010..............................9..........9..........9..........9..........9
LAPORAN UTAMALAPORAN UTAMALAPORAN UTAMALAPORAN UTAMALAPORAN UTAMAMenyongsong Hari Air Dunia 2010.........................................1010101010Hari Air Dunia Dari Tahun Ke Tahun......................................1313131313Kebijakan Memadai Praktenya Belum.....................................1515151515Tantangan Dalam Peningkatan Kualitas Air..........................1717171717Lindungi Sumber Air Kita dari Pencemaran.....…..…..............1919191919Kisah Para Pendekar di Tepian Sungai.......……….....................2323232323Bukan Dalam Satu Malam,Menjadikan Sungai Bersih dan Indah............................................2525252525Penting, Pengendalian Kualititas dan Pencemaran Air......2828282828Menunggu Kerja Pansus Dewan SDA......................................2929292929
AKTUALITAAKTUALITAAKTUALITAAKTUALITAAKTUALITASumbar Bentuk Dewan Sumber Daya Air Daerah...............3030303030
SELINGANSELINGANSELINGANSELINGANSELINGANWisata Air yang Menjanjikan...................................................3232323232Menyusuri Infrastruktur Pulau Bangka................................3434343434
10 19
58
Cover: Agus I Setiawan
5KIPRAH • Volume 36
34
7271
46
64
DAFTARISI
TAMU KITATAMU KITATAMU KITATAMU KITATAMU KITASungaipun Perlu Dikelola dengan Baik……......................3636363636
INFO TEKNOLOGIINFO TEKNOLOGIINFO TEKNOLOGIINFO TEKNOLOGIINFO TEKNOLOGI
EGA (Ecotech GArden).............................................….............3838383838
TIPSTIPSTIPSTIPSTIPSTips Hemat Air............................................................................4141414141
GALERI FOTOGALERI FOTOGALERI FOTOGALERI FOTOGALERI FOTOJaga dan Pelihara Air..................................................................4242424242
TAHUKAH ANDATAHUKAH ANDATAHUKAH ANDATAHUKAH ANDATAHUKAH ANDABeberapa Fakta tentang Air...................................................4444444444Kegiatan yang MempengaruhiKualitas Air Sungai...................................................................4444444444Sifat Fisik Air...............................................................................4444444444Apa yang Dimaksud dengan...............................................4545454545Yang Unik....................................................................................4545454545
JELAJAHJELAJAHJELAJAHJELAJAHJELAJAHDubai, Kota Taman di Tengah Gurun..............................4646464646Waspadai Abrasi Pantai........................................................4949494949Sumbar Dongkrak Produksi Pangan................................5151515151Air Untuk DIY.............................................................................5454545454
PROFILPROFILPROFILPROFILPROFILBerbakti Untuk Negeri Maju Bersama PJT I...................5656565656
LAPORAN KHUSUSLAPORAN KHUSUSLAPORAN KHUSUSLAPORAN KHUSUSLAPORAN KHUSUSDatabase SDA Penting untuk Tangani Banjir................5858585858Bandung Kebanjiran!..............................................................6060606060Duka di Kampung Dewata.................................................6262626262Fase Penanganan Banjir Bandung................................63....63....63....63....63Apa Kata Mereka tentang Banjir Jakarta……...............6464646464
INFO BUKUINFO BUKUINFO BUKUINFO BUKUINFO BUKU
Membaca Ciliwung....................................................................6767676767
WACANAWACANAWACANAWACANAWACANASudahkah Kita Hitung KerugianAkibat Buruknya Sanitasi.........................................................6868686868
PU Dukung Sail Banda 2010...............................................7171717171Merekontruksi Makna“Kebijakan” dan “Perencanaan” Konstruksi.......................7272727272Sistem Manajemen Mutu Adalah Panglima........................7575757575
Dampak Sistemik Akibat Perubahan Iklim.....................7676767676Apa Itu El Nino?.......................................................................7878787878
HUMANIKAHUMANIKAHUMANIKAHUMANIKAHUMANIKASuhodo, dan Sumber Brantas................................................7979797979
JENDELAJENDELAJENDELAJENDELAJENDELABang Udin Kesal.........................................................................8080808080
KARIKATURKARIKATURKARIKATURKARIKATURKARIKATURSusahnya Menjaga Kualitas Air…………………………………….....8282828282
22
Volume 36 • KIPRAH6
Prosedur Penulisan Artikel di MajalahKiprah
SURATPEMBACA
Langganan Majalah Kiprah
Yang terhormat, Redaksi Majalah Kiprah.Perkenalkan saya, Rony, yang bekerja sebagaikonsultan sipil di salah satu perusahaan swasta.
Beberapa bulan yang lalu, saya membaca majalah Kiprahpada saat saya berkunjung ke Perpustakaan Ke-menterian Pekerjaan Umum di Jalan Pattimura No. 20Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Saya sangat tertarikakan majalah tersebut, dan berniat untuk langgananmajalah tersebut. Yang saya tanyakan, bagaimana caramenjadi langganan dan berapa biayanya perbulan.Terima kasih bila direspon.Rony, Grogol-Jakarta Barat.
Jawaban :Pertama kami ucapkan terima kasih atas perhatian danminat Saudara akan majalah kami. Untuk permintaanSaudara untuk menjadi langganan, dapat diinformasikankepada kami tentang alamat lengkap Saudara melaluiemail ke [email protected]. Untuk informasi, bahwamajalah Kiprah tidak diperjualbelikan.
Kepada Pemimpin Redaksi Majalah Kiprah, SayaAndri Banstian, bekerja sebagai perencana dalambidang sipil. Saya sangat suka menulis, khususnya
konstruksi. Saya tertarik untuk dapat menulis di majalahkiprah ini. Dari email ini, saya ingin tahu prosedur atauperaturan dalam menulis artikel di majalah ini. Kalau bisadibalas email saya ini. Terima kasih.
Andri Banstian, [email protected]
Jawaban:Terima kasih kami ucapkan atas perhatian Saudara.Untuk tatacara dan prosedur untuk penulisan di majalahini adalah sebagai berikut:
1. Penulisana. Penulisan bersifat populer dengan sesedikit
mungkin istilah teknis dan dilengkapi dengan data-data pendukung yang valid seperti foto, ilustrasidan (kalau diperlukan) tabel data teknis.
b. Tulisan tidak mengandung isu SARA, kekerasan danpornografi.
c. Artikel / naskah yang dikirimkan belum pernahdimuat / dipublikasikan di media lain.
d. Naskah diketik dengan memperhatikan aturantentang penggunaan tanda baca dan ejaan yangdimuat dalam Pedoman Umum Ejaan BahasaIndonesia yang Disempurnakan
e. Jika diperlukan, redaksi berhak melakukan pe-rubahan naskah tanpa mengubah isi dari tulisan.
2. Huruf (font)Huruf yang digunakan adalah huruf Tahoma denganukuran huruf 12 pts
3. SpasiBesar spasi yang digunakan 1,5 spasi
4. Panjang tulisanPanjang tulisan minimal 400 kata, maksimal 1600kata (+ 1-3 halaman) tidak termasuk foto, ilustrasidan data pendukung lain.
5. Gambar (berupa foto atau ilustrasi)Gambar yang disertakan harus mempunyai resolusiyang tinggi dengan ukuran minimal 1 megabyte.
6. Ketentuan pengiriman naskah.
Pengiriman naskah dapat dilakukan melalui emailke [email protected], disertai dengan data diri berupabiografi singkat dan alamat, nomor telepon, fax atau E-mail (bila ada). Naskah yang tidak dimuat biasanya tidakakan dikembalikan, kecuali atas permintaan penulis. Kepada penulis yang artikelnya dimuat akan diberikan 2eksemplar Majalah KIPRAH sebagai tanda bukti pe-muatan.
7KIPRAH • Volume 36
SURATPEMBACA
Unduh Untuk File Majalah Kiprah
Pemimpin Redaksi Majalah Kiprah yang terhormat.Perkenalkan saya seorang mahasiswa perguruantinggi negeri di Surabaya, Jawa Timur. Pada waktu
tahun lalu, saya pernah mendapatkan file pdf majalahKiprah yang saya download (dapatkan) dari Internet,melalui situs perpustakaan PU. Pada waktu itu sayamendapatkan 3 edisi (kalau gak salah edisi 27, 28, 29).Tetapi sampai saat ini, saya tidak lihat lagi ada file pdfmajalah Kiprah yang bisa saya download untuk edisilainnya. Dengan email ini, saya mengharapkan kepadaPemimpin Majalah Kiprah untuk dapat mem-berikan filepdf untuk majalah Kiprah edisi-edisi berikutnya. Karena,
Terhormat Pemimpin Redaksi Majalah, Saya seorangMahasiswa Teknik Sipil, kuliah di Bandung. Pernahsaya membaca majalah Kiprah di perpustakaan
Puslitbang Bandung, akan tetapi saya kecewa karenadata-data yang saya cari tidak pada majalah tersebut.Melalui email ini saya mengusulkan adanya rubrikasitentang hal-hal datail tentang Ke-menterian PekerjaanUmum, apa itu tentang produk, sejarah, info standar,lelang dan lain-lain. Terima kasih
Anto Medianto, [email protected]
Jawaban:Kami ucapkan terima kasih atas perhatian Saudara.Untuk usulan Saudara mengenai informasi tentangKementerian PU, dapat kami sampaikan bahwa kamisaat ini telah kami rencanakan tentang rubrik baru yangberisikan data dan informasi bidang ke-PU-an yangmenampung serba-serbi Kementerian Pekerjaan Umum.
Volume lengkap Majalah Kiprah
Yang terhormat Pemimpin Redaksi Majalah Kiprah,Perkenalkan nama saya Suratno, mahasiswateknik sipil di Jakarta. Saya pernah melihat
majalah Kiprah di perpustakaan kampus. Akan tetapiperpustakaan kami tidak memiliki komplit majalahtersebut. Dari email ini, kami mohon agar perpustakaankami dapat dikirimkan Majalah Kiprah secara rutin agarkami dapat mengikuti informasi bidang pekerjaan umum,atau dimana kami dapat melihat majalah Kiprah dalamedisi komplit.
Terima kasih kami ucapkan atas perhatian Saudara,untuk informasi bahwa kami telah mendistribusikanMajalah Kiprah ke setiap Perpustakaan Perguruan Tinggisebanyak 1 (satu) eksemplar. Mungkin distribusi tersebuttidak sampai ke Perpustakaan Fakultas, tetapi haltersebut menjadi masukkan kami untuk mengirimkanjuga ke perpustakaan fakultas teknik. PermintaanSaudara untuk dapat melihat edisi komplit majalahKiprah, Saudara dapat datang langsung ke PerpustakaanKementerian Pekerjaan Umum pada jam kerja 09.00 –17.00 WIB, di Jalan Pattimura, Kebayoran Baru, GedungPusdata Lantai 1, No. Telp. 7248932, email:[email protected] .
Usulan Rubrikasi Baru
majalah itu sangat bermanfaat bagi saya untuk menam-bah pengetahuan saya di bidang teknik sipil.
Ahmad Suradji, Surabaya
Jawaban:Pertama kami ucapkan atas perhatian dan minat Saudarapada majalah kami. Dapat kami informasikan ataspertanyaan Saudara, memang saat itu kami sedang ujicoba untuk mempublikasikan majalah kami melalui mediainternet (saat itu kami gunakan situs perpustakaanDepartemen PU), dan tahun ini semoga dapat terwujudSistem Informasi Majalah Kiprah, yang merupakan satusistem terpadu dalam mengelola majalah Kiprah yangberbasis Internet sehingga masyarakat dapat melihatdan mendowload (mengunduh) materi dari Majalah.
Volume 36 • KIPRAH8
LINTASINFO
Seluruh Stakeholders Diminta
CAFTA (China Asean Free Trade
Agreement) tidak mungkin
dihindari. Seadainya bisa ditunda
temponya hanya sesaat. Untuk itu
pemerintah berharap sektor konstruksi
ke depan harus dikelola dengan baik.
Perlu diciptakan seluruh rantai pasok
pasar konstruksi, mulai dari hulu hingga
hilir (kebijakan, material, alat-alat berat).
Seluruh komponen rantai pasok itu harus
diproduksi di dalam negeri. Sehingga
tidak lagi mengandalkan produk impor,
yang menyebabkan biaya tinggi.
“Bila semua ini sepakat kita akan
menjadi lebih kuat. Yang penting dalam
reali-sasinya tidak tumpang tindih
dengan aturan-aturan lain yang sudah
ada,” ungkap Kepala Badan Pembina
Konstruk-si dan Sumber Daya Manusia
(BPKSDM), Sumaryanto Widayatin, di
Jakarta .
Yayasan Badan Penerbit PU
Masyarakat Penulis Bidang
Pekerjaan Umum dan
Permukiman (MPBPUP) mes-
ki baru berusia setahun, namun mampu
meluncurkan 7 (tujuh) buah buku. Dalam
Launching peluncuran buku yang di-
darsono, yang juga memberikan sam-
butan.
Djoko Kirmanto juga menyampaikan
sukses dan apresiasinya kepada PT.
Mediatama Saptakarya (PT. Medisa)
yang bernaung dibawah YBP-PU atas
kiprahnya turut mendukung dan mem-
fasilitasi MPPUP dalam menerbitkan
karya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
bidang pekerjaan umum dan permu-
kiman.
Adapun ke 7 buah buku yang di-
launching tersebut berjudul: Budaya
Kerja PNS Pekerjaan Umum, Upaya
Mengatasi Masalah Banjir Secara
Menyeluruh, Pemeliharaan dan Per-
baikan Konstruksi Jalan Lentur, Pe-
kerjaan Tanah Dasar dan Drainase
Konstruksi Jalan, Teknologi Aspal dan
Penggunaannya Dalam Konstruksi
Perkerasan Jalan, Manajemen Proyek
Jalan, Perencangan Perkerasan Jenis
Lentur dan Jenis Kaku. (Sony)
Selama ini, sertif ikasi Badan Usaha
(ketrampilan, tenaga ahli) begitu mudah
didapat. Hal itu berdampak pada mutu
konstruksi yang menurun. Untuk mem-
perbaikinya semua yang berkompeten
harus mematuhi PP No.4/2009 tentang
sertif ikasi Badan Usaha yang mulai
diberlakukan Januari lalu.
Pengakuan pemain konstruksi, kontrak-
tor nasional yang go internasional keba-
nyakan dikenakan peraturan yang sangat
ketat jika bersaing di luar negeri. Pihak
luar menerapkan aturan hambatan teknis
(barier to entry). Menurut Sumaryanto,
aturan yang mereka buat cukup elegan.
Dan pada intinya, tidak ada masalah kalau
persyaratannya dipenuhi.
Dan beberapa kontraktor kita yang
terbukti bagus, kenyataan bisa meme-
nangkan tender di Alzajair, Dubai, atau
Libya. Ini suatu bukti bahwa mereka juga
bisa bersaing disana. (Sony)
Lebih Serius Hadapi CAFTA
Launching 7 Buku Barugelar di Ruang Sapta Taruna yang
dibuka oleh Menteri Pekerjaan Umum.
Acara ini juga dihadari oleh sejumlah
mantan pejabat di lingkungan Kemen-
terian PU diantaranya Mantan Menteri
PU (Suyono Sostrodarsono), Budiman
Arif dan Rustam Sjarief (keduanya man-
tan Sekjen PU).
Menteri PU Djoko Kirmanto dalam
sambutannya memberikan apresiasi atas
keberhasilan MPPUP meluncurkan buku-
baku di bidang ke PU an. Ditegaskan,
meski MPBPUP baru mendeklarasikan diri
16 Oktober 2009 lalu, namun sudah
menorehkan karya yang cukup mem-
banggakan. Pujian senada diungkapkan
mantan Menteri PU, Suyono Sosro-
9KIPRAH • Volume 36
LINTASINFO
Pemerintah akan melakukan
normalisasi Sungai Ciliwung
terutama di daerah yang meng-
alami penyempitan dan ditempati
warga an Sungai Ciliwung. Selain itu
lekukan Sungai Ciliwung di dua lokasi
yakni di Kalibata dan Bidara Cina akan
dipotong.
Lokasi Rusun Warga BantaranSungai Tak Jauh Dari Rumah Warga
“Lekukan Kali Ciliwung kita akan lurus-
kan. Bekas sungainya akan kita ratakan
tanah. Di sanalah rusun akan dibangun.
Harapan kita warga yang tinggal di
bantaran Kali mau dipindah ke Rusun
yang jaraknya tidak jauh, tetapi belum
tentu. Jadi pendekatan kepada masya-
rakat harus dilakukan” kata Menteri
Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto usai
Rapat Kerja dengan Komisi V DPR RI di
Senayan, Jakarta .
Menteri PU Djoko Kirmanto juga mema-
parkan 6 program utama Kementerian
PU dalam upaya mengurangi banjir di
Jabodetabek yakni pertama pemba-
ngunan Banjir Kanal Timur (BKT).
Kedua, peningkatan kapasitas dan per-
kuatan tebing Banjir Kanal Barat (BKB)
yang berfungsi membagi/memotong
aliran sungai Ciliwung, melalui Pintu Air
Manggarai melintasi di bagian tengah
wilayah DKI Jakarta.
Ketiga, penanganan normalisasi sungai-
sungai (diluar BKT dan BKB), dengan
komponen : normalisasi sungai, pintu
air, dan pengerukan muara. Kemudian,
rehabilitasi situ-situ dan sumur resapan
serta optimasi waduk, polder, dan
pompa bersama dengan Pemda DKI.
Selain itu membantu pe-nanganan
drainase kota di lokasi tertentu (tang-
gung jawab utama oleh Pemda DKI),
terakhir yang tak kalah penting, adalah
penataan bantaran sungai serta pem-
bangunan rumah susun sewa, ber-sama
dengan Kementerian Perumahan Rak-
yat.(gt)
9KIPRAH • Volume 36
Para peneliti harus kritis melihat
beragam masalah yang dialami
masyarakat. Mereka harus bisa
memberikan solusi bagi masyarakat guna
mengatasi masalah itu. “Peneliti bisa
menjadi inspirasi perubahan bila karyanya
terukur dan menjadi solusi langsung bagi
masyarakat,” ujar Wakil Menteri Peker-
jaan Umum Hermanto Dardak ketika
Kolokium Hasil Litbang
hadir sebagai pembicara utama Koloki-
um Hasil Penelitian dan Pengembang-
an Sumber Daya Air 2010: Inovasi
Teknik Penunjang Pengelolaan Sumber
Daya Air untuk Percepatan Peningkat-
an Kesejahteraan Rakyat, Rabu pada
tanggal 10 Maret 2010 di Bandung.
Hermanto mengatakan, kerja seorang
peneliti tidak cukup dengan pengum-
pulan data. Kerja sebatas mengumpulkan
data diyakini tidak banyak berguna atau
membawa perubahan bagi semua pihak.
Data akan berguna bila peneliti mampu
mengaplikasikannya dalam praktik
sehari-hari. Oleh karena itu, ia berharap
peneliti memilih tema penelitian sesuai
dengan masalah yang dialami masya-
rakat. Mereka harus fokus dengan
kemampuan ilmu yang dimiliki sehingga
tercipta solusi yang tepat dan bisa
dimanfaatkan.
“Dengan metode seperti itu, akan
banyak orang bisa menikmati hasil
penelitian. Bahkan dalam tataran lebih
besar hasil penelitian yang aplikatif bisa
meningkatkan kesejahteraan masyara-
kat,” paparnya. Ia memberi contoh
masalah banjir tahunan di Kabupaten
Bandung. Ia menginginkan para peneliti
dari Badan Penelitian dan Pengemba-
ngan Sumber Daya Air memberi solusi
pengurangan dampaknya. Ia juga ber-
harap proses kerja peneliti dibimbing
oleh semacam badan evaluasi. Dengan
demikian, penelitian tetap fokus dan
bisa mendapatkan banyak masukan
untuk mencari hasil terbaik. “Fokus
penelitian yang bisa langsung diapli-
kasikan oleh masyarakat sangat diha-
rapkan pemerintah. Dukungan peme-
rintah sangat besar bagi penelitian
aplikatif karena terkait dengan pem-
bangunan kesejahteraan masyarakat,”
kata Hermanto.(Kompas.com)
Sumber Daya Air Tahun 2010
Volume 36 • KIPRAH10
LAPORANUTAMA
Hari Air Dunia 2010 atau lebih
dikenal dunia dengan World
Water Day yang sebentar lagi
akan diselenggarakan, yakni tepatnya
tanggal 22 Maret 2010. Mengapa perlu
dirayakan? Sebegitu pentingkah hal
tersebut? Mungkin itu pertanyaan dari
orang awam, atau mungkin dari keba-
nyakan orang yang belum mengetahui
esensi dari peringatan acara tersebut.
Peringatan tersebut dilatarbelakangi
oleh banyaknya permasalahan air yang
sedang dialami dunia dan dapat meng-
ancam kehidupan serta perikehidupan
mahluk hidup. Hal tersebutlah yang
telah mendorong dan meningkatkan
kesadaran dan kepedulian akan per-
lunya upaya bersama dari seluruh
komponen bangsa, dan bahkan dunia,
untuk kebersamaan memanfaatkan
dan melestarikan sumber daya air (SDA)
secara berkelanjutan. Harapan nan-
tinya, sumber daya air dapat dimanfa-
atkaan bagi generasi selanjutnya. Itulah
yang melandasi lahirnya Hari Air Dunia
(World Water Day).
Peringatan ini merupakan wahana dan
momentum untuk memperbaharui
tekad untuk melaksanakan Agenda 21.
Agenda ini sendiri dicetuskan pada tahun
1992 dalam United Nations Conference
on Environment and Development
(UNCED) yang diselenggarakan di Rio
Janeiro, Brazil, (lebih populer dengan
sebutan Earth Summit = Konferensi
Tingkat Tinggi Bumi).
Penetapan Hari Air Dunia pada sidang
umum PBB ke 47 tanggal 22 Desember
1992, melalui Resolusi 147/1993 dimana
usulan Agenda 21 diterima dan sekaligus
ditetapkan pelaksanaan Hari Air Dunia
setiap tanggal 22 Maret tiap tahun-
nya, dan mulai diperingati sejak tahun
1993 oleh negara-negara anggota
PBB. Untuk tahun ini, tema Hari Air
Dunia adalah “Clean Water for A Healthy
World (Tema Nasional : Pentingnya
Kualitas Air Untuk Indonesia Sehat).
Sebagaimana diketahui bahwa air
merupakan sumber kehidupan di
dunia ini. Dimana kualitas dari hidup
kita sangat tergantung kepada kua-
litas air. Kualitas yang baik dapat
mendukung ekosistem yang sehat,
yang akhirnya nanti mengarah kepada
peningkatan kesehatan manusia.
Namun, kualitas air yang buruk juga
sangat mempengaruhi lingkungan
hidup dan kesehatan manusia. Con-
tohnya, banyaknya penyakit yang
ditularkan melalui media air. Hampir
1,5 juta anak di dunia tiap tahunnya
meninggal karena hal tersebut.
Kualitas dari sumber daya air saat ini
semakin lama semakin terancam oleh
polusi. Segala kegiatan dan aktivitas
manusia selama 50 tahun belakangan ini,
bertanggung jawab atas pencemaran
sumber daya air yang terjadi selama ini.
Diperkirakan bahwa lebih dari 2,5 miliar
orang di dunia hidup tanpa sanitasi yang
memadai. Setiap harinya, 2 juta ton
sampah dan limbah lainnya juga mengalir
keperairan dunia. Masalahnya lebih
buruk di negara-negara berkembang, di
mana kurang lebih 70% dari limbah
industri yang tidak diolah langsung
dibuang ke air permukaan.
Banyak polutan air memiliki dampak
negatif dalam jangka panjang, dan
MenyongsongHari Air Dunia 2010
11KIPRAH • Volume 36
LAPORANUTAMA
sangat beresiko terhadap kesehatan
manusia. Akibatnya lingkungan menjadi
rusak karena adanya penurunan pro-
duktivitas biomas dan kehilangan
keanekaragaman hayati .
Peningkatan populasi manusia yang
mengubah pola produksi dan konsumsi
sehingga menjadikan kebangkitan proses
industri, pertambangan, pertanian, dan
urbanisasi, menyebabkan semakin ber-
tambahnya logam berat, unsur-unsur
radioaktif, racun organik, dan obat-
obatan yang dibuang ke lingkungan.
Tingkat urbanisasi dari pedesaan ke
perkotaan juga makin meningkat. Diper-
kirakan bahwa 6,4 miliar orang di dunia
akan hidup di daerah perkotaan pada
tahun 2050, naik dari 3,4 miliar pada
tahun 2010. Pertumbuhan yang cepat
ini, jika tidak ditangani secara memadai
melalui perencanaan proaktif dan
pembiayaan, akan menimbulkan tanta-
ngan lebih lanjut terhadap kualitas air.
Walau alam juga berfungsi sebagai
sebagai f ilter terhadap dari zat-zat
beracun di dalamnya, namun kemam-
puannya terbatas. Akan sangat lebih
murah untuk untuk melindunginya dari
pencemaran dibandingkan dengan
upaya memulihkannya kembali.
Perlindungan dan pemeliharaan lingku-
ngan perairan dapat menjamin kesinam-
bungan layanan ekosistem dalam berba-
gai manfaat seperti untuk air minum,-
perikanan, rekreasi dan pariwisata.
Dilain pihak, dampak dari perubahan
iklim seperti sering terjadinya banjir
serta kekeringan, merupakan tantang-
an yang terus menerus terhadap kuali-
tas air; di samping semakin bertambah
banyaknya sumber polusi.
Akibat dari pencemaran air ini bisa
dilihat di daerah pantai, ekosistem
seperti mangrove, rumput laut, dan
terumbu karang menghilang dengan
sangat cepat. Ekosistem yang terkena
dampak ini, tidak dapat mengatasi teka-
nan tambahan seperti yang disebabkan
oleh perubahan iklim.
Kemampuan ekosistem air ini sebagai
lahan berkembang biak dan pembibit-
an, dan pelindung dari badai, semakin
berkurang. Di beberapa daerah dunia
lebih dari 50 persen spesies ikan air
tawar beresiko punah. Hal ini diper-
kirakan akan tambah diperburuk oleh
dampak perubahan iklim.
Dari segi infrastruktur yang ada, peme-
liharaannya tidak terlalu baik, sehingga
menyebabkan masalah dalam peng-
olahan dan pembuangan limbah.
Kembali pada isu tentang kualitas air.
Ia dan isu sosial ekonomi seperti
kemiskinan, pekerjaan, kesehatan, dan
persamaan hak saling terkait satu sama
lain. Penyediaan serta pemeliharaan air
minum yang layak dan sanitasi, sangat
penting untuk menanggulangi kemis-
kinan dan meningkatkan kualitas hidup
bagi milyaran orang.
Walaupun telah berkomitmen terhadap
tujuan Millenium Development Goals
(MDGs), pencapaian komunitas inter-
nasional masih jauh dari target untuk
mengurangi setengah dari jumlah
orang yang tidak mempunyai akses
terhadap air minum yang layak dan
sanitasi pada tahun 2015. Meskipun ada
kemajuan dalam mencapai target
tersebut, sebagian besar dari populasi
manusia yang ada masih belum terjang-
kau. Sebanyak 1,1 milyar orang di
seluruh dunia masih tidak memiliki
akses terhadap persediaan air yang
terlindungi dan lebih dari 2,6 milyar
tidak memiliki akses terhadap sanitasi
yang layak.
Walau diperkirakan bahwa lebih dari
90% dari populasi dunia akan menggu-
nakan sumber air yang terlindungi pada
tahun 2015 mendatang, diperlukan
suatu usaha yang besar untuk mencapai
target sanitasi Millenium Development
Goals. Sebagai contoh, proporsi orang
yang tidak memiliki akses terhadap
sanitasi yang layak hanya berkurang 8%
dalam jangka waktu lebih dari 16 tahun
(antara tahun 1990 dan 2006). Dengan
memperhitungkan pertumbuhan popu-
lasi, maka diperkirakan pada tahun 2015
akan terdapat 2,4 milyar orang yang
tidak memiliki akses terhadap fasilitas
sanitasi dasar.
Untuk mencapai target Millenium De-
velopment Goals, dunia perlu menye-
diakan akses terhadap sanitasi yang
layak kepada 173 juta orang per tahun
Pencemaran akibat limbah industri (foto:Istimewa)
Volume 36 • KIPRAH12
LAPORANUTAMA
dengan biaya 11,3 milyar dollar Amerika.
Biaya tersebut terbilang murah untuk
menyelamatkan jutaan orang, mening-
katkan kualitas hidup dan kesehatan,
serta keuntungan yang dihasilkannya.
Keuntungan tersebut bervariasi mulai
dari efisiensi waktu dan produktifitas
sampai efisiensi biaya terkait jaminan
kesehatan di tingkat nasional. Keuntu-
ngan per kapita untuk populasi dunia yang
terus berkembang dapat mencapai
sekurang-kurangnya 15 dollar amerika per
kapita/tahun.
Organisasi Kesehatan Dunia (World
Health Organization) memperkirakan
bahwa dengan mencapai tujuan Mille-
nium Development Goals untuk akses
terhadap air yang aman dan sanitasi
maka akan terdapat keuntungan ekono-
mi sebesar 84,4 milyar dolar Amerika
per tahun.
Untuk mewujudkan hal ini, negara-
negara di dunia harus mengembang-
kan kebijakan manajemen air ber-
kelanjutan serta penerapannya ter-
kait tantangan dalam kualitas air.
Pengukuran, termasuk memonitor
badan air secara sistematis, merupakan
indikator yang efektif untuk melindungi
kesehatan manusia dan mencapai
sanitasi yang layak.
Patut digaris bawahi bahwa air bersih
merupakan faktor yang penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan eko-
nomi, juga berinvestasi pada air dan
sanitasi memiliki keuntungan ekonomi
dan sosial yang tinggi.
MELINDUNGI KUALITAS AIR :
TANGGUNG JAWAB BERSAMA UNTUK
KEPENTINGAN BERSAMA
Kita semua tinggal di daerah hilir
sehingga melindungi sumber air dari
polusi adalah tanggung jawab setiap
orang. Hal tersebut tidak bisa diserahkan
seluruhnya kepada pemerintah. Semua
sektor, pemerintah dan swasta, harus
melakukan tindakan yang tepat dan
memadai untuk mencegah polusi.
Diperlukan keterlibatan semua pihak,
mulai dari individu dan komunitas lokal
sampai dengan organisasi internasi-
onal, lembaga swadaya masyarakat, dan
masyarakat. Tindakan perlu dibedakan
tergantung pada tipe air yang digu-
nakan serta pihak yang mengguna-
kannya, baik sebagai indidu atau peru-
sahaan.
Ada kebutuhan yang sangat mendesak
untuk meningkatkan penelitian, moni-
toring dan penilaian kualitas air di
tingkat global, regional, dan lokal.
Penemuan ilmiah dari penelitian harus
mengarah pada pembentukan dan
penerapan kebijakan yang aplikatif.
Selain itu, dibutuhkan pendanaan yang
memadai dan pengawasan fungsi regu-
lasi untuk menjamin kepatuhan serta
penegakan peraturan.
Air bersih adalah kehidupan. Kita sudah
memiliki cara dan kemampuan untuk
menanganinya. Kehidupan dan kemak-
muran manusia bertumpu pada tin-
dakan kita sekarang, untuk bertindak
sebagai penjaga dan bukan sebagai
pencemar, terhadap sumber yang
paling berharga, air bersih kita. Bagai-
mana perkembangan di negara kita
Indonesia tercinta ini ??. (Redaksi)
Polutan dari Sektor Berbeda dan Dampaknyaterhadap Manusia dan Ekosistem
Respon
Usaha penanggulangan
− − − − − Pedoman dan standar air
minum dan air limbah
− − − − − Instalasi pengolahan
− − − − − Perlindungan, restorasi
dan pengembangan rawa
(buatan)
− − − − − Memonitor kualitas air
− − − − − Pencegahan pembuangan
langsung agen kontaminasi
− − − − − Penerapan yang sesuai
untuk meminimalisasi
dampak melalui
pencegahan polusi dan
teknik bercocok tanam
yang terbaik
− − − − − Pedoman dan standar
untuk pembuangan limbah
cair industri
− − − − − Fasilitas pengolahan
− − − − − Prinsip bahwa pihak yang
membuat polusi harus
membayar
− − − − − Memonitor kualitas air
− − − − − Pedoman dan standar
− − − − − Informasi mengenai
penggunaan air
− − − − − Kerjasama Pemerintah-
Swasta
− − − − − Memonitor kualitas air
Dampak terhadap
Manusia dan
Ekosistem
- Penyebaran penyakit
gastroinstentinal,
berpotensi
menyebabkan
kematian bagi mereka
yang rentan
- Berkurangnya kadar
oksigen dalam air di
sungai dan danau
− − − − − Suburnya ganggang
berbahaya dan
hypoxia (kurangnya
oksigen dalam
jaringan tubuh)
− − − − − Berkurangnya kadar
oksigen dalam air di
sungai dan danau
- Masalah kesehatan
terkait pestisida dan
kontaminasi feses
yang diterima air
- Suburnya ganggang
berbahaya dan
hypoxia (kurangnya
oksigen dalam
jaringan tubuh)
- Akumulasi bahan
kimia dalam rantai
makanan
- Perubahan
keanekaragaman
hayati
- Penutupan pantai,
pembatasan perahu
pariwisata, dan
dampak terhadap
penggunaan air
lainnya
Karakteristik
Penurunan
Kualitas Air
Peningkatan
jumlah dan
faecal
coli form,
pathogen,
bahan kimia
beracun
Peningkatan
kadar nutrisi,
kadar garam,
pestisida,
patogen, BOD
Peningkatan
agen
kontaminasi
tergantung
pada t ipe
industri
(logam berat,
kimia),
peningkatan
BOD dan COD
Peningkatan
nutrisi, kimia,
patogen
Tipe Polutan
- Limbah cair
- Limbah padat
- Sisa pupuk,
pestisida dan
bahan organic
- Limbah cair
industri
- Limbah cair
- Sampah
Penyebab
Penurunan
Kualitas Air
Permukiman
Manusia
Pertanian
Industri
Pariwisata dan
Rekreasi
(Sumber:GEMS / Water Driver, Pressures-Impact-Response)
13KIPRAH • Volume 36
LAPORANUTAMA
Tema Hari Air Dunia (World Water
Day – WWD), setiap tahun
ditetapkan oleh PBB berganti-
ganti, sesuai dengan isu sumber daya air
yang dianggap penting pada saat itu dan
perlu mendapatkan perhatian dunia.
Berikut tema Hari Air Dunia sebelumnya:
2009 : Transboundary Waters
Tahun 2009, tema HAD adalah shared
water – shared opportunities atau
berbagi air, berbagi kesempatan, khu-
susnya pada Transboundary Waters.
Peluang bekerjasama dalam manajemen
Transboundary Waters dapat membantu
untuk membangun kehormatan, pema-
haman dan kepercayaan diantara Negara-
negara di dunia dan mempromosikan
kedamaian, keamanan dan pertumbuh-
an ekonomi secara berkelanjutan.
2008: Sanitation
Hari Air Dunia
perayaan Hari Internasional Sanitasi, dan
menantang penduduk dunia untuk mela-
kukan aksi di tengah krisis dunia. Tiap 20
detik, seorang anak meninggal, sebagai
akibat dari kondisi sanitasi buruk. Hal itu
mengurangi jumlah harapan hidup usia
muda karena kurangnya pengetahuan
untuk mencegah sanitasi buruk. Peringatan
HAD dilakukan di Genewa Swiss dengan
pembicara Pangeran Willem Alexande dan
Dirjen WHO Dr. Margaret Chan.
2007: Coping with Water Scarcity
Meningkatnya masalah kelangkaan air
dalah topik HAD 2007. Tema difokuskan
pada meningkatnya kelangkaan air di
dunia secara signifikan dan kebutuhan
peningkatan integrasi dan kerjasama
untuk menjamin pengelolaan sumber air
yang semakin langka secara berke-
lanjutan, efisien dan merata, baik pada
level internasional dan lokal.
Badan PBB FAO (Food and Agriculture
Organization) memimpin peringatan
HAD 2007. Sekretaris Jenderal FAO
Jaques Diouf memberi kata sambutan
dalam perayaan itu serta pesan melalui
video oleh Sekjen PBB Ban Ki Moon dan
Pre-siden Palang Merah Internasional,
Michael Gorbachev.
2006: Water and Culture
Tema HAD 2006 adalah Air dan Budaza,
dibawah kendali UNESCO. Tema Air dan
Budaya 2006 menggambarkan perhatian
pada pemahaman, penggunaan dan
perhatian air sebagai tradisi budaya di
seluruh dunia. Air ádalah jantung dari
semua agama dan digunakan dalam
berbagai acara ritual. Air juga dibutuhkan
dalam dunia seni seperi musik, melukis,
menulis, drama dan merupakan unsur
penting dalam kepentingan penge-
tahuan.
2005: Water for Life
Tema HAD 2005 adalah Air untuk kehi-
dupan. Sidang Umum PBB dalam sesi ke
58 pada bulan Desember 2003 menye-
tujui untuk memproklamirkan tahun 2005
hingga 2015 sebagai Dekade internasional
untuk aksi “air untuk kehidupan” dan
yang dimulai sejak 22 Maret 2005. Dekade
tersebut mengubah dunia sasaran dunia
pada “Fokus yang lebih besar pada isu
terkait air, sebagai upaya untuk me-
mastikan partisipasi wanita dalam penge-
lolaan air, dan lebih jauh lagi, juga
kerjasama di semua strata untuk men-
capai MDG’s, Johanesburg Plan dan
Agenda 21".
2004: Water and Disasters
Badan PBB yang menangani bencana
dan Badan Meteorologi Dunia bertang-
gung jawab penuh dalam penyeleng-
garaan HAD 2004. Pesan HAD 2004
adalah Cuaca, iklim dan sumber daya air
memiliki dampak yang dapat merusak
pembangunan sosial ekonomi dan
kehidupan manusia.
Berdasarkan Badan Meteorologi Dunia,
cuaca dan iklim yang ekstrim seperti
Dari Tahun ke Tahun
Di tahun 2008, HAD bertepatan dengan
Volume 36 • KIPRAH14
LAPORANUTAMA
tornado, badai, banjir, menyumbang
75% dari semua bencana. Bencana
tersebut menyebabkan hilangnya ma-
nusia, hancurnya kehidupan dan ekono-
mi. Memperhatikan hal tersebut, mem-
prediksi perkembangan ke depan dan
sistem peringatan secara berkala
adalah hal yang sangat penting untuk
mencegah dampak yang merugikan
bagi manusia dan eko-nomi.
2003: Water for Future
Tema HAD 2003 adalah Air untuk masa
depan yang bertujuan untuk menjaga dan
2001: Water for Health
Air untuk kesehatan merupakan
tema HAD 2001 yang dikoordinir
oleh WHO. Pesan yang disampaikan
dalam HAD 2001 adalah diperlukan
upaya konkrit untuk menyediakan
air bersih dan memperbaiki kese-
hatan untuk meningkatkan kesada-
ran dunia. 22 Maret merupakan saat
yang tepat untuk mengingatkan tiap
orang bahwa solusi itu selalu ada.
Gunakan sumber daya yang ada
dibumi untuk mengubah sekedar
perhatian warga dunia terhadap
kiris air yang mengancam dunia.
1999: Everyone Lives Downstream
Banjir yang melanda sungai-sungai
utama di dunia tahun 1998 telah menye-
babkan kematian dan kerusakan di
sejumlah negara seperti China, Bang-
ladesh dan India, dimana sebagian
besar populasi dunia bertempat tinggal.
Banjir bukan hanya hasil curah hujan
yang berlebihan namun juga hasil
campur tangan manusia di daerah aliran
sungai. Badan PBB UNEP merupakan
koor-dinator HAD 1999.
1998: Groundwater – the Invisible Re-
source
HAD keenam ini merupakan rekomendasi
dari pertemuan 17 ACC Sub Committee
on Water Resources, yang dikoorinir oleh
UNICEF dan United Nation Division of
Economic and Social Affairs (UNDESA).
1997: The World’s Water: is There
Enough?
Pesan HAD 1997 adalah air merupakan
syarat dasar untuk kehidupan, meskipun
sumber daya air menghadapi permintaan
yang terus bertambah dan kompetisi
diantara pengguna air.
1996: Water for Thirsty City
HAD ke tiga ini menekankan pada krisis
air yang semakin meningkat yang diha-
dapi oleh kota-kota dunia yang mengan-
cam keberlanjutan pembangunan ekono-
mi dan sosial.
1995: Water and Woman
Untuk pertama kalinya Lesotho mera-
yakan HAD pada 22 Maret 1995. Depar-
temen Urusan Air meng-organized dua
aktivitas untuk memperingati HAD yakni
polusi air dan degradasi lingkungan.
1994: Caring for Our Water Resources is
Everyone’s Business
Tema HAD tahun 1994 adalah Peduli
akan Sumberdaya Air adalah Urusan
Setiap Orang.
(Lisniari Munthe)
memperbaiki kualitas dan kuantitas air
untuk generasi mendatang. Hal ini
sangat penting untuk mencapai cita-
cita MDG’s tahun 2015. The United
Nation Environment Programme
(UNEP) merupakan institusi yang
bertanggungjawab HAD 2003. Sasaran
HAD 2003 adalah untuk memberikan
inspirasi politik, aksi masyarakat dan
mendorong dunia untuk memahami
pentingnya penggunaan air secara arif
dan konservasi.
2002: Water for Development
Tema HAD 2002 adalah Air untuk
pemba-ngunan yang dimotori oleh
Lembaga Energi Atom Internasional.
Sumber daya air yang buruk di berbagai
belahan dunia memerlukan manaje-
men dan perencanaan sumber daya air
secara terintegrasi.
aksi yang nyata.
2000: Water for 21st Century
Ketersediaaan dan kualitas air meng-
alami kerusakan yang terus meningkat.
Kalau kondisi tersebut terus diper-
tahankan maka seluruh dunia nan-
tinya akan mengalami krisis. Pen-
duduk semakin meningkat semen-
tara air semakin langka.
Demikian disampaikan Wim Kok, Per-
dana Menteri Belanda pada second
announcement dalam forum Air Dunia
kedua dan konferensi Menteri di
Belanda yang dimulai pada minggu
menjelang 22 Maret 2000. Sejak 17-22
Maret 2000, ratusan ahli air, politisi, ahli
terkemuka dan pejabat dari seluruh
dunia bertemu di Hague. Acara tersebut
menghasilkan kesimpulan terhadap
Air sungai yaang kotor akibat limbah pabrik (foto:Istimewa)
kata-kata menjadi komitmen dan
15KIPRAH • Volume 36
LAPORANUTAMA
Kondisi sumber daya air kita,
walaupun dari sisi kuantitas
memadai, dari segi kualitas
masih kurang. Kualitas atau mutu ini
terpengaruh oleh keadaan lingkungan
yang tidak sepenuhnya bisa kita kontrol
dalam suatu institusi, belum lagi ditam-
bah ulah manusianya yang sangat tidak
perduli lingkungan.
Hal inilah yang menyebabkan kualitas
sumber daya air kita semakin menurun.
Demikian penuturan dari Plt. Dirjen
Sumber Daya Air Kementerian PU,
Mochammad Amron saat diwawancarai
Tim Majalah Kiprah.
Dari sisi kebijakan dan peraturan yang
ada, sebetulnya sudah memadai, yang
menjadi masalah adalah prakteknya.
Masyarakat, baik individu maupun insti-
tusi (bisa berupa jenis badan usaha
tertentu) sudah tidak peduli dengan
lingkungan. Mereka membuang sesuatu
asal tidak ada lagi dilingkungannya.
“Dalam istilah bahasa Inggris itu, not in
my back yard, asal tidak di buang di
halaman sendiri atau belakang, jadi itu
aman asal itu hilang dari lingkungan
sekitarnya” Jelas Mochammad Amron
mengenai prilaku masyarakat ini.
Hal ini merupakan praktek-praktek di-
mana alam diharapkan mampu mengolah
kembali buangan tersebut. Secara na-
tural kondisi ini memang terjadi di alam,
Kebijakan Memadai,
namun persoalannya sekarang jumlah
buangan / pencemaran tersebut sudah
melebihi kapasitas daya dukung alam.
Misalnya saja, bisa kita lihat dari Sungai
Citarum, dimana di sana ada industri
besar di hulu yang membuang limbah
ke sungai, ini ditambah ada limbah
urban dari Kota Bandung yang kemu-
dian masuk Waduk Saguling. Di Sagu-
ling terjadi berbagai macam proses
alami seperti pengendapan, riak, dan
segala macam sehingga kandungan
pencemarannya menurun begitu keluar
dari Saguling. Namun begitu,masih saja
tingkat pencemarannya di atas ambang
batas. Hal yang sama terjadi di Cirata
dan Jatiluhur.
Kembali pada masalah pencemaran,
dari sisi sumber pencemar, dapat dibagi
menjadi dua yaitu point sources (titik
tertentu) dan non point sources (bukan
dari titik tertentu, menyebar). Point
sources ini lebih mudah dilacak, misal-
nya pabrik yang membuang limbah
melalui saluran pipa, sedang non point
sources agak susah dilacak, bisa berasal
dari pertanian maupun rumah tangga/
per-kotaan.
Jenis pencemar yang dominan di tiap
sungai berbeda, misalkan saja Sungai
Brantas dan Citarum, jenis pencemarnya
didominasi oleh limbah rumah tangga
yang terkonsentrasi di kota besar. Untuk
sungai yang didominasi limbah industri?
“Lihat saja sungai Cipinang yang airnya
hitam itu” Ujar Amron berseloroh.
Masalah sanitasi juga menjadi sorotan
pria yang juga menjabat sebagai Kepala
Balitbang Kementerian PU ini. Kondisi
kebanyakan masyarakat yang tidak
mempunyai WC atau jamban tersendiri
ataupun dengan sistem terpusat, turut
Prakteknya Belum
Mochammad Amron, Plt Dirjen SDAKementerian PU
Petugas sedang membersihkan sampah di pintu air Manggarai(foto:Istimewa)
Volume 36 • KIPRAH16
berperan dalam pencemaran air. Indi-
kasinya jelas, yaitu tingginya tingkat
bakteri dari kotoran manusia dalam air
sungai.
Berbicara mengenai banjir Bandung,
yang perlu diperhatikan adalah alih fungsi
lahan di daerah hulu, yang kebanyakan
berubah menjadi lahan pertanian sayuran
semusim. Masalahnya adalah pertanian
sayuran ini cenderung mengabaikan
kaidah-kaidah konservasi, karena umum-
nya tanaman semusim (sayuran) yang
biasanya juga tidak menyukai air sehingga
jika ada air maka cepat-cepat dialirkan.
Hal ini diperparah dengan letak lahan
yang biasanya terletak di lereng dengan
kemiringan tinggi sehingga tingkat
erosinya sangat besar. Curah hujan
sekarang pun mengalami perubahan
dimana kini cenderung terkonsentrasi
dalam waktu pendek sehingga tanah
cepat mengalami jenuh.
Belum lagi ditambah dengan eksploitasi
air tanah di Kota Bandung yang sede-
mikian rupa akibat pertumbuhan pendu-
duk dan industri menyebabkan per-
mukaaan tanah di sana mengalami penu-
runan hingga 10 cm pertahun.
Menurut Amron, yang diperlukan dalam
masalah pencemaran air ini terutama
adalah hal yang mendasar, yaitu penya-
daran budaya masyarakat agar jangan
membuang sampah ke tempat air me-
ngalir. Masyarakat harus diberi penger-
tian bahwa apa yang mereka buang itu
kelak akan menyebabkan banjir dan
penumpukan limbah di daerah hilir.
Mungkin juga mereka sadar, namun
karena sistem pembuangan sampah
tersebut belum mencapai wilayah
mereka, atau tidak lancar, sehingga
mereka mengambil jalan pintas dengan
membuang sampah ke sungai. Jadi
selain budaya , sistem pembuangan
sampah atau sanitasi yang tidak terta-
ngani dengan baik turut berperan.
juga mutlak diperlukan. Seperti yang di
dicontohkan Balai Besar W ilayah
Sungai Brantas, institusi pengelola
walaupun tidak mempunyai kewe-
nangan untuk penindakan, maka Ia
akan menyurati pemda setempat untuk
mengantisipasi atau menindak sesuatu
yang tidak pada tempatnya.
Selain budaya dan sistem, masalah kese-
jahteraan sedikit banyak juga mem-
pengaruhi keefektifan sistem yang ada.
Karena masyarakat yang tingkat kese-
jahteraannya tinggi, diharapkan mampu
dan bisa membiayai sendiri sistem
sanitasi dan pembuangan sampah
tanpa harus tergantung pemerintah.
target utamanya adalah anak-anak usia
sekolah.
.
Selain kampanye, upaya penyadaran
publik ini juga bisa melalui lomba,
seperti lomba di majalah tentang
menulis kualitas air yang kemudian
diberi peng-hargaan. Kemudian ada
juga lomba melukis dengan tema yang
sama, lama-kelamaan tentu akan timbul
perasaan ikut memiliki terhadap air.
Kemudian ada juga semacam demo
simpatik dengan membagi-bagikan stiker
atau barang dengan tema yang sama,
sosialisasi bahwa air yang kita peroleh itu
sumbernya terbatas dan kondisi kuali-
Permasalahan yang kompleks ini tentu
perlu upaya penyadaran publik melalui
kampanye-kampanye penyadaran publik
yang dimulai sejak usia dini. Harapannya,
kalau anak-anak yang diberi pengertian
akan lebih cepat terserap, dan kemudian
menularkan kepada lingkungannya.
Seperti contoh tahun lalu ada kam-
panye cuci tangan untuk member-
sihkan bibit penyakit yang mungkin
terbawa dari tangan. kampanye ini
tasnya mengkhawatirkan, sehingga
upaya-upaya penjernihan dan men-
dapatkannya itu sangat mahal.
Di tingkat masyarakat sendiri sebe-
tulnya sudah mulai muncul gerakan-
gerakan pelestarian sungai, contohnya
yang ada di Sungai Pesanggrahan di
daerah Lebak Bulus – Cinere, Jakarta
Selatan. Di sana ada hutan kota di
bantaran sungai yang dikelola warga
sendiri. (Wy)
Pencemaran akibat limbah industri (foto:Istimewa)
Peran aktif institusi pengelola sungai
17KIPRAH • Volume 36
LAPORANUTAMA
Tantangan Dalam,
Peningkatan Kualitas Air
Secara umum kondisi air dapat
digambarkan dengan kualitas dan
ketersediaan (volume). Kualitas air
berhubungan dengan kelayakan peman-
faatannya untuk berbagai kebutuhan
sedangkan ketersediaan air berhubu-
ngan dengan berapa banyak air yang
dapat dimanfaatkan dibandingkan de-
ngan kebutuhannya. Selain itu kualitas air
juga dipengaruhi oleh volumenya yang
berpengaruh langsung pada daya pulih
air (self purification) untuk menerima
beban pencemaran dalam jumlah ter-
tentu.
Indonesia sendiri memiliki sekitar 6
persen dari cadangan air tawar dunia,
namun sering kali diberbagai daerah kita
jumpai kenyataan akan kelangkaan dan
kesulitan air. Pemanfaatan air selama ini
cenderung meningkat, namun sumber
daya air yang tersedia tetap bahkan
cenderung berkurang akibat pola pe-
manfaatan yang tidak berkelanjutan dan
pencemaran.
Sekitar 15-35% perkapita pertahun ke-
tersediaan sumber daya air yang di-
perkirakan berkurang akibat rusak dan
pencemaran tersebut (Sumber : Buku
“Status Lingkungan Hidup Indonesia
2008”). Kondisi kualitas air sungai kita
juga dianggap buruk,dari sekita 30-an
sungai yang dipantau oleh Kementerian
Lingkungan hidup nyaris semua ter-
cemar berat.
Bahkan pada tahun 2009, Sungai Citarum
(Jawa Barat) dinilai sebagai salah satu dari
10 sungai terburuk di dunia. Sepuluh
sungai terburuk tersebut merupakan
hasil riset dari Internasional River Basin
Monitoring, lembaga riset independen
internasional yang menangani masalah
lingkungan.
Sumber pencemar ini oleh Badan Penge-
lolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD)
Jawa Barat bisa dikategorikan menjadi 13
faktor / sumber. Tiga sumber pencemar
terbesar adalah limbah domestik / rumah
tangga, industri, dan pertanian, sedang
10 sisanya, seperti limbah peternakan,
limbah rumah sakit, limbah hotel, res-
toran dll, tidak begitu signifikan.
Kepala Lingkungan Keairan Pusat Litbang
Sumber Daya Air, Iskandar Yusuf men-
jelaskan “Untuk limbah domestik juga
tergantung masyarakatnya, misalkan
masyrakat rural/desa hanya 20mg/perhari
Biological Oxygen Demand (BOD) nya,
sedang perkotaan 40 gram, ada juga
masyarakat semi urban yang bervariasi
diantara 20-40 mg BOD limbahnya
domestiknya”.
Diakui, bahwa tidak mudah mengatasi
hambatan dalam peningkatan kualitas air.
Iskandar Yusuf yang juga seorang peneliti
dari Pusat Penelitian Sumber Daya Air,
Balitbang PU mencoba mengidentifikasi
hambatan yang ada tersebut menjadi
beberapa hal. Diantaranya adalah ter-
lampauinya daya pulih air atau daya
tampung beban pencemaran badan
sungai/air, penegakan peraturan / hukum
dan alasan ekonomi.
Untuk masalah terlampauinya daya
tampung beban pencemaran air, semua
tentu mengetahui bagaimana volume
dan intensitas pencemaran saat ini.
Sedang masalah penegakan hukum
dinilai terkait erat dengan masalah
ekonomi.
Iskandar mengilustrasikannya seperti
ini. Sungai-sungai strategis dikelola Ke-
menterian PU melalui Balai Besar Wi-
layah Sungai (BBWS), namun wewenang
penindakannya ada pada masing-ma-
sing pemda.Suatu saat, di hulu ada
industri atau peternakan besar yang
membuang limbah ke sungai. Ini bisa
terjadi karena tata ruangnya yang salah,
atau yang lebih sering tata ruangnya
benar, izinnya yang salah atau malah
justru tidak berizin.
Pada kasus ini, BBWS sebagai pengelola
sungai tentunya akan menegur dan
karena tidak punya wewenang penin-
dakan kemudian menyurati pemda
terkait untuk menindak lanjuti. Terka-
dang, secara informal, dari pihak pemda
berkomentar “Pak, kalau usaha ini ditu-
tup, rakyat saya mau makan apa? Mereka
bakal ngamuk kalau usahanya ditutup”.
Iskandar Yusuf, Kepala Balai
Lingkungan Keairan Puslitbang SDA. (Foto: Dok.)
Volume 36 • KIPRAH18
LAPORANUTAMA
Tabel 1. Status Mutu Air beberapa sungai di Indonesia tahun 2008
Sumber: Buku “Status Lingkungan Hidup Indonesia 2008”
Hal ini ditambah dengan kecende-
rungan sebagian oknum pimpinan
daerah (bupati/walikota) yang lebih
beorientasi pada bagaimana mening-
katkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
nya demikian pula masyarakatnya. Jadi
bisa di bilang pilihannya adalah antara
ekonomi atau kelestarian lingkungan.
Mereka memilih jalan yang mudah dan
murah, karena walaupun pilihan untuk
meningkatan taraf ekonomi sambil tetap
menjaga kelestarian lingkungan itu ada,
namun pilihan itu ditepis. Kenapa?
Karena pilihan ini akan menimbulkan
external cost (tambahan biaya).
Contoh lagi Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) di Bandung Selatan.
Tarifnya sangat murah, hanya 3500 rupiah
per m3, namun tetap tidak mau bayar.
Caranya bagaimana? Dengan kucing-
kucingan dengan pengelola IPAL, kalau
ada kesempatan langsung dibuang,
sehingga air limbah yang terukur hanya
sedikit saja karena sisanya sudah dibuang.
Kembali pada upaya peningkatan kualitas
air. Dari segi hukum, kita memiliki UU
No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU
No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya
Air dan PP No. 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengen-
dalian Pencemaran Air.
Dari sisi kelembagaan, ada BPLHD, ada
juga program-program seperti Program
Kali Bersih (Prokasih), Gerakan Nasional
Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL),
dll. Secara teknis ada Norma Standar
Peraturan dan Manual (NSPM) dan
prototipe IPAL yang dikeluarkan Ke-
menterian PU.
Tantangannya adalah perubahan iklim
global dimana curah hujan sekarang
relatif lebih sebentar namun terkon-
sentrasi dalam volume yang besar, hujan
asam serta perubahan cuaca dan iklim.
Pertumbuhan penduduk dan aktivitas
ekonomi (industri) juga patut diwas-
padai. Kemudian penanganan limbah B3
(Bahan Berbahaya dan Beracun) yang
disebabkan limbah produk misalkan
merkuri pada batere.
Peluang dalam peningkatan kualitas air
ini cukup banyak, diantaranya adalah
bagaimana mengimplementasikan hasil-
hasil teknologi baik dari dalam maupun
luar negeri. Kearifan lokal yang men-
dukung kelestarian sumber daya air juga
patut kita gali dan kembangkan. Peluang
terbaru dalam peningkatan kualitas air
ini datang dari mekanisme kompensasi
pengurangan emisi karbon dunia.
Dalam mekanisme ini, negara-negara
yang menyumbang pengurangan emisi
karbon dunia berhak memperdagangkan
/ meminta kompensasi dari negara-
negara yang tingkat pencemaran kar-
bonnya tinggi. Walaupun ini ditujukan
untuk pencemaran udara, namun se-
cara tidak langsung memiliki pengaruh
dalam meningkatakan kualitas dan
kuantitas sumber daya air.
Dalam skala kecil, bisa dilihat di Sungai
Cidanau, masyarakatnya di hulu menjaga
konservasi hutan kemudian mereka bisa
mengklaim kompensasi ke Krakatau
Tirta Industri sebagai penyedia air
minum.
“Mengutip perkataan Pak Emil Salim
waktu penjelasan Copenhagen Accord di
JW Marriot, zaman dahulu, orang melihat
hutan, bila ingin sesuatu maka tebanglah,
kayunya buat uang. Tapi zaman sekarang
ini tidak perlu begitu, dengan me-
melihara hutannya kita justru bisa
mendapat uang” papar Iskandar Yusuf.
(wy)
Cemar Berat
Cemar Berat
Cemar SedangCemar Sedang - Cemar Berat
Cemar BeratCemar Berat
Cemar SedangCemar BeratCemar BeratCemar Berat
Cemar Sedang - Cemar BeratCemar BeratCemar BeratCemar BeratCemar Berat
Cemar BeratCemar Berat
Cemar SedangCemar Berat
Cemar BeratCemar Berat
Cemar SedangCemar BeratCemar Berat
Cemar Sedang - Cemar Berat
611610141514126866156667
1066566666866663366
NADSumatera UtaraSumatera BaratRiauRiauRiauRiauJambiBengkuluSumatera SelatanBangka BelitungLampungDKI JakartaBantenJawa BaratJawa TengahDI. YogyakartaJawa TimurBaliNTBNTTKalimantan BaratKalimantan TimurKalimantan TengahKalimantan SelatanGorontaloSulawesi UtaraSulawesi TengahSulawesi SelatanSulawesi SelatanSulawesi TenggaraMalukuMalukuMaluku UtaraPapua
Krueng AcehDeliBatang AgamKamparIndragiriRokanSiakBatanghariAir BengkuluMusiRangkuiWay SekampungCiliwungKali AngkeCitarumProgoProgoBengawan SoloTukad BadungJangkokDendengKapuasMahakamKahayanMartapuraBoneTondanoPaluTalloJeneberangKonawehaBatu GajahBatu MerahTaboboAnafre
1234567891011121314151617181920212223242526272829303132333435
No. Sungai Provinsi Jumlah Titik Jumlah Titik
19KIPRAH • Volume 36
Pencemaran Air dan Dampak Buruknya
Terhadap Lingkungan
Semua orang berharap semestinya airsebagai sumber kehidupan, diper-lakukan sebagai bahan yang sangatbernilai, dimanfaatkan secara bijak, dandijaga terhadap bahaya dan risikopencemaran, bukannya dihamburkan,dicemari, atau bahkan disia-siakan. Halini penting karena hampir setengah pen-duduk dunia dimana hampir seluruhnyadi negara-negara berkembang, men-derita berbagai penyakit yang dia-kibatkan oleh kekurangan air, atau olehair yang tercemar.
Kondisi tersebut umumnya disebabkanpengolahan air serta sanitasi lingkunganyang kurang memenuhi syarat keamanandan syarat kesehatan. Penyakit lainnyayang kerap muncul akibat buruknya
sanitasi lingkungan adalah penyakit, tipus,polio dan cacingan.
Dampak negatif dari pencemaran air
sangat merugikan baik dari segi nilai
(biaya) ekonomi, juga terhadap nilai
ekologi, dan sosial budaya sehingga
memerlukan upaya pemulihan kondisi air
yang tercemar. Bila kondisi air yang
tercemar dibiarkan (tanpa upaya pemu-
lihan) akan menyebabkan semakin tinggi-
nya komponen biaya pengolahan. Pence-
maran air berdampak luas, misalnya
dapat meracuni sumber air minum,
meracuni makanan hewan, ketidak-
seimbangan ekosistem sungai dan danau,
rusaknya hutan akibat hujan asam, dan
sebagainya.
Di badan air (sungai, danau dan waduk),
nitrogen dan fosfat (dari kegiatan per-
tanian) telah menyebabkan pertum-
buhan tanaman air yang di luar kendali
(eutrofikasi berlebihan). Ledakan per-
tumbuhan ini menyebabkan oksigen,
yang seharusnya digunakan bersama oleh
seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi
berkurang. Ketika tanaman air tersebut
mati, dekomposisi mereka menyedot
lebih banyak oksigen. Sebagai akibatnya,
ikan akan mati, dan aktivitas bakteri
menurun.
Keberadaan sampah di sungai juga ikut
memperparah pencemaran sumber air.
Hal ini akibat dari pertumbuhan pendu-
duk yang semakin tinggi yang berimbas
pada semakin bertambahnya tingkat
konsumsi masyarakat serta aktivitas
lainnya yang berakibat pada terjadinya
pertambahan volume buangan limbah
maupun sampah yang dihasilkan. Jum-
Lindungi Sumber Air Kita DariPencemaran
Bendungan Sengguruh: Kondisi Bendungan Sengguruh dipenuhi limbah padat dan cair dari alam dan kegiatan manusia telah menimbulkanpencemaran air dan lingkungan. Menurut Kepala Divisi ASA I, PJT I Alfan Irfan, setiap hari perlu dikeruk untuk mengurangi sedimen. (foto:Joe)
Oleh :** Ade Syaiful Rachman
LAPORANUTAMA
Volume 36 • KIPRAH20
lah penduduk Indonesia telah mening-kat
menjadi hampir dua kali lipat selama 25
tahun terakhir, yaitu dari 119,20 juta jiwa
pada tahun 1971 bertambah men-jadi
198,20 juta jiwa pada tahun 1996 dan
bertambah kembali menjadi 204,78 juta
jiwa pada tahun 1999.
Jika tingkat pertumbuhan penduduk ini
tidak mengalami perubahan positif yang
drastis maka pada tahun 2020 jumlah
penduduk Indonesia diperkirakan akan
mencapai 262,4 juta jiwa dengan asumsi
tingkat pertumbuhan penduduk alami
sekitar 0,9% per tahun.
Sampah dan limbah yang terdapat di
badan sungai maupun saluran drainase
ini, apabila jika tidak ditangani dengan
baik, selain memberikan dampak ke-
sehatan lingkungan (disebabkan kualitas
air menurun akibat tidak diperlakukannya
badan sungai atau saluran drainase sesuai
dengan peruntukannya), juga akan
menyebabkan saluran tersumbat dan
pendangkalan sungai oleh sampah dan
sedimen sehingga air dapat meluap dan
menimbulkan genangan/banjir.
Sedimen tersebut juga akan mengurangi
kapasitas pengaliran dari sungai sehingga
menimbulkan banjir. Endapan lumpur
sampah tersebut akan menurunkan
kualitas air baku sehingga berakibat
naiknya investasi pengolahan air baku
(untuk air minum) serta berpotensi besar
membahayakan kesehatan masyarakat.
Penanganan Sungai Secara Terpadu
Dari Hulu Hingga Hilir
Penanggulangan Pencemaran Air Baku
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk menangani sungai secara terpadu
dan berwawasan lingkungan, diantaranya
adalah dengan menangkap sampah yang
ada di badan sungai, upaya pengembalian
kualitas dan keseimbangan unsur Carbon
(C), Nitrogen (N), Sulphur (S) dan Fosfor
(F) melalui teknik bioremediasi, kemu-
dian melakukan penanganan sampah/air
limbah disumbernya dalam catchment
area dengan program 3-R dan Sanitasi
Berbasis Masyarakat (SANIMAS), upaya
JENIS-JENIS PENCEMAR DAN UPAYA PENANGANAN YANG DIPERLUKAN
MASING-MASING SEGMEN
Beberapa permasalahan umum yang
dihadapi oleh sungai-sungai di kota
besar pada umumnya adalah perma-
salahan sampah, tingginya kandungan
erosi, limbah domestik serta limbah
industri. Untuk itu diperlukan penanga-
nan segera penyelamatan sungai dalam
rangka mengembalikan kualitas dan
fungsi dari sungai mulai dari hulu sungai
hingga bagian hilir sungai. Langkah
awal, terlebih dahulu perlu melakukan
identifikasi potensi jenis-jenis polutan
(pencemar) yang umumnya terkandung
dalam sungai khususnya di perkotaan.
reboisasi dan rehabilitasi tanaman serta
pemeliharaan hutan rakyat serta upaya
pengendalian penggunaan pestisida di
bidang pertanian dan perkebunan dan
pengendalian penggunaan deterjen pada
rumah tangga sebagai berikut :
1. Pemasangan dan pengoperasian Trash
Rack
Trash Rack, adalah alat penyaring /
penangkap sampah yang ditempatkan
LAPORANUTAMA
JENIS POLUTAN SEGMEN SUNGAI UPAYA PENANGANAN YANGDIPERLUKAN
1. Reboisasi/penghijauan2. Rehabilitasi penanaman kanan-kiri sungai yang
masih terbuka3. Pemeliharaan hutan rakyat4. Pemberdayaan dan penyadaran masyarakat
dalam upaya pelestarian hutan
1. Identifikasi masalah dan sumber pencemar2. Pengelolaan pertanian berbasis organik3. Pengendalian penggunaan pestisida serta
bahan pembasmi hama berbahaya lainnya4. Pengendalian ekstensifikasi lahan melalui
optimalisasi lahan yang ada (intensifikasi)
1. Pengelolaan sampah dengan 3R (Reduce,Reuse & Recycle)
2. Pengomposan sampah organik3. Pemasangan Jaring sampah dan
pengangkutan sampah sungai4. Penyediaan Tempat Penampungan Sampah
Sementara (TPS) sepanjang bantaran sungai
1. Identifikasi masalah dan sumber pencemar2. Pengelolaan limbah berbasis masyarakat3. Pembuatan septic tank komunal serta
pemanfaatan limbah untuk biogas
1. Penerapan Program Kali Bersih2. Penerapan IPAL (individu, komunal, terpusat)3. Pembuatan IPAL Industri yang berada di
sepanjang bantaran sungai4. Pengawasan operasi industri secara ketat
terutama yang berpotensi besar mencemarilingkungan
Hulu Sungai
Hulu Sungai
Tengah Sungai
Tengah Sungai
Hilir Sungai
Lahan Gundul / Kritis
Pestisida dari Pertaniandan Perkebunan
Sampah Rumah Tangga
Limbah Domestik
Limbah Industri
Penampang DAS dari hulu ke hilir
Sum
ber
: K
emen
teri
an L
H
21KIPRAH • Volume 36
pada saluran drainase perkotaan. Adapun
sistem pengoperasiannya, trash rack
dapat dioperasikan secara manual,
otomatis dan semi otomatis. Sedang-
kan untuk sistem penggeraknya, trash
rack digerakkan dengan Sistem Peng-
gerak Statis (static screen) dan Sistem
Penggerak yang dapat berpindah (mo-
ving screen).
Komponen Trashrack terdiri dari bagian-
bagian : Screen (saringan), Scrapper
(sekop/garpu penggaruk sampah),
Conveyor (ban berjalan), Container (bak
sampah), Truk pengangkut kontainer,
serta mesin pengolah sampah (bila
diperlukan).
2. Perbaikan kualitas air dihilir melalui
bioremediasi
Bioremediasi, pada dasarnya adalah upaya
pengembalian kalitas dan keseimbangan
unsur Carbon (C), Nitrogen (N), Sulphur
(S) dan Fosfor (F). Bioremediasi adalah
merupakan siklus biokimia, dimana
dilakukan upaya-upaya agar terjadi
keseimbangan alam kembali yang dicer-
minkan pada : Siklus Carbon, Siklus
Nitrogen, Siklus Sulphur dan Siklus
Fosfor. Bioremediasi dapat berupa :
· Biostimulasi dilakukan dengan cara
penambahan nutrien dan oksigen ke
dalam air yang tercemar secara biologis
untuk menstimulasi/mengembangkan
populasi bakteri tertentu yang akan
mempercepat proses perbaikan kualitas
air tersebut.
· Bioaugmentasi dilakukan dengan
membubuhkan mikro organisme khusus
yang sudah dipilih kedalam air yang
tercemar secara biologis untuk mem-
bantu memperlambat proses degradasi
kualitas air tersebut.
· Phytoremediasi, yaitu suatu sistem
dimana tanaman tertentu bekerjasama
dengan mikroorganisme dalam media
(tanah, koral dan air) dapat mengubah
zat kontaminan (pencemar/polutan)
menjadi kurang atau tidak berbahaya
bahkan menjadi bahan yang berguna
secara ekonomi.
Terdapat enam tahap proses secara serial
yang dilakukan tumbuhan terhadap zat
kontaminan yang berada disekitarnya:
Phytoacumulation, Rhizofiltration, Phy-
tostabilization, rhyzodegradation, Phy-
todegradation dan Phytovolatization.
Contoh tanaman yang digunakan di
fitoremediasi adalah Anturium merah/
kuning, alamanda kuning/ungu, akar
wangi, bambu air, cana presiden merah/
kuning/putih, dahlia, papirus, pisang mas,
ponaderia, sempol merah/putih, spider
lili, dll.
3. Penanganan Sampah/air limbah
disumbernya dalam catchment area
dengan program 3-R dan SANIMAS.
Pengurangan volume timbulan (mini-
malisasi) sampah oleh masyarakat
dimaksudkan sebagai upaya pengu-
rangan volume timbulan sampah mela-
lui pelaksanaan 3-R (Reduce, Reuse dan
Recycle) dengan harapan beban Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) dapat ber-
kurang. Dengan langkah ini maka
diharapkan peluang tercemarnya air
tanah oleh sampah serta cairan leachet
yang dihasilkannya akan semakin kecil.
Hal ini tentunya akan dapat memper-
panjang umur dari TPA serta menjaga
kelestarian dan keamanan sumber air
tanah.
Metoda 3R (Reuse, Reduce, Recycle)
adalah pengelolaan sampah skala kawa-
san maupun lingkungan di perkotaan
dengan cara meningkatkan proses
pemberdayaan masyarakat dalam pe-
milahan sampah sejak dari sumbernya.
Metoda 3R (Reuse, Reduce, Recycle),
adalah pola penanganan sampah yang
Kolam Pengolah Air Limbah Phytoremediasi dengan menggunakan media Filter Tanaman
LAPORANUTAMA
Sum
ber
: B
aped
al K
ab.
Bad
un
g,
Bal
i -
Pem
ban
gu
nan
Was
te W
ater
Gar
den
Volume 36 • KIPRAH22
LAPORANUTAMA
memberi kesan seolah-olah kita telah
membuat bumi ini merana sehingga
membuat bumi kita terkadang murka
oleh ulah manusia. Perilaku-perilaku
yang negatif seolah tak henti dilakukan
tanpa memperhitungkan akibat serta
dampak lingkungan yang akan terjadi.
Perambahan hutan, membuang sampah
sembarangan, serta perilaku buruk
lainnya terus terjadi tanpa sadar akan
menjadi bumerang bagi kehidupan.
Dilain pihak, kerusakan hutan yang
seharusnya menjadi daerah resapan air
terutama yang berada di daerah aliran
sungai (DAS) setiap tahun luasnya makin
bertambah. Oleh karena itu, upaya untuk
mengembalikannya terus dilakukan
dengan terlebih dahulu mengurangi para
perambah hutan dan sekaligus untuk
mencegah para perambah. Sebab bila
tidak berbagai kemungkinan bencana
menjadi ancaman dikemudian hari.
Hal ini telah diupayakan dengan dila-
kukannya reboisasi dilahan kritis melalui
pelaksanaan gerakan reboisasi hutan dan
lahan (Gerhan) pada tahun 2008 dengan
target menghijaukan kembali satu juta
hektar hutan. Reboisasi atau penana-
man kembali hutan gundul menjadi
salah satu alternatif untuk mengem-
balikan sebagian fungsi hutan.
Kegiatan tersebut memang menjadi
program yang diutamakan beberapa
daerah yang mengalami krisis ling-
kungan. Kegiatan itu pula bertujuan
untuk terciptanya kelestarian lingkungan
agar berbagai bencana yang diakibatkan
oleh rusaknya lingkungan bisa ditang-
gulangi secara maksimal.
Upaya Pengendalian Penggunaan
Pestisida di bidang Pertanian dan
Perkebunan
Salah satu upaya pengendalian peng-
gunaan pestisida di bidang pertanian
dan perkebunan adalah melalui usaha
pengelolaan pertanian berbasis orga-
nik, sehingga penggunaan pestisida serta
bahan pembasmi hama berbahaya lainnya
dapat diminimalkan dengan didukung
oleh upaya-upaya optimalisasi penge-
lolaan lahan pertanian dan perkebunan
yang ada (intensifikasi lahan).
Pertanian berbasis organik sebenarnya
bukan barang baru di Indonesia. Pasalnya,
sebelum ada pestisida dan penggunaan
pupuk buatan secara besar-besaran di
Indonesia yang dimulai 1970-an, hampir
semua petani Indonesia mengembang-
kan pertanian organik. Pertanian organik
merupakan pertanian yang tidak memakai
pestisida dan pupuk kimia.
Pengembangan pertanian organik
sangat penting dilakukan untuk meng-
atasi tingginya pencemaran di berbagai
areal pertanian. Pencemaran ini karena
peng-gunaan pestisida dilakukan secara
besar-besaran, jelas-jelas memba-
hayakan kesehatan karena makanan
yang tercemar berbagai zat beracun
dalam pestisida, berbagai penelitian
membuktikan hal itu.
Permasalahan pencemaran air terutama
sungai semestinya dapat diatasi dengan
pengelompokan masalah beserta solusi
penanganannya. Hal ini tentu dibutuhkan
koordinasi dan sinergi yang baik antar
pemangku kepentingan serta pihak-pihak
yang berkepentingan terhadap kebera-
daan sungai itu sendiri.
Harus disadari bahwa masalah pen-
cemaran air tidak dapat ditangani secara
terpisah dengan sektor lainnya. Limbah
buangan yang tidak diolah terlebih dahulu
akan mencemari sumber air, dan sering
kali tidak teratasi. Untuk itu perlu
disiapkan program penanganan saluran
drainase, persampahan dan air limbah
perkotaan yang teritegrasi dalam suatu
paket kegiatan yang komprehensif de-
ngan tetap memperhatikan upaya-upaya
pelestarian lingkungan.
**Kepala Sub Bidang Penyusunan Pelaporan,
PUSKOM PU
dilakukan melalui siklus pengelolaan
sampah mulai dari proses penyebab
terjadinya timbulan sampah (produsen)
baik dari industri, masyarakat (rumah
tangga), maupun penyebab timbulan
lainnya, proses pengangkutan/distribusi
ke Tempat Pembuangan Sementara
(TPS) hingga ke Tempat Pembuangan
Akhir (TPA).
Metoda 3R (Reuse, Reduce, Recycle)
dilakukan untuk sampah organik maupun
non organik. Untuk sampah organik,
dapat dilakukan pengolahan On site,
yaitu pengolahan sampah organik yang
dalam skala rumah tangga baik dengan
metode pengomposan maupun de-
ngan daur ulang. Sedangkan untuk
sampah non organik non B3 (Bahan
Beracun dan Berbahaya), dapat dila-
kukan proses daur ulang sampah skala
besar yang berpotensi memiliki nilai
ekonomi .
Kemudian, untuk penanganan limbah
rumah tangga dilakukan melalui pelak-
sanaan program Sanitasi Berbasis Masya-
rakat (SANIMAS), yaitu penyelengga-
raan sanitasi berbasis masyarakat yang
bertujuan untuk meningkatkan kondisi
sanitasi lingkungan pada masyarakat
miskin perkotaan berdasarkan kebutu-
han dan kesesuaian masyarakat itu
sendiri.
Melalui SANIMAS, dilakukan proses
penyelenggaraan sanitasi yang dilakukan
oleh masyarakat sendiri mulai dari
perencanaan, pembangunan, operasi dan
pemeliharaan sanitasi dengan difasilitasi
pemeritah pusat, daerah, dan konsultan
(tenaga ahli sanitasi). Kegiatan SANIMAS
dilaksanakan untuk memfasilitasi masya-
rakat miskin perkotaan dalam meren-
canakan, melaksanakan dan merawat
sistem sanitasi yang mereka pilih.
Upaya Reboisasi dan Rehabilitasi
Tanaman serta Pemeliharaan Hutan
Rakyat
Kondisi hutan yang gundul dan gersang
yang semakin lama semakin meluas
23KIPRAH • Volume 36
Mungkin Anda akan menge-
rutkan kening dan berta-
nya-tanya membaca judul di
atas, wah, apakah kini Majalah Kiprah ada
sisipan cerita silat (cersil)? Bagi peng-
gemar cersil, siap-siap untuk kecewa,
karena tulisan ini sama sekali bukan
berkisah tentang para pendekar silat
yang melawan penyamun dan menjaga
ketentraman dunia melainkan “Pendekar
Lingkungan” yang melawan penyampah
dan menjaga keasrian sungai.
Menjaga sungai memang tanggung
jawab bersama, bukan hanya peme-
rintah, bayangkan pemerintah sudah
bersusah payah membuat bendungan
dan kanal, namun jika aliran sungainya
terhambat sampah, sama saja bohong.
Penyebab timbunan sampah ini, hampir
semua orang tahu, yaitu prilaku tak
terpuji warga baik secara individu
maupun institusi.
Walaupun demikian, kita tak bisa mencap
jelek semua warga masyarakat sebagai
oknum yang bertanggung jawab atas
degradasi kualitas sungai ini. Sebagian
diantaranya malah aktif berjuang men-
jaga sungai.
Tengoklah di Kampung Bojong Buah,
Desa Pangauban, Katapang, Kabupaten
Bandung. Di sini meski siang hari, udara
terasa sejuk karena kehijauan tepian
Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum
Selatan. Suasana asri ini adalah hasil
kerja keras sebuah komunitas berna-
ma Warga Peduli Lingkungan, dimana
salah seorang penggagasnya adalah
Soenardhie Yogantara, yang akrab
disapa Kang Yoga.
Aksi pertama mereka amat sederhana.
Mereka memulainya dengan mengenalkan
Kisah Para Pendekardi Tepian Sungai
cara memilah dan membuang sampah yang
benar dari rumah masing-masing.
Setelah dipilah, sampah organik dijadikan
kompos, sedangkan sampah non-organik
diproses menjadi berbagai macam kera-
jinan tangan. Lalu iseng-iseng hasil
kerajinan tangan itu dijual. Ternyata laku!
Toh, perjuangan Yoga dan kawan-kawanya
tidak mudah. Apalagi warga setempat
telanjur terbiasa membuang sampah
sembarangan. Bahkan mereka mencibir
kelompok Yoga. “Buang sampah saja kok
pusing-pusing. Bungkus dan lempar ke
sungai, beres…,” begitu ucapan mereka.
Tak patah arang, Yoga dan kawan-kawan-
nya mendekati sesepuh kampung dan
meminjam suara mereka. Maka proses
penyadaran lambat-laun tertular dan
tertanam pada benak warga setempat.
Setelah program pemilahan sampah
berjalan, komunitas (sangha) memulai
program lain, dari menanami lahan bekas
tumpukan sampah dengan tanaman hias
sampai menampung sampah hasil tang-
kapan pemburu rongsokan untuk diolah.
Dan pada 1999, atas inisiatif warga,
terbentuklah kawasan biotop. Ini se-
macam kawasan konservasi mini seluas
2,5 hektare yang mereka tanami aneka
LAPORANUTAMA
Warga yang peduli menyusuri sungai, mencari sampah (foto istimewa)
Volume 36 • KIPRAH24
LAPORANUTAMA
pohon buah. Hutan mini ini kemudian
tumbuh subur dan menjadi kebanggaan
warga Bojong Buah. Bahkan Gubernur
Jawa Barat waktu itu, H.R. Nuriana
sempat menjenguknya.
Aksi sangha tak berhenti di Bojong Buah.
Pelan-pelan mereka merambah ke se-
panjang tepian Citarum, menghulu dan
menghilir. Tak kurang dari 19 titik di 13
desa yang ada di 9 kecamatan di Kabu-
paten Bandung ketularan kegiatan
serupa.
Dalam pekan-pekan ini, di kawasan
sudetan Citarum-Dara Ulin di Desa
Nanjung akan dibuat biotop serupa
seperti di Bojong Buah. Ini adalah bagian
dari rencana untuk membuat biotop di
29 titik sodetan Citarum.
Kini warga Bojong Buah memetik hasil-
nya. Penghasilan mereka bertambah dari
penjualan barang kerajinan, juga dari
hasil buah-buahan biotop. Di lokasi ini
pula, kalau pancing dilempar, masih
terkail ikan-ikan khas Citarum yang boleh
jadi sudah tak akan dijumpai di bagian
Citarum yang lain.
Di Jakarta sendiri, aksi serupa juga muncul
di Sungai Pesanggrahan dan Sungai
Ciliwung. Para jawara dan laskar yang
mewarisi semangat Si Pitung ini juga
bersemangat menjaga kampung dan
lingkungannya, cuma kalau dulu nenek
moyangnya berjuang melawan penjajah
kompeni sekarang musuh bersama itu
adalah sampah dan perusakan lingkungan
DAS.
Tengoklah Sungai Pesanggrahan, di sini
kita akan berkenalan dengan Chaeruddin
atau akrab dipanggil Bang Udin. Bang
Udin yang hanya tamat SMP ini adalah
tokoh dibalik adanya Hutan Kali Pesang-
grahan.
Perjuangannya menjaga keasrian sungai
bukan tanpa tantangan. Dari dicap orang
gila, dikira penganut ilmu hitam hingga
berurusan dengan aparat kelurahan,
kecamatan, BPN, bahkan polisi.
Namun darah kependekaran yang me-
ngalir di darahnya membuatnya pantang
menyerah, bersama para tetangganya, 17
orang petani, kemudian membentuk
kelompok Bambu Kuning dan ikut serta
dalam barisan Bang Udin untuk berjuang.
Walaupun sering bersitegang dengan
warga yang lain (terutama “orang ge-
dongan” para pemilik gedung dan bangu-
nan di sepanjang DAS Pesanggrahan)
tidak berarti cara kekerasan yang dipilih,
cara persuasif tetap dikedepankan Bang
Udin dan teman-temannya.
Lambat laun, kesadaran juragan-juragan
tanah yang membangun pagar beton
tinggi hingga ke bantaran kali mulai
tumbuh. Mereka menyadari juga per-
lunya penghijauan di daerah bantaran
sungai.
Maka sejak tahun 1998, secara bertahap
mereka merelakan pagar-pagar mereka
dibongkar. Usaha Bang Udin tak sia-sia,
area seluas 40 hektar, membentang
sepanjang tepian Kali Pesanggrahan,
menjadi ijo royo-royo. Merekapun tidak
sembarangan menanam.
Aspek geografis juga menjadi pertim-
bangan. Tidak semua pohon bisa ditanam
di pinggir kali atau di tanah yang miring.
Mengandalkan ilmu yang didapatkan
secara turun temurun, maka pepohonan
yang tinggi, seperti kayu secang, salam,
tanjung, kedondong laut, nangka, belim-
bing wuluh, mandalika, ditanam dekat
dengan bibir kali.
Di sela-sela pepohonan tersebut ditanami
tanaman obat perdu, seperti empon-
emponan, brotowali, nilam, jeroak,
sambiloto, dan lainnya. Agak jauh dari
bibir sungai, barulah ditanami pisang atau
bambu serta tanaman sayur-sayuran.
Disamping menghijaukan bantaran, Bang
Idin dan kelompoknya juga berhasil
menghidupkan kembali tujuh mata air
yang dulunya mati. Air sungai tak lagi
kehitaman, sehingga cukup sehat bagi
berkembangbiaknya ikan-ikan.
Upaya serupa juga dilakukan di Sungai
Ciliwung. Disini yang berperan adalah
kaum mudanya. Di hilir ada Komunitas
Ciliwung Merdeka, komunitas yang
berada di Kelurahan Bukit Duri ini secara
perlahan-lahan berhasil mendidik war-
ganya untuk tidak membuang sampah ke
sungai.
Dengan berbagai kegiatan seperti pe-
ngumpulan sampah organik, daur ulang
limbah dan macam-macam lagi, komu-
nitas ini berhasil mengetuk kesadaran
warga sekitar.
Di Hulu, juga ada Komunitas Peduli
Ciliwung (KPC). Aksi mereka sederhana
saja. T iap Sabtu atau Minggu para
relawan dari berbagai kalangan dan
profesi ini turun ke sungai hanya untuk
memunguti....... sampah.
Banyak suka duka yang dialami para laskar
peduli lingkungan ini. Dianggap gila atau
bertemu ular besar yang bersarang di
sungai itu sudah biasa, namun penga-
laman yang membuat mengelus dada,
sebagaimana pernah diceritakan salah
seorang relawannya, adalah justru dilem-
par sampah saat sedang memunguti
sampah di sungai.
Upaya ini lambat laun menuai dukungan,
salah satu perusahaan permen dan coklat
besar ikut menjadi sponsor. Di kalangan
warga sekitar tempat aksi ini berlangsung
juga mulai timbul perasaan malu kalau
membuang sampah ke sungai.
Apa yang diupayakan para laskar ling-
kungan ini, baik di Citarum, Ciliwung, Kali
Pesanggrahan, atau dimana saja mungkin
terkesan remeh dan kecil, namun bukan
tidak mungkin gerakan ini menjadi bola
salju yang terus membesar dan mampu
menciptakan perubahan pola pikir dan
budaya masyarakat yang membuang
sampah seenaknya menjadi sadar dan
peduli lingkungan, bukankah hal-hal besar
justru dumulai dari hal-hal kecil terlebih
dahulu?
(wy, dirangkum dari berbagai sumber)
25KIPRAH • Volume 36
Apakah anda pernah apa mem-
bayangkan untuk berwisata
di Sungai Ciliwung? Hah? Obyek
Wisata? Mimpi kali yeeee…. kalau kata
orang Betawi. Sudah tentu kata-kata
semacam itu yang akan terlontar.
Dengan kondisi Ciliwung yang penuh
sampah dan berbau menyengat sekarang
ini, jangankan berwisata, mendekatpun
orang akan berpikir 2 kali. Jangan pula
dibandingkan dengan sungai-sungai di
London, Paris, Amsterdam atau Tokyo,
jauh sekali bedanya.
Bukan Dalam Satu Malam,
Tapi tahukah anda dulunya sungai-sungai
di tempat seperti telah disebutkan diatas
itu dulu sama atau bahkan lebih jelek
daripada Sungai Ciliwung.
Sungai Thames misalnya, sungai yang
membelah Kota London ini bahkan
sempat dikatakan sebagai “offensive to
the sight, disgusting to the imagination
and destructive to the health”, yang terje-
mahan bebasnya kira-kira: “mengganggu
pemandangan, menjijikan dan merusak
kesehatan”. Sebutan ini bukan tanpa
sebab karena waktu itu (1827) ia ter-
Menjadikan Sungai Bersih dan Indah
cemar berat oleh berbagai limbah bua-
ngan manusia, kotor bukan main!
Bahkan, tahun 1858 disebut sebagai
tahun terbau (The Great Stink) dalam
sejarah Kota London, setahun kemudian
(1859) menyikapi keadaan kerajaan saat
itu, Parlemen Inggris mengeluarkan
pernyataan “India sedang memberontak
dan Sungai Thames berbau busuk”.
Apakah yang terjadi?
Pada saat itu masyarakat London berbagi
banyak “Loo” (semacam tempat penam-
LAPORANUTAMA
Warga menikmati pemandangan sungai Han di Seoul, Korea (foto:Istimewa)
Volume 36 • KIPRAH26
pungan sampah). Sesuatu di dalam loo
tersebut dibuang ke sungai Themes
beserta kotoran lainnya, termasuk limbah
industri dan dari selokan buangan do-
mestik akibat pertumbuhan kota rakyat
London yang semakin padat. Dan sungai
ini pun dipergunakan untuk kebutuhan
sehari-hari, mencuci bahkan memasak.
Tak ayal, ribuan orang meninggal karena
penyakit kolera.
Sebetulnya di tahun 1855, sudah mulai
dibangun pembangunan jaringan air
limbah secara besar-besaran disepanjang
sungai ini. Namun mengingat teknologi
pengolahan limbah yang masih sederhana
bahkan banyak yang tanpa diolah, peru-
bahan kualitas air Sungai Thames berjalan
lambat.
Selama puluhan tahun kemudian upaya
pengendalian pencemaran di Sungai
Thames terus dilakukan. Pada tahun
1960, pemerintah mengeluarkan kebi-
jakan untuk membatasi tingkat pence-
maran di daerah tersebut, namun hal
tersebut belum secara signifikan me-
ningkatkan kualitas air sungai. Hal ini
disebabkan pesatnya pertumbuhan
industri juga kebanyakan air limbah yang
dialirkan belum diolah dengan baik.
Dalam satu dasawarsa berikutnya, upaya
pengendalian pencemaran ini terus
berlanjut ditandai dengan pembangunan
pengolahan air limbah (Sewerage Treat-
ment Plant) di selatan London. Berbagai
upaya ini, ditambah dengan regulasi yang
ketat serta meningkatnya kesadaran
warga, membuahkan hasil yang manis.
Bisa kita saksikan, Sungai Thames seka-
rang menjadi bersih dan nyaman, ter-
bukti dari kembalinya hidup dan berkem-
bang biaknya ikan dan unggas di sekitar
sungai.
Lain lagi cerita Sungai Seine, sungai yang
membagi Kota Paris menjadi La rive
droite (tepi kanan – Paris Utara) dan La
rive gauche (tepi kiri – Paris Selatan) ini
juga setali tiga uang. Ada sebuah anek-
dot, bahwa industri parfum yang pernah
berjaya di Paris sebetulnya akibat dari
Sungai Seine. Kenapa? Karena orang-
orang yang melewati, tidak tahan dengan
baunya (pada masa itu) sehingga meng-
gunakan berbagai macam wewangian.
Benar tidaknya, siapa yang tahu?
Bagaimana dengan negara-negara di
Asia? Kita ambil contoh Korea Selatan
dan China yang kondisi negaranya tidak
berbeda jauh dengan kita namun pe-
ngelolaan sungainya relatif baik. Jangan
mengira sungai di sana memang sudah
LAPORANUTAMA
Sungai Ching Mie yang bersih mendukung penyelenggaraan Olimpiade Beijing 2008 (foto:Istimewa)
27KIPRAH • Volume 36
bagus dari dulunya seperti sekarang.
Sungai Han di Seoul menjadi bersih
seperti sekarang ini adalah akibat upaya
keras pemerintahnya dalam menghadapi
Olimpiade Musim Panas 1988 di sana.
Demikian pula di China, sebelum ber-
langsung Olimpiade Beijing 2008, ting-
ginya tingkat pencemaran (baik air
maupun udara) menimbulkan ancaman
boikot dari para atlit serta kecaman para
aktivis lingkungan. Tercatat para atlit
dayung dunia memboikot bila Beijing
tidak segera mengumumkan kualitas
sungai dan danau tempat ber-lomba
bebas dari ganggang dan lumut yang
berbahaya buat kesehatan.
Dibawah bayang-bayang kegagalan pelak-
sanaan Olimpiade 2008 akibat gelombang
protes serta kualitas lingkungan yang
buruk, China mulai berbenah secara
besar-besaran. Segera setelah meme-
nangkan setelah memenangkan persa-
ingan tuan rumah olimpiade pada tahun
2001, secara masif dimulai berbagai
upaya untuk menuju Beijing sebagai
Green City.
Pembangunan pabrik baru pengolahan
limbah cair serentak dilakukan dengan
pembangunan fasilitas pengolahan
limbah padat. Untuk membersihkan
sungai-sungai di Beijing dan Qingdao
(tempat pelaksanaan olimpiade) yang
sebelumnya tertutup lumut dan rumput,
para penduduk bersama-sama dengan
tentara dikerahkan selama berhari-hari.
Secara simultan upaya yang sama juga
dilakukan untuk menekan pencemaran
udara, mengurangi kemacetan dan
menutup/merelokasi berbagai industri
yang menimbulkan pencemaran keluar
Beijing. Hal ini dibarengi dengan ber-
bagai kebijakan tegas yang memberi
toleransi nol bagi pencemaran dan dari
sisi budaya, kampanye penyadaran publik
yang tekun akan pentingnya men-
sukseskan event Olimpiade 2008.
Hasilnya? Bisa dilihat di Sungai Ching Mie
yang menghubungkan dua waduk besar,
Kwang Ting dibelahan barat Beijing dan
Mi Yun di Timur, air sangat jernih, bersih
dan indah. Ganjaran yang diperoleh
setimpal yaitu olimpiade 2008 tercatat
sebagai olimpiade yang paling ramah
lingkungan sepanjang sejarah penye-
lenggaraan event ini sebagaimana ditun-
jukkan oleh laporan United Nations
Environmental Program (UNEP) tahun
itu.
Berbagai pengalaman negara lain itu
memperlihatkan pada kita semua bahwa
upaya menjadikan Jakarta khususnya
Sungai Ciliwung sebagai daerah yang
bersih, nyaman dan indah bukan sekadar
angan-angan. Pastinya dibutuhkan kerja
keras sebagaimana dibuktikan London,
dan kesungguhan tekad.
Ataukah justru perlu suatu event skala
dunia untuk menggugah kesadaran
semua pihak seperti kita saksikan di Tokyo
pada Olimpiade 1964, Seoul pada Olim-
piade 1988 dan Beijing pada Olimpiade
2008? Jika demikian adanya, kita mungkin
perlu menunggu tahun 2022, agar bisa
menyaksikan Sungai Ciliwung yang bersih
dengan catatan pencalonan Indonesia
sebagai tuan rumah Piala Dunia pada
tahun tersebut terlaksana.
Apapun skenarionya, yang pasti membuat
sungai yang bersih, berkualitas dan
mampu menjadi obyek wisata bukan
dalam satu malam saja. (wy)
LAPORANUTAMA
Sungai di Beijing (foto:Istimewa)
Volume 36 • KIPRAH28
Aspek pengendalian dan pen-cemaran air sangat pentingdilakukan untuk menjaga mutu
air baku sesuai peruntukannya.
Mengingat ancaman kerusakan di sejum-lah daerah aliran sungai (DAS) sudahsangat mengkhawatirkan baik jumlahmaupun kualitasnya. Hal itu diungkapkanDirektur Utama Perum Jasa Tirta (PJT)I, Tjoek Walujo Subijanto kepada Kiprahdi tengah-tengah acara Peringatan DwiDasa Warsa PJT I di Malang, Jatim ( 12/2).
Terkait dengan usaha itu lanjut Tjoek,PJT I ikut berperan aktif mewujudkankondisi kualitas di wilayah Kali Brantasdan Bengawan Solo sesuai denganperuntukannya, yaitu dengan melakukanpemantauan dan pengawasan mutu air.Langkah ini sesuai PP no 22 tahun 2001tentang Pengelolaan Kualitas Air danPengendalian Pencemaran Air pasal 5 dan 6.
Tugas dan tanggung jawab PJT I adalahmelakukan monitoring dengan pe-mantauan dan pengawasan pada 51 titikmonitoring di sungai Kali Barantas dan53 titik di buangan limbah industridominan di Jawa Timur.
Kegiatannya, antara lain melakukanpemantuan dan evaluasi perubahanmutu air pada sumber-sumber air. Jugapengumpulan dan evaluasi data pen-cemaran air pada sumber air dan pe-mantauan dan evaluasi limbah cair yangdibuang ke sumber-sumber air. Khu-susnya, pada daerah sempadan atau padatempat yang ditentukan.
Disamping itu, PJT I bersama BadanLingkungan Hidup (BLH) Provinsi JawaTimur, juga melakukan pengendalianpada sumber pencemaran serta ikutaktif dalam penyusunan Perda tentangperijinan pembuangan limbah cair.
Penting, Pengendalian Kualitasdan Pencemaran Air
Upaya lain adalah menjaga debit sungaiKali Surabaya minimum 20 m3/detik padamusim kemarau serta memberikaninformasi rutin pada pelanggan utamabila terjadi pencemaran.
Dikatakannya, ditinjau dari beberapaparameter (BOD,COD, dan DO), hasilpemantauan tahun 2007 di Wilayah KaliBrantas menunjukan bahwa kondisisungai cukup baik. Artinya, memenuhibaku mutu yang ditetapkan dalam PP No82 tahun 2001, walaupun kadar BOD-nya,diakui masih di atas baku mutu.
telepon, sehingga kecepatan, ketepatanakurasi datanya terjaga.
Demikian juga pemantauan terhadapdebit limbah cair indistri (IFM) telahterpasang 15 stasiun pemantau dengansistem penyimpanan data melalui datalodger. Kelengkapan lainnya adalah 7stasiun pemantau kondisi muka air, dan7 stasiun pemantau curah hujan.
Seluruh perlengkapan pemantauanpolusi dan kualitas air tersebut meru-pakan proyek kerjasama antara LIPI danVerbundplan (Austria). Ditujukan untukmemantau kondisi kualitas dan pence-maran air di daerah pengaliran (DPS) KaliBrantas dengan mengembangkan sis-tem pemantauan real time.
Untuk menunjang kegiatan tersebutsecara rutin dan berkala PJT I bersamaBLH Prov. Jatim, Powiltabes Surabayayang direspon dan didukung pemkot/pemkab (Surabaya, Gresik, Sidoarjo)serta masyarakat, aktif melakukan patroliair, guna melihat dari dekat kondisi airKali Brantas. Kegiatan ini sekaligusdigunakan sebagai ajang pembinaan danpengawasan terhadap praktik pen-cemaran.
Tim patroli sendiri terdiri dari BLH ProvJatim, DPU Pengairan Prov Jatim, BBWSBrantas, Lab PJT I, LSM, KLH sertaPolwiltabes Surabaya. Melalui kegiatanini diharapkan kondisi lingkungan di DASKali Brantas dapat terjaga dengan baik.
Namun demikian, upaya pengendaliankualitas dan pencemaran air ini tidak akanberhasil jika tidak didukung masyarakat,khususnya dalam hal kesadaran peru-bahan peri laku dan penegakan hukumterhadap para pencemar. DemikianTjoek Walujo Subijanto. (Joe)
Lab Kualitas Air
“Partisipasi PJT I dalam upaya pengen-dalian kualitas dan pencemaran air di KaliBrantas semakin meningkat dengandimilikinya Laboratorium Kualitas Air diMalang dan Mojokerto serta 23 stasiunpemantau kualitas air (WQMS),” ujarnyameyakinkan. Alasannya, dengan perleng-kapan ini, data kondisi air dapat dipantaudan dikirim melalui media modem line
Peralatan laboratorium(Foto: bekasi.olx.co.id)
LAPORANUTAMA
29KIPRAH • Volume 36
Masyarakat pengguna air kini sedang menunggu hasil
kerja Panitia Khusus (Pansus) Dewan Sumber Daya
Air Nasional (Dewan SDA Nasional) yang sedang
merumuskan kebijakan nasional tentang SDA. Berbagai
pendapat dan masukan dari pemerintah maupun non
pemerintah kini sedang digodog Pansus, sebagai bahan
penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
dan Rencana Strategis (Renstra) serta rancangan kebijakan
SDA tingkat provinsi.
Pansus yang dibentuk berdasar SK Menteri Bidang
Perekonomian N0.Kep-15/M.EKON/08/2009 tentang Panitia
Khusus Pada Dewan SDA Nasional tertanggal 20 Agustus 2009
tersebut, terdiri dari : Pansus Penyususunan Naskah Kebijakan
Nasional (Jaknas) SDA, Pansus Pemberian Pertimbangan untuk
Penetapan Wilayah Sungai (WS), Cekungan Air Tanah (CAT)
dan Pemberian Pertimbangan Terhadap Forum DAS, serta
Pansus Penyusunan Naskah Kebijakan Pengelolaan Sistem
Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi dan Hidrogeologi (SIH3)
Menunggu Kerja Pansus Dewan SDA
Tugas Pansus SDA memang tidak mudah dalam menjalankan
tugasnya. Butuh stamina dan proses waktu, namun tetap harus
dirampungkan dalam koridor waktu yang tepat. Sehingga
memungkinkan Dewan SDA Nasional dapat menyampaikan
pertimbangan penetapan WS dan CAT, serta naskah Jaknas
SDA kepada Tim perumus kebijakan.
Dengan demikian ke depan diharapkan, pengelolaan SDA
yang dilakukan oleh berbagai sektor,wilayah, dan para
pemangku kepentingan dapat saling bersinergi. Terlebih bila
melihat kenyataan di lapangan berbagai permasalahan terkait
SDA terus berkembang. Seperti krisis pangan, krisis energi,
krisis air, krisis kesehatan, banjir dan longsor.
Bahkan masalah air semakin rumit dan kompleks, sehingga
sering menimbulkan konflik kepentingan. Kondisi ini me-
motivasi anggota Pansus segera menyelesaikan pekerjaannya,
dalam waktu yang tepat tanpa mengabaikan kualitas
substansinya. (Joe)
LAPORANUTAMA
Foto udara wilayah sungai di Depok, Jawa Barat (foto:Google earth)
Volume 36 • KIPRAH30
AKTUALITA
Pemprov Sumatera Barat (Sumbar)telah berhasil membentukkepengurusan Dewan Sumber
Daya Air Daerah untuk mengatasipersoalan sumber daya air (SDA). DewanSDA Daerah ini selanjutnya akan meng-urus masalah pengelolaan SDA berbasiswilayah sungai, termasuk sungai-sungailintas provinsi.
Dewan Sumber Daya Air Daerah (SDA-D), berfungsi sebagai wadah koordinasiyang bertugas mengatur pengelolaanSDA yang merupakan amanat UU No 7tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Dewan SDA-D ini sesungguhnya telahlama dinantikan di kalangan jajaran KemPU, khususnya Ditjen SDA dan daerah,mengingat, persoalan SDA ke depansemakin rumit dan kompleks. Demikianditegaskan Sekretaris Dewan SumberDaya Air Nasional, Imam Anshori.
Ia katakan, dalam pengelolaan SDAberbasis wilayah sungai, Sumbar mem-butuhkan strategi kebijakan daerah yangmenyeluruh dan terpadu agar manfa-atnya betul-betul dirasakan masyarakatsekaligus dapat menghindari konflikkepentingan. Tindak lanjut dari starategiini adalah menyusun dan merumuskankibijakan daerah tentang penetapanwilayah sungai (WS), cekungan air tanah,
Sumbar Bentuk
Dewan Sumber DayaAir Daerah
dan pengelolaan sisteminformasi hidrologi, hidro-metrologi dan hidrogeo-logi.
Badan ini nantinya jugaakan mengevaluasi tindaklanjut dari penetapan WSdan cekungan air, agar ter-selenggara hubungan ko-munikasi yang harmonisantar daerah maupun wi-layah.
Sementara itu, GubernurSumbar, Marlis Rahmanmengatakan, Sumbar kinitelah maju selangkah lagidalam pengelolaan SDA.Karena dengan dibentuk-nya Dewan SDA tingkatprovinsi ini permasalahanSDA yang selama ini terjadidi tingkat daerah atau wi-layah dapat diatasi.
Seperti pengaturan airuntuk berbagai keperluan,yang sering mengundangkonflik kepentingan.
Gubernur mencontohkankebutuhan air bersih KotaBukittinggi , sangat ter-
Marlis Rahman, Gubernur Sumatera Barat
Ketersediaan air baku di Sumbar cukup melimpah (foto : Dok)
31KIPRAH • Volume 36
AKTUALITA
gantung dengan Kabupaten Agam. “Nahitu perlu diatur dan dikelola secara baikantar kedua wilayah, agar tidak terjadikonflik kepentingan, meski senyatanya airadalah karunia Tuhan, namun mestidiatur penggunaannya, “ ujar Gubernur.
Karena apa, demikian Gubernur, le-mahnya koordinasi antar instansi danantar daerah otonom telah menim-bulkan pola pengelolaan sumber dayayang tidak efisien dan tidak sehat. Bahkantidak jarang saling berbenturan baiksecara horizontal maupun vertikal.
Seperti silang sengketa terkait peng-gunaan air, penggunaan mata air, mau-pun pengelolaan ruang. Itu semuamenjadi keprihatinan kita bersamatandas gubernur.
Salah satu bangunan pembagi saluran sekunder (foto : Dok)
Anggota
Keanggotaan SDA-D sendiri terdiri dariberbagai unsur baik dari unsur peme-rintah maupun non-pemerintah, terma-suk kelompok pengguna, pengusaha dankelompok lembaga pelestarian ling-kungan.
Rencananya Dewan SDA-D semacam iniakan dibentuk di setiap daerah provinsi,dan Sumbar merupakan provinsi yangke 14, yang akan disusul dengan pem-bentukan dewan serupa di provinsi lainyang sekarang sedang menyusun draftSK-nya.
Sedang provinsi yang telah membentukDewan SDA diantranya; Provinsi Jateng,Jatim, NTB, NTT, Sulut, Sumut danSulteng.
Menurut Direktur Bina Pengelolaan SDA,Sugiyanto yang hadir dalam kesempatantersebut mengemukakan organisasipengelolaan SDA berbasis wilayah sungaiini merupakan yang pertama di Indoneiadan Asia Tenggara, namun untuk ukurannegera-negara Eropa telah lama berjalan.
Oleh karenanya, dengan dibentuknyaDewan SDA-N dan Dewan SDA-D diha-rapkan dapat memecahkan segala per-masalahan pengelolaan SDA yang timbul .
Hadir dalam kesempatan tersebut antaralain Direktur Bina Pengelolaan SDA,Sugiyanto, Kepala Balai Wilayah SungaiSumatera V, Agus Setiawan, Kepala DinasPengelolaan SDA Provinsi Sumbar, AliMusri dan Kepala Dinas Prasarana Taru-perkim, Dody Ruswandi, serta para tamuundangan lain. (Joe).
Volume 36 • KIPRAH32
Wisata Air yang Menjanjikan
Perum Jasa Tirta (PJT) I kini gencar
malakukan pengembangan usaha
di bidang jasa parawisata di se-
jumlah kawasan waduk yang dikelolanya.
Seperti pengembangan kawasan wisata
Waduk Selorejo di Ngantang-Batu,
Waduk Sutami di Karangkates, Waduk
Wonorejo di Tulungagung, dan wisata
sungai di Kali Mas di Surabaya.
Langkah itu diwujudkan dengan pem-
bangunan dan pengembangan berbagai
fasilitas wisata modern guna menarik
PJTI mentargetkan Rp 13,5milyar pendapatan dari
sektor pariwisata tahun iniatau naik sekitar 150 persen
seiring semakinmeningkatnya kunjungan
wisata di sana. Perludukungan regulasi pajak
agar dunia wisata di JawaTumur semakin bergairah
lebih banyak kunjungan wisata. Hadirnya
panaroma danau buatan berupa waduk
yang indah, area luas bernuansa alami
merupakan modal utama yang bisa
ditawarkan.
Juga tersedianya fasilitas permainan baik
untuk anak maupun orang dewasa, tentu
sangat menarik dan cocok untuk rekresai
keluarga. Belum lagi tersedianya fasilitas
olah raga, tempat peristirahatan seperti
hotel, bungallow, restoran dan gedung
pertemuan yang representatif. Juga
Kawasan Waduk Wonorejo salah satu obyek wisata yang ditawarkan (foto:Joe)
SELINGAN
Volume 36 • KIPRAH32
33KIPRAH • Volume 36
keberadaan bangunan prasarana peng-
airan sangat pas untuk media edukasi di
bidang teknik ke-air-an bagi pelajar dan
mahasiswa. yang menekuni dan meminati
bidang itu.
Demikian juga sajian wahana petu-
alangan seperti out bound, banana boat,
perahu kayak, kano, motor track, jogging
track, berkemah dll, sungguh menjanjikan
atraksi sensasional yang akan memacu
adrenalin para pengunjung yang me-
nyukai tantangan.
Belum lagi tersedianya fasilitas gedung
serbaguna yang dapat digunakan untuk
berbagai keperluan seminar, rapat/
pertemuan, resepsi, ikut menambah
semaraknya kawasan tersebut .
Lokasinya sangat strategis, dapat dijang-
kau dari segala penjuru arah, sangat
ideal, aman dan nyaman untuk berbagai
kegiatan baik untuk wisatawan umum
maupun khusus. Biaya yang ditawar-
kannya pun cukup murah dan terjangkau.
Kunjungan
Dilaporkan, jumlah kunjungan wisata ke
obyek wisata yang dikelaola PJT I dari
tahun ke tahun terus meningkat pesat,
baik itu obyek wisata di Selorejo, Karang-
kates maupun Wonorejo. Seperti diung-
kapkan Kepala Divisi Air dan Sumber Air
(ASA) I, Alfan Rianto kepada Kiprah.
Bersamaan dengan itu kini pihaknya
sedang membangun dan menambah
berbagai fasilitas layanan guna meleng-
kapi sarana wisata yang ada.
Sementara Taufiqurrachman, Kepala
Divisi ASA II yang membawahi usaha
wisata di Waduk Wonorejo,Tulungagung,
optimis usahanya akan maju dengan
program kunjungan wisata yang dija-
lankan.
Berbagai paket kunjungan wisata khusus
dan umum akan digelar, diantaranya fun
bike internasional dari Belanda pada bulan
Maret akan berkunjung kesana. Juga
event-event khusus yang disajikan, jelas
akan menambah pundi-pundi pendapatan
perusahaan.
Taufiqurrahman, menambahkan, Resort
Wonorejo menawarkan atraksi sajian
menarik termasuk bagi kawula muda
pelajar, mahasiswa maupun keluarga.
Seperti Student Package dengan harga
terjangkau berkisar Rp 25.000 hingga
200.000/paket/orang.
Seperti atraksi Perahu Wisata, Out Bond,
Olah Raga Air dan Banana Boat. Wahana
ini memungkinkan pengunjung bisa
berolah raga dengan nyaman atau hanya
sekedar santai menikmati keindahan
panorama waduk.
Fasilitas lain yang menunggu berupa
Kolam Renang, Jogging Track Area, arena
Motor Cross, Sepeda Gunung, tempat
Pemancingan, Restoran, dan Toko-toko
Souvenir khas Tulung Agung. Dan bagi
yang ingin bermalam telah tersedia Vila
dan Guest House yang representatif
dengan harga terjangkau dan fasilitas
servis hotel bintang 3, cocok bagi kel-
uarga dan rombongan.
Dipastikan pengunjung dapat menikmati
suguhan panaroma alam pegunungan
yang indah memukau, serta udara sejuk
menyehatkan badan dan pikiran. Loka-
sinya hanya 15 Km utara pusat Kota
Tulungagung.
Tersedianya Gedung Pertemuan dan Hall
Theater berkapasitas 200 orang sangat
cocok untuk penyelenggaraan seminar,
work shop, dan pertemuan khusus lain,
utamanya bagi instansi atau pun umum.
Bahkan pada hari-hari tertentu tersedia
tarif khusus. Anda berminat dan ingin
mencoba? Silahkan hubungi Resort Wo-
norejo Tlp. 0355-411100 atau Fax 0355-
326946, Bendungan Wonorejo, Tu-lung-
agung, Jawa Timur.
Satu hal menarik lagi dari manajemen
PJT I, yaitu mulai ditawarkan fasilitas
servis berupa Guest House Ijen Heritage
untuk kepentingan umum. Di sana telah
tersedia fasilitas VIP Room dan Standard
Room, dengan harga terjakau. Letaknya
sangat strategis di jantung Kota Malang,
Jawa Timur. Tepatnya di kawasan elite
Ijen yang merupakan kawasan bersejarah
yang memiliki jejak peninggalan ba-
ngunan “tempo doeloe”peninggalan
Kolonial Belanda.
Salah satunya adalah Bangunan Rumah
Antik di Jalan Ijen No 52 yang kini
ditawarkan wisatawan untuk singgah
bermalam. Sangat cocok bagi kepen-
tingan keluarga dengan tujuan khusus.
Dengan semakin ragamnya fasilitas yang
ditawarkan, diharapkan usaha bidang
pariwisata PJT I semakin maju dan
berkembang.
Komitmen manajemen bidang jasa
pariwisata terus dipacu perkembangan-
nya dengan investasi tambahan sebesar
Rp 5,3 milyar untuk tahun ini. Dari
kegiatan tersebut PJT I memprediksi
pendapatan yang dapat diraih sekitar Rp
13,5 milyar per tahun atau naik 150
persen dari tahun sebelumnya.
Namun dibalik itu, menurut Kepala
Humas PJT I Tri Harjono dukungan pihak
Pemkab Malang, dirasakan kurang.
Khususnya dalam hal penetapan pajak
pendapatan yang mencapai 30 persen
dinilai terlalu memberatkan usahanya.
Sebagai ilustrasi ia mencontohkan pe-
netapan tarif pajak untuk usaha yang
sama di wilayah DI Yogyakarta tak lebih
dari 15 persen. Karenanya, tak meng-
herankan jika daerah itu kegiatan wisa-
tanya semakin berkembang maju.
Menyikapi hal tersebut, saat ini PJT I
tengah melakukan pendekatan pihak
dengan DPRD Kabupaten Malang, agar
penetapan nilai pajaknya diturunkan atau
ditinjau kembali. Langkah lainnya adalah
penjajagan kerjasama usaha dengan
beberapa pihak investor swasta seperti
PT Gudang Garam, PT. Sampoerna, PT
Bentoel, dan Taman Safari Indonesia
untuk memajukan pariwisata Jawa
Timur. (Joe)
SELINGAN
Volume 36 • KIPRAH34
SELINGAN
Sejak dahulu, Pulau Bangka terkenal
dengan penghasil timah terbesar
di dunia hingga kemudian pulau
tersebut dinamai Bangka. Bangka berasal
dari kata wangka yang artinya timah.
Karena di daerah ini ditemukan bahan
galian timah maka disebut Pulau Timah.
Karena pergeseran atau bunyi bahasa
yang berubah maka masyarakat lebih
lekat memanggil Pulau ini dengan kata
Pulau Bangka atau pulau bertimah
(Wikipedia.org).
Saat ini mungkin Bangka kalah terkenal
dari Belitung, karena masyarakat kini
lebih mengenal Belitung sejak dike-
luarkannya f ilm Laskar Pelangi yang
memang berlokasi syuting di Belitung.
Kini, para turis lokal penasaran untuk
berkunjung ke Belitung dan para pebisnis
mencari celah dengan ’menjual’ lokasi
syuting Laskar Pelangi menjadi tempat
wisata menarik.
Namun terlepas dari itu, sebenarnya
Bangka yang memiliki pesona yang indah
karena dikelilingi banyak pantai yang
menawan seperti pantai Parai, pantai
Tanjung Pesona yang sudah dikenal sejak
lama, dan pantai-pantai lainnya yang
masih alami seperti pantai Matras, Pantai
Rebo, Pantai Batu Berdaun, Pantai Pasir
Padi, Pantai Tanjung Ru Sadai di Bangka
Selatan, Pantai Tanjung Kerasak di Bang-
ka Selatan, Pantai Gunung Namak di
Bangka Selatan, Pantai Tanjung Kelian di
Bangka Barat Mentok, serta Pantai
Tanjung Ular yang terletak di Bangka
Barat, Mentok.
Jumlah pantai tersebut menambah
perbendaharaan pantai di provinsi Babel,
yang memilki total pulau bernama
sejumlah 470 buah dan yang berpenghuni
50 pulau.
Umumnya pantai di Bangka berpasir putih
dan halus, landai dengan ombak lumayan
Menyusuri Infrastruktur
besar dan dikelilingi oleh batu vulkanik
yang unik dan indah seperti yang tampak
pada Pantai Parai dan pantai Tanjung
Pesona.
Terlepas dari keindahan pantainya, sejak
Bangka Belitung menjadi provinsi sendiri
di tahun 2000, Bangka giat berbenah
diantaranya dalam bidang pekerjaan
umum salah satunya melalui pem-
bangunan rusunawa dan peningkatan
jalan serta pembangunan jembatan di
beberapa tempat. Di Pulau yang memiliki
populasi 789.809 jiwa (tahun 2004) dan
luas 11.693.54 km², terdapat beberapa
proyek infrastruktur, seperti tersaji
dalam tulisan berikut.
Jembatan Air Layang
Jembatan yang diresmikan Presiden RI
Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal
28 Juni 2006. Jembatan Air Layang
pertama dibangun tahun 1929 dan pada
tahun 2000, jembatan ini dinilai sangat
membahayakan kendaraan yang me-
laluinya, sehingga diperbaiki dan diper-
besar. Jembatan yang dikenal warga
setempat dengan nama Jembatan Perim-
ping yang menghubungkan Kabupaten
Pulau Bangka
Keindahan salah satu pantai di Pulau Bangka yakni Tanjung Pesona (foto:Lis)
Volume 36 • KIPRAH34
35KIPRAH • Volume 36
SELINGAN
Bangka dan Bangka Barat, saat ini, telah
menjadi kebanggaan masyarakat Babel.
Jembatan yang dibangun untuk mem-
perlancar arus dua daerah yakni Kabu-
paten Bangka dan Bangka Barat ini,
berguna mendorong perekonomian
setempat. Jembatan penghubung ini
digunakan sebagai aktifitas perkebunan
sawit, terutama pemasaran hasil CPO.
Jembatan air layang ini sudah ada sejak
tahun 1929 di jaman Belanda dengan
panjang 204 meter, dan konstruksinya
menggunakan tiang ulir dengan lebar 3
meter. Setelah perbaikan jembatan yang
dibangun melalui 3 tahapan yang didanai
dari APBN Tahun Anggaran 2003-2005
sebesar Rp20,2 Miliar, mempunyai
spesifikasi panjang 250 meter dan lebar
7 meter.
Rusunawa Pangkal Pinang
Pembangunan Rumah Susun Sewa (Ru-
sunawa) yang saat ini sedang giat dikem-
bangkan Pemkot Pangkalpinang adalah
Rusunawa pangkal Pinang yang dipe-
runtukkan bagi warga yang kurang
mampu dan belum memiliki tempat
tinggal, akan segera rampung. Rusunawa
yang mulai dikerjakan sejak Oktober 2008
ditujukan untuk merelokasi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah di perkampungan
nelayan dan buruh pelabuhan Pangkal
Pinang.
Rusunawa yang terletak di Kelurahan
Ketapang kecamatan Pangkalbalam, kini
telah selesai di bangun dan siap untuk
ditempati. Rusunawa 2 twin blok dengan
jumlah unit hunian 198 unit untuk 198
keluarga tersebut, terdiri dari 5 lantai,
dengan luas tanah 6 Ha dan luas bangunan
1500 m2. Rusunawa dengan tipe kamar
24 m2 terdiri dari 1 kamar tidur, 1 ruang
keluarga, dapur, kamar mandi, jemuran.
Utilitas yang tersedia di rusunawa
tersebut adalah sambungan Pipa Air
Minum dan listrik dengan genset serta
septik tank dengan biotek.
Sampai saat ini tercatat sudah 480
keluarga yang mendaftar rusunawa
dengan harga sewa Rp. 175.000/bulan.
Terdapat pembatasan jumlah keluarga
dalam tiap kamarnya yakni dibatasi hanya
untuk 2 anak. Rusunawa pangkal Pinang
juga menyediakan 3 ruang hunian untuk
penyandang cacat, dimana desain interior
disesuaikan untuk keperluan penyandang
cacat. (Lisniari Munthe)
Jembatan Air Layang sebelum diperbaiki (kiri) dan sesudah diperbaiki (kanan) (foto:Lis)
Rusunawa Pangkal Pinang (foto:Lis)
Batu-batuan unik banyak menghiasi pantai-pantai di Pulau Bangka (foto:Lis)
35KIPRAH • Volume 36
Volume 36 • KIPRAH36
Bagaimana Bapak menyikapipersoalan sumber daya air saat ini?
Saat ini persolan SDA sudah kita rasakanbersama, yaitu terjadinya silang sengketadalam pemanfaatannya air besertasumber-sumbernya. Oleh karena itu kedepan, pengelolaan SDA mutlak perludilakukan. Karena persoalan sumber dayaair tidak semakin ringan, tetapi semakinrumit dan kompleks. Dan pengelolaanSumber Daya Air (SDA) berbasis WilayahSungai (WS) menjadi sangat penting danharus ditingkatkan.
Karena apa, air memiliki nilai strategisdalam kehidupan. Yaitu, sebagai kunciketahanan pangan, kesehatan dan dayasaing wilayah. Namun demikian se-sungguhnya air juga dapat dimanfaatkansebagai solusi alternatif dalam mengatasipersoalan energi. Seperti pembangunanmikro hidro untuk listrik yang ramahlingkungan.
Hingga saat ini belum ada zat lain yangdapat menggantikan fungsi air. Setiaptetes air yang kita pakai atau konsumsi,pasti akan lepas kembali dalam keadaantercemar. Berarti pula bahwa semuaaktivitas dan perilaku kita sangat ber-pengaruh terhadap kondisi SDA baikkualitas maupun kuantitasnya.
berhubungan erat dengan tiga bidangpengelolaan.
Pertama, yaitu, pengelolaan lahan atauruang di daerah tangkapan air (water-shed management). Seperti pengelolaanlahan dan hutan di daerah hulu, pe-ngelolaan daerah resapan air, dan penge-lolaan lahan di kawasan permukiman danperkotaan.
Kedua, pengelolaan air di jaringan sum-ber air (water conveyance management),Seperti sungai, danau, cekungan airtanah, dan rawa-rawa, permukiman ditepian sungai dan danau, penambanganbahan galian di sungai, transpotasisungai, dan aktivitas sosial masyarakat disekitar sumber air.
Ketiga, pengelolaan air di tingkat peng-gunaan air (water use management).Seperti pengelolaan jaringan irigasi,sanitasi, dan drainase perkotaan, penge-lolaan air untuk industri, pengendalianpencemaran air, pencerdasan perilakumasyarakat pengguna air dan lain-lain.
Ketiga bidang pengelolaan tersebut kantidak terletak pada satu instansi, lalubagaimana cara mengkoordinasikannya?
Lalu bagaimana solusinya?
Memang kita akui, sebagian masyarakatkarena keterbatasannya perilakunyamasih demikian, kesadarannya masihperlu ditumbuh kembangkan. Sebab,tanpa kepedulian dan keterlibatan kitasemua, maka krisis air akan menjadikeniscayaan Krisis air itu dapat berwujudkekeringan atau pun banjir.
Padahal krisis air merupakan sahabatkarib kemiskinan dan keterbelakangan.Bahkan krisis air dapat menjadi sumberketegangan antar individu, antar ke-lompok, dan antar daerah. Solusinya yaitu tadi, perlu pengelolaan SDA secaraterpadu dengan melibatkan semua pihakyang berkepentingan.
Sejauhmana pengelolaannya, mengingatbesaran dan luasan cakupan yang harusdigarap?
Perlu diketahui bahwa pengelolaan SDAbukan hanya berkaitan dengan kemam-puan penyediaan air saja, melainkan jugaberhubungan dengan upaya pengen-dalian daya rusak air, agar resiko kerugianekonomi, sosial dan budaya serta ling-kungan hidup dapat diminimalkan.Munculnya berbagai isu dan perma-salahan SDA itu kan sebetulnya sangat
TAMUKITA
Imam Anshori, SekretarisDewan SDA Nasional
Sungai punPerlu Dikelola Dengan Baik
Persoalan sumber daya air (SDA) saat ini semakin rumit dan kompleks. Di sana sini telah terjadi konflikkepentingan. Seperti konflik kerpentingan antara Bogor, Depok, dan Jakarta lantaran kepentingan
pengendalian banjir. Juga sengketa penggunaan sumber air minum antara Kabupaten Kuningan dan KotaCirebon, merupakan sedikit contoh konflik karena pemanfaatan air yang tidak dikelola secara baik. Untukitulah pengelolaan SDA berbasis wilayah sungai sangat mendesak untuk dilakukan, baik di tingkat daerah,nasional, regional, bahkan internasional. Berikut petikan wawancara Kiprah dengan Imam Anshori selaku
Sekretaris Dewan Sumber Daya Air Tingkat Nasional.
Itulah pentingnya dibentuk Dewan
37KIPRAH • Volume 36
Sumber Daya Air baik tingkat pusatmaupun daerah, bahkan regional daninternasional. Yaitu membangun kese-pahaman dan sistem koordinatif gunamewujudkan keterpaduan. Tujuannyajelas, yaitu ingin menjaga kelangsunganfungsi dan manfaat SDA dalam rangkamencapai tujuan pendayagunaan yangberkelanjutan. Meski diakui, koordinasiitu gampang diucapkan, namun tapi sulit
Hingga sekarang tercatat 15 provinsitelah terbentuk lembaga seperti di-maksud. Melalui wadah ini daerah dapatmenyusun dan merumuskan strategikebijakan tentang SDA secara menye-luruh dan terpadu, sehingga manfaatnyabetul-betul dirasakan masyarakat.
Karenanya, diharapkan Dewan SDA yangada di provinsi dapat segera efektif
berfungsi dan menghasilkankebijakan terbaik bagi ma-syarakat dan implementasikebijakan tersebut didu-kung dan dilaksanakan olehsemua anggota secara kon-sisten.
Menyangkut kebijakan apasaja?
Cakupannya cukup banyak.Diantaranya adalah pene-tapan wilayah sungai (WS).Juga cekungan air dan tanahserta pengelolaan sisteminformasi yang menyangkutkondisi hidrologi, hidrome-teologi dan hidrogeologi.Setiap langkah program dankegiatannya selalu dilakukanevaluasi untuk menentukantindak lanjut dan penetapanrencana program bersamaselanjutnya.
Kenapa demikian, hal inidilatar belakangi bahwa se-lama ini lemahnya koordinasiantar instansi dan antardaerah otonom menjadipenyebab timbulnya polapengelolaan sumber dayayang tidak efisien. Bahkantidak jarang saling berben-turan kepentingan, baiksecara horizontal maupun
vertikal.
Dapatkan Bapak memberi contoh?
Ooh cukup banyak. Sengketa peng-gunaan sumber air dari KabupatenKuningan untuk keperluan air minumbagi warga Kota Cirebon, merupakansalah satu contoh silang sengketa terkaitdengan sumber SDA. Begitu juga dalam
penggunaan mata air dari KabupatenKaranganyar di Provinsi Jawa Tengahuntuk keperluan air minum warga KotaMagetan, Jawa Timur .
Sengketa penggunaan air antara petanidan perusahaan air minum. Sengketakepentingan penggunaan dan penge-lolaan ruang di Kabupaten Bogor, KotaBogor dan Depok terkait dengan ke-pentingan pengendalian banjir di DKIyang ada di hilirnya.
Begitu pula halnya dengan penggunaanair dan area Danau Singkarak antarakeperluan PLTA, usaha perikanan danpenggunaan air untuk irigasi di daerahhilirnya. Kenapa hal ini bisa terjadi,karena semua pihak kurang memahamikonsep pengelolaan sumber daya airterpadu dan bagaimana pe-nerapannyadi tingkat wilayah sungai
Apa yang diharapkan dari kegiatan ini?
Kemanfaatan SDA ini setidaknya dapatterukur melalui tiga indikator. Yaitu,ketersediaan air untuk mendukungberbagai keperluan, kualitas air yangmemenuhi persyaratan berbagai jenispenggunaan, dan keamanan aliran dandaya air. Artinya, resiko kerusakan dankerugian ekonomi masyarakat, kehi-dupan sosial lingkungan hidup dapatditekan sekecil mungkin.
Kalau demikian halnya perlu dilakukanpelatihan bagi petugas tentang pe-ngelolaan SDA di tingkat wilayah sungai?
Tentu kegiatan pelatihan semacam iniperlu dilakukan secara terencana. Se-tidaknya ada studi banding. Mengingatkegiatan ini sangat mendukung pe-laksanaan pengelolaan sumber daya airterpadu di tingkat wilayah sungai secaraefektif dan efisien.
Dengan pelatihan semacam ini diha-rapkan petugas pengelola sungai akanmemahami fungsi dan tanggung jawabutama mereka dalam pengelolaan SDA.Bahkan Perum Jasa Tirta (PJT) I Malang,Jawa Timur, mau dan mampu mem-fasilitasi kegiatan-kegiatan semacam inibagi mereka yang membutuhkan. Bagusitu.... .!! (Joe).
TAMUKITA
dalam pelaksanaan, Namun harus tetapkita jalankan. Dan koordinasi ini menjadilebih penting lagi bila dikaitkan denganadanya tantangan pencapaian targetMDG 2015 serta dampak perubahan iklim.Tantangannya semakin berat.
Bagaimana dengan tindak lanjut pemben-tukan Dewan SDA Provinsi yang ada didaerah?
Gubernur Sumbar Marlis Rahman (kiri), saat melantikpengurus Dewan SDA Prov. Sumbar di Bukitinggi (foto:Joe)
Volume 36 • KIPRAH38
Masalah lingkungan dari selokan
terbuka grey water telah
diatasi dengan Ecotech Garden
(EGA) yang merupakan teknologi tepat
guna sebagai alternatif untuk mengolah
air selokan yang tercemar oleh grey
water dengan memanfaatkan proses
biologis dari tanaman hias air.
EGA diterapkan sejak tahun 2005, dengan
cara membelokkan aliran selokan yang
tercemar grey water ke pekarangan dari
salah satu rumah di Kompleks Perumahan
Bumi Asri Bandung.
Unsur hara atau bahan pupuk tanaman
(N, P dan K) yang terdapat didalam grey
water telah menumbuhkan aneka ta-
naman hias air yang merupakan media
dari EGA, sedangkan unsur pencemar
lainnya (COD, Detergent, dsb) dapat
berkurang karena diserap akar tanaman.
EGA (Ecotech GArden)
INFOTEKNOLOGI
EGA dibuat dalam bentuk U, sehingga
aliran keluar pekarangan dapat dima-
sukan kembali ke aliran selokan yang
sebagian airnya telah diambil untuk
mengairi EGA.
Ukuran EGA, lebih kecil bila dibandingkan
dengan ketentuan ukuran desain luas
permukaan instalasi pengolahan sejenis
yang mengacu pada disain kriteria
“Metcalf &Eddy” (Design guideline for
constructed wetlands, p.995).
EGA, memang tidak semata mata di-
rancang berdasarkan aliran permukaan,
tetapi mempertimbangkan kebutuhan
pupuk untuk jenis tanaman yang akan
ditanam.
Aplikasi EGA, selain menurunkan unsur
pencemar, juga meningkatkan estetika
lingkungan dengan tanaman bunganya
yang beraneka ragam. Dengan kata lain,
EGA berperan menjaga kelestarian
sumber sumber air, seraya meningkatkan
estetika lingkungan, dan bahkan mem-
berikan tambahan pendapatan bagi
pengelolanya.
Beberapa Keunggulan EGA adalah se-
bagai berikut:
1. Menambah estetika lingkungan per-
mukiman yang nyaman.
2. Mengurangi pencemaran sungai,
karena zat-zat pencemar seperti
BOD, Total-N dan Total-P diserap oleh
tanaman.
3. Dapat menurunkan bau, dengan
indikator dari penurunan kadar
Amonia sebesar 50 % (semula 10,50
mg/L turun di outlet EGA menjadi 5,3
mg/L) sedangkan kriteria limbah
domestik berbau minimal 6 mg/LBerdasarkan area pekarangan yang ada,
39KIPRAH • Volume 36
INFOTEKNOLOGI
(Arnold S.Vernik,1987)
4. Tidak memerlukan biaya operasional
yang mahal karena pengaliran air
kotor menggunakan gaya gravitasi,
bukan dengan pompa atau pipa.
5. Dapat menambah pendapatan dari
penjualan bibit bunga yang dihasilkan,
yaitu ±Rp.219.000 per tahun,atau
Rp.106.000,-per m2, walau harga
cenderung menurun bila ada jenis
tanaman hias baru.
6. Air sisa olahan dapat digunakan
kembali, salah satunya untuk mengairi
kolam ikan.
Kelemahan dari EGA adalah:
1. Perlu pemeliharaan ekstra di bagian
aliran masuk (inlet), karena teknologi
bangunan peninggi air, menjadi
tempat berkumpulnya sampah
Prinsip Kerja EGA
Gambar-1 berikut ini menjelaskan proses
pengolahan air selokan oleh EGA.
Sistem EGA tersebut dapat dibangun di
halaman rumah, atau taman taman yang
ada di kompleks perumahan atau di
bagian atas suatu situ atau danau alami.
EGA akan menyaring unsur unsur hara
(pupuk) yang terkandung didalam air
(Gambar-2), dan unsur bahan pencemar
air lainnya. Unsur pupuk digunakan oleh
tanaman untuk bertumbuh, sedangkan
unsur pencemar, disaring oleh akar dan
media penahan tanaman.
Air yang keluar dari EGA (sudah disaring
secara biologis), dapat dialirkan kembali
ke selokan dibagian hilir bendung, atau
Artinya: setiap liter per menit, me-
merlukan lahan untuk tanaman seluas
½ m2.
Contoh Aplikasi EGA dalam Praktik
EGA skala rumah tangga didisain dalam
bentuk U, sesuai dengan lahan pe-
karangan yang tersedia. Data teknis EGA
skala rumah tangga adalah sebagai
berikut (Gambar-3):
Spesifikasi EGA Skala Rumah tangga:
1. Profil EGA:
- Berbentuk saluran dengan Lebar 40
cm
- Saluran didisain dengan debit 0,07
liter/detik atau setara dengan 4.2
liter/menit
- Tinggi/kedalaman saluran adalah 45
cm (ambang bebas 7,5 cm, tinggi air
7,5 cm, lapisan tanah 10 cm dan lapisan
kerikil 20 cm)
- Dasar saluran : tanah
2. Tepi saluran ditembok agar tidak
longsor dan untuk tujuan kerapihan
Kriteria Desain
Ukuran luas EGA, dapat ditetapkan
dengan menggunakan kriteria disain
berikut ini:
A = Debit aliran (Q)/BP
Q = debil aliran dalam liter/menit
BP (beban permukaan) = 2.04 liter/
menit/m2
Gambar 2. Mekanisme Penyerapan Unsur Pencemar dan Hara pada EGA
dialirkan ke waduk, dan sumber sumber
air lainnya.
Karena bahan cemaran dalam air sudah
berkurang, maka kualitas air yang di-
Gambar 1. Bagan Alir Sistem
kembalikan ke selokan atau ke badan
badan air lainnya, sudah lebih baik dari
kualitas air sebelum melalui EGA.
Pengaliran grey water ke EGA, dilakukan
dengan cara memasang bendung di
selokan, sehingga air dapat dibelokkan ke
EGA.
sum
ber
:an
alis
a
sum
ber
: an
alis
a
Volume 36 • KIPRAH40
Pertama, Saat ini hampir semua grey
water masih dibuang ke selokan tanpa
diolah. Hal ini mengakibatkan tingginya
tingkat pencemaran sungai sungai di
Indonesia. Selain itu sarana Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) domestik
terpusat yang dapat mengolah grey
water dan black water hanya terbatas
pada 11 kota besar, dengan cakupan
pelayanan sangat rendah yaitu sebesar
2,5 juta jiwa, atau baru sekitar 1 % dari
total penduduk Indonesia.
INFOTEKNOLOGI
Keterangan:
(a). selokan yang tercemar oleh Grey waterdi kompleks perumahan
(b). Inlet ke EGA dari selokan
(c). Outlet ke selokan bagian hilir
(d). & (e). Media tanaman
Gambar-3 Denah dan skema aliran EGA
Gambar-4 Grafik Kinerja EGA
man air, hal ini berlainan dengan negara
yang mengalami empat musim dimana
pada musim dingin ada kendala untuk
tumbuhnya tanaman air.
EGA dapat dibangun pada kawasan
pemukiman yang telah terbangun,
maupun bersamaan dengan pemba-
ngunan suatu kawasan perumahan baru,
atau disekitar (bagian Hulu) sumber
sumber air seperti waduk, embung
embung, situ situ, waduk waduk pe-
ngendali banjir di daerah perkotaan.
Apabila pengembang perumahan me-
rancang penerapan EGA, selain dapat
menghasilkan kawasan permukiman
yang berwawasan lingkungan, juga
sekaligus menjadi daya tarik tersendiri
bagi calon pembeli yang merupakan salah
satu faktor pasar dan daya jual.
Implementasi EGA dapat disesuaikan
dengan ketersediaan lahan pekarangan
yang ada, pemilihan jenis tanaman
sebagai media penyerap unsur pencemar
tanaman dapat disesuaikan dengan
kebutuhan, misal jenis tanaman obat
(toga), memiliki nilai ekonomi seperti
pandan (bahan baku kerajinan: topi, tikar,
tas, dll), pisang brazilia (pembungkus nasi
timbel ), dsb. (Ratna, Puslitbang SDA)
Kedua, Indonesia terletak di khatulistiwa
yang beriklim tropis, dimana kondisi ini
sangat mendukung pertumbuhan tana-
Investasi dan Biaya Operasional
Biaya Pembuatan EGA untuk ukuran pada
Gambar-2 adalah Rp.300.000,- (40% untuk
biaya tanaman hias dan 60% untuk ongkos
galian dan bahan).
· Biaya EGA relatif murah, yaitu 429
US$ per L/det limbah yang diolah.
(Kurs 1 US$ = Rp.10.000, Desember
2005). Sementara itu, Biaya sarana
pengolahan Grey water di Pulau
Miyako, Okinawa (Naoko,2005) ada-
lah 797.538 US$ per L/det limbah yang
diolah, atau sebesar 2600 kali EGA.
· Perbedaan tersebut disebabkan
karena biaya bahan dan ongkos yang
sangat murah di Indonesia.
· EGA pada contoh tersebut, dialirkan
secara gravitasi, sedangkan pengo-
lahan Grey water di Pulau Miyako
menggunakai pompa yang mengkon-
sumsi listrik sebesar 78 Kwh/bulan.
Kinerja EGA bisa diketahui dengan mem-
bandingkan unsur pencemar di inlet
dengan unsur unsur pencemar di outlet
system, pada Gambar-4 berikut ini:
Peluang Replikasi EGA
Ada dua faktor yang memberikan pelu-
ang sangat besar untuk mereplikasikan
EGA dalam berbagai bentuk. sum
ber
: an
alis
a
41KIPRAH • Volume 36
10 LANGKAH MUDAH MENGHEMAT AIR
Coba saja terapkan 10 langkah hemat
air berikut ini. Bukan hanya lebih
dari 70% konsumsi air per hari bisa
dihemat, ketersediaan air tanah yang
makin menipis pun bisa dijaga.
LANGKAH 1: Mandi dengan shower,
daripada gayung dan bathtub
Mandi dengan gayung bisa menghabiskan
seiktar 15 liter air sementara dengan
bathtub, paling tidak 100-300 liter air
habis. Dengan pori yang membuat
sebaran air lebih luas, menurut Nasrullah
Salim, pemerhati masalah energi dan
lingkungan, shower bisa menghemat air
lebih dari 60%.
LANGKAH 2: Matikan kran ketika
mencuci tangan, gosok gigi, bahkan ber-
wudhu
Batasi konsumsi air dengan gelas atau
gayung. Menurut Metropolitan Water
District of Southern California (MWDSC),
AS, hal ini sanggup menghemat 11 liter
air per hari. Tip dari Komunitas Green-
Tips Hemat Air
Lifestyle juga boleh ditiru. Sediakan
gayung berdiameter 15 cm. Dengan
solder kecil, lubangi dinding gayung
bagian bawah. Penuhi gayung dan
gunakan kucuran airnya.
LANGKAH 3: Cuci peralatan makan dan
pakaian dengan air tampungan
Untuk membilas alat makan, gunakan air
mengalir agar kotoran terbuang. Pakai
shower untuk menghemat Tiap men-
cuci, kumpulkan alat makan dan pakaian
kotor, lantas cuci sekaligus. Penuhi
kapasitas maksimal jika memakai mesin.
LANGKAH 4: Tampung air bekas cucian
tanpa deterjen untuk menyiram tanaman
atau kloset
Menurut MWDSC, kegiatan ini bisa
menghemat 750-1.150 liter air
sebulannya. Kita bisa juga menampung
air hujan untuk menyiram tanaman,
bahkan untuk minum setelah diolah
terlebih dahulu.
LANGKAH 5: Kurangi konsumsi barang
yang “menyedot” air
Misalnya, kertas, daging, dan nasih putih.
Tahukah kita bahwa produksi selembar
kertas ukuran A4 seberat 80 gram
membutuhkan 10 liter air? Produksi 1 kg
daging sapi menghabiskan 15.500 liter air,
sedangkan 1 kg beras putih
membutuhkan 3.400 liter air. Belum lagi
air yang digunakan untuk memasak
daging dan beras. Silahkan klik
www.waterfootprint.org untuk
informasi lebih lengkap.
LANGKAH 6: Gunakan ulang alat makan
dan pakaian jika belum terlalu kotor
Kalau kita sering berganti gelas, kita
mengkonsumsi air lebih banyak untuk
mencucinya. Itu juga berlaku untuk
pakaian yang belum kotor karena ke-
ringat atau noda.
LANGKAH 7: Pakai sedikit deterjen
untuk mencuci
“Membilas deterjen butuh lebih banyak
air,” jelas staf divisi program AMPL (Air
Minum dan Penyehatan Lingkungan),
Dyota Condrorini. Gunakan sabun bio-
degradable dari bahan organik sehingga
air bekasnya dapat dipakai ulang setelah
disaring dengan sumur resapan.
LANGKAH 8: Siram tanaman di pagi hari
Jika menyiram saat siang, matahari akan
membuat air menguap sebelum diserap.
Usahakan menanam di musim hujan saja
karena pada awal perkembangannya,
tumbuhan membutuhkan lebih banyak
air.
LANGKAH 9: Kurangi frekuensi
memotong rumput
Kita bisa menghemat 1.900-5.700 liter
per bulan, menurut MWDSC. Rumput
yang lebih pendek butuh lebih banyak air.
LANGKAH 10: Perbanyak bidang resapan
di halaman
Metode ini disebut biopori. Tujuannya,
air meresap ke dalam tanah daripada
mengalir di permukaan. Buat lubang
silindris secara vertikal ke dalam tanah
dengan diameter 10 cm dan kedalaman
100 cm. Buat lubang lain dengan jarak
50-100 cm dari yang pertama. Silahkan
klik www.biopori.com untuk informasi
lebih lengkap.
Sumber: Majalah Readers’ Digest Indonesia,
Edisi April 2009
Sumber gambar : www.nacdnet.org
TIPSTIPS
Volume 36 • KIPRAH42
GALERIFOTO
Volume 36 • KIPRAH42
Sampai sekarang banjir akibat meluapnya sungai Ciliwung
masih menghantui sebagian warga Jakarta dan sekitar.
Namun, saat ini, masalah yang ditimbulkan jauh semakin
kompleks.
Untuk mendapatkan gambaran bagaimana sesungguhnya kondisi
sungai Ciliwung yang sebenarnya pada akhir Februari 2010 Tim
Kiprah mencoba menelusuri jejak alur sungai Ciliwung dari
Bendung Katulampa (Bogor) hingga Kampung Melayu, Jakarta
Timur.
Pemilihan tempat ini bukan tanpa alasan . Bendung Katulampa,
walaupun sebenarnya salah, sering dianggap orang sebagai
bendung pengendali banjir yang ada di hulu. Kampung Melayu di
Jakarta Timur dilain pihak merupakan daerah langganan banjir
akibat meluapnya sungai Ciliwung.
Dari hasil pantauan Kiprah terlihat bagaimana degradasi kualitas
air sungai Ciliwung, lengkap dengan polah tingkah manusia
disekelilingnya. (Joe)
Bendung Katulampa kokoh berdiri (foto:dok)
Dilarang buang sampah, apakah hanya sekedar papan peringatanbelaka? (foto:dok)
Jamban di sungai, dimulainya pencemaran (foto:dok) DAS yang masih asri di pinggiran kota Depok (foto:dok)
43KIPRAH • Volume 36
43KIPRAH • Volume 36
GALERIFOTO
Bantaran sungaipun dijadikan rumah warga, Bogor (foto:dok) Pagar milik wargapun ikut tenggelam , Bidara Cina (foto:dok)
Sisa sampah banjir yang tersangkut di pohon, Bidara Cina (foto:dok)
Nyaris tak ada lahan tersisa , Kampung Melayu (foto:Istimewa)
Mengais rezeki dari sampah yang hanyut di sungai (foto:dok)
Volume 36 • KIPRAH44
TAHUKAHANDA
Air menurut peruntukannya Terbagi menjadi 4 kelas sesuai
mutunya yaitu :
1. Kelas Satu, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk
air baku air minum, dan atau peruntukkan lain yang sama
dengan kegunaan tersebut.
2. Kelas Dua, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk
prasarana/saran rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, mengairi tanaman, atau peruntukan lain yang
Beberapa fakta tentang airmempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
3. Kelas Tiga, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, mengairi
tanaman, atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan tersebut.
4. Kelas Empat, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk
mengairi tanaman, atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut. (dari PP No 82 tahun 2001)
1. Pembukaan Hutan (untuk pertanian, perkebunan, industri
kayu) : Erosi ’! partikel inorganik alami.
2. Pertanian : Pupuk & Pestisida berlebih, sisa-sisa panen ’!
organik
Kegiatan Yang Mempengaruhi Kualitas Air Sungai
1. Padatan
Berdasarkan besarnya partikel dan sifat kelarutannya dibagi
atas :
a. mmPadatan terendap : 1
b. mm 1 ³ s £Padatan tersuspensi : 10 -3
c. mm10-3 áPadatan terlarut :
Menyebabkan : penyumbatan , pendangkalan, kekeruhan,
salinitas tinggi
2. Kekeruhan
Disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, sumbernya :
• Anorganik : lapukan batuan dan logam
• Organik : Tanaman dan hewan mati
• Buangan Industri
Bakteri & Algae
3. Warna
Diakibatkan oleh jenis-jenis tertentu dari bahan organik yang
terlarut dan koloidal yang terbilas dari tanah atau tumbuhan
busuk. Contoh : teh (warna organik koloidal), besi (merah),
mangan (coklat kehitaman).
Pengaruh : menghambat penetrasi cahaya sinar matahari
4. Suhu
Sumber : Air buangan Industri dapat mengakibatkan suhu
perairan meningkat.
5. Daya Hantar Listrik (DHL)
Sifat Fisik Airion terlarut besar (TDS) maka DHL akan tinggi.
Sifat Kimia
1. pH, Asiditas, keasaman
pH menggambarkan keberadaan ion hidrogen, sedangkan
asiditas melibatkan 2 komponen yaitu jumlah asam kuat dan
asam lemah serta konsentrasi ion hidrogen didalam air.
asiditas menggambarkan kapasitas kuantitatif air untuk
menetralkan basa hingga pH tertentu.
2. Oksigen Terlarut
Sumber dari : proses fotosintetis dan atmosfer
Pengaruh : Konsentrasi O2 tinggi proses perkaratan terjadi
semakin cepat, sedangkan pada konsentrasi rendah akan
mengganggu kehidupan aquatik.
3. Karbon Dioksida ( CO2)
Sumber diperairan :
• Difusi dari atmosfer langsung ke dalam air
• Air hujan
• Air yang melewati tanah organik yang mengalami de-
komposisi.
• Respirasi tumbuhan. Hewan dan dekomposisi bakteri aerob
dan anaerob pada dasar perairan.
4. Alkalinitas
Adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam
3. Peternakan : kotoran hewan ’! organik, bakteri
4. Industri : limbah (sisa produksi) ’! organik, inorganik,suhu,
warna,bau, radio aktif
5. Pemukiman : organik, bakteri / pathogen
Volume 36 • KIPRAH44
Tergantung dari konsentrasi ion-ion dalam air, jadi bila jumlah Sumber utama : ion bikarbonat, karbonat dan ion hidroksida
45KIPRAH • Volume 36
TAHUKAHANDA
TOC
Total Organic Carbon / Kandungan bahan organik total
Terdiri dari : Organik terlarut (DOC) dan Partikulat (POC) dengan
perbandingan 10 : 1
BOD
Biochemical Oxygen Demand/Kebutuhan oksigen biokimiawi
Merupakan gambaran tidak langsung kadar bahan organik, yaitu
menunjukkan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba
aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi CO2 dan air.
COD
Chemical Oxygen Demand/ Kebutuhan oksigen kimiawi
Menggambarkan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan organik secara kimia baik yang dapat
didegradasi secara biologis maupin non biologis dengan
menggunakan oksidator K2Cr2O7
TOM
Total Organic Matter/ Kandungan bahan organik total (TOM)
dengan metode ini tidak cukup mampu untuk mengoksidasi
bahan organik secara sempurna.
pH
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan
tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan.
Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap
sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan ber-
dasarkan persetujuan internasional.
Tidaklah diketahui dengan pasti makna singkatan “p” pada
“pH”. Beberapa rujukan mengisyaratkan bahwa p berasal dari
singkatan untuk power, ada juga yang mengartikan per-
centage, yang lainnya merujuk kata bahasa Jerman Potenz
(yang juga berarti pangkat), dan ada pula yang merujuk pada
kata potential.
Larutan dengan pH kurang daripada tujuh disebut bersifat asam,
dan larutan dengan pH lebih daripada tujuh dikatakan bersifat
basa atau alkali.
Apa yang dimaksud dengan….
Yang Unik
45KIPRAH • Volume 36
serta kation Ca, Mg dan Na (air laut).
Alkalinitas tinggi, kesadahan juga tinggi, pengaruhnya :
• Tidak disukai organisme aquatik
• Korosif pada logam
• Menyebabkan iritasi pada pencernaan manusia
5. Kesadahan (hardness)
Adalah gambaran kation logam valensi II, pada air tawar Ca &
Mg berikatan dengan anion penyusun alkalinitas seperti
bikarbonat dan karbonat.
Sumber kesadahan air : adalah kontak air dengan tanah dan
bebatuan (kapur). Perairan dengan kesadaham tinggi :
mempunyai lapisan top soil tebal serta batuan kapur banyak,
sedangkan perairan lunak memeiliki lapisan top soil tipis serta
batuan kapur sedikit atau tidak ada.
Pengaruh :
busa karena kationnya mengendap dan busa tidak akan
terbentuk sampai semua kation mengendap, endapan yang
terbentuk dapat mengakibatkan pewarnaan pada bahan yang
dicuci.
• Kesadahan rendah (perairan lunak) bersifat asam bila
dipanaskan akan menyebabkan korosi pada logam
• Kesadahan > 500mg/l kurang baik bagi keperluan domestik,
pertanian dan industri tetapi lebih disukai organisme dari
pada air lunak.
6. Bahan Organik
Semua bahan organik mengandung karbon (C) yang ber-
kombinasi dengan satu atau lebih elemen lainnya.
Sumber bahan organik :
a. Alam : fiber, minyak nabati, minyak hewani, alkaloid, selulosa,
kanji dan lain-lain
b. Sintetis
c. Fermentasi
Taksi yang ini sungguh unik, karena taksi yang satu ini bisa
melewati sungai untuk menghindari kemacetan.
Perusahaan yang memiliki taksi ini adalah Osaka Mizukaido
808. Taksi air ini dapat menampung sampai 3 orang dalam sekali
perjalanan.
Kesadahan tinggi akan mengakibatkan sabun sulit membentuk
Menggunakan oksidator KMno4, nilai oksigen yang dikonsumsi
sejamnya adalah $175 untuk
satu jam pertama dan $78
untuk 1 jam berikutnya. Mau
coba? Silahkan datang ke kota
Osaka, Jepang.
Untuk menaikinya, siapkan kocek yang agak tebal, karena tarif
Volume 36 • KIPRAH46
Selepas perjalanan panjang, 8 jam
naik pesawat, menembus awan
dan pekatnya malam, pesawat
mulai mendekati Kota Dubai, Uni Emirat
Arab. Dini hari menjelang subuh, dari
layar monitor pesawat Emirates, terlihat
lampu bandara yang terang benderang
seolah bersiap untuk menyambut para
penumpang.
Dengan anggun, pesawat Boeing 777-
300ER mendekati bandara dan menda-
rat dengan mulus. Ketika melangkah
keluar dari pesawat dan memasuki
terminal 3 di Dubai International Airport,
mata kita dibuat takjub dengan keinda-
han, kemegahan, sekaligus kemewahan
bandaranya.
Dubai, Kota Taman Di Tengah GurunSaat keluar dari bandara, terlihat ber-
bagai mobil mewah berseliweran di jalan
raya, bahkan taksi yang kami gunakan
adalah Toyota Camri automatik yang di
negara kita termasuk kendaraan mewah
dan pernah menjadi kendaraan dinas para
menteri. Memasuki Kota Dubai, terlihat
jalanan yang memang didesain lebar
masih lengang karena hari masih pagi dan
matahari masih terlihat malu-malu di
ufuk timur.
Jaringan infrastruktur untuk listrik dan
telepon tidak terlihat berseliweran di
atas, semuanya di bawah tanah, sehingga
semuanya terlihat rapi.
bahwa kondisi Dubai pasti tidak akan
berbeda jauh dengan kondisi negara-
negara di Timur Tengah lain seperti Arab
Saudi yang kebetulan pernah penulis
singgahi, yaitu gersang, panas, tidak
nyaman dan sebagainya yang kese-
muanya negatif. Ternyata saya salah dan
kesalahan ini telah menyadarkan saya
bahwa tidak ada yang tidak mungkin
apabila kita mempunyai kemauan dan
kemampuan untuk mewujudkannya.
Dubai, dipimpin oleh seorang raja ketu-
runan dinasti Al Maktoum yang mulai
menguasai Dubai sejak tahun 1833.
Setelah meninggalkan Abu Dhabi, dinasti
ini kemudian menguasai Dubai tanpa
adanya perlawanan. Pada tanggal 2
Jalur hijau disepanjang jalan, Kota Dubai (foto: Koleksi Chairul Alfi)
Pada awalnya, penulis membayangkan
JELAJAH
47KIPRAH • Volume 36
Desember 1971, Dubai bersama Abu
Dhabi dan lima emirat lainnya, mem-
bentuk Uni Emirat Arab, namun baru
pada tahun 1973, Dubai bergabung
dengan emirat lain untuk menggunakan
mata uang tunggal, yaitu Dirham UAE.
Ketujuh emirat tersebut adalah Abu
Dhabi, Dubai, Sharjah, Ajman, Umm al-
Quwain, Ras al-Khaimah, dan Fujairah.
Masing-masing emirat dipimpin oleh
seorang raja dan memiliki pemerintahan
otonom. Dari ketujuh emirat tersebut,
Dubai merupakan emirat kedua terbesar
dan berpengaruh sesudah Abu Dhabi.
Pemimpin Dubai saat ini, Shaikh Moham-
mad Bin Rashid Al Maktoum juga menja-
bat sebagai Wakil Presiden UAE.
Pada awal perkembangannya, Dubai
mengandalkan perekonomiannya dari
perdagangan permata. Namun seiring
dengan perkembangan jaman dan situasi
krisis yang melanda dunia pada saat itu
akibat Perang Dunia I, pendapatan dari
industri permata ini menurun. Namun
mulai tahun 1970-an, Dubai terus tumbuh
dengan memanfaatkan berkah minyak
yang mereka miliki dan perdagangan.
Bahkan pada tahun 1979, dengan meman-
faatkan posisi yang strategis, Dubai
membangun Pelabuhan Jebel Ali (seba-
gai bagian dari Zona Bebas Jebel Ali) yang
dikatakan sebagai pelabuhan buatan
terbesar di dunia yang melayani ekspor-
impor tak terbatas.
Semenjak itulah, Dubai berbenah dan
berupaya untuk menjadi hub bagi nega-
ra-negara di kawasan Timur Tengah
seperti yang dilakukan oleh Singapura
untuk kawasan Asia. Visi Dubai sebagai
kota services diwujudkan dalam bentuk
pembangunan fasilitas perkantoran,
permukiman (apartemen) maupun
infrastruktur mulai dari jaringan jalan
sampai dengan jaringan rel kereta yang
melayani seluruh penjuru kota.
Dengan perkembangan yang demikian
pesat dan kebijakan pemerintah Dubai
untuk tidak memberlakukan pajak peng-
hasilan, tidak mengherankan apabila
banyak tenaga kerja yang datang dari
berbagai negara di sekitar UAE maupun
dari Asia Selatan seperti India dan
Bangladesh. Hal ini ditunjukkan dengan
komposisi penduduk dimana penduduk
lokal hanya 20% dari total penduduk
Dubai.
Gurun yang Penuh Dengan Taman
Bayangan awal bahwa Dubai adalah
sebuah tempat yang gersang, mendadak
sirna manakala kita menyaksikan sendiri
taman-taman yang indah dengan bunga
yang mekar berwarna-warni terhampar
di sepanjang jalan yang kita lewati.
Pemerintah Dubai benar-benar meman-
jakan rakyatnya dengan membangun
taman-taman yang indah di seluruh
penjuru kota. Konsep kota taman yang
dulu pernah dikembangkan di Inggris
oleh Sir Ebenezer Howard dan juga
pernah dikembangkan di Kota Bandung,
seolah-olah telah muncul di negara gurun
yang gersang ini. Bagi kita orang awam,
tentu sangat mengherankan, bagaimana
negeri padang pasir yang gersang dan
jarang turun hujan ini dapat ditumbuhi
oleh berbagai tanaman dengan pohon-
pohon yang rindang.
Yang menjadi pertanyaan adalah, bagai-
mana cara mereka menanamnya? Ter-
nyata mereka menyiasatinya dengan
membuat saluran/jaringan air meng-
gunakan selang air yang berukuran kecil.
Selang-selang air tersebut di susun
berjejer dengan jarak sekitar 50 cm atau
bahkan kurang dan selalu menyiramkam
air agar tanaman tidak layu dan mampu
bertahan dari teriknya sinar matahari.
Namun sebelumnya, terlebih dahulu
gurun tersebut ditimbun dengan meng-
gunakan tanah sebagai lapisan atas/media
tanam yang terpaksa didatangkan dari
daerah lain. Selain itu pada saat-saat
tertentu tanaman diberikan nutrisi untuk
meningkatkan daya tahan dari ganasnya
cuaca gurun. Biasanya pada hari libur,
jumat dan sabtu, di taman-taman ter-
sebut banyak keluarga yang berkumpul
sambil makan, terutama di musim dingin
yang berlangsung antara bulan Novem-
ber sampai Maret.
Taman disebuah sudut jalan (foto: koleksi pribadi)Zabeel Park: Bagai Oase di Tengah Gurun(foto: ranjausilauitusaya.files.wordpress.com)
JELAJAH
Volume 36 • KIPRAH48
Sangat ironis apabila kita memban-
dingkannya dengan kondisi di tanah air.
Dubai, negara gurun pasir yang susah air
ini mampu menyediakan air bersih untuk
setiap rumah tangga selama 24 jam non
stop sekaligus membuat taman-taman
yang juga memerlukan air dalam jumlah
yang besar.
Sementara di negara kita air berlimpah,
banyak sungai, danau, dan mempunyai
tanah yang sangat subur, akan tetapi kita
tidak mampu merawat taman dan hutan
yang ada serta masih banyak masyarakat
kita yang belum mendapatkan layanan
air bersih secara rutin.
membuat pengendara lupa untuk me-
ngurangi kecepatan kendaraannya.
Namun pemerintah Dubai tidak kurang
akal, yaitu dengan memasang kamera di
sepanjang jaringan jalan utama untuk
memantau kecepatan kendaraan secara
real time. Bahkan, sebagian besar kenda-
raan yang ada telah dilengkapi dengan
speed control yang akan berbunyi apabila
kecepatan kendaraan melebihi 120 km/
jam. Seorang teman yang tinggal di Dubai
pernah kena denda sebesar 600 dirham
(sekitar 1,5 juta rupiah) karena melanggar
peraturan ini. Sistem kamera ini sangat
efektif dalam memberikan efek jera
Pada ruas-ruas tertentu, jaringan rel ini
dibangun di bawah tanah, dan sebagian
lagi dibangun dengan menggunakan
tiang seperti konsep monorel di Indo-
nesia yang sampai sekarang belum jelas
kelanjutannya.
Dengan menggunakan tiket berupa kartu
elektronik yang canggih, Dubai Metro
yang mempunyai slogan My City My
Metro, pada tahun 2009 telah mampu
melayani penumpang.
Beruntung penulis sempat merasakan
kenyamanan Dubai Metro ini yang
walaupun baru beroperasi sebagian, akan
tetapi sistem yang dibangun ini sudah
sangat canggih dan sangat memanjakan
penumpang.
Walaupun moda transportasi utama
mereka adalah kendaraan pribadi, namun
pemerintah Dubai tidak lupa untuk
menyediakan sarana transportasi umum,
terutama bagi para pendatang. Hal ini
dapat dilihat dengan dioperasikannya
sistem jaringan bus yang melayani
seluruh bagian kota dan beroperasi
sampai jam 12 malam.
Moda transportasi bus ini terdiri dari
beberapa macam, yaitu bus biasa, gan-
deng, dan bus tingkat yang semuanya
ber-AC dan nyaman. Mengingat kondisi
cuaca yang kurang bersahabat pada
musim panas, yaitu antara April sampai
Oktober (pada bulan Agustus suhu bisa
mencapai lebih dari 450C), maka peme-
rintah menyediakan halte bus yang
sangat nyaman yang dilengkapi dengan
AC. Halte ini tersebar di seluruh penjuru
kota bahkan sampai beberapa km di luar
kota.
Terlepas dari kemampuan finansial yang
besar, satu hal yang patut kita contoh
adalah adanya kemauan yang besar dari
pemerintah dan masyarakatnya untuk
mewujudkan sebuah keinginan agar
dapat hidup nyaman dan bahagia. Ter-
bukti bahwa mimpi besar dan visi yang
jauh ke depan dapat diwujudkan dengan
sepenuh daya usaha. (Krisno)
Jaringan rel kereta listrik dan bentuk stasiun yang futuristik (foto: koleksi pribadi)
Infrastruktur dan Sistem Transportasi
Untuk mengetahui apakah negara ter-
sebut telah maju atau baru berkembang,
biasanya dapat kita ketahui dari jaringan
infrastruktur dan sistem transportasi
yang disediakan. Dalam hal ini, Dubai
memang layak untuk menyandang gelar
sebagai kota modern karena telah mam-
pu menyediakan infrastruktur dan sistem
trasportasi handal.
Dari sisi infrastruktur, Dubai telah
membangun jaringan jalan yang sangat
bagus, lebar, dan mulus yang meng-
hubungkan seluruh kota yang seringkali
karena photo bukti pelanggaran dan data
pemilik kendaraan langsung ditayangkan
pada situs yang telah dibuat pemerintah.
Selain jaringan jalan raya, pemerintah
Dubai melalui RTA (Roads and Trans-
portation Authority) juga membangun
jaringan rel kereta listrik. Proyek dengan
nama Dubai Metro yang pada 2009 telah
beroperasi sebagian (akan beroperasi
penuh pada tahun 2012), diperkirakan
menelan biaya senilai $3.89 milyar yang
terdiri dari empat jalur dan menghu-
bungkan wilayah di bagian timur seperti
bandara sampai ke wilayah bagian barat
di Pelabuhan Jebel Ali.
JELAJAH
49KIPRAH • Volume 36
Waspadai Abrasi Pantai
Indonesia merupakan negara maritim
yang memiliki pulau lebih dsari 17 000
buah dengan garis pantai ribuan
kilometer, tersebar mulai Sabang hingga
Merauke. Anugerah alam yang sangat
berharga itu semestinya dikelola secara
baik untuk kepentingan sekarang mau-
pun mendatang.
Kenyataanya, keinginan itu masih jauh
dari harapan. Daerah pesisir pantai
banyak yang kritis karena erosi dan
gelombang pasang, pada sebagian garis
pantainya. Kondisi itu mengakibatkan
aktivitas nelayan terancam, hilangnya
lahan permukiman, pertanian, pertam-
bakan, dan terganggunya ruas jalan,
sehingga sumber daya pantai menurun.
Bila dikaji, selain faktor alam, faktor
manusia juga ikut andil besar terhadap
kerusakan kawasan pantai. Kegiatan
penambangan pasir/batu karang, pene-
bangan hutan bakau, penutupan daerah
pantai, pembuatan tambak, dan pengem-
bangan yang tidak akrab dengan ling-
kungan, merupakan sedikit contoh
penyebab rusaknya lingkungan kawasan
pantai akibat ulah manusia.
Sumatera Barat (Sumbar) misalnya,
yang memiliki total panjang garis pantai
18 Km sebagian besar kondisinya rusak
berat, sedang, dan ringan akibat abrasi,
gelombang pasang, dan ulah manusia.
Bahkan garis pantainya ada yang tergerus
mundur sepanjang 50 meter. Seperti
yang terjadi di daerah Kota Padang
tepatnya di Parupuk Tabing, Pasir Kiam-
bak hingga pesisir Pariaman.
Meski pihak Dinas SDA dan Balai Wilayah
Sungai Sumatera V telah membangun
sejumlah krib, tembok pantai , namun
ancaman masih bakal terjadi. Apalagi
daerah ini dikenal rawan gempa dan
tsunami Kerusakan pantai yang meng-
ancam aktivitas permukiman dan badan
Abrasi Pantai mengancam badan jalan nasional antara Bengkulu dan Muko-muko perlu relokasi trace jalan baru. Tampak Kepala SatkerRawa dan Pantai Balai Sungai Sumatera VI , Darmawan Syah (kiri) meninjau lokasi bencana (foto:Joe)
JELAJAH
Volume 36 • KIPRAH50
Djaja Murni Warga Dalam,Direktur Rawa dan Pantai,
Ditjen SDA
jalan juga terjadi di 11 titik sepanjang 20
Km di wilayah Provinsi Bengkulu tepat-
nya di daerah Kabupaten Bengkulu Utara
dan Mukomuko.
Kerusakan telah mengancam badan jalan
nasional hingga perlu relokasi. Lalu lintas
transpotasi darat antar kabupaten dan
provinsi menjadi terganggu, akibat jalan
rusak. Bahkan, perlu rekonstruksi dan
relokasi, akibat perubahan dinamis garis
pantai atau mundurnya garis sepadan
pantai hingga 200 meter dalam kurun
waktu 20 tahun.
Di daerah NTT khususnya pantai Kupang
dan Larantuka, Flores, dan banyak
tempat lainnya telah terjadi longsoran
dan abrasi bibir pantai, sehingga sebagian
daerah sempadan pantai yang merupa-
kan daerah pertanian, pemukiman, dan
bangunan infrastruktur rusak. Juga di
Manado, Sulut, Kendari Buton Sultera,
Ambon, Bali, Jabar, kerusakan pantai
semakin menjadi jadi yang perlu di-
tangani segera.
Penanganan
Sayangnya, dana pemerintah terbatas,
sehingga penanganannya dilakukan
secara parsial, tanggap darurat. Langkah
antisipasi yang sudah disiapkan, masih
berparadigma reaktif-defensif. Padahal,
penanganan pantai seharusnya adalah
wajib. Pantai harus diamankan dan
dikelola secara berkesinambungan,
terarah dan terpadu, agar tidak semakin
rusak, sekaligus dapat dimanfaatkan
secara produktif.
Menurut Djajamurni Wargadalam, Direk-
tur Rawa dan Pantai, Ditjen Sumber Daya
Air (SDA), penanganan pantai sangat
ditentukan oleh pemahaman karak-
teristik permasalahan pantai. Oleh
karenanya, pemilihan strategi pena-
nganan perencanaan teknisnya harus
memenuhi kaidah-kaidah teknis yang
benar, disertai payung hukum dan
dukungan masyarakat, stakeholders,
serta pemangku kepentingan lainnya.
Sayangnya, kata Djaja Murni prasarana
dan sarana seperti itu belum sepenuhnya
lengkap, masih dihadapkan pada aspek
payung hukum dan keterbatasan kemam-
puan pendanaan.
Maka, jangan heran kalau strategi pena
nganan pantai selama ini sifatnya masih
reaktif dan parsial. Solusi yang dilakukan
selalu dengan konstruksi sipil dengan
membangun beberapa bangunan penga-
man pantai, seperti krib-krib, tembok
pantai, yetty dll. Belum memperhi-
tungkan masalah perencanan tata ruang,
termasuk penetapan peruntukan daerah
sepadan pantai.
“Seharusnya kita memiliki payung hu-
kum yang tetap, yang mempunyai keku-
atan memaksa. Atau setidaknya pera-
turan pendukung setingkat Peraturan
Pemerintah (PP). Disamping keterse-
diaan dana,” kata Djaja Murni penuh
harap. Sebab, bila kita telisik dari segi
payung hukum, UU No 7 tahun 2007
tentang Sumber Daya Air dan UU No 27
tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, tidak
mengatur secara tegas di dalamnya.
Penyelenggaraannya selama ini, dila-
kukan sebagai tugas tradisional ke-PU-
an.
Melihat permasalah itu menurutnya,
strategi dan paradigma seperti itu
semestinya dirubah. Ke depan, strategi
pendekatannya harus dimulai dengan
mengedepankan masalah tata ruang,
berikut zonasi peruntukannya. Kegiatan
pembangunannya harus diatur.
Mana yang boleh dibangun tanpa pem-
batasan, boleh dibangun secara terbatas,
dan mana daerah terlarang yang tidak
boleh sama sekali ada bangunan. Ke-
tentuan tersebut berlaku baik yang
dibangun pemerintah, masyarakat,
maupun swasta. Selain dukungan pe-
nerapan peraturan-perizinan yang ketat
dan tegas dari pemda, agar terkendali.
kan Djaja Murni. Pertama, tidak mela-
kukan apa-apa (do nothing). Kedua,
dengan struktural, yaitu membangun
bangunan pengaman pantai, baik dengan
struktur lunak (penanaman mangrove,
zona penyangga, pengisian pasir, (sand
by passing), maupun struktur keras
(tembok laut, revetment, break water,
dll.). Ketiga, kombinasi antara struktural
dan non struktural.
Dalam pelaksanaannya katanya, diper-
lukan pedoman dan manual perencanaan
teknis pengamanan pantai yang lengkap
dan handal, mengingat permasalahan
pantai ke depan semakin rumit dan
kompleks. Demikian pula dari sisi alokasi
anggaran.
Program dan kegiatan Direktorat Rawa
dan Pantai dalam Renstra 2005-2009
adalah pengamanan pantai sepanjang 250
Km yang lokasinya tersebar. Dari target
tersebut telah tercapai 178 Km atau 72
persen, dengan alokasi anggaran se-
besar Rp 400 hingga 500 miliar per tahun.
Sedang sasaran pembangunan dalam
Renstra 2010-2014 adalah 300 Km, dengan
estimasi biaya sebesar Rp 3,0 hingga 4,50
triliun. Djajamurni menyebutkan bahwa
penetapan Renstra tersebut semata-
mata berdasarkan kemampuan penye-
diaan dana pemerintah, bukan atas
kebutuhan real di lapangan yang sesung-
guhnya jauh lebih besar. (Joe).
JELAJAH
Tiga pendekatan strategi yang ditawar-
51KIPRAH • Volume 36
Tercatat 606 sungai mengalir diwilayah itu terbagi dalam enamwilayah sungai (WS) masing-ma-
sing WS Rokan, Indragiri, Batanghari,Anai Sualang dan WS Silaut. Bukan hanyaitu Sumbar juga memiliki sumber air bakuberupa empat buah danau besar yakniDanau Singkarak, Maninjau, Danau Atasdan Danau Bawah, yang total luasnyamencapai 260 km2 Selain itu Sumbarjuga memiliki potensi lahan rawa seluas325,599 hektar serta berbagai situ danpuluhan embung yang tersebar di ber-bagai wilayah. Belum lagi potensi dariair tanah.
Sumbar Dongkrak Produksi Pangan
Simpanan ratusan juta meter kubikberupa sumber air baku tersebut, barusebagian kecil dimanfaatkan untukberbagai keperluan. Seperti untuk arealpertanian sekitar 427. 028 hektar, airminum, industri, sisanya terbuang per-cuma ke laut. Dari 427.028 hekter ituyang telah beririgasi teknis baru sekitar113.242 hektar, semi teknis 77.528 hektar,sisanya merupakan areal irigasi seder-hana (65.703 hektar), irigasi desa (126.756hektar), rawa (15.523 hektar). dan tadahhujan 28.276 hektar. Demikian diung-kapkan Kepala Balai Wilayah Sungai
Sumatera V, Agus Setiawan, sewaktuditemui Kiprah.
Sumatera Barat (Sumbar) bertekad untuk terus mendongkrak produksi pangan melalui perluasan area tanamdengan membangun bendung berikut jaringan irigasi yang masuk ke petak-petak sawah petani. Tekad itu
bukanlah tanpa alasan, mengingat Sumbar memiliki potensi sumber daya air (SDA) yang melimpah danbelum dimanfaatkan secara optrimal Sasaran yang hendak dicapai adalah peningkatan irigasi teknis seluas
50.378 hektar dengan produksi padi hingga 158.348 ton.
Embung Pinawar di Kabupaten 50 Kota (foto:Dok)
JELAJAH
Program
“Sejatinya pengembangan pertanianuntuk mendukung produksi pangan diSumbar masih sangat memumgkinkandan terbuka luas,” tegas Agus Setiawan.
Setidaknya ada 4 program pokok yangharus ditangani, yaitu program pe-ngembangan dan pengelolaan jaringanirigasi dan rawa, pengendalian banjir, dan
Volume 36 • KIPRAH52
Agus Setiawan, Kepala BalaiWilayah Sungai Sumatera V
pengamanan pantai, penyediaan danpengolahan air baku serta programpengembangan dan pengelolaan sungai,danau dan sumber air lainnya.
Diakuinya, sejak periode 90-an Sumbarmemang telah membangun beberapabendung berikut jaringan irigasi, namunbelum seluruhnya tuntas, terutama padasaluran pembawanya.
Seperti Daerah Irigasi (DI) Panti Rao diKabupaten Pasaman dari potensi 8.300ha baru berfungsi sekitar 2.325 Ha. JugaDI Batang Tongar di Kabupaten PasamanBarat dari potensi 6.644 ha, barudimanfaatkan 1.207 Ha.
DI Batang Batahan luas potensialnya6.249 Ha, namun baru sekitar 840 Haberfungsi, sisanya menunggu selesainyapembangunan jaringan irigasi.
Demikian juga DI Batang Anai di Kabu-paten Padang Pariaman dari potensi13.604 Ha baru dimanfaatkan sekitar6.840 Ha Juga di Kabupaten Darmasrayayaitu DI Batanghari dari 18.936 Ha, baruberfungsi sebagian dan DI Indrapura diKabupaten Pesisir Selatan dari 6.000.Hadaerah rawa, sebagian besar justrubelum dimanfaatkan.
Oleh karena itu ia memprioritaskanmerampungkan sisa pekerjaan tadimelalui pengembangan jaringan irigasi,membangun sejumlah bendung, em-bung, pengembangan daerah rawa danmemanfaatkan air tanah.
Pengembangan irigasi diprioritaskanpada DI potensial, seperti DI LembahAnai, Panti Rao, Batang Tongar dan DIBatanghari.
Sementra itu Kepala Satuan Non VertikalTertentu (SNVT) Pengem-bangan danPengelolaan SDA – BWS Sumatera V, MAdek Rizaldi menjelaskan, DI Panti Raoyang kini sedang ditangani kelak dengantercapainya target seluas 8.300 hektar,tidak menutup kemungkinan tambahanareal seluas 500 hektar dari saluran indukkiri.
Areal tersebut berasal dari lahan tiduryang selama ini tidak produktif. Saat iniair sudah bisa mengalir ke enam te-rowongan, pertanda baik untuk salurankanan sudah dapat difungsikan.
Untuk pembangunan baru saat ini pihak-nya sedang membangun Bendung Sina-mar, di Kabupaten Tanah Datar untuk
JELAJAH
mensuplai irigasi seluas 3.500 hektar dansemuanya diharapkan selesai akhir 2010.
Sasaran yang ingin dicapai dalam kurunwaktu lima tahun ke depan adalahpeningkatan irigasi teknis seluas 50.378hektar dan peningkatan produksi berashingga 158.348 ton.
PROGRAM STRATEGIS PSDA SAMPAI DENGAN TAHUN 2010 PROVINSI SUMATERA BARAT
NO PROGRAM TARGETTOTALBIAYA(Rp M)
APBD(Rp M)
A PENDAYAGUNAAN SDA 52.784 HA
APBN(Rp M)
LOAN(Rp M)
Tahun
2007 2008 2009 2010
1
2
3
4
5
6
7
8
DI PANTI RAO
DI. TONGAR
DI. BT HARI
DI. ANAI II
DI. BAYANG, PASBAR
DI. BT. SINAMAR
DR. LUNANG SILAUT
DI. BT. PALANGKI
8.300 HA
6.644 HA
9.528 HA
6.840 HA
3.500 HA
3.500 HA
18.000 HA
4.000 HA
160
103
1095
157
206
150
60
150
3 32
60
160
103
1095
122
206
150
100
1
2
3
4
5
6
7
8
PP. PDG-PRM-PDG PRM
PB. ANAI - KANDIS
PB. TIKU ANTOKAN
PB. BT. LEMBANG (Hulu Kuantan)
PB. BT. GASAN
PB. BT. BAYANG - SURANTIH
PB. BT. SUMPUR
PB. BT. PASAMAN
B PENGEND. DAYA RUSAK AIR 66,50 km
18,00 km
15,00 km
12,00 km
15,00 km
3,50 km
8,00 km
16,00 km
10,00 km
177
850
47
172
12
24
48
30
27
12
27
12
8
5
7
150
50
35
145
16
43
23
800
53KIPRAH • Volume 36
Pekerjaan lain adalahmelanjutkan Penga-manan Pantai Kota Pa-dang, dan menata kem-bali pengamanan PantaiPadang Pariaman. Yaitudi Batang Kandis, danBatang Tapakis. yangterkena abrasi danmengancam permuki-man dan persawahanpenduduk.
Sedang untuk memi-nimalisir banjir mau-pun galado di sejumlahdaerah pengaliran su-ngai terus dibanguncheck dam pengendalisedimen dan normal-isasi sungai. Di bidangair baku sedang di-kembangkan pelayananair baku untuk PDAM,seperti di Lubuk Bontamenuju ke Puncak Ki-ambang. Juga akan di-kembangkan ke wilayahsungai-sungai lainnya
Usaha Tani
Bersamaan dengan itu di tingkat usahatani, pembinaan dan pembentukan ke-lembagaan Perkumpulan Petani PemakaiAir (P3A) dan Gabungan P3A atau IndukP3A terus digenjot, agar pendapatanpetani meningkat.
Hingga kini paling tidak terdapat 2.488buah P3A aktif maupun pasif bercokol di18 kabupaten/kota, kecuali di wilayahKabupaten Kepulauan Mentawai. Se-bagian besar organisasi petani itu telahmemiliki badan hukum tetap dan jumlahterbanyak terdapat di Kabupaten 50Kota sebanyak 111 P3A.
Pihak Balai juga mulai menerapkanmetode System of Rice Intensification(SRI) dengan membuat demplot seluas 7Ha di DI Anai. Metode SRI ini diyakiniakan bisa menghemat air rata-rata sekitar30 hingga 50 persen bila dibandingdengan jenis padi konvensional yangselama ini dibudidayakan.
Betapa tidak jika padi biasa diperlukanair satu liter per detik per hektar, untukpadi SRI hanya butuh air sekitar 0,45-0,65 liter per detik untuk luasan yangsama. Hasilnya pun cukup bagus, bisalebih dari 8 ton/Ha.
Keunggulan lain, petani hanya perlumenanam satu batang bibit pada satulubang, yang akan berkembang menjadi50 hingga 100 anakan padi. Namundiakuinya, untuk merubah tata polatanam, petani membutuh proses dancontoh kongkrit.
Hal ini tentunya akan membutuhkanwaktu. ”Jika hasilnya terbukti bagus, danmemuaskan, tentu mereka akan meng-ikutinya,” ujar Agus.
Petani kita lanjut Agus, kalau tidak dipaksakeadaan, sulit berubah. Misalnya adapupuk organik harganya 1000, pupukkimia 1.200, mereka pilih pupuk kimia.Padahal, baiknya kita mengarah padapertanian organik, karena tidak merusaklahan dan sifatnya berkelanjutan, yaitudari alam ke alam.
Saluran Induk Batanghari yang dirancang mampu mengairi sawah seluas 18.936 Ha antara lain DI Sitiung Kab.Darmasraya Sumbar. (foto:Dok)
JELAJAH
Kerjasama
Tekad Balai untuk meningkatkan pro-duksi pangan di Sumbar butuh dukungandan komitmen semua pihak, termasukpara petani. Karena itu Balai selalu mela-kukan koordinasi melekat dengan pe-merintah daerah provinsi maupunkabupaten, termasuk pembinaan ke-pada petani.
Utamanya, dalam menyamakan persepsitentang data informasi luasan DI,program kegiatan, dan tanggung jawabpenanganan, termasuk kegiatan O&P.
Mengingat, Sumbar masih menghadapiberbagai kendala dalam pengelolaanSDA. Yakni, menyangkut masalah kon-servasi di daerah hulu, menurunnyakualitas air, alih fungsi lahan hinggakegiatan O&P yang masih perlu koor-dinasi secara intensif.
Agus yakin, dengan komitmen dankesepahaman, maka kinerja layananirigasi masyarakat dapat lebih diting-katkan dengan sasaran tepat waktu,tepat mutu dan tepat manfaat. (Joe).
Volume 36 • KIPRAH54
Air baku Goa Bribin II misalnya,
menurut Kepala Balai Besar
Wilayah Sungai (BBWS) Serayu-
Opak, Ditjen Sumber Daya Air (SDA),
Kementrian Pekerjaan Umum (PU),
Bambang Hargono, sangat didambakan
97 ribu jiwa penduduk Kabupaten
Gunung Kidul yang tersebar di 13 desa
dari 5 kecamatan yang selama ini
kekurangan air. Dengan selesainya BSBT
Goa Bribin II masalah itu dapat diatasi.
Yaitu pemberian air baku dengan ka-
pasitas debit 800 liter/detik yang di-
salurkan melalui system perpipaan
tandon air. Proyek Bribin II adalah yang
ke 5 setelah Ngobaran, Baron, Seropan,
dan Bribin I, untuk pelayanan irigasi, air
minum di saat musim kering.
Kelebihan Goa Bribin II dibanding proyek
lain adalah nilai lebih teknologi yang
diterapkan. Yaitu mengangkat air dari
perut bumi dengan ongkos rendah.
“Pengangkatan air dari sungai di bawah
tanah telah banyak dikenal, namun
mengangkat air dengan ongkos rendah
merupakan hal baru. Dan teknologi ini
layak diadopsi daerah lain, terutama
pada pegunungan karst” tandas Bam-
bang.
Sebelumnya tahun 1984 melalui proyek
Bribin I pemerintah telah berhasil
mengangkat air ke permukaan melalui
generator solar, namun biaya operasi
pemeliharaannya (O&P) sangat mahal.
Yaitu setiap jamnya mengunsumsi 200
liter solar. Atau dengan pompa listrik PLN
biayanya Rp 265 juta per tahun. Tetapi
dengan penerapan inovsi teknologi ini
biaya O&P nya dapat ditekan, karena air
dipompa dengan memanfaatkan turbin
Air untuk DIYBalai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu-Opak telah merampungkan pembangunan 3 proyek bidang
sumber daya air (SDA), yakni Embung Tambakboyo, Sapon dan Bendungan Sungai Bawah Tanah (BSBT)Bribin II. Ketiga proyek strategis tersebut telah diresmikan pemanfaatannya oleh Menteri Pekerjaan Umum
Djoko Kirmanto (11/3) di Pendopo Kabupaten Gunung Kidul.
bertenaga listrik mikrohidro, “Berarti
ongkos memompa air nol rupiah. Hanya
saja kami masih butuh BBM untuk
operasional lift,” kata Bambang.
Teknologi
Prinsip kerja Proyek Bribin II terbilang
sederhana. Yaitu dengan membendung
aliran sungai bawah tanah dan dipasang
5 pompa dengan platform berukuran 8x8
meter. Satu pipa dipasang untuk me-
ngangkut air ke permukaan melalui
lubang lift.
Air dipompa melewati pipa seitinggi 104
meter. Pompa beroperasi dengan peng-
gerak turbin listrik mikrohidro ber-
kapasitas 200 kilowatt sebatas untuk
mencukupi kebutuhan proyek. Di per-
mukaan tanah air disorong melalui pipa
berdiameter 20 centimeter sepanjang
tiga kilometer menuju penampungan
(reservoir) berkapasitas 1.000 meter
kubik di atas bukit setinggi 144 meter
Tepatnya di Dusun Kanigoro, Dadapayu,
Kecamatan Semanu. Air itu selanjutnya
didistribusikan PDAM hingga jangkuan 30
kilometer untuk pelayanan kebutuhan air
baku hingga 8.000 jiwa.
Teknologi ini mengadopsi teknologi
Jerman berikut peralatannya, seperti
bor, lift, turbin, pipa dan pompa, ke-
semuanya merupakan bantuan murni
pemerintah Jerman senilai 3,2 juta euro,
di luar pengadaan bangunan konstruksi.
Pembangunannya melibatkan Pemprov
DIY, Batan, dan Pemerintah Jerman
dalam hal ini Institut Teknologi
Karlsruhe, Jerman. Mulai dibangun 2004
dan diuji coba tahun 2009, namun pada
pelaksanaannya sempat terhenti dua
tahun, akibat gempa bumi tahun 2006.
Ahli teknologi Jerman, Netsmann di-
dampingi Solichin merasa puas atas
keberhasilan membangun BSBT di ka-
Embung Tambakboyo: Tersedianya tampungan air membuat permukaan air sumur-sumurmasyarakat di sekitar embung naik 4 hingga 5m dari kondisi semula (foto:Erwin)
JELAJAH
55KIPRAH • Volume 36
wasan karst. Hal itu dikatan pada saat
penyelenggaraan Konferensi Inter-
nasional Pengembangan Air Baku di Hotel
Sahid, Jakarta (9-10/3). Selanjutnya
pengelolaannya diserahkan pada Kemen-
terian PU. Bendungan ini merupakan
bangunan pertama di dunia yang akan
dikembangkan di Goa Seropan.
Sejauh ini iptek telah memberikan solusi
dan harapan banyak pihak, untuk
selanjutnya bagaimana pengelolaan dan
pemeliharaannya agar bangunan ini
tetap berfungsi mendukung peningkatan
kesejahteraan masayarakat.
Bendung Sapon
Proyek lain yang cukup strategis adalah
bendung Sapon yang mampu mening-
katkan pelayanan irigasi teknis pada lahan
sawah seluas 2.250 hektar di daerah
irigasi (DI) Kulon Progo. DI ini semula
luasannya hanya 1.917 hektar, hanya bisa
ditanami padi sekali setahun, plus pala-
wija. Namun, setelah dibangun bendung
kemampuannya dapat ditingkatkan
menjadi 2 kali padi dan satu kali palawija.
Berarti, intensitas tanam padinya me-
ningkat dari 153 persen menjadi 200
persen atau dari 3,74 ton/hektar menjadi
5,5 ton/ hektar.
Manfaat lain dari bendung selain untuk
irigasi, penyediaan air baku, juga pe-
ngendalian dasar Kali Progo terutama di
bagian hulu dari ancaman degradasi
sungai. Mengingat kestabilan morfologi
Kali Progo sangat berpengaruh terhadap
bangunan-bangunan pengairan di hilirnya.
Apalagi dengan maraknya pengambilan
pasir liar oleh masyarakat di tubuh sungai,
akan mempercepat degradasi dan ru-
saknya lingkungan.
Lokasinya terletak di Dukuh Sapon, Desa
Sidorejo, Kecamatan Lendah, Kabupaten
Kulon Progo, merupakan lahan pertanian
yang cukup produktif. Konstruksinyai
dibangun tahun 2006 selesai 2008,
memiliki tipe bendung tetap, tipe mercu
Ogee dengan lebar 153,15 meter.
Bendung ini dilengkapai 4 buah pintu
pengambilan berkapasitas debit 4,857 M3/
detik untuk disalurkan ke saluran induk
sepanjang 3,88 Km dan saluran sekunder
35,17 Km sebelum masuk ke petak-petak
sawah petani. Selain itu bangunan ini juga
dilengkapi tanggul banjir di kanan kiri
sungai masing-masing dengan elevasi +
19,80 meter, sebagai upaya pengen-
dalian.
Embung Tambakboyo
Upaya lain yang tak kalah penting yang
dilakukan pihak BBWS Serayu Opak
adalah konservasi sumber daya air di
Daerah Aliran Sungai (DAS) Tambak-
bayan yaitu dengan membangun embung
Tambakboyo. Danau buatan seluas 7,8
hektar yang mampu menampung vo-
lume air sebesar 400.000
M3 ini sangat bermanfaat
untuk konservasi sum-
ber air, meningkatkan
potensi wisata, pereko-
nomian daerah dan pe-
nyediaan air baku.
Berbagai fasilitas pe-
ngembangan mulai diba-
ngun dengan memanfa-
atkan panorama alam
yang cukup indah, berada
diperbukitan, mengha-
dap ke arah kota.
Tepatnya di Desa Tambakboyo, Condong-
catur, Kecamatan Depok, Kabupaten
Sleman, atau sebelah utara Ring Road
Utara Kota Yogyakarta.
Pembangunan embung ini dilatar bela-
kangi semakin pesatnya pertumbuhan
kota Yogya dengan segala implikasinya.
Kesemuanya itu telah menyebabkan
hidrologi DAS tersebut terganggu,
karena selain daerah resapan air me-
nyempit, pengisian kembali (recharge)
air tanah berkurang, juga adanya eks-
ploitasi air tanah yang berlebihan.
Diharapkan dengan dibangunnya Em-
bung Tambakboyo, selain dapat mening-
katkan kelestarian sumber air dan
lingkungan juga dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat sekitar.
Pembangunan konstruksinya menelan
biaya sekitar Rp 51,6 milyar berasal dari
dana APBN dan APBD khususnya untuk
pembebasan tanah dan dan pengem-
bangan usaha. Diantaranya melalui
konsep penataan kawasan, seperti ren-
cana pembangunan gardu pandang,
taman ilmiah, area permainan dan olah
raga air, area parkir, penghijauan dan
pembangunan perumahan serta pe-
nyelenggaraan paket wisata.
Ke depan diharapkan fungsi Embung
Tambakboyo dapat melahirkan efek
berantai bagi pembangunan wilayah dan
sarana publik yang bermanfaat dalam
upaya peningkatan kesejahteraan ma-
syarakat. (Joe).
Bambang Hargono
Bendung Sapon: Mampu mengairi sawah seluas 2250 Hadaerah irigasi Kulonprogo DIY (foto:Erwin)
JELAJAH
Volume 36 • KIPRAH56
PROFIL
Tahun 2010 Perum Jasa Tirta (PJT) I
genap berusia 20 tahun, banyak hal
yang telah dilakukan dalam rangka
melaksanakan sebagian tugas dan ke-
wenangan di bidang pengelolaan sumber
daya air. Perjalanan perusahaan selama
dwi dasa warsa tersebut diwarnai di-
namika pasang surut. Namun, keber-
lanjutan pengelolaan sumber daya air
(sda), utamanya dalam pemenuhan
kebutuhan air bagi berbagai sektor
harus tetap terlaksana.
“Perusahaan tetap akan berupaya
memaksimalkan segala potensi yang
dimilki untuk mempersembahkan
kinerja terbaik bagi pemanfaat dan
masyarakat,” ungkap Direktur Utama
PJT I, Tjoek Walujo Subijanto kepada
Kiprah ditengah-tengah peringatan HUT
PJT ke-20, tanggal 12 Februari 2010 di
Malang, Jawa Timur.
Kegiatan pengelolaan sda di Wilayah
Sungai (WS) Brantas berpedoman pada
standar ISO 9001:2000 secara konsisten
sejak l997 dan di wilayah Bengawan Solo
tahun 2010 mulai diterapkan standar ISO
9001:2008. Lingkup penerapan sistem
manajemen mutu (SMM) ber-basis ISO
9001-2008 ini meliputi Pelayanan Jasa
Air, Pengendalian Banjir, dan Pemeli-
haraan Sarana dan Prasarana pengairan.
WS Kali Brantas merupakan wilayah
sungai pertama di Indonesia yang
dikelola dengan menggunakan ISO
9001:2008. Yakni, untuk disain dan
operasi pemeliharaan yang memiliki
keseimbangan antara manfaat sosial,
ekonomi, dan lingkungan.
Penerapam SMM ini merupakan ko-
mitmen perusahaan untuk mencapai
kepuasan stakeholders melalui pening-
katan sistem yang kontinyu dan tindakan
resposnsif atas keluhan stakeholders.
Dengan pemberlakukan SMM ini diha-
rapkan stakeholders dan masyarakat
dapat merasakan pelayanan prima PJT I.
Agar menjadi institusi yang handal, PJT I
perlu memiliki semangat inovasi dan
insan perusahaan yang berjiwa entre-
preunership dalam setiap mekanisme
kegiatan usahanya. Dan berkat kerja
kerasnya itu pula tahun 2007 PJT I telah
menerima penghargaan “10th Years
Award” dari PT SGS atas dedikasi dan
komitmen perusahaan dalam me-
nerapkan ISO 9001.
Pengembangan SDM
Untuk membentuk SDM yang kompeten
dan berkualitas, PJT I menyelenggarakan
pendidikan dan training pegawai secara
terpogram baik di dalam maupun luar
negeri. Bahkan PJTI memiliki trainers
tingkat internasional di bidang penge-
lolaan sda. Kerjasama internasional
pengembangan SDM melalui IWRM juga
dilakukan seperti MoU dengan The Ebro
Hydrographic Confederation, Spanyol
NARBO, dan training ground bersama
negara-negara Asia Tenggara dan Asia
pasific.
Pada lingkup organisasi, perangkat
standar kompetensi jabatan struktural
dan fungsional, pedoman jenjang karier,
sistem penggajian serta Perjanjian Keja
Bersama antara perusahaan dan serikat
pekerja, terselenggara dengan baik.
Menurut Ketua Dewan Pengawas PJT I,
Budiman Arief, lembaga ini memiliki
potensi kemampuan lengkap di bi-
dangnya. Dikelola oleh tenaga-tenaga
profesional dengan etos kerja kuat.
Berdasar pengalaman dan prestasinya
itu, kerjasama dengan Balai-balai SDA
perlu ditingkatkan untuk mendapatkan
pola pengelolaan sda yang ideal.
Pendapatan
Kini PJT I semakin maju dan berkembang.
Dibuktikan dengan kenaikan pendapatan
usahanya selama kurun waktu 1991
sampai dengan 2008 (audited), tahun
2009 (un audited) dan RKAP 2010, seiring
dengan perkembangan usahanya. Ind-
ikasi ini dapat dilihat dari kenaikan rata-
rata per tahun sebesar 23,62 persen dari
kenaikan pendapatan jasa air (kenaikan
tarif BJPSDA) dan jasa non air, walaupun
produksi air baku cenderung fluktuatif.
Beban usaha juga mengalami kenaikan
rata-rata 20,72 persen setiap tahunnya,
proporsional dengan pendapatan usaha,
terutama kenaikan beban Operasi dan
Pemeliharaan (O&P) sarana dan pra-
sarana SDA.
Laba perusahaan pun mengalami pe-
ningkatan signif ikan yang memung-
kinkan perusahaan ini dapat melakukan
investasi pengembangan. Khususnya, di
bidang pelayanan air bersih, pariwisata,
jasa peralatan, pelatihan, dan jasa kon-
struksi.
Dengan berbagai macam kiat, grafik
pendapatan terus meningkat. Kalau 2007
omzetnya baru menembus angka Rp 100
miliar dan tahun 2009 bisa mencapai Rp
147 miliar, maka diharapkan tahun 2010
Insya Allah bisa mencapai Rp 181 milyar,
bahkan Rp 200 milyar, dengan berbagai
catatan. Atas prestasinya itu pula telah
menghantar perusahaan umum milik
negara ini mendapat predikat sehat
tanpa pengecualian.
Berbakti untuk negeriMaju Bersama PJT I
57KIPRAH • Volume 36
PROFIL
Tantangan
Seiring perkembangan dan dinamika
masyarakat Tjoek mengakui bahwa
tantangan terberat dalam pengelolaan
sda adalah degradasi lingkungan. Yaitu
berkurangnya luasan hutan, mening-
katnya erosi dan sedimentasi, serta
penurunan kualitas air, yang kesemuanya
berdampak pada penurunan kualitas
lingkungan. Indikasinya jelas, intensitas
dan besaran hujan semakin tinggi, se-
hingga mengakibatkan banjir dan me-
ningkatnya intensitas kekeringan yang
berpengaruh terhadap ketersediaan air.
Tantangan lain yang tak kalah penting
adalah produk peraturan perundang
undangan yang masih belum mendukung,
terbatasnya dana internal dan SDM serta
kompatitor swasta yang semakin pro-
fesinal. Disamping pengaruh perubahan
iklim global. Karenanya, ia sangat mem-
butuhkan dukungan semua pihak, utama-
nya peran serta masyarakat melalui
perubahan perilaku, dan kesadaran hu-
kum dalam mewujudkan kualitas hidup.
Namun dibalik tantangan itu, sebetulnya
PJT I memiliki peluang usaha yang cukup
menjanjikan. Sebut saja sebagai pelaku
utama penyedia air bersih di perkotaan,
pengembangan PLTM, kerjasama antar
BUMN, pengembangan pariwisata, jasa
pusat pelatihan (training ground) dan
keahlian teknik keairan, jasa konstruksi
(pengerukan dan pancang cabut SSP),
hingga korporatisasi pengelolaan SDA di
wilayah sungai lainnya.
“Kesemuanya itu merupakan tantangan
sekaligus peluang usaha yang harus
direbut, bila perusahaan ingin maju dan
berkembang, harus peka terhadap pe-
luang” tandas Tjoek.
Ia katakan satu hal yang justru akan
menjadi ikon untuk desirvikasi usaha
adalah usaha di bidang kelistrikan pusat
tenaga mikrohidro yang banyak diminati
para investor Apalagi Indonesia saat ini
menghadapi tantangan besar dalam
membangun infrastrukrur kelistrikan.
Pemerintah telah menerapkan kebijakan
protektif atas sumber energi yang tidak
terbarukan.
“Kita punya pengalaman dan modal sda
(sumber energi terbarukan) melimpah.
Dukungan kebijakan telah di depan mata.
Tetapi, kalau kesempatan ini tidak kita
raih,..... Lupakan saja, No or Never,” tegas
Tjoek. Secara hitungan kasar pengkajian
usaha ini akan menuai keuntungan yang
menjanjikan. “Bayangkan, kita punya
PLTA-PLTA pembangkit 100 juta Kwh per
tahun atau sepersepuluh yang dibang-
kitkan PLN saat ini, maka 1-2 tahun, kita
akan memperoleh pendapatan Rp 100
miliar, atau setara dengan hasil pen-
dapatan penjualan air baku tahun 2009,
setelah selama 19 tahun usaha ini ber-
operasi. Dan PLTM itu padat investasi,
tetapi biaya O&P nya sangat rendah,
sehingga perlu fasilitas sharing modal
investasi,” ujarnya.
Untuk membangun satu unit PLTM
dengan kemampuan daya terpasang 6-7
juta Kwh, dibutuhkan dana investasi
sebesar 20 hingga 30 miuliar rupiah.
Sementra WS Brantas memilki potensi
96 juta Kwh perlu 6–7 PLTM dengan
modal investasi sekitar Rp 150 miliar.
Karena kemampuan PJT I terbatas dan
lebih mengutakan pelayanan, maka
butuh sharing biaya investasi dari
pemerintah sebesar Rp 75 milyar. “Nan-
tinya, kami yang akan memasang turbin
generatornya,” ungkapnya.
Usaha ini sangat menjanjikan. PLN
distribusi akan membeli 80 persen dari
biaya produksi PLTM untuk tegangan
menengah sistem Jawa Bali, dan 60
persen untuk biaya operasi tegangan
rendah, sesuai PP Menteri ESDM no 31
tahun 2009. “Alangkah baiknya kalau
peluang ini dimanfaatkan oleh para
pengelola SDA, sehingga pengelola
dapat menikmati manfaat ganda, dan me-
nambah dana O&P,” tuturnya.
Selain PLTM, komitmen manajemen di
bidang jasa pariwisata juga terus di-
kembangkan dengan investasi sebesar Rp
5,3 milyar untuk tahun ini. Dari kegiatan
tersebut diprediksi perusahaan meraup
pendapatan sekitar Rp 13, 5 milyar atau
naik 150 persen dari tahun sebelumnya.
Semoga di usia 20 tahun PJT I dapat
berkarya lebih baik lagi bagi kema-
slahatan bangsa dan peningkatan ke-
sejahteraan masyarakat.
Perum Jasa Tirta I ......Yes!
(Joe).
Jajaran Direksi PJT I. Dirut PJT I Tjoek Walujo Subijanto (tengah) sedang memberikanpengarahan kepada karyawan di Gedung Serbaguna Malang. (foto:Joe)
Volume 36 • KIPRAH58
Database sumber daya air sangat
dibutuhkan dalam pembangunan
infrastruktur pengairan, ter-
masuk penanganan masalah banjir. Na-
mun sayang, data potensial tersebut
secara komprehensif belum banyak kita
miliki, Padahal data sangat dibutuhkan
dalam proses pembuatan kebijakan dan
pelaksanaan program kegiatan. Masalah
tersebut terungkap dalam wawancara
Kiprah dengan Kepala Balai Hidrologi dan
Tata Air, Puslitbang Sumber Daya Air,
Yudha Mediawan di tengah penye-
lenggaraan Kolokium SDA di Bandung
baru-baru ini.
Menurut Yudha, tantangan yang harus
dihadapi dalam pengelolaan banjir saat
ini semakin kompleks. Ditandai dengan
semakin rusaknya daerah aliran sungai
(DAS) yang mengakibatkan frekuensi
dan besaran banjir semakin meningkat,
namun disaat kemarau kekeringan.
Demikian juga tingkat bahaya dan resi-
konya, adanya pengaruh perubahan iklim
(global warming), curah hujan, hingga
pembangunan yang tidak terkendali.
Potensi banjir kian besar dengan meluas-
nya perubahan daerah tangkapan air
hujan di bagian hulu dan tengah yang
semula berupa hutan dan situ menjadi
kawasan permukiman. Akibat pengu-
rangan kawasan vegetasi tersebut,
limpasan air permukaan dari hulu ke hilir
meningkat, sehingga menimbulkan
banjir.
Untuk menghadapi tantangan tersebut
kata Yudha, dibutuhkan pengelolaan
Database SDAPenting untuk Tangani Banjir
banjir secara terpadu dan berkelanjutan,
mencakup upaya pencegahan dengan
melibatkan masyarakat. “Dan ini semua
butuh data base tentang SDA yang
akurat, mudah didapat dan bisa diakses
kemana saja dan kapan saja,” tandasnya.
Sayangnya, kelengkapan data tentang
kondisi hidrologi, sungai, lingkungan air,
irigasi, rawa, pantai dan sabo di Indonesia
belum seluruhnya utuh. Tercecer, raib
hingga sulit untuk mengkompilasikannya.
Sementara data sekunder yang ada
masih perlu di update kembali, kecuali
mungkin di Pulau Jawa.
Padahal, untuk penanganan banjir misal-
nya, paling tidak dibutuhkan dukungan
LAPORANKHUSUS
Yudha MediawanKepala Balai Hidrologi dan Tata Air,
Puslitbang SDA
Gunung Wayang: Sumber mata air sungai Citarum (foto:dok)
59KIPRAH • Volume 36
kelengkapan data tentang aliran dan
hidrologi sungai. Yaitu melalui serang-
kaian penelitian dan pengkajian secara
mendalam. Dan untuk membuat data
sungai yang informatif, tidaklah semu-
dah membalikan tangan. Butuh proses
waktu dan dukungan dana, peralatan
serta SDM yang memadai.
Ia mencontohkan kondisi sungai yang
begitu banyak, tersebar serta keter-
batasan alat dan SDM membuat penda-
taan menjadi lambat.
Belum lagi kendala cuaca yang sering
tidak bersahabat. Hal itu menggambarkan
pengumpulan data tidaklah mudah.
“Namun kami harus mengumpulkan data
itu satu persatu, dengan teliti,” jelasnya.
Seperti untuk mendukung kegiatan
observasi berkala atau monitoring kondisi
sungai dari hulu hingga hilir
secara menerus. Juga pen-
catatan data tentang curah
hujan, debit puncak banjir,
aliran dan kondisi hidrolo-
ginya. Kesemuanya itu harus
terekam dengan baik.
Sebab, demikian Yudha, ke-
seluruhan data yang meng-
gambarkan karakteristik,
panjang sungai, dan bentuk
sungai menjadi penting da-
lam menentukan model dan
kapasitas bangunan infra-
struktur keairan yang akan
dibangun.
Citarum
Kaitannya dengan banjir Su-
ngai Citarum pihaknya se-
dang mengumpulkan data
kejadian banjir selama 20 tahun terakhir,
berdasar karakteristik Citarum, termasuk
laju sedimentasi, untuk selanjutnya di-
buatkan model penanganan kedepan
baik secara struktural maupun non
struktural. Seperti tindakan normalisasi
sungai, pembuatan waduk retensi banjir
di sejumlah tempat.
Termasuk penyediaan data informasi
tentang sebaran luasan banjir, peringatan
dini (early warning system), untuk
mitigasi bencana dan mengantisipasi
tindakan evakuasi dan penyelamatan.
Pihaknya juga melakukan penelitian di
sejumlah DAS yang dianggap kritis yang
perlu segera dilakukan konservasi.
Seperti DAS Brantas di Jatim, DAS
Bengawan Solo, Serayu -Opak, Pemali-
Juana di Jateng, DAS Cimanuk, Cisang-
garung, Citarum, Ciliwung di Jabar.
DAS rusak dapat dilihat dari beberapa
parameter, diantaranya ketika hujan
banyak tak bisa menahan aliran air, tetapi
ketika kemarau tidak bisa mengeluarkan
air alias kering. Selain itu kemiringan
lahan dan topografi sungai serta sifat
batuan tanahnya juga menentukan.
Disamping luasan lahan tutupan vegetasi
dan kondisi sosio ekonomi masyarakat,
terkait dengan kerusakan lingkungan.
Penelitian bidang Hidrologi dan Tata Air
tak sebatas itu saja, masalah banjir,
kekeringan, peramalan dan peringatan
dini banjir, erosi, sedimentasi, hujan,
aliran, air tanah, instrumentasi hidrologi,
LAPORANKHUSUS
Salah satu jenis peralatan penelitian yang dimilikiPuslitbang SDA (foto:Wy)
klimatologi dan tata air, juga menjadi
cakupan garapan Balai.
Produk yang dihasilkan adalah inovasi dan
perekayasaan teknologi untuk men-
dukung pembangunan infrastruktur SDA.
Seperti pengendalian sungai, pem-
bangunan bendung, bendungan, pe-
ngendalian bencana alam, pengelolaan
dan operasional bangunan pengairan.
Selain penyusunan norma, standar,
pedoman, manual (NSPM) yang terkait
dengan hidrologi dan tata air.
Kerjasama
Untuk menyiasati keterbatasan dana,
peralatan dan SDM, pihaknya berupaya
bekerjasama dengan Ditjen SDA melalui
Balai Besar W ilayah Sungai (BBWS)
setempat. Yaitu melakukan pemantauan
atau pengumpulan data yang kemudian
dikompilasi menjadi satu infor-
masi yang komprehensif.
Yudha mengakui, bahwa karena
keterbatasan data base SDA, pe-
nanganan banjir selama ini
lebih difokuskan pada pende-
katan reaktif bukan proaktif
melalui upaya struktural dan non
struktural. Menurutnya, sudah
saatnya dilakukan perubahan para-
digma dari pengendalian banjir
menjadi pengelolaan banjir.
Dari paradigma bertahan menjadi
paradigma proaktif. Yaitu me-
nuju budaya pencegahan dengan
mengelola resiko dan hidup
harmonis dengan banjir. Seperti
pembangunan rumah panggung
dan menjadikan sungai sebagai
halaman depan, sekaligus sa-
habat. Bukan sebagai tempat
buangan limbah padat dan cair.
Dibalik ketidak sempurnaan data base
SDA khususnya bidang Hidrologi dan Tata
Air, secara bertahap Yudha Mediawan
bertekad untuk melengkapi dan me-
nyempurnakannya, agar berguna bagi
semua pihak yang berkepentingan. (Joe)
Volume 36 • KIPRAH60
Yayan Susyana (40) sangat terkejut
mendapati Yadi Sopyandi, anak
keduanya yang baru berusia 4
tahun sudah terbujur kaku. Sebelumnya
pada hari Rabu (17/2) bocah kecil itu
hilang sekitar jam 1 satu siang. Tak
dinyana, keesokan harinya, Kamis (18/2),
antara jam 10-11 siang, warga yang
mencarinya, menemukannya sudah tak
bernyawa lagi.
Kematian Yadi warga Kp. Sindangsari RT
6 RW 16 Kel. Manggahang, Kec. Bale-
endah, merupakan akibat langsung dari
banjir besar yang menghantam Kabu-
paten Bandung bulan Februari 2010 ini.
Sedikitnya banjir menggenangi delapan
kecamatan di Kabupaten Bandung, pada
hari Kamis (18/2) . Kecamatan tersebut
yaitu Baleendah, Dayeuhkolot, Panga-
lengan, Majalaya, Kertasari, Ibun, Pasir-
jambu, dan Banjaran.
satu-satunya jalur yang bisa diakses untuk
menuju Kota Bandung.
Banjir paling parah di Kec. Banjaran
menerjang Desa Banjaran Wetan dan
Kamasan dengan ketinggian dua meter.
Hanya ada dua desa yang tidak dilaporkan
tergenang, kalaupun ada mungkin hanya
genangan kecil, yaitu di Desa Pasirmulya
dan Mekarjaya.
Camat Banjaran Iman Irianto, Kamis (18/
2) malam mengatakan, banjir kali ini
terbilang besar dalam lima tahun terakhir
karena biasanya hanya Desa Kamasan
yang rawan banjir. Kalau ketinggian di
jalan raya ada yang hingga setengah
meter, di permukiman warga bisa
mencapai 1-2 meter.
Hingga memasuki bulan Maret 2010 ini,
banjir juga masih melanda di tiga keca-
matan yaitu Kecamatan Baleendah,
Dayeuh Kolot dan Kecamatan Bojong
Soang. Luapan air bah dari Sungai Citarum
Bandung Kebanjiran!..dibarengi hujan deras yang terus meng-
guyur, membuat ribuan warga terpaksa
mengungsi dan menyelamatkan diri.
Selain merendam ribuan rumah warga
di tiga kecamatan, arus lalu lintas yang
menghubungkan Kota Bandung ke arah
Majalaya dan Banjaran ikut terganggu.
Longsor dan banjir bandang juga meng-
genangi beberapa desa di Kec. Panga-
lengan. Longsor terjadi pada Selasa (16/
2) dan beberapa hari berikutnya di
beberapa titik terjadi di Jln. Raya Panga-
lengan KM 30. Sementara banjir bandang
yang membawa lumpur setebal lima
puluh sentimeter hingga satu meter,
menerjang puluhan rumah di Kp. Babakan
Desa Banjarsari, Kp. Cisurili Desa Panga-
lengan, dan Kp. Rancamanyar Desa Mar-
gamukti.
Sementara di Kampung Dewata, Desa
Tenjolaya, Kec. Ciwidey tercatat se-
banyak 13 laki-laki, 19 perempuan dan 12
anak-anak yang tertimbun longsoran
LAPORANKHUSUS
Di Kota Bandung sendiri, akibat jebolnya
tanggul Sungai Cironggeng, sedikitnya
96 rumah di Jalan. Cingised, RW 06 Kel.
Cisaranten, Kec. Arcamanik terendam
air. Sekurangnya 100 warga terpaksa
mengungsi ke Puskesmas dan Rusunawa
Cingised.
Beberapa ruas jalan juga sempat ter-
putus, diantaranya adalah ruas jalan ruas
Jalan Raya Banjaran-Dayeuhkolot ter-
putus di sekitar jembatan Dayeuhkolot.
Kemudian Jalan Raya Bale endahRan-
camanyar dan Jalan Raya Cieunteung.
Khusus untuk jalur utama Banjaran/
Ciparay-Dayeuhkolot-Kota Bandung
terpaksa diarahkan melalui Jalan Bale-
endah-Bojongsoang yang berjarak sekitar
1 kilometer dari kota Kecamatan Dayeuh-
kolot.
Lalu lintas di jalur Banjaran-Dayeuhkolot-
Bandung praktis terputus. Kemacetan
terjadi di jalur Baleendah-Bojongsoang,
Banjir Bandung Selatan akibat luapan sungai Citarum Februari lalu telah menimbulkan keru-gian bagi masyarakat dan lumpuhnya kegiatan ekonomi di daerah itu. (foto:t3.gstatic.com)
61KIPRAH • Volume 36
lumpur diketemukan dalam keadaan
tewas, ini belum termasuk kerugian
harta benda (lihat boks : Duka di Kam-
pung Dewata).
Aya naon di Bandung (ada apa di
Bandung, bahasa Sunda)? Mengapa kini
terjadi banjir besar? Sebetulnya sejarah
mencatat Sungai Citarum sebagai sungai
sungai terbesar di Bandung berulang kali
mengalami banjir.
Ancaman banjir ini membuat Bupati
Bandung saat itu (1810), R.A Wirana-
takusuma II, memindahkan ibu kota
Bandung dari daerah Krapyak (Dayeuh
Kolot) ke daerah Bandung tengah hingga
saat ini. Daerah yang sering menjadi
langganan banjir adalah daerah Daerah
Dayeuh Kolot dan sekitarnya.
Namun semakin lama, permasalahan
yang harus dihadapi semakin kompleks
dan rumit bertambah berat. Pertum-
buhan jumlah penduduk yang tinggi,
pengelolaan sumber daya alam yang
tidak bijaksana misalnya penggundulan
hutan, pembuangan limbah rumah
tangga, peternakan, industri, rencana
tata ruang yang yang seringkali tidak
dipatuhi dan lain sebagainya semakin
memperburuk situasi.
Jika dulu permasalahan banjir hanya
seputar penyakit diare atau pilek, kini
bahkan mulai menelan korban jiwa dan
harta benda. Menurut pengakuan warga
yang kerap menjadi langganan banjir,
sekarang air datang tiba-tiba dan menya-
pu permukiman dalam sekejap sedang
dulu ia datangnya perlahan-lahan sehing-
ga warga sempat mengungsi.
Apa penyebabnya? Sebagian karena
ulah manusia. Kini banyak saluran air yang
sudah dipenuhi sampah, sehingga tidak
bisa difungsikan dan menjadi beban.
Padatnya permukiman penduduk juga
menyebabkan peruntukan lahan bagi
kantong air menjadi berkurang.
Kec. Baleendah, Ketua RW 20 di sana Jaja
(43) mengatakan sejak tahun 2005 keting-
gian air pada waktu banjir setiap tahun
selalu naik sekitar 20-30 cm. Penye-
babnya, antara lain adalah tidak berfung-
sinya saluran air yang ada. Contohnya
saluran air dari Kel. Andir yang mengarah
ke Jalan Raya Banjaran yang tidak lagi
berfungsi karena padatnya permukiman.
Saluran lain yang kini juga tidak berfungsi,
terletak di sekitar SPBU di mulut gang
Kp. Cieunteung. Saluran tak bernama
yang membentang dari Kp. Pasirparos
Kel./Kec. Baleendah, melewati Kp.
Cieunteung dengan diameter enam puluh
sentimeter, seharusnya itu bisa ber-
fungsi untuk mengalirkan air ke Sungai
Cisangkuy, namun kini tersumbat oleh
sampah dan sedimen lumpur.
Selain karena alih fungsi saluran air,
daerah resapan air yang ada juga masih
kurang. Luas kawasan lindung di Jabar
saat ini sekitar 760.000 hektar (ha) atau
20 persen dari total luas provinsi 3,8 juta
ha. Jumlah itu belum ideal dengan luas
yang dianggap memadai, yakni 1,71 juta
ha atau 45 persen dari luas Jabar.
Hal ini diperparah dengan perubahan
fungsi lahan di sekitar Bandung yang
notabene berada pada daerah dengan
kemiringan tinggi. Untuk Sungai Citarum,
kawasan hulunya menyebar di Kecamatan
Kertasari, Ibun, dan Paseh di Kabupaten
Bandung. Tegakan pohon di daerah
tersebut kini banyak yang telah dibabat
dan diubah menjadi pertanian sayur
dengan komoditas seperti kentang,
wortel, kol, dan bawang daun.
Contoh yang nyata bisa di lihat di Keca-
matan Kertasari, Kabupaten Bandung. Di
sini selama beberapa tahun belakangan,
setiap hujan, jalanan menuju Situ Cisanti,
hulu Sungai Citarum, tertutup lumpur
tebal. Lumpur berasal dari perbukitan
disekitarnya. Di daerah tersebut, lereng
perbukitan dimanfaatkan untuk mena-
nam sayur dengan pola pertanian yang
tak sesuai kaidah konservasi.
LAPORANKHUSUS
Misalnya yang ada di Kp. Cieunteung, Kel./
Volume 36 • KIPRAH62
Tanaman semusim dengan pengolahan
tanah setiap tiga bulan (sayur) itu
menyebabkan tanah mudah tergerus
setiap hujan turun, ditambah cara
penanaman yang mengikuti kontur
kemiringan bukit tanpa menyisakan
tegakan menyebabkan air yang turun
tidak terhalang sama sekali.
Berdasarkan data BPLHD Jabar, penye-
bab banjir cekungan Bandung adalah
karena tekanan penduduk, perubahan
fungsi tutupan lahan hulu dan hilir,
pengelolaan sampah tidak memadai,
erosi di hulu dan sedimentasi hilir,
bangunan di sempadan sungai atau
badan air, sistem pengendalian air tidak
memadai, drainase tidak memadai,
pengaruh geofisik sungai, kapasitas
sungai atau badan air tidak memadai,
penurunan tanah (pengambilan air
tanah), dan bangunan benda melintang
di atas sungai.
Belum lagi dengan pesat pertumbuhan
industri dan permukiman di sekitar
Bandung, secara tidak langsung “me-
nyumbang” terhadap kerusakan DAS
sungai-sungai dan penurunan permukaan
tanah. Secara sederhana yang terjadi di
sana adalah daerah yang tinggi me-
ngalami erosi, sungai dan saluran air
tersumbat dan tersedimentasi, semen-
tara permukaan tanah semakin turun.
Pukul 8.30 pagi, hari Selasa tanggal
23 Februari 2010 yang lalu, akan
menjadi hari yang paling diingat
Kaep (31), seorang teknisi pabrik. Betapa
tidak, pada hari yang naas itu, walaupun
sempat menyelamatkan 2 anaknya, Ida,
istrinya dinyatakan hilang.
“Saya mendengar takbir dan teriakan
minta tolong”, tuturnya, mengenang
tanah longsor yang menyapu permu-
kimannya. Bencana tanah longsor itu
juga merenggut korban jiwa yang dinya-
takan hilang tertimbun, 50 unit rumah, 1
masjid, 1 puskesmas, koperasi, gelang-
gang olahraga dan sebagian pabrik PT
Chakra, belum termasuk kerugian akibat
terhentinya operasional pabrik yang
berada di Kampung Dewata, Desa Tenjo-
Duka di Kampung Dewatalaya, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten
Bandung.
Sehari sesudahnya, Rabu (24/2), Wapres
Boediono, disertai Menteri Koordinator
Bidang Kesejahteraan Rakyat H. Agung
Laksono, Menteri Sosial H. Salim Segaf
Al Jufrie, dan Menteri Pekerjaan Umum
Ir. Djoko Kirmanto mengunjungi lokasi
bencana. Gubernur Jabar H. Ahmad
Heryawan, Wagub H. Dede Yusuf, dan
Bupati Bandung H. Obar Sobarna juga
mendampingi kunjungan yang ber-
langsung singkat sekitar tiga puluh menit
itu.
Kepada para wartawan, Wapres
menyatakan harus ada data-data lengkap
daerah-daerah yang rawan bencana
secara nasional. Dengan adanya peta dan
data daerah rawan bencana, maka daerah-
daerah tersebut tidak boleh ditempati
permukiman penduduk. Lebih lanjut
Wapres meminta pemerintah daerah
dan pihak perkebunan merelokasi per-
mukiman karyawan yang berada di
daerah rawan bencana.
Penyebabnya bencana longsor ini masih
diselidiki lebih lanjut, namun sementara
dapat disimpulkan bahwa hal itu terjadi
akibat kombinasi faktor kemiringan yang
curam, curah hujan yang tinggi dan
adanya retakan di kawasan tersebut
(Gunung Tilu) akibat gempa 6,7 SR
Tasikmalaya, 2 September 2009 yang lalu.
Apalagi tanah di gunung tersebut walau-
pun subur, memang gembur dan tidak
padat. (wy)
LAPORANKHUSUS
Akibatnya? Banjir dan longsor. Pe-
merintah menghadapi masalah ini bukan-
nya hanya tinggal diam, berbagai upaya
telah, sedang dan akan dilaksanakan (lihat
boks : 3 hal dalam penanganan banjir
Bandung). Sekarang yang penting, apa
sumbangsih kita. (wy)
Muara Gembong: Daerah muara sungai Citarum (foto:dok)
63KIPRAH • Volume 36
Penanggulangan bencana banjir
yang disebabkan oleh luapan
Sungai Citarum, harus dilakukan
secara komprehensif, baik oleh masya-
rakat maupun pemerintah lintas sektoral.
Cara terbaik yang bisa dilakukan untuk
menanggulangi banjir yang disebabkan
karena luapan air Sungai Citarum adalah
dengan merehabilitasi lahan kritis di DAS
hulu Sungai Citarum.
Namun mengingat cara ini waktu yang
cukup lama untuk bisa dirasakan man-
faatnya, cara pengerukan dan pembuatan
tanggul tetap diperlukan untuk me-
ngurangi dampak banjir secara cepat.
Kementerian PU sendiri telah membuat
program penanganan tanggap darurat
dan program jangka pendek pasca banjir
yang terjadi di DAS Citarum bulan Fe-
bruari lalu. Kegiatan tanggap darurat
dilakukan di Wilayah Kecamatan Bale-
endah, Dayeuhkolot dan Bojong soang
Kabupaten Bandung. Diantaranya per-
kuatan tebing atau tanggul di Sungai
Citarum, Cigado dan Cisangkuy serta
pembuatan 10 buah pintu air. Dana yang
dialokasikan sebesar Rp9,5 milyar.
Sementara untuk jangka pendek, akan
dilakukan pekerjaan penggalian se-
dimen dan pembuatan tanggul di Sungai
Cimande, Cikijing, Cikeruh di Kab. Sume-
dang dan Bandung. Selain itu akan dibuat
kolam retensi dan rumah pompa serta
normalisasi sebagian Sungai Citarum di
W ilayah Kecamatan Baleendah, Da-
yeuhkolot dan Bojongsoang. Dana
yang dialokasikan sebesar Rp14,7
milyar.
Fase Penanganan
Sementara itu. Wa-
kil Menteri Pekerja-
an Umum Herman-
to Dardak me-nutur-
kan rencana pena-
nganan Sungai Cita-
rum fase 3 yang akan dimulai tahun 2011
yang mencakup sembilan anak su-
ngai.”Fase 3 itu sembilan anak sungai,
dengan panjang total sekitar empat
puluh kilometer. Paling tidak di hulu ada
normalisasi. Selain itu, tentunya pe-
nanganan nonstruktural,” katanya.
Hermanto menjelaskan, dari sisi in-
frastruktur, sejak banjir tahun 1986,
penanganan mencapai lebih kurang 7.500
hektare, dan tahun 1995 sudah mulai
menangani sepanjang Sungai Citarum
fase 1 dan fase 2 sepuluh tahun ter-
akhir.”Fase 2 hampir tujuh puluh kilo
meter totalnya mulai Dayeuh-kolot ke
hilir dan juga ke hulu,” katanya.
“Pada jangka pendek paling tidak kami
akan meneruskan pemeliharaan berkala,
dibersihkan sedimentasinya yang agak
tinggi,” katanya. Selain itu, menurut
rencana ada parapet untuk menahan,
karena sekarang air naik langsung meng-
genang. Diperkirakan untuk tahun 2010-
2011 mendatang, diperlukan dana sekitar
3,4 trilyun rupiah untuk penanganan
banjir Bandung ini.
Untuk jangka panjang akan dilakukan
penyusunan strategi jangka panjang
penanganan banjir Citarum Hulu atau
ICWRMIP (Integrated Citarum Water
Resources Management Invesment Pro-
ject) yang rencananya melibatkan dana
dari APBN, pihak swasta, ADB, IDB, dan
JIC.
Secara terpisah Deputi Bidang Sarana
dan Prasarana Bappenas Dedy Supriadi
Priatna beberapa waktu lalu di Bandung
menyatakan, Bappenas telah menyusun
rencana yang disebut Citarum Road Map
atau ICWRMIP. Setelah diinventarisasi,
kebutuhan dana untuk menuntaskan
persoalan Citarum mencapai Rp 35
triliun.
Program ICWRMI tersebut akan di-
aplikasikan selama 14 tahun, mulai dari
2009 hingga 2023. Rencananya pen-
danaan program tersebut di luar APBD
kabupaten/kota dan Jabar. Pada tahap
pertama akan mencakup kegiatan reha-
bilitasi, peningkatan pengelolaan lahan
dan air, pengelolaan air dan sanitasi
berbasis masyarakat, dan pengendalian
banjir.
Program ini akan diketuai Deputi Bidang
Sarana dan Prasarana Bappenas. Se-
mentara unsur anggotanya berasal dari
lintas kementerian, di antaranya Ke-
menterian Pekerjaan Umum, Kem.
Pertanian, Kem. Dalam Negeri, Kem.
Keuangan, Kem. Kehutanan, dan KLH. Di
tingkat daerah, program ICWRMI akan
dikoordinasikan dengan masing-masing
kepala daerah terkait. (wy)
Banjir Bandung
LAPORANKHUSUS
Volume 36 • KIPRAH64
Apa Kata Merekatentang Banjir Jakarta?
LAPORANKHUSUS
Hampir setiap tahun sebagian warga Jakarta selalau dilanda banjir. Mareka berharap pemerintah segeramencari solusi jitu untuk mengatasi musibah tersebut. Seberapa jauh tanggapan dan penilaian mereka
terhadap kekhawatiran banjir, kesiapan pemerintah, dan kepuasan kinerja pemerintah? Berikut rangkumanpendapat masyarakat tentang banjir di Jakarta yang dihimpun Kiprah.
Ade Sudirman
Ade Sudirman (40) salah seorang petugas Bendung
Katulampa, Bogor membenarkan tentang rusaknya
DAS Ciliwung. Hal ni ditengarai semakin banyaknya
material banjiran berupa limbah sampah, kayu, batu, tanah,
dan pasir yang ikut hanyut terbawa aliran arus sungai. Material
banjiran tersebut sebagian tertahan di hulu mercu bendung
yang harus Ade bersihkan bersama enam rekannya setiap saat.
Ia berharap penataan kawasan hulu Ciliwung perlu segera
dibenahi. Antara lain dengan penertiban bangunan dan
reboisasi, agar konservasinya terjaga.
“Bangunan bendung buatan Belanda
tahun 1911 ini bukan dirancang untuk
sarana pengendali banjir, tetapi untuk
irigasi. Namun keberadaannya sangat
vital terkait dengan banjir. Yaitu in-
formasi pertama kondisi muka air Cili-
wung, yang sangat menentukan dan
dibutuhkan masyarakat bagian hilir,”
ungkapnya.
Jakarta dialiri 13 sungai yang berpotensi menim-
bulkan genangan dan banjir. Salah satunya ada-
lah Sungai Ciliwung, yang kondisi Daerah Aliran Sungai
(DAS)-nya semakin memprihatinkan. Faktanya, jika hujan lebat
di bagian hulu, tengah, dan hilir yang bermuara di Teluk Jakarta,
ini selalu menimbulkan banjir.
Potensi banjir kian besar dengan meluasnya perubahan daerah
tangkapan air hujan di bagian hulu dan tengah yang semula berupa
hutan dan situ menjadi kawasan permukiman. Akibat pengurangan
kawasan vegetasi tersebut, limpasan air permukaan dari hulu ke hilir
meningkat. Kondisi ini menimbulkan banjir kawasan DAS .
Terus berulangnya bencana banjir pada akhirnya menorehkan penilaian
buruk dari warga terhadap kinerja pemerintah selama ini. Ketidak
puasan masyarakat itu terekam Kiprah sewaktu wawancara dengan
sejumlah penduduk yang tinggal di sepanjang aliran Kali Ciliwung,
akhir Februari lalu. Umumnya masyarakat mengaku tidak puas dengan
upaya yang dilakukan pemerintah terkait penanganan banjir, baik
pada kondisi pra banjir, saat terjadi banjir, maupun pasca banjir. Hanya
sebagian kecil yang merasa puas atas kinerja pemerintah dalam
mengatasi masalah lingkungan. Selebihnya menjawab tidak tahu.
Penyebab kekecewaan masyarakat terhadap pemerintah
sangat beragam. Dimulai dari tidak maksimalnya sistem
peringatan dini serta persiapan evakuasi korban. Upaya
penyelamatan dan penyaluran bantuan bagi korban juga dirasa
belum memadai. Begitu pun kinerja pasca banjir. Ganti rugi
dan upaya rehabilitasi seperti relokasi korban banjir serta
perbaikan fasilitas publik dinilai belum menjadi perhatian
pemerintah.
Tumpukan sampah dibiarkan berhari-hari tanpa penanganan.
Sementara warga yang terjangkit penyakit juga tidak mendapat
pelayanan kesehatan yang memadai Selain itu pemerintah
dinilai gagal dalam menciptakan upaya antisipasi. Sebagian
besar masyarakat menilai penanganan masalah yang diterapkan
selama ini bersifat tambal sulam dan tidak menyelesaikan
persolan pokok.
Tak sedikit pula masyarakat yang memberikan rapot merah
terhadap kinerja Pemprov DKI, terkait persiapan mereka dalam
mengantisipasi bencana banjir. Juga minimnya fasilitas bahan
banjiran dan evakuasi di daerah rawan banjir. Seperti perahu
karet, lokasi penampungan, karung dan bronjong kawat dll.
65KIPRAH • Volume 36
LAPORANKHUSUS
Akibat pengurangan kawasan vegetasi,
limpasan air permukaan dari hulu ke hilir
meningkat drastis.
Kondisi sepertri itu menyebabkan debit
air dari hulu akibat hujan lebat menjad
kian meningkat dan cepat sampai ke
muara dengan adanya perubahan
tutupan lahan di kawasan itu. Hal itu
diperparah dengan semakin sempitnya
lebar panampang Sungai Cliwung, akibat tumbuhnya bangunan
permukiman liar sepanjang DAS Ciliwung. Seperti di Manggarai
hingga Kalibata sepanjang 8 kilometer, yang semula lebar
sungai 40 meter kini tinggal setengahnya. Upaya untuk
memindahkan ke Rumah Susun Sewa (Rusunawa) telah pula
dilakukan, tetapi permukiman liar itu muncul kembali. Warga
enggan untuk dipindahkan. Bahkan secara swadaya mereka
membangun rumah tinggal bertingkat secara semi-permanen
di kawasan bantaran kali.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BWS) Ciliwung-
Cisadane, Pitoyo Subandrio mengatakan, penanganan
banjir di DKI memang belum tuntas. Dan harus ditangani
secara menyeluruh dari hulu hingga ke hilir. Namun atas upaya
yang dilakukan selama ini, terbukti genangan banjir Februari
lalu telah dapat ditekan dari semula 72 jam menjadi sekitar 14
jam saat puncak hujan.
Berbagai solusi penanggulangan banjir telah diusulkan Pitoyo,
mulai dari normalisasi Kali Ciliwung (pengerukan, sudetan dan
pelebaran), pembuatan terowong, penambahan pintu air
hingga revitalisasi bangunan pengendali. Seperti rencana
pelebaran Kali Ciliwung dari lebar semula 8 meter menjadi 45
hingga 50 meter, sepanjang 8 kilometer mulai Kalibata hingga
Manggarai. Juga pembangunan pintu air tambahan di
Manggarai, melengkapai 3 bangunan pintu yang ada.
Sedang untuk mengurangi beban Kali Ciliwung pihak Balai
berencana membuat terowongan air
tertutup sepanjang 800 meter dari
Ciliwung, tepatnya di Bidara Cina hingga
ke Cipinang, yang selanjutnya masuk ke
Banjir Kanal Timur (BKT). Selain meng-
aktifkan kembali Pintu Air Ciliwung
Lama. Yaitu aliran air menuju ke
kawasan Berland, samping Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo hingga ke Gunung
Sahari dan Hayam Wuruk.
Penanganan banjir kata Pitoyo, memang memerlukan
komitmen politik yang kuat dan konsisten dari pihak
pemerintah, tetapi perlu melibatkan semua pihak, termasuk
masyarakat, agar banjir dapat dikendalikan.
Secara umum tutupan lahan di kawasan hulu sungai
Ciliwung menurut Topan Madiasworo, Kepala Seksi
Pembinaan Perencanaan Tata Ruang Perkotaan, Ditjen
Tata Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum, jumlahnya semakin
menyusut hanya sekitar 16 persen. Kondisi ini jelas menyalahi
ketentuan Undang-Undang Penataan Ruang minimal 30 persen
kawasan hutan di hulu harus dijaga tetap lestari untuk menjaga
keseimbangan fungsi hidrologinya. Topan menambahkan pada
lahan kemiringan 40 persen bahkan dilarang didirikan bangunan.
Kenyataanya, pelanggaran terus saja terjadi.
Ia mencontohkan, Ruang Terbuka Hijau (RTH) Jakarta masih
memprihatinkan, kurang dari 15 persen, meski pemerintah dan
stakeholders berupaya mengejar target RTH hingga mencapai
20 persen. Pemenuhan luasan RTH memang bisa dilakukan
dengan cara menyediakan ruang untuk taman, betapapun kecil
seperti di kanan dan kiri, atau di tengah jalur, halaman rumah
atau gedung, sebagai usaha agar pemanfaatan ruang yang
mendukung kelestarian alam dan kenyamanan kota dapat
terpenuhi.
Kosasih (35) salah seorang Warga Kampung Bidara Cina,
mengatakan”Tidak usah menyalahkan siapa yang
bersalah kala bencana banjir datang. Memang, per-
gerakan pemerintah dalam menangani dan menanggulangi
banjir sangat lambat. Bahkan cenderung tidak memuaskan.
Kebijakannya sangat reaktif,” ujarnya.
Faktanya, pemerintah juga tidak peduli dengan alam dan
lingkungan. Tengok saja, berapa kasus pembalakan liar terjadi
yang antara lain melibatkan oknum pemerintah sebagai
pelakunya. Juga bangunan vila mewah
di kawasan Puncak itu sebagian besar
milik siapa?
Pemerintah harus bertanggung jawab
terhadap warganya, termasuk 44 KK
warga kampung Bidara Cina yang setiap
tahun kebanjiran tanpa absen.
Pemerintah harus mencari langkah yang
solutif untuk kepentingan bersama.
Taufan Madiasworo
Kosasih
Pitoyo Subandrio
Volume 36 • KIPRAH66
Angling Anggoro
Di sisi lain Kosasih mengakui banjir juga disebabkan perilaku
masyarakat yang kurang bertanggung jawab dan kurang peduli
terhadap lingkungan. Seperti membuang limbah sampah
ke badan sungai, tidak membuat sumur resapan atau
menanam pohon sebagai upaya penghijauan dll.
Karenanya, ia mengusulkan salah satu langkah yang mudah
dilakukan adalah dengan gotong royong. Ajak masyarakat,
Banjir memang tidak mengge-
nangi seluruh wilayah DKI,
namun pemerintah harus me-
metakan kembali kondisi kondisi
wilayah yang sering terjadi banjir dan
melakukan koordinasi dengan masya-
rakat dengan memberikan informasi.
Hal itu diungkapkan Angling Anggoro
(26), mahasiswa Jurusan Teknik Infor-
matika, Universitas Guna Darma,
kepada Kiprah.
Bencana banjir adalah bukti dari ketidak mampuan kita
dalam memelihara, mengelola dan melakukan konservasi
lingkungan. Akibatnya, banjir selalu terjadi tiap tahun
dengan segala dampak negatifnya. Pemerintah dan
masyarakat seharusnya mulai peka terhadap lingkungan.
dunia usaha swasta, bersama aparat berperan dalam
perbaikan l ingkungan. Dalam hal ini, pihak swasta,
pemerintah daerah dan masyarakat dapat dilibatkan dalam
pembangunan sumur resapan, dan sumur injeksi. Al-
ternatif ini juga tergolong sederhana dan murah. Dari
hal-hal kecil seperti itu menurut Kosasih walaupun tidak
mencegah langsung, tetapi paling tidak mengurangi
terjadinya banjir dan lama genangan di titik-titik tertentu.
Karena banjir merupakan tanggung jawab kita bersama.
Upaya Pemprov DKI dan Pusat untuk penanggulangan banjir
tidaklah kurang, bahkan dibilang banyak kemajuan. Seperti
upaya teknis pembangunan Banjir Kanal Timur, revitalisasi Banjir
Kanal Barat, yang bermuara ke laut, pengerukan drainase
makro dan mikro kota, normalisasi sungai serta peningkatan
dan perbaikan kapasitas pompa pengendali.
Namun harus diakui bahwa pembangunan, perbaikan, dan
revitalisasi tidaklah semudah membalikan tangan
Dibutuhkan waktu panjang untuk pelaksanaan berdasar
prioritas dan anggaran. Namun dibalik itu perlu kesadaran
masyarakat untuk bersahabat dengan alam dan ling-
kungan. Jadikanlah sungai sebagai sahabat. Bukan sebagai
musuh. Kalau pemerintah dan masyarakat sudah paham
akan hal itu, niscaya banjir akan dapat dikendalikan dan
tidak lagi menjadi momok tahunan. (Joe)
LAPORANKHUSUSLAPORANKHUSUS
Volume 36 • KIPRAH66
67KIPRAH • Volume 36 67KIPRAH • Volume 35
INFOBUKU
Tahukah anda asal muasal nama
Sungai Ciliwung? Sebetulnya ada
dua jenis sungai di Bogor. Per-
tama, Cisadane yang berarti kurang lebih
tempat suci, sakral, atau sungai yang
bersih. Sungai lainnya adalah Ciliwung.
Sifatnya tak mudah ditebak, kadang
bersahabat kadang ganas sehingga tepat
diberi nama Ciliwung. Sebab, kata ini
asalnya dari kata “Ci(ha)liwung”, dalam
kamus bahasa Sunda, “haliwung” berarti
mudah berubah-ubah, tak menentu,
membingungkan.
Sebetulnya, melihat kondisi Ciliwung
tidak pelu ikut jadi haliwung, karena
sangat jelas sekali ini juga akibat dari
perilaku kotor dan merusak yang diprak-
tikkan manusia. Kita lihat realitas saat ini
dalam laporan ekspedisi Ciliwung yang
digagas Harian Kompas, bagaimana
kondisi air yang mengalir dari Ciliwung
terdegradasi.
Laporan lengkap mengenai eks-pedisi
Ciliwung yang digagas Harian Kompas ini
terangkum dalam buku Ekspedisi Cili-
wung, Laporan Jurnalistik Kompas.
Kegiatan yang berlangsung selama
seminggu ini (17-22 Januari 2009) meng-
hasilkan potret Sungai Ciliwung dari
berbagai sisi.
Membaca Ciliwungakibat perilaku tak terpuji sementara
masyarakat. Ada juga sekelumit kisah
orang-orang yang telah mengabdikan
dirinya untuk menjaga Ciliwung atau
potret humanisme antara manusia de-
ngan sungai beserta segala keluh kesah-
nya.
Buku ini berisi 45 tulisan lepas yang
disusun dalam atas 8 bab dan wacana
tambahan. Tulisan yang ada merupakan
karya Tim Ekspedisi Ciliwung Kompas
2009 yang telah diperkaya dan diper-
dalam untuk memberikan gambaran
utuh bagi pembaca, merujuk pada hasil
liputan selama pra, pelaksanaan dan pasca
ekspedisi yang telah dimuat di Harian
Kompas (8 Januari – 23 Februari 2009).
Beberapa pakar dan pengamat secara
khusus turut menyumbang pikiran dan
pandangannya dalam buku ini. Mereka
adalah Pitoyo Subandrio (Kepala Balai
Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane,
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air,
Kementerian PU); Restu Gunawan (Seja-
rawan); Hasan Djafar (Arkeolog UI); Ernan
Rustiadi (Kepala Pusat Pengkajian,
Perencanaan dan Pengembangan Wi-
layah, IPB); Dayan D. Layuk Allo (peng-
amat lingkungan Kota Bogor); Yayat
Supriatna (pengamat perkotaan); serta
Nirwono Jogo (arsitek lansekap).
Generasi muda juga turut berpartisipasi.
Ada 6 tulisan karya para remaja pelajar
setingkat SLTA yang ikut dimasukkan
dalam buku ini. Mereka adalah pemenang
lomba karya tulis “Ciliwung Impianku”,
yang juga diselenggarakan dalam rangka
kegiatan Ekspedisi Ciliwung Kompas
2009.
Tulisan-tulisan yang ada cukup berbobot
dengan gaya penyajian yang tajam dan
dalam khas Kompas. Disertai data-data
pendukung seperti tabel, grafik, peta dan
gambar yang mana sebagian diantara
adalah hasil penelitian, buku ini mampu
memberikan gambaran yang cukup
menyeluruh mengenai Sungai Ciliwung
dari hulu hingga hilir, dari sejarah hingga
masa kini.
Kekurangan buku ini diantaranya adalah
gambar ilustrasi yang ’hanya’ hitam
putih. Sebagai bahan bacaan pengantar
untuk mengkaji Ciliwung bagi orang
awam, buku ini sudah cukup, namun
untuk mengkaji lebih lengkap lagi diper-
lukan banyak data dan bacaan pendukung
lain. Ini harus dimaklumi karena tentu
saja tidak mungkin menyajikan sebuah
tulisan yang lengkap, tajam dan men-
dalam mengingat banyak aspek yang
harus dimuat dan singkatnya waktu
Ekspedisi Ciliwung Kompas 2009. (wy)Tidak melulu sisi buruk pencemaran
Data Fisik
Judul Buku :Ekspedisi Ciliwung Laporan
Jurnalistik Kompas : Mata Air, Air Mata.
Tempat Terbit : Jakarta
Penerbit : Penerbit Buku Kompas
Tahun Terbit : 2009
Deskripsi fisik : xxvii, 280 hlm ; Illus., ; 21 cm
INFOBUKU
Volume 36 • KIPRAH68
WACANA
Bank Dunia melalui Water and
Sanitation Programme, telah
menghitung tingkat kerugian
masyarakat di Indonesia akibat buruknya
sanitasi adalah sebesar Rp 56 trilyun /
tahun. Nilai yang sangat besar ini bahkan
sudah mencapai 2,3 % dari Produksi
Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun
2008.
Nilai ini dihitung berdasarkan kerugian
kesehatan yang diderita masyarakat
setiap tahunnya dalam bentuk biaya
pengobatan per tahun, berkurangnya
waktu kerja akibat penurunan pro-
duktifitas kerja karena sakit per tahun,
serta terhambatnya kegiatan ekonomi
karena penurunan kualitas kesehatan
masyarakat per tahun.
Terlepas dari angka yang telah diberikan
oleh Bank Dunia, sudahkah kita tahu dan
pernahkah kita menghitung sendiri biaya
kerugian akibat sanitasi yang kurang
memadai ini ? Kementerian Pekerjaan
Umum (PU) selaku kementerian teknis,
juga harus melakukan riset dan memiliki
angka sendiri untuk menentukan besar-
nya kerugian akibat masih rendahnya
cakupan pelayanan sanitasi ini.
Hal ini sangat penting, untuk memberi-
kan suatu angka pembanding dengan
angka yang telah dimiliki Bank Dunia,
sehingga Indonesia dapat meningkatkan
posisi tawarnya, terlebih jika harus
berha-dapan dengan institusi finansial
luar negeri untuk masalah pendanaan.
Kerugian Kesehatan dan Penurunan
Produktifitas sebagai Dampak Langsung
Kerugian kesehatan dapat dihitung
berdasarkan angka prevalensi penyakit
bawaan sanitasi, seperti penyakit saluran
Sudahkah Kita Hitung KerugianAkibat Buruknya Sanitasi ?
oleh : **Sandhi Eko Bramono
pencernaan (muntaber, diare, cacingan,
dan lain - lain), penyakit saluran per-
nafasan (Infeksi Saluran Pernafasan
bagian Atas, asthma, dan lain – lain),
penyakit kulit (gatal – gatal, eksim, kudis,
panu, kutu air, dan lain – lain), serta
penyakit faal non infeksius (seperti
kontaminasi makanan atau minuman
akibat logam berat, senyawa toksik
organik maupun anorganik, dan lain –
lain). Dampak dari penyakit – penyakit ini
adalah timbulnya biaya sosial yang harus
ditanggung oleh masyarakat karena
mereka harus pergi ke dokter untuk
berobat. Jika sanitasi terjaga, maka
tingkat prevalensi penyakit – penyakit ini
akan berkurang secara drastis yang
menyebabkan masyarakat dapat memiliki
simpanan uang yang tidak perlu dibe-
lanjakan untuk biaya pengobatan. Selain
itu, pembelanjaan uang yang sebenarnya
tidak perlu terjadi ini, dapat berdampak
Bangunan permukiman di kawasan bantaran kali Ciliwung telah mempersempit badan sungaisehingga menimbulkan banjir dan menurunnya kualitas air. (foto:dok)
69KIPRAH • Volume 36
WACANA
pada ketidakmampuan orang tua untuk
memberikan pendidikan yang terbaik bagi
anak – anaknya, karena uang simpanan
keluarga untuk pendidikan menjadi
terpakai untuk biaya pengobatan penya-
kit akibat sanitasi yang buruk. Biaya
pengobatan setiap tahunnya bagi seluruh
dalam usia produktif setiap tahunnya. Hal
ini dapat dibandingkan antara produk-
tifitas tenaga kerja dalam kondisi sehat
karena sanitasi yang memadai dan jika
dalam kondisi tidak sehat akibat sanitasi
yang kurang memadai.
Produktivitas ini lalu dibandingkan
dengan gaji yang diterima tenaga kerja
tersebut dalam satu tahun bekerja, untuk
menghitung kerugian perusahaan tem-
patnya bekerja untuk membayar waktu
tidak produktif tenaga kerja tersebut,
yang dihitung dengan satuan Rupiah /
tahun.
Kerugian Lingkungan dan Sosial-
Ekonomi sebagai Dampak T idak
Langsung
Akibat sanitasi yang buruk, seperti dalam
penanganan sampah dan air limbah yang
kurang memadai, maka sangat memung-
kinkan aspek – aspek lingkungan yang lain
ikut terpengaruh, seperti kualitas badan
air penerima. Sebagai contoh, akibat
pembuangan tinja secara sembarangan
di sungai, maka bukan hanya menga-
kibatkan sungai berkembang menjadi
sumber penyebaran penyakit, namun
juga memberikan kerugian bagi peman-
faatan air di hilir sungai, seperti misalnya
jika terdapat aktifitas penyadapan air
baku bagi Instalasi Pengolahan Air Minum
(IPAM). Karena air sungai yang tercemar,
maka dibutuhkan unit proses dan unit
operasi pengolahan yang lebih kompleks
dari pengolahan konvensional, dan akan
berdampak pada peningkatan biaya
investasi maupun biaya pengoperasian-
pemeliharaan-perawatan IPAM.
Tentu saja hal ini berdampak pada
mening-katkan biaya pengolahan / m3 air
terolah, yang akan berakibat naiknya
harga jual air, dan lagi – lagi masyarakat
harus membayar biaya lebih untuk air
minum mereka. Kerugian ini diperhitung-
kan sebagai kerugian lingkungan, yang
dihitung pula dengan satuan Rupiah /
tahun.
Selain itu, akibat sungai yang kotor dan
menjadi sumber penyebaran penyakit,
maka berbagai potensi yang mungkin
dapat dimanfaatkan dari sungai, menjadi
hilang dan harus dihitung sebagai keru-
gian sosial-ekonomi. Sekiranya sungai
tersebut bersih, maka pemerintah
mampu menggunakan sungai tersebut
sebagai sarana ekonomi pula, seperti
untuk kegiatan olah raga air, untuk
pembangunan wisata air, untuk peter-
nakan ikan air tawar, dan lain – lain, yang
menjadi hilang potensinya akibat sungai
yang tercemar. Kerugian sosial-ekonomi
ini juga harus dihitung dengan satuan
Rupiah / tahun.
masyarakat yang terkena dampak dari
rendahnya pelayanan sanitasi ini, serta
biaya kerugian yang ditimbulkan akibat
ketidakmampuan memperoleh akses
pendidikan yang baik bagi anak – anak,
dihitung dengan satuan Rupiah / tahun.
Penyakit akibat sanitasi yang buruk, juga
akan menurunkan produktifitas masya-
rakat, yang dihitung dari penurunan
efisiensi dan efektifitas kerja seseorangKorban sanitasi lingkungan yang kotor (foto:dok)
Volume 36 • KIPRAH70
WACANA
Epidemiologi Masyarakat & Daya Dukung
Lingkungan
Dari segi internalitas, aspek epidemiologi
masyarakat sangat perlu untuk diper-
timbangkan, mengingat tingkat ketaha-
nan masyarakat di berbagai negara
terhadap infeksi atau keterpaparan dari
kualitas sanitasi yang tidak memadai,
adalah berbeda.
Indonesia dapat melakukan perbadingan
studi epidemiologi dengan negara –
negara di kawasan Asia Tenggara lainnya
yang memiliki demografi sama, kualitas
lingkungan yang kurang lebih sama, serta
tingkat pertumbuhan ekonomi yang juga
hampir sama.
Dari segi eksternalitas, pertimbangan
dampak sanitasi yang terjadi pada masya-
rakat di perkotaan dan perdesaan, juga
tentunya berbeda.
Di kawasan yang lebih jarang pen-
duduknya seperti di kawasan perdesaan,
maka daya dukung lingkungan yang
masih tinggi akan mampu mengurangi
dampak buruk dari kualitas sanitasi yang
kurang memadai. Sebaliknya pada ma-
syarakat yang tinggal di kawasan yang
lebih padat, seperti di perkotaan, maka
akan mengalami dampak yang lebih buruk
akibat sarana sanitasi yang kurang
memadai, karena kemungkinan tingkat
pencemaran yang ada telah melampaui
daya dukung lingkungan sekitarnya.
Dengan panduan ini, maka Kementerian
PU dapat menentukan batasan – batasan
dalam mendefinisikan kerugian akibat
cakupan sanitasi yang belum memadai.
Begitu banyak parameter – parameter
lokal yang mungkin tidak ditemui atau
ditemui di negara lain, namun bisa
ditemui atau tidak ditemui di Indonesia.
Dalam bidang ke-PU-an, teknik perhi-
tungan ini juga dapat digunakan untuk
menghitung kerugian – kerugian akibat
kualitas infrastruktur yang belum maksi-
mal atau optimal, seperti kerugian
masyarakat akibat kapasitas irigasi yang
tidak memadai, akibat pencemaran udara
karena sistem transportasi yang buruk
dan kemacetan lalu lintas, akibat sarana
jalan yang rusak, akibat ketiadaan sarana
jalan, akibat kualitas bangunan yang tidak
mematuhi kaidah / standar, akibat pena-
taan ruang yang tidak sesuai dengan tata
guna lahan, akibat standar kualitas air
minum yang terlalu longgar, dan lain –
lain.
Angka–angka yang diperoleh dapat
dijadikan pegangan oleh Kementerian
PU, sehingga mampu meningkatkan
kepercayaan diri Pemerintah Indonesia,
khususnya dalam menyikapi konvensi –
konvensi internasional yang telah disepa-
kati bersama dan ikut ditandatangani
oleh Pemerintah Indonesia.
Sekiranya Pemerintah Indonesia suatu
saat akan bekerja sama dengan institusi
finansial luar negeri dalam pembangunan
sistem sanitasi, maka data yang dimiliki
ini akan menjadi data yang sangat kuat
dan akurat, serta meningkatkan keyaki-
nan diri Pemerintah Indonesia dalam
melakukan negosiasi mengenai pembi-
ayaan pengembangan sistem sanitasi di
Indonesia.
Dengan diagnosis yang tepat akan kondisi
sanitasi di Indonesia karena kita telah
melakukannya sendiri, mengetahui
secara lebih pasti dan akurat mengenai
kebutuhan dana yang diperlukan, serta
mengetahui secara tepat kerugian yang
ditimbulkan akibat sistem sanitasi yang
masih kurang memadai, maka Kemen-
terian PU akan dapat lebih menajamkan
keterukuran dan kesinambungan pemba-
ngunan sistem sanitasi di Indonesia pada
masa yang akan datang. Semoga !
** penulis adalah staf Sub Direktorat
Kebijakan dan Strategi, Direktorat Bina
Program, Direktorat Jenderal Cipta Karya,
Kementerian Pekerjaan Umum, Indonesia.
Saat ini dalam tugas belajar sebagai
kandidat doktor bidang energi dan ling-
kungan di Division of Environmental Science
and Engineering Faculty of Engineering,
National University of Singapore, Singapura.
Kontak dengan penulis : sandhieb@ya-
hoo.com
Denpasar Sewerage Development Project (DSDP) (foto:Dok)
71KIPRAH • Volume 36
Kementerian PU dukung penye-
lenggaraan Sail Banda 2010 bulan
Juli mendatang di Ambon, Ma-
luku. Dukungan berupa penataan Kota
Ambon, Pemeliharaan Jalan dan Pe-
nyediaan Air Bersih di Pulau Banda dan
Kota Wonoreli. Persiapan untuk me-
nyambut hajat besar itu kini mulai di-
lakukan.
Dana yang dibutuhkan untuk penye-
lenggaraan Sail Banda 2010 bidang PU
sebesar Rp 88,156 milyar dengan rincian
Rp 70 milyar (APBN) dan Rp 900 juta dari
APBD. Sedang sisanya sebesar Rp 5,9
milyar akan diusahakan dari sumber lain.
Berkenaan dengan itu Tim Komisi V DPR-
RI bersama tim teknis Kementerian PU
dan kementerian lain melakukan kunju-
ngan kerja selama lima hari (7-11/3) ke
Pulau Ambon dan sekitar untuk melihat
dari dekat pelaksanaan pembangunan
infrastruktur dan kesiapan menghadapi
Sail Banda 2010. Beberapa proyek stra-
tegis ke-PU-an yang ditinjau antara lain
Rencana Pembangunan Jembatan Merah
Putih, Dukungan Sail Banda 2010, Ren-
cana Pembangunan Trans Maluku, Peng-
adaan Air Bersih dan Proyek Sumber Daya
Air (SDA), termasuk Proyek Pengamanan
Pantai.
Salah satu proyek Pengamanan Pantai
yang dikunjungi adalah bangunan Pe-
ngamanan Pantai di Desa Hative Besar di
Kota Ambon, berupa tembok laut kons-
truksi beton siklop tahap I sepanjang 300
meter. Proyek ini mulai dikerjakan tahun
ini dengan nilai kontrak sebesar 2,8 miliar
rupiah.
Di Kota Ambon Tim Komisi V juga
mengunjung bangunan Check Dam di Air
PU Dukung
panjang 20,6 meter. Proyek ini mulai
dikerjakan tahun 2009 dengan biaya Rp
1,2 miliar. Pada kesempatan tersebut tim
Komisi V mengusulkan perlunya dilaku-
kan iventarisasi kebutuhan bangunan
check dam untuk mengantisipasi banjir
yang sering melanda daerah tersebut.
Proyek lain yang dikunjungai adalah
Proyek Air baku di Kota Tual, Maluku
Tenggara. Kota ini sangat kekurangan air
bersih perkotaan. Padahal daerah ini
memiliki sumber air baku cukup besar
berupa Danau Ohitel dan Danau Ngadi
yang tak pernah kering sekali pun musim
kemarau.
Terkait dengan itu, pihak pemda setem-
pat mengusulkan mengoptimalkan pela-
yanan air bersih dari kapasitas layanan 50
liter detik menjadi 100 liter per detik.
Yaitu dengan memanfaatkan potensi
kedua danau tersebut kepada Ditjen SDA.
Usulan lain adalah perbaikan bangunan
pantai di Desa Ohitel dan Ohitahait
sepanjang 800 meter, karena telah
mengancam persawahan dan permu-
kiman penduduk.
Menanggapi usulan tersebut Suprapto,
Kepala Seksi Pantai, Direktorat Rawa dan
Pantai, Ditjen SDA, yang juga menyertai
rombongan memaparkan, pendekatan
pengamanan pantai dilakukan dengan
mengindahkan kaidah-kaidah teknis.
Tindakan kongkrit yang dilakukan adalah
upaya pencegahan utamanya pada da-
erah pantai yang rawan bencana (coastal
hazard), melalui pengaturan tata ruang
dan sempadan pantai. Selain melakukan
pendekatan pengaturan sempadan
pantai, relokasi penduduk atau pra-
sarana, bekerja sama dengan pemda
setempat.
Langkah lain adalah membuat bangunan
pantai terutama untuk daerah pantai
yang sudah berkembang dan benar-benar
perlu diamankan. Dan terakhir adalah
tidak melakukan tindakan (do nothing),
untuk lokasi-lokasi yang rusak karena
tidak ada sesuatu yang penting yang
perlu dilindungi. Selain partisipasi ma-
syarakat pada saat pembebasan lahan.
Potensi
Provinsi Maluku sesungguhnya memiliki
sektor unggulan di bidang pertanian,
kelautan, kehutanan, perkebunan, pari-
wisata, industri dan pertambangan,
namun belum digarap secara optimal
karena keterbatasan infrastruktur dan
SDM. Karenanya, kelengkapan dan
ketersediaan pelayanan prasarana dan
sarana infrastruktur sangat dibutuhkan
untuk mendongkrak daerah ini lebih maju.
Seperti pembangunan prasarana dan
sarana perhubungan, jalan dan jembatan,
pelayanan air bersih, permukiman, irigasi,
listrik, telekomunikasi, pendidikan dan
kesehatan.
Dalam rangka itu pula tim Komisi V DPR-
RI melakukan evaluasi kebutuhan dasar
sekaligus mengusulkan program kegiatan
penanganan dan pendanaan sesuai urutan
prioritas. Rombongan sebanyak 12 orang
dari berbagai fraksi dipimpin oleh Yoseph
Umarhadi (F-PDIP).
Selain melakukan peninjauan, tim juga
mengadakan pertemuan pembahasan
dengan pejabat pemda dan pemkab/
pemkot setempat untuk membahas
berbagai hal terkait dengan pengadaan
infrastruktur ke-PU-an, Perhubungan,
Perumahan Rakyat, Kementerian Daerah
Tertinggal, BMGK, dan Basarnas. (Jon).Pupela di di Desa Amahusu, yang memiliki
Sail Banda 2010
Volume 36 • KIPRAH72
WACANA
Pertanyaan nakalnya, mana yang
lebih dahulu dibuat? Apakah
kebijakannya atau perencana-
annya? Ruang ini mungkin bisa kita
jadikan sarana untuk secara bersama-
sama lebih memahami dan menyelami
kedudukan dan arti penting antara
kebijakan konstruksi dengan peren-
Merekontruksi Makna “Kebijakan” Dan “Perencanaan”
Konstruksi
canaan konstruksi. Kesepahaman ini
penting karena selama ini sering terjadi
banyak ketidakserasian antara konsep
kebijakan sebagai payung makro dengan
perencanaan yang outputnya program/
kegiatan. Akibatnya, outcome dari target
kebijakan yang diinginkan kadang ber-
geser bahkan sering bertabrakan dengan
output dari perencanaan. Tulisan singkat
ini bermaksud memberikan wacana bagi
semua stakeholders (masyarakat, swasta,
pemerintah dan partai politik) akan
pentingnya membangun dan memper-
kuat komunitas kebijakan dalam konteks
perencanaan konstruksi.
Oleh : **H. Putut Marhayudi
Konstruksi: Kegiatan konstrruksi pembangunan infrastruktur salah satu bangunan gedung pencakar langit Jakarta (foto:Dok)
Kita mulai dari perencanaan konstruksi.
73KIPRAH • Volume 36
WACANA
Dewasa ini, perencanaan khususnya
perencanaan konstruksi menghadapi
tantangan berat. Perkembangan ling-
kungan strategis domestik dan inter-
nasional menghadapkan batasan-batasan
terhadap kiprah perencanaan konstruksi
dalam mendorong pembangunan masa
depan konstruksi yang lebih baik.
Kompleksitas dan dinamika perencanaan
konstruksi tersebut semakin mengemuka
pada era desentralisasi yang ditandai
dengan pelimpahan kewenangan yang
besar kepada Daerah Kabupaten/Kota
dalam penyelenggaraan pemerintahan
dan pembangunan Daerah.
Kita semua menyaksikan, bahwa sebelum
era desentralisasi, peran pemerintah
pusat sangat besar didalam menentukan
arah dan sasaran pembangunan. Peme-
rintah daerah hanya merupakan perpan-
jangan tangan dari pemerintah pusat dan
mengeliminasi aspirasi masyarakat baik
langsung maupun tidak langsung.
Namun, setelah terjadinya perubahan
paradigma pembangunan dimana peme-
rintah daerah diberikan kewenangan
yang luas, toh proses perencanaan masih
juga tidak luput dari beberapa perma-
salahan yang krusial dan signifikan.
Reformasi kelembagaan politik kepe-
merintahan belum berjalan baik. Sistem
perencanaan belum dilandasi suatu dasar
hukum yang kuat sehingga “rule of the
game” belum tercipta. Ketiadaan pe-
rangkat peraturan yang jelas dan mengi-
kat membuat sistem perencanaan pem-
bangunan belum menghasilkan sinergi
dalam berbagai upaya pembangunan di
berbagai tingkatan, sektor dan daerah.
Namun yang “membanggakan” kita
masih mempunyai kesempatan untuk
memperbaiki atau meluruskan keke-
liruan kita yang selama ini kita lakukan.
Membicarakan sosok kegiatan “pe-
rencanaan” kedepan, kita tidak dapat
lepas dari konteks perkembangan politik
kepemerintahan, sosial-ekonomi, dan
teknologi, serta paradigma perencanaan
sendiri. Hal tersebut didasari realitas
bahwa kegiatan perencanaan merupakan
bagian dari proses untuk merespon
permasalahan sosial, ekonomi dan politik.
Jadi jelas bahwa dalam kondidsi normal,
kegiatan perencanaan harus memegang
prinsip untuk tidak mengurangi ruang
gerak masyarakat dan mekanisme pasar.
Dan yang lebih penting untuk di fahami,
bahwa nilai-nilai baku dalam kegiatan
perencanaan adalah rasionalitas pasar
dan rasionalitas sosial politik yang tu-
runan dari keduanya adalah nilai-nilai
transparan, akuntabel, keadilan dan
partisipasi.
Saya, anda dan pembaca lainya menge-
tahui ada beberapa bentuk perencanaan
yang dikenali sampai saat ini antara lain:
perencanaan proyek, perencanaan sek-
toral, perencanaan program pemba-
ngunan, perencanaan makro ekonomi,
dan perencanaan wilayah dan kota.
Tujuan mendasar kegiatan perencanaan
sebagian besar merupakan proses tinda-
kan mengubah kondisi dan pengarahan
masyarakat.
Akhir-akhir ini gerakan sosial-politik
masyarakat terlihat sangat dominan,
sehingga tindakan perencanaan untuk
mengarahkan masyarakat tanpa proses
pelibatan dan partisipasi masyarakat
akan menyebabkan berkurangnya atau
tidak adanya legitimasi hasil suatu proses
kegiatan perencanaan.
Lalu bagaimana dengan kebijakan? Yang
perlu dipahami bersama bahwa kebijakan
sangat menentukan apa yang akan
direncanakan dan dilakukan. Kebijakan
merupakan terminologi yang cukup
populer dalam literatur kebijakan publik,
walaupun masih lebih dimaknai sebagai
sekedar wacana ketimbang agenda.
Setiap perubahan kebijakan akan mem-
butuhkan definisi ulang pada beberapa
parameter sistem, bahkan bisa mengu-
bah mekanisme yang telah ada.
Saat ini, masyarakat mengharapkan
manajemen pemerintahan dapat me-
ngembangkan kebijakan yang efektif
untuk mendorong terwujudnya per-
cepatan pembangunan dalam dimensi
yang luas. Secara empiris, pemikiran-
pemikiran cerdik tentang kebijakan
timbul sebagai reaksi terhadap diskre-
pansi antara tuntutan akan integrasi
energi di satu sisi dan minimnya aksi
kolektif di sisi lain. Celakanya dua per-
soalan tersebut seringkali direduksi
menjadi sekedar kurangnya koordinasi
untuk masalah yang mutlak membu-
tuhkan kerjasama dan melibatkan banyak
aktor dengan beragam ke-pentingannya.
Secara teoritis, istilah kebijakan meru-
pakan hasil metamorfosis dari beberapa
pemikiran sebelumnya ter-utama “teori
pluralisme” dan “korporatisme” yang
berusaha menjelaskan bagaimana me-
ngelola masalah-masalah yang termasuk
dalam domain kebijakan publik, seperti
rendahnya derajat legitimasi kebijakan,
sinisme publik terhadap kebijakan peme-
rintah, serta munculnya resistensi mana-
kala suatu kebijakan diimplementasikan.
Dengan kata lain, substansi proses
kebijakan sebenarnya adalah bagaimana
mencapai kompromi dan menjalin ker-
jasama. Nilai-nilai tersebut hanya akan
tercipta jika ada interaksi intensif dalam
jangka panjang diantara para aktor yang
terlibat dalam proses kebijakan yang
bermuara pada terbangunnya saling
percaya dan komitmen serta terjaganya
sustainabilitas kebijakan. Dengan kata
H. Putut Marhayudi,Staf Pusat Pembinaan Usaha
KonstruksiBPKSDM
Volume 36 • KIPRAH74
lain, kebijakan harusnya lahir dengan
komitmen utama untuk menegakkan
sustainability kebijakan publik.
Celakanya, yang masih sering kita temui
dalam mengimplementasikan kebijakan,
terlihat masih kuatnya ego sektoral
sehingga aksi kolektif dilingkungan
pemerintah untuk menyelesaikan ber-
bagai persoalan publik melalui “media”
kebijakan yang mutlak memerlukan
integrasi energi diantara berbagai unit
birokrasi pun terlihat sulit dijalin.
Tidak bisa dipungkiri, bahwa setiap sektor
akan memperjuangkan kepentingannya
sehingga kerjasama antar sektor hanya
akan dijalin jika terdapat garansi bahwa
kepentingan unit kerja mereka turut
diamankan.
Dengan kata lain, kuatnya ego sektoral
telah menumpulkan upaya-upaya ko-
ordinasi serta menjadikan koordinasi
sebagai sekadar aktivitas “artif isial
simbolik tanpa makna”. Atau lebih
Disini fungsi koordinasi memegang peran
vital untuk menghasilkan perencanaan
yang baik sesuai dengan kebijakan yang
digulirkan. Dalam konteks ini, koordinasi
seyogyanya tidak secara simplitis di-
maknai sebagai aktivitas teknis murni,
tetapi lebih merupakan aktivitas politik
yang berupaya melibatkan aktor lain yang
sebenarnya tidak memiliki kepentingan
langsung dengan suatu persoalan atau
isu kebijakan.
Koordinasi, dengan demikian, akan
melibatkan pamor atau prestise masing-
masing unit birokrasi, sehingga keber-
hasilan koordinasi sekaligus akan menun-
jukkan dan membangun hirarki pamor
diantara unit-unit tersebut. Meminjam
bahasa Harold Wolman, “….everyone
wants coordination on his own terms.
Achieving coordination means getting
your own way.
** Staf Pusat Pembinaan Usaha Konstruksi,
BPKSDM
ekstrimnya, karena kuatnya ego sektoral
maka kebijakan yang digulirkan bisa jadi
tidak terepresentasikan dengan mak-
simal dalam perencanaan sektoral.
Dari uraian singkat diatas, maka per-
tanyaan nakal diawal tulisan ini secara
eksplisit sebenarnya sudah terjawab,
bahwa kebijakan sebenarnya merupakan
embrio lahirnya suatu perencanaan. Atau
dengan kata lain, perencanaan dari
semua sektor yang output nya program/
kegiatan harus dapat merepresentasikan
kebijakan yang digulirkan.
Disini dibutuhkan perencanaan yang
mampu mendayagunakan peman-
faatan sumber-sumber yang tersedia
secara optimal dan mampu mengem-
bangkan kebijakan-kebijakan yang ino-
vatif yang mendorong transformasi
ekonomi daerah berbasis sumber daya
setempat, serta dapat menggemakan
suatu irama yang membangkitkan per-
cepatan pembangunan. Lalu apa alatnya?
Jawabannya adalah koordinasi.
WACANA
Pelatihan tenaga konstruksi bangunan (foto:Dok)
75KIPRAH • Volume 36
Salah satu persyaratan pentingdalam mewujudkan perusahaanmodern adalah penerapan good
corporate governance atau tata kelolabadan usaha yang baik. Inilah yangmenjadi basis atau fondasi sebuah kor-porasi selain soal kepemimpinan.
“Jadi kalau sistem perusahaan tidakmemasukkan elemen ini, maka mana-jemen badan usaha itu tidak punya fondasiyang solid, yang dijadikan suatu acuanaturan untuk kita bergerak,” tegas DanisSumadilaga, Direktur Bina Teknik, DijenBina Marga Kementerian PU.
Terkait dengan upaya itu saat ini BinaTeknik, Ditjen Bina Marga, KementrianPekerjaan Umum (PU) sedang merintispembentukan Quality Assurance Unit(QAU), dalam rangka meningkatkankinerja tata kelola organisasi.
Dikatakan, bahwa menjaga kualitas jalanmenjadi satu fokus programnya. Untukitu berbagai inovasi dilakukan gunameningkatkan mutu jalan.
Tidak hanya melalui pengembanganteknologi kons-truksi saja, namun jugadari aspek sistem manajemen mutu yangbersertifikat.
Kegiatan pengelolaan jalan yang dila-kukan Bina Marga nantinya dilaksanakandengan berpedoman pada standar ISO.Penerapan standar ISO 9001 : 2008 diwilayah kerja Balai Pelaksanaan Jalan
Sistem Manajemen Mutu
Nasional itu akan dilaksanakan secarakonsisten mulai tahun 2011. Denganpemberlakukan sistem manajemenmutu ini diharapkan masyarakatpengguna jalan dapat merasakanpelayanan prima dari Bina M dalammelaksanakan sebagian tugas penye-lenggaraan jalan.
Bina Marga perlu memiliki semangatinovasi dalam mengembangkan danmelaksanakan konsep pembangunanjalan berbasis sistem manajemenmutu. Hal ini menjadi tantangan BinaMarga untuk memantapkan diri seba-gai institusi penyelenggaraan jalanyang handal di Indonesia.
“Tujuannya, tidak hanya pembangunandan pemeliharaan jalan dapat dilakukantepat waktu, tepat mutu, dan tepatmanfaat, tetapi juga bagaimana me-nurunkan biaya pembangunan danpemeliharaan jalan, tutur Danis penuhharap.
Ujung tombak
“Di sini peran petugas satuan kerja(Satker) sebagai manajer wilayah danPejabat Pembuat Komitmen (PPK)sebagai manajer jalan sekaligus ujungtombak pelaksana sangat penting danmenentukan, termasuk petugas penga-wasnya” tegas Danis.
Karenanya, kualitas SDM nya perluditingkatkan untuk mendukung pene-
Adalah Panglima
rapan sistem akreditasi kelengkapanlaboratoriumnya.
Tidak hanya itu, peningkatan juga akandilakukan terhadap kemampuan kon-traktor dan konsultan serta peralatanpendukung (AMP) yang dimilikinya. Harusresmi memiliki sertifikat. Bahkan dinya-takan dengan tegas bahwa bagi kon-traktor yang tidak memiliki serifikasiAMP, tidak diperkenankan untuk mengi-kuti proses lelang pekerjaan.
Kesemuanya itu menjadi prasarat utamabagi setiap lembaga yang ingin menda-patkan sertifikat ISO. Karena denganperolehan ISO, mutu kinerja institusiyang bersangkutan semakin dipercaya dandiakui semakin baik kualitas dan kuan-titasnya.
Evaluasi
Saat ini pihaknya sedang melakukanevaluasi, identifikasi dan auditing in-ternal dan eksternal terhadap kinerjabalai. Danis mengakui beberapa indikasikelemahan selama ini menyangkut :prosedur, pelaporan dan pengarsipanharus segera diatasi. Antara lain melaluitraining refreshing, audit internal daneksternal.
Sebagai pilot proyek Balai Besar Pelak-sanaan Jalan Nasional IV telah ditunjuksebagai ajang penelitian yang selanjutnyaakan dikembangkan ke balai-balai lainhingga tahun 2011 mendatang. (Joe)
Danis Sumadilaga, DirekturBina Teknik Ditjen Bina Marga
WACANA
Volume 36 • KIPRAH76
WACANA
Fenomena iklim El Nino yangsiklusnya tiap 4-7 tahun sekalimerupakan rangkaian proses kom-
pleks di kawasan khatulistiwa SamuderaPasifik dan dapat berlangsung beberapabulan.
Prosesnya sudah berlangsung dari per-tengahan 2009 dan dampaknya terasapada musim hujan 2009/2010 yangterlambat tiba dan mungkin berakhir
Sekarang keadaannya sudahjungkir balik. Musim hujan
dimaknai bencana banjir danmusim kemarau menjadi masakrisis air. Ketika musim hujan
tiba saat ini, tampak berlebihanjika bicara tentang kemarau
yang mungkin lebih kering daribiasa. Meski posisi geografi
Indonesia memilki iklimmonsoon, yaitu adanya periodemusim penghujan dan kemarau
yang jelas. Tetapi dalambeberapa tahun belakangan ini,
sering kali terjadi perubahaniklim yang disebabkan oleh
pemanasan global. Akibatnya,semakin sering terjadi iklim atau
cuaca yang ekstrim, terkaitdengan gejala El Nino, yang
menyebabkan musim kemaraumenjadi lebih panjang dan lebihkering. Perubahan iklim ini telahmenyebabkan dampak sistemik
terhadap ketersediaan air.
lebih cepat. Menurut Badan LitbangPertanian Kementerian Pertanian, di-perkirakan EL Nino akan berlangsunghingga Juni 2010 dengan kekuatansemakin melemah dan pada bulan Julikembali normal.
Di Indonesia El Nino dapat mempenga-ruhi produksi pangan, pasokan air untukpembangkit tenaga listrik, rumah tangga,dan ternak serta ketersedian air untuk
keperluan industri dan rumah tangga.Pengalaman El Nino tahun l997/l998mencatat rekor suhu udara Bumi ter-panas memperburuk kebakaran hutanserta merusak terumbu karang.
Terkait dengan produksi pangan tercatatEl Nino saat itu merugikan pertanianIndonesia dalam arti luas, sehingga Bulogterpaksa melakukan operasi pasar besar-besaran serpanjang sejarahnya, yaitu 2,5
Dampak Sistemik
Akibat Perubahan Iklim
Salah satu akibat dari Global Warning adalah perubahan iklim dan terjadinya banjir dan airpasang laut tinggi yang menggenangi kawasan permukiman (foto:img.m.kompas.com)
77KIPRAH • Volume 36
WACANA
juta ton untuk menstabilkan harga.Operasi pasar normal biasanya hanyasekitar 800.000 ton. (Kompas 29/1)
Dewan SDA
Sumber Ditjen Sumber Daya Air (SDA),Kementerian Pekerjaan Umum, me-wartakan, perubahan iklim akibat El Ninoberdampak serius pada semua sektor,khususnya yang terkait dengan air. Inimerupakan tantangan nyata yang harusdisikapi secara bijak. Yaitu, melakukanupaya pengeloaan SDA secara terpadudan berkelanjutan. Tupoksi untuk tiaplembaga harus diatur dengan baik,sehingga tidak tumpang tindih ke-wenangannya.
Langkah optimalisasi operasi bendunganyang ditugaskan Ditjen SDA memang
harus dilakukan, disamping pompanisasiair tanah.
Menghadapi perubahan iklim, perlupendekatan yang komprehensif utuhdan terpadu, dalam kesatuan konsepWilayah Sungai (WS) dari hulu hinggake hilir. Yakni, dengan prinsip satusungai, satu rencana terpadu, dan satusistem pengelolaan yang terkoordinasi.
Mengenai hal ini Sekretaris DewanSumber Daya Air Nasional, Imam Ansorimengatakan, peran Dewan SDA Nasioanldan Daerah sangat menentukan, yaituberpijak pada tiga pilar utama UU No 7tahun 2004 tentang SDA. Yakni, kon-servasi, pendayagunaan dan pengen-dalian daya rusak air. Langkah tersebutharus dibarengi dengan upaya strukturaldan non struktural, termasuk pem-berdayaan dan peningkatkan peranmasyarakat dan keterbukaan informasi.
“Di satu sisi, kegiatan forecasting andwarning harus diutamakan, agar ma-syarakat peduli dan tanggap terhadapperubahan iklim. Di sisi lain, kedisiplinanmengelola SDA berbasis wilayah sungaiharus pula ditegakkan,” tegasnya.
Imam menambahkan, meski perubahaniklim El Nino diperkirakan bersifat lemahhingga moderat, tetapi tetap diperlukankewaspadaan atas dampaknya terhadappasokan air waduk.
Ketersediaan Air
Dari pantuan Kiprah, meskipun musimhujan telah berlangsung tiga bulan sejakNovember, beberapa waduk di Jawabelum terisi penuh, bahkan beberapamasih minus hingga pertengahan awalFebruari 2010. “Waduk-waduk yangberskala kecil dan menengah yang sudahsedimented itu mempunyai status yangrentan terhadap perubahan iklim” kataDirut Perum Jasa Tirta (PJT) I TjoekSubijanto Walujo.
Dampak El Nino terhadap WS KaliBrantas adalah terjadinya deviasi minusvolume air waduk terhadap elevasi polaoperasional. Ia mencontohkan WadukSutami waduk terbesar di Brantas
deviasinya mencapai 2,5 meter, Wonorejohingga bulan Februari bahkan mencapai5,2 meter, sehingga perlu revisi polapelayanan pembagian air secara pro-porsional hingga 20 persen.
Namun, kata Tjoek secara umum dampakitu bisa kita atasi, berkat kerjasama timkoordinasi TKPSDA bersama stakeholdersdan masyarakat. Kata kuncinya adalahketerbukaan, koordinasi, dan komitmen.Karena sinkronnya program dan kegiatanakan menghasilkan integrasi di lapangan-keterpaduan pelaksanaan. Itulah tujuanakhir dari koordinasi. Bukan silaturohmibelaka.
Waduk lain yang mengalami deviasiadalah Waduk Serbaguna Gajah Mungkurdi Wonogiri Jawa Tengah.Tinggi elevasimuka air (TMA) hingga Februari barumencapai 130,19 meter di atas permukaanlaut (dpl) dari ketinggian normal 133,64meter. Selisih ketingian hampir 3,5meter itu setara dengan dengan 150 juta-200 juta meter kubik air.
Bahkan dari puluhan waduk kecil di JawaTengah yang volume airnya kurang dari10 juta meter kubik, seperti WadukNawangan, Plumbon dan Waduk Ngancarvolume airnya belum memenuhi sasaran.Padahal saat ini adalah waktu mengisiwaduk, tetapi curah hujannya masih kecildan tak dapat diduga Padahal keter-sediaan air di waduk sangat berpengaruhterhadap kegiatan pertanian, penggerakturbin pembangkit listrik, industri danrumah tangga, serta dampak ikutanlainnya.
Menurut Suwartono, Koordinator Wi-layah PJT I Bengawan Solo, kondisi saatini terburuk selama 10 tahun terakhir.Padahal, waduk ini diandalkan untuk bisamengairi 29.000 hektar sawah, peng-gerak turbin listrik, air minum, industrirumah tangga dll. “Guna mengantisipasikemungkinan terburuk akibat El Nino,kami sudah menerapkan penghematanair, dan optimalisasi operasi bendungan”ujarnya.
Kondisi yang sama juga dialami waduk-waduk besar lainnya seperti WadukSerbaguna Sempor, Wadaslintang, Ke-dungombo, dan Sermo di Kulonprogo,
Volume 36 • KIPRAH78
WACANA
DIY, TMA-nya masih belum mencapaipuncak normal. Di Lampung, volume airWaduk Batu Tegi, Kabupaten Tanggamusjuga belum mencapai ketinggian normalbaru sekitar 215,4 meter dpl dari 274meter.
Di Jawa Barat, elevasi Waduk Cirata barumencapai ketinggian 210 meter dpl dariketinggian normal 219 meter dpl. Lainhalnya Waduk Serbaguna Jatiluhur,Purwakarta, volumen airnya justru cukuptinggi.
Menurut Kepala Biro Operasi danKonservasi Perum Jasa Tirta (PJT) IISutisna, curah hujan sepanjang 2009cukup tinggi hingga TMA waduk men-capai 98,88 meter. Waduk ini mengairi226. 329 hektar sawah di Bekasi, Ka-
rawang, Subang, dan sebagian Indra-mayu. Selain memasok kebutuhan bakuair minum dan industri Bekasi dan DKIJakarta sekitar 0,6 miliar metrer kubik.
Kebocoran
Air akan menjadi semakin langka, agarpengelolaan ketersediaannya lestarisepanjang tahun, hanya berhasil biladitangani secara menyeluruh. Kondisitersebut menuntut kedisiplinan penge-lolaa air. Namun kenyataannya, disiplinitu masih jauh dari harapan. Baik karenaalasan pendanaan maupun sikap peng-guna.
Potret menyimpang ini terjadi di sejum-lah daerah, air tidak terdistribusi secaraadil dan merata, terlebih pada musim
kemarau. Penyebabnya, selain kerusakanpada jaringan irigasi akibat kurangpemeliharaan, juga maraknya praktikpenyerobotan air di sepanjang saluran.
Parahnya lagi konservasi lingkungan disejumlah DAS semakin rusak, menye-babkan waduk semakin dangkal. Demi-kian halnya ketersediaan air tanah.Kenyataannya bumi kita sudah menga-lami penurunan kemampuan daya du-kungnya untuk menyimpan air, karenakegiatan yang tidak ramah kepada air.
Pada saatnya ketika curah hujan rendah,sementara kondisi hutan di kawasan DASsemakin hancur, masihkah kita berharapbanyak kepada sejumlah waduk yangsudah ada dan yang kelak akan dibangun?(Joe)
Datangnya El Nino 2009/2010 diramalkan berbagai
lembaga meteorologi dunia, termasuk Badan
Meterologi, Klimatologi dan Geofisika Indonesia.
Namun sayang banyak pihak belum mengetahui informasi
mengenai hal ini. Bahkan para pengurus kontak tani yang
terkait langsung dengan produk pertanian. Dan apa sebe-
tulnya El Nino itu?
El Nino adalah fenomena alam yang disebabkan pemanasan
permukaan laut, sehingga menimbulkan perbedaan tekanan
udara antara wilayah Indonesi/Australia dengan Samudera
Pasifik. Fenomena ini dimulai dengan penurunan tekanan di
kawasan Samudera Pasif ik yang diukur di Tahiti dan
meningginya tekanan di Darwin, Australia.
Perbedaan tekanan itu diikuti gerakan angin dalam sirkulasi
udara barat-timur dari Pasifik ke barat. Sedangkan dari arah
timur menguat, sehingga masa udara bergeser ke Samudera
Pasifik. Keadaan itu diikuti dengan massa bergeraknya air laut
yang lebih panas dari wilayah barat ke wilayah timur Pasifik.
Apa Itu El Nino ?
Mengapa fenomena iklim ini terjadi, belum diketahui dengan
pasti. Tetapi data meteorologi memperlihatkan fenomena ini
berlangsung 4-7 tahun sekali. Tercatat setelah tahun 1940-an
frekuensinya cenderung meningkat, menjadi 3-5 tahun dengan
intensitas semakin kuat Banyak pihak mengatakan ini berkaitan
dengan pemanasan global, walau hasil riset belum cukup
membuktikan hal itu.
WACANA
79KIPRAH • Volume 36
Penampilan keseharian Suhodo,
pria baya kelahiran Kepanjen,
Malang, tiga puluh tahun silam ini
amat bersahaja. Namun kesetiaannya
menjaga kualitas air dan kawasan ling-
kungan Arboretom Sumber Mata Air Kali
Brantas tidak bisa diragukan lagi. Siang
malam secara bergiliran bersama tiga
rekan lain ia sibuk mengurus kawasan
Arboretum seluas 12 hektar yang dipe-
nuhi berbagai jenis tanaman langka.
Udara dingin mencekam diselimuti kabut
lembut menjadi kawan akrab Suhodo
sehari-hari. Ia berharap dengan HUT PJT
I ke 20 gajinya akan ditingkatkan.
Ia memang tinggal dan berkerja di lokasi
itu, sebagai karyawan PJT I sejak sepuluh
tahun silam. Lokasinya terletak pada
ketinggian +-1.500 meter dpl, di kaki
Gunung Arjuno atau di lereng timur
pegunungan Anjasmoro lebih kurang 18
Km sebelah utara Kota Batu, Malang.
Tepatnya di Dukuh Sumber Brantas, Desa
Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji. Dari
lokasi ini sumber mata air Kali Brantas
berawal dengan debit 2,5 liter/detik
mengalir ke hilir melalui Kota Malang,
Blitar, Kediri, Jombang, Mojokerto,
Surabaya dan bermuara di Selat Madura,
sepanjang 320 Km
Layaknya tempat sepi lainnya, sumber
Brantas banyak mengundang ceritera
misteri. Dari soal sepasang suami isteri
penunggu mata air Mbah Ginem dan
Mbah Sukolewo, hingga kehadiran
hewan buas harimau dan ular ikut
mewarnai misteri asal muasal Kali Bran-
tas. Pada malam tertentu banyak orang
ziarah dan menginap lengkap dengan
properti dupa/kemenyan dan kembang.
Suhodo, danSumber Brantas
Namun tidak sedikit pula hanya sekedar
mandi, membasuh muka, atau pun
minum air sumber. Belive or Not!
Yang jelas, kawasan dan sumber mata
air ini perlu dijaga kelestraiannya dari
ancaman kerusakan, baik karena alam
maupun ulah manusia. Karena apa? Selain
sebagai sumber kehidupan, kawasan ini
mengoleksi berbagai jenis pepohonan
dalam bentuk arboretum yang mengo-
leksi tak kurang dari 3.200 pohon. Se-
hingga sangat cocok untuk kegiatan
penelitian dan pendidikan serta pe-
nyelenggaraan rekreasi edukatif.
Nama Arboretum Sumber Brantas sendiri
diberikan oleh Menteri Kehutanan saat itu
Haznul Harahap (l989), bertujuan untuk
pengembangan berkelanjutan sumber
Brantas. Ditetapkan berdasarkan SK Menteri
PU No 631 tahun l986 dan SK Gubernur Jatim
No 63 tahun l988 yang mengatur kawasan
mata air Sumber Brantas sebagai daerah
suaka alam dalam wilayah tata pengairan
Sungai Brantas. (Joe).
Suhodo (30 th) asal Kepanjen Malang, penjaga setia sumber mata air Kali Brantas di lerengtimur gunung Arjuna, Batu Malang (foto:Joe)
HUMANIKA HUMANIKA
Volume 36 • KIPRAH80
JENDELA
Di tepi Kali Pesanggrahan,
Kecamatan Karang Tengah,
Lebak Bulus, Jakarta Selatan,
Anda akan menemui pemandangan yang
takkan pernah terbayangkan bisa di-
temui di kota besar seperti Jakarta ini.
Di sini, nyaris tersembunyi dari ke-
ramaian kota, bisa kita nikmati suasana
asri dari hutan sepanjang bantaran Kali
Pesanggrahan. Bagaimanakah kisah
hutan kota ini bisa “selamat” dari
keserakahan manusia?
Sebelumnya sekitar 20 tahun silam,
daerah ini sama saja dengan wajah sungai
pada umumnya di Jakarta yang “diper-
kosa” orang-orang tidak bertanggung
jawab dengan mendirikan pemukiman
kumuh sepanjang bantarannya. Adalah
Chaeruddin (53 tahun) seorang kelahiran
Betawi tulen yang waktu itu merasa
terpanggil untuk “menjaga” daerahnya.
Bapak tiga anak ini bersama-sama dengan
teman-temannya membentuk barisan
Bambu Kuning dan kemudian pada
perjalanannya, berganti nama menjadi
Kelompok Tani Lingkungan Hidup (KLTH)
Sangga Buana.
Kerja keras tanpa pamrih dari lelaki yang
akrab dipanggil Bang Udin ini didasarkan
pada nasihat engkong (kakek) nya yang
berpesan “ Nanti kalu Elu udah gede,
jangan minta ama negara, tapi (tanya)
apa yang elu bikin buat negara, begitu
alias bicara saja tapi tidak ada tindakan
apa-apa.
Banyak pihak yang disentilnya, dari tokoh
agama yang kerjanya cuma zikir, doa dan
ceramah sampai LSM yang bisanya hanya
buat proposal kemudian seminar.
“(m)emang banjir kal(a)u didoain (jadi)
surut, apa sawah kering di seminarin
bakal basah? Kagak! Masa Ciliwung butek
begitu, benerinnya pake seminar di
Bang Udin (foto:Wy)
hotel? Apaan tuh?! Benahin alam bukan
pake zikir, nangis-nangis atau seminar
atau pidato, (tapi) kerja!” omelnya
dengan dialek betawi yang kental.
Perjuangan lelaki kelahiran 13 April 1956
ini bukanlah tanpa hambatan dan kerja
keras. Ia kerap bersitegang dengan
orang-orang yang sudah meng”kavling “
bantaran sungai atau menjadikan sungai
sebagai tempat pembuangan sampah.
Bang Udin Kesalbaru bener” (dialek betawi, artinya
“Nanti, kalau kamu sudah besar, jangan
meminta pada negara, tetapi tanya apa
yang sudah kamu perbuat bagi negara,
itu baru benar”).
Falsafah ini yang ia pegang teguh,
makanya sesuai dengan judul tulisan ini,
Bang Udin sangat kesal dengan orang-
orang yang dianggap hanya bisa omdo
(omong doang = betawi, cuma bicara)
81KIPRAH • Volume 36
JENDELA
Namun jangan salah, walau Bang Udin
termasuk salah satu tokoh Jawara Be-
tawi, tidak berarti setiap ada masalah
diselesaikan dengan kekerasan. Ia tetap
mengedepankan cara-cara persuasif, “
Simbol jawara itu bagaimana dari musuh
jadi sahabat” tegasnya. Tak heran, pihak-
pihak yang dulu menentangnya sekarang
justru berbalik menjadi penyokong
gerakan yang dipimpin Bang Udin.
Dukungan juga mengalir dari berbagai
instansi dan komunitas baik swasta
maupun pemerintah. Ini terbukti se-
waktu tim Majalah Kiprah berkunjung,
pada papan tulis yang tergantung di
dinding “markas” Sangga Buana, jadwal
hingga 2-3 minggu ke depan sudah penuh
dengan daftar kunjungan dan perte-
muan.
Penghargaan yang diterimanya juga
banyak, namun yang paling penting bagi
Bang Udin adalah hasil kerjanya bisa
dinikmati siapa saja. “Saya nggak perlu
penghargaan, ada tuh penghargaan 3 kilo
kaga (tidak) saya pajang, buat apa? Yang
penting hasil kerjanya keliatan, saya
dengan kelompok tukang pacul saya ini
ada nilai (manfaat) buat orang lain.”
jelasnya lagi.
Menurut Bang Udin, kunci dari ke-
berhasilannya adalah “Paham”. Konsep
“paham” ini kira-kira bisa diartikan
sebagai saling menghargai, saling me-
mahami dan mempunyai kesadaran akan
masalah bersama.
Inilah “senjata” andalan Bang Udin
dalam menghadapi berbagai pihak.
Seperti contoh, untuk masuk ke kawasan
Cinere dan Pondok Cabe, ia perlu me-
mahami kultur masyarakatnya yang
sangat menghargai “keramat” (benda
atau daerah yang diyakini bertuah),
sementara di kawasan Pesanggrahan
adalah kultur jawara.
Bang Udin juga giat menanamkan pe-
ngertian bahwa apa yang dilakukan akan
kembali ke diri sendiri. “Nah sekarang ada
tukang pancing, kalo ada yang buang
sampah dia yang marah, kalo ada yang
ngeracun dia sekarang yang ngudak-
ngudak (betawi, dikejar-kejar) pake
golok, bukan gua. Kenapa? Karena dia
merasa kali (sungai) itu bermanfaat”
Kata Bang Udin.
“Contoh lagi sayuran, berapa RT di sini
yang tiap hari nyari sayuran di sini,
sekarang mah bebas, asal di jaga, tapi
jangan coba-coba buang sampah di sini,
ntar gua pites (hajar)” selorohnya.
Dalam upayanya melestarikan ling-
kungan, ia selalu mengikut sertakan apa
yang dinamakan kearifan lokal. “Prabu
Siliwangi dalam prasasti bilang, jangan
buang sampah ke kali (sungai) karena kali
(sungai) adalah tempat mengenal Tuhan,
begitu juga kearifan lokal dari Dayak,
Makassar dan lainnya, kita harus bangga
dengan jati diri kita sebagai orang Jawa,
orang Makasar, kita kembali ke budaya
sendiri” demikian tegasnya.
Semangat kearifan lokal ini yang coba ia
tularkan kepada banyak pihak, termasuk
orang-orang dari berbagai daerah yang
belajar mengenai pelestarian alam ke
tempatnya. Di sini selalu ada warga dari
berbagai daerah seperti Jawa Tengah,
Makassar, Kalimantan bahkan dari luar
negeri yang datang, baik sekedar ber-
kunjung, studi banding, belajar atau ikut
bergabung dengan Kelompok Ling-
kungan Tani Hidup Sangga Buana.
Kepada tim Majalah Kiprah, Bang Udin
berpesan agar dalam melakukan pem-
bangunan, hendaknya orang-orang dari
Kementerian Pekerjaan Umum selalu
mempertimbangkan aspek kultur ma-
syarakat setempat atau kearifan lokal,
bagaimana orang Makassar, Orang Badui
dan lain-lain itu, juga yang terpenting
mengadakan pembinaan bagi masya-
rakat setempat agar program pem-
bangunan bisa berhasil dan tepat sa-
saran. (wy)
Papan peringatan di depan Posko KLTH Sangga Buana (foto:Wy)
Volume 36 • KIPRAH82
KARIKATURKARIKATUR
83KIPRAH • Volume 36
Volume 36 • KIPRAH84